Serangan Tebasan Naga yang perkasa membuat kekuatan Liszt meningkat pesat, dan ini hanyalah salah satu dari ribuan inspirasi di otaknya. Masih banyak ide serangan kuat dan strategi pertahanan yang sedang dirancang.
Tanpa terasa empat hari telah berlalu.
Pulau Karang terlihat di kejauhan.
Di langit yang kelam mulai turun rintik-rintik hujan. Tanpa payung, Liszt dan Li William berdiri berdampingan di haluan kapal, ayah dan anak ini mengobrol santai di bawah gerimis.
"Sebentar lagi sampai rumah." Li William tiba-tiba merasa haru, menggeleng sambil berdesah: "Dulu kukira gelar Marquis adalah puncak prestasiku, tapi kau membawa begitu banyak kejutan, mengangkat keluarga kita dari bangsawan besar menjadi Keluarga Pemelihara Naga. Betapa mulianya."
Liszt berkata dengan wajah yakin: "Keluarga Pemelihara Naga hanyalah permulaan, masih banyak kemuliaan yang akan menyusul."
Melihat sikap Liszt seperti ini, Li William terkekeh: "Kau terlalu mulus dalam perjalananmu, sampai tak merasakan betapa terhormatnya status Keluarga Pemelihara Naga. Dari keluarga budak tani menjadi rakyat jelata, itu adalah cobaan berat. Dari rakyat jelata naik ke strata bangsawan kecil, itu bagai melompati jurang."
Dari bangsawan kecil naik ke bangsawan besar, lagi-lagi merupakan jurang pemisah yang besar.
"Beberapa rintangan yang harus dilalui ini cukup untuk menghalangi 99% orang di dunia ini, hanya 1% bahkan 0.01% orang beruntung yang bisa menikmati kemuliaan dan kehormatan bangsawan besar. Namun semua ini tidak sebanding dengan kesenjangan antara bangsawan besar dan keluarga pemelihara naga."
"Di dunia ini jumlah bangsawan besar tak terhitung, namun keluarga pemelihara naga tidak akan melebihi dua ratus."
"Ambil contoh Kadipaten Safir, selama lebih dari 150 tahun, ada bangsawan besar yang muncul dan merosot, tapi keluarga pemelihara naga tetap hanya Keluarga Safir."
"Jika bukan karena kemunculan tak terduga Anda, mungkin saat Naga Safir menua dan Keluarga Safir merosot, tidak akan ada keluarga pemelihara naga kedua yang lahir di sini." Li William semakin merasa tidak nyata, ia benar-benar tak bisa membayangkan berapa banyak berkah cahaya kejayaan ksatria yang dibutuhkan agar kesatria naga dan penyihir agung bisa lahir berturut-turut di Keluarga Tulip.
"Sebagai keluarga rakyat jelata di awal pendirian kerajaan, leluhur kami nyaris mati di medan pertempuran baru bisa masuk dalam jajaran bangsawan kecil. Generasi penerus menghabiskan lebih dari 100 tahun untuk masuk ke jajaran bangsawan besar."
"Tiba-tiba dalam sekejap, kami menjadi keluarga pemelihara naga."
"Ayah, Anda harus cepat beradaptasi. Keluarga kita akan sangat sibuk nanti."
"Aku tahu." Li William hanya pura-pura merenung, sebenarnya ia sangat bangga, "Kita hampir tiba di pelabuhan. Maukah kau memanggil Rio keluar untuk memperlihatkan kekuatan luar biasa Naga Api kepada rakyat Pulau Karang?"
Li Si Te menggelengkan kepala: "Cara ini terlalu dibuat-buat, kurang matang. Tunggu sampai kembali ke Kastil Tulip, baru aku akan memanggil Rio keluar untuk menemui keluarga."
Li William *batuk-batuk, tak bisa menyambung ucapan——Setiap kali kembali ke Pelabuhan Tapal Kuda, Li Si Te selalu menunggang Rio dengan penuh wibawa. Kenapa saat itu tidak bilang terlalu dibuat-buat? Kenapa ketika aku yang mengusulkan rencana malah dapat hasil begini? Sungguh tidak masuk akal!
Tapi kalau Li Si Te tidak mau pamer, dia juga tak bisa memaksa.
Obrolan antara ayah dan anak pun memasuki keheningan.
Beberapa saat kemudian.
Tiba di pelabuhan. Saat ini Pelabuhan Kota Karang benar-benar dipadati kerumunan. Selain para ksatria yang bertugas di Pulau Karang berduyun-duyun menyambut kapal, banyak juga rakyat jelata yang menjulurkan leher menanti kedatangan kesatria naga——Hampir tak ada yang pernah melihat naga di sini, semua ingin sekali menyaksikannya.
Biar nanti punya bahan cerita untuk cucu-cicit.
Sekalian bisa melihat penyihir agung——Bagi rakyat jelata, nama penyihir agung tak sehebat kesatria naga, karena mereka hanya tahu ksatria-lah penguasa sebenarnya.
Sayangnya.
Li Si Te hari ini tidak berminat pamer. Dengan datar dia mengikuti Ordo Ksatria mendarat, lalu cepat-cepat masuk ke kereta kuda keluarga. Di bawah pengawalan Ordo Ksatria, mereka menuju Kastil Tulip. Saat sampai di persimpangan antara Kota Karang dan kastil, dari kejauhan terlihat Nyonya Penelope dan rombongan berdiri dalam gerimis menanti.
Sedikit terkesiap.
Ini sudah keempat kalinya dia pulang dengan kemenangan.
Satu kali Pertempuran Pulau Tapal Kuda, dua kali kampanye Perintah Pembukaan Lahan, ditambah perang pembantian naga kali ini - setiap rombongan penyambutan semakin megah, sesuai dengan identitasnya saat pulang menang: Knight Bumi elite yang menjanjikan, Sky Knight termuda, jawara kedua Kadipaten Agung.
Dan sekarang - kesatria naga, penguasa baru lautan!
Meski perbedaan perlakuan keluarga memang menunjukkan sikap oportunisme yang jelas, Li Si menikmati hal ini. "Itu" membuktikan pertumbuhan dan kemajuan nyatanya selama beberapa tahun terakhir.
Li William turun pertama dari kereta kuda, bergegas menghampiri Nyonya Penelope: "Ibu, membuat Ibu khawatir."
Namun Nyonya Penelope hanya mengangguk singkat sebelum menyambut Li Si yang baru turun: "Anak kemuliaan keluarga Tulip, kesatria naga kita! Sejak menerima surat itu, setiap hari aku menantikan kepulanganmu!" Pelukan hangatnya membuat Li Si sedikit kikuk.
"Nenek," balasnya sambil tersenyum sopan.
Usai memeluk cucunya, Nyonya Penelope memandang Ake di samping Li Si. Pelukan kali ini lebih terjaga: "Ake, anak baik!"
Ake tersenyum datar. Kecuali Li Si, sikapnya terhadap manusia tetap dingin - bahkan pada Ith sesama sirene pun dia tak bisa akrab. Andai bukan karena Li Si, pasti dia mengelak dari pelukan itu.
“Nyonya Penelope memeluk satu per satu kesatria naga dan penyihir agung, lalu menatap Li Si: "Jadi kebanggaan dan kesatria naga agungku, apakah naga itu ada di dalam tubuhmu?"”
“Ya, Nenek.”
“Apakah tadi saya benar-benar memeluk seekor naga?”
“Bisa dibilang begitu.” Li Si tersenyum tipis, lalu dalam hati berbisik memanggil Rio yang sudah dalam posisi siap tempur. Seketika Rio melesat keluar dari tubuhnya.
Berubah menjadi lautan api yang membara. Saat api padam, seekor naga api merah-hitam sepanjang dua puluh meter dengan bentang sayap dua puluh meter langsung terbang ke langit, menuju gunung tempat Kastil Tulip berdiri. Ia mendarat di puncak gunung, memandangi kerumunan orang di kaki gunung dengan sepasang mata penuh kilau kejahatan.
Kerumunan orang mulai gempar.
Penampilan Rio yang keren dan sikapnya yang megah membuat setiap orang terkesima. Melihat naga api di puncak gunung yang jauh, banyak yang wajahnya memerah karena semangat.
Li Si menopang Nyonya Penelope yang ketakutan, berkata: “Nenek, mari kita kembali ke kastil dulu.”
“O-oh, baik, baik, baik.” Nyonya Penelope masih gemetar. Di masa muda dulu ia pernah berlatih energi tempur, tapi tidak berhasil. Identitasnya tetap orang biasa. Kilasan aura naga yang sempat terlihat tadi benar-benar menyentuh tubuh tuanya yang mulai rapuh.
Faktanya.
Demi menjaga kondisi tubuh Nyonya Penelope, Liszt menyuruh Rio menjauhi kerumunan. Jika tidak, saat aura naga Rio menyebar, mungkin banyak orang dengan fisik lemah akan langsung pingsan.
Jika aura naga itu dilepaskan sedikit lebih lama, bahkan Knight Bumi pun akan tumbang berjubel.
Meski begitu, Nyonya Penelope masih merasa agak tidak nyaman. Lolia yang sedang menyambut di dekatnya, dengan Li Cha dalam dekapan, menangis histeris. Anak kecil yang belum genap setahun itu jelas tak tahan tekanan aura naga - tapi dia juga beruntung bisa merasakan aura naga sejak masih sangat kecil.
Begitulah.
Sekelompok orang berjalan menuju Kastil Tulip sambil tak henti memandangi Huo Long di puncak gunung. Dalam sekejap, kabar ini bagai bersayap menyebar ke seluruh Kota Karang. Semua orang tahu kesatria naga Keluarga Tulip telah kembali, muncul dengan menunggangi naga api yang mengerikan sampai tak masuk akal.
Banyak yang bahkan bersumpah: "Naga api itu sangat kuat! Dengan sekali sorot mata bisa membunuh segerombolan ksatria!"
