"Maksud Ayah adalah Anda yang akan menekan situasi perang di laut, dengan Ordo Ksatria Safir sebagai anggota utama perang. Pembayaran pajak akan dibagi dua sama rata oleh kedua keluarga kami."
Anthony mengungkapkan skema kompromi keuntungan Adipati Safir.
"Di tahun-tahun sebelumnya, Adipati Batu Safir selalu bertugas menekan situasi perang, melawan kemungkinan keberadaan kesatria naga, memastikan medan pertempuran tetap di tingkat ksatria biasa. Oleh karena itu, semua hasil rampasan Ordo Ksatria harus dikenakan pajak, terutama bijih logam, yang setelah perang wajib dibagikan langsung oleh Sang Adipati."
"Kali ini, Adipati Batu Safir berencana mengutus Liszt untuk menekan situasi perang, lalu membagi pajak secara setengah-setengah. Ini rencana yang cukup masuk akal."
Liszt merenung sejenak lalu menyetujui: "Baik, tapi kalian harus menyusun rencana lebih rinci. Berapa jumlah pelabuhan di Kerajaan Elang, kapal yang dimiliki, serta distribusi tenaga ahli teknologi pembuatan kapal - semua harus diselidiki tuntas. Aku berharap bisa menghancurkan seluruh kekuatan laut mereka dalam satu pertempuran, membuat mereka tak berani melangkah ke laut selama puluhan tahun!"
"Ambisi Yang Mulia sungguh mengagumkan. Anthony sebagai moderator pertempuran laut kali ini pasti akan menyelidiki semua detail secara menyeluruh," jawab Anthony dengan suara berat.
Memandang wajah Liszt yang masih menyisakan jejak keluguan, namun nada bicaranya penuh kematangan, hati Anthony tak kuasa tergugah.
……
Mengenai sosok Liszt, anggota inti Keluarga Safir sudah sering berdiskusi. Terutama pasca Perang Pembantian Naga, hampir setiap hari mereka mengadakan pembahasan tentang Liszt.
Kesatria naga di usia 18 tahun, bahkan mungkin penyihir agung yang lebih muda lagi - ini hal yang sulit dibayangkan.
Adipati Batu Safir sangat memahami Pangeran Pulau Karang saat itu, Li William, yang penuh tekad dan berbakat, termasuk bangsawan baru yang potensial di negeri ini. Namun penerusnya Li Weis termasuk generasi yang mempertahankan warisan. Semula diperkirakan keluarga Tulip perlu usaha beberapa generasi untuk masuk jajaran Marquis.
Sama sekali tak menyangka munculnya perubahan tak terduga yang sangat besar.
Awalnya Liszt tidak terlalu menarik perhatian.
Hanya saat Sang Pangeran mengepung Kastil Juniper, beliau melirik Liszt dua kali, menganggapnya pemuda berbakat yang layak dibimbing. Kemudian dalam sekejap, Liszt meraih gelar Viscount melalui Perintah Pembukaan Lahan dan naik pangkat menjadi Sky Knight, merebut gelar termuda di negeri ini.
Sejak itu, Liszt benar-benar masuk dalam radar Adipati Batu Safir.
Sebagai penguasa negara, adipati pasti memantau pemuda-pemuda berbakat domestik - calon bangsawan masa depan dan target penanaman loyalitas.
Namun sebelum adipati bertindak, Liszt kembali mengejutkan dengan menjadi pewaris Hantu Jian Shi yang mampu mengalahkan Ksatria Wilayah kelas atas. Saat kabar ini sampai, adipati langsung mengumpulkan penasihat untuk dua kali rapat khusus membahas Liszt, dengan Anthony turut hadir.
Akhirnya adipati memutuskan merekrut Liszt secara personal sebagai pengikutnya.
Tapi diinterupsi oleh Li William, menggunakan alasan "Anak laki-laki bersiap membantu Ayah memperebutkan gelar Marquis sebelum pemisahan keluarga". Terhadap hal ini, Adipati Agung pun tak bisa berbuat apa-apa - Dia jelas-jelas mengira bahwa posisi Marquis yang ditinggalkan setelah pemberontakan Marquis Banteng telah memicu Li William untuk membuat kesepakatan dengan anaknya dalam memperebutkan gelar Marquis.
Ini wajar-wajar saja, jadi untuk sementara dihentikan.
"Saat itu, Li Si sama sekali bukan penerus swordsman hantu, mungkin sudah sukses mengendarai naga... Ksatria Naga tentu enggan bersumpah setia pada ayahku." Pikiran Anthony melintas sekejap, "Sedangkan pernyataan Li William bahwa Li Si bersiap bersumpah setia padaku beberapa tahun kemudian juga hanya tipuannya belaka."
Memikirkan hal ini, hati nurani pasti Ngasih greget, merasa dipermainkan seperti monyet.
Tapi sebagai penerus keluarga pemelihara naga yang terlatih, Anthony tidak membiarkan kecemasan pribadi mempengaruhi dirinya. Setelah Li Si sukses mengendarai naga dan bersama penyihir agung membunuh seorang Ksatria Naga, dia telah cepat berubah mentalitas, menempatkan Li Si setara dengan ayahnya sendiri.
Sama sekali tidak meremehkan karena usia muda Li Si.
Dia sangat memahami bahwa di masa depan, laut bukan lagi radius wilayah kekuasaan Safir.
Saat diskusi internal keluarga, Ayah pernah berkata dengan susah payah: "Zaman kejayaan maritim Batu Safir telah berakhir, Anthony. Ketika negara ini diserahkan padamu, kau harus belajar bersabar dan tahu memilih... Baik aliansi dengan Kerajaan Baja untuk menekan Liszt, maupun aliansi dengan Liszt untuk melawan Kerajaan Baja, semuanya membutuhkan kemampuanmu dalam menyeimbangkan."
Sementara dia sendiri mengerutkan kening dan bertanya: "Ayah, jika Liszt muncul dengan agresif setelah bangkit, bagaimana?"
"Alihkan fokusnya. Dengan hadirnya Kerajaan Elang yang seperti daging besar di depannya, untuk apa dia menggerogoti tulang keras tanpa daging seperti Batu Safir. Begitu Liszt mendirikan negara, dia akan paham bahwa negara maritim terlalu sulit jika hanya mengandalkan laut, kecuali merampas sumber daya daratan."
"Tapi Ayah, jika aku tak bisa menjadi kesatria naga, bagaimana aku bisa melawan seorang kesatria naga dan penyihir agung? Bahkan aku sendiri tak punya kepercayaan diri."
Sang Adipati Agung terdiam lama sebelum akhirnya menjawab penerusnya: "Sesuaikan dengan situasi."
……
Keluar dari lamunannya, Anthony menyembunyikan helaan nafas dalam hati - dia menyadari ambisi Liszt jauh lebih besar dari yang disangka.
Tujuan Adipati Batu Safir adalah menghancurkan armada Kerajaan Elang, tapi Liszt bahkan ingin meluluhlantakkan pelabuhan mereka, memutus habis kekuatan maritim Kerajaan Elang. Ini jelas-jelas memperlakukan laut sebagai taman pribadi yang tak boleh dijamah sembarangan.
Hari ini Kerajaan Elang dilarang menyentuh.
Lantas apakah besok jangan sampai Kadipaten Safir ikut campur?
Di hati nurani yang suram, Anthony tetap santai di permukaan. Setelah menetapkan garis besar strategi pertempuran laut, ia pun bercengkerama riang dengan Li Si, membicarakan berbagai cerita menarik kaum bangsawan.
Makan siang itu semakin meriah dengan gelas-gelas yang saling bersulang.
Karena buru-buru pulang untuk menyusun rencana operasi pertempuran laut, Anthony pun naik kapal kembali pada sore hari.
Setelah kepergiannya, Li Si yang mengantar sendiri ke dermaga memandang kapal layar cepat istana yang semakin menjauh. Dengan perasaan haru ia berkata kepada pengikut setianya: "Anthony ini orang baik, penerus kadipaten yang kompeten. Kecuali bakatnya agak biasa, tak ada kekurangan lain."
Para pengikut tersenyum canggung.
Dalam sistem ksatria yang mengutamakan kekuatan, bakat biasa tampaknya menjadi kekurangan terbesar - meski sebenarnya bakat Anthony tidak bisa dibilang terlalu biasa. Seorang Sword Saint berusia 30-an yang pasti akan menjadi Sky Knight tingkat sempurna di masa depan, memang pantas sebagai penguasa negara.
Soal menunggang naga, banyak penerus kadipaten lain pun tak bisa melakukannya - ini bukan kekurangan Anthony semata.
Namun memandang punggung tegak sang Tuan Tanah dan penampilannya yang gagah, para pengikut merasa ucapan sang tuan memang benar - menurut standar Li Si, Anthony memang berbakat biasa. Atau bisa dibilang, 99,999% penduduk dunia ini memang berbakat biasa.
Maka tak ada yang menyambut ucapan itu.
“Mengikuti tuan tanah seperti ini, meski merupakan anugerah cahaya kejayaan ksatria, namun juga merupakan tekanan sangat besar, selalu khawatir akan dicela oleh Yang Mulia.”
Tanpa menyadari bahwa dirinya telah menyebabkan kerusakan besar pada pengikutnya, Liszt berbalik dan memberi perintah dingin: "Komandan Markus, Komandan Fox, segera siapkan pasukan ksatria dan bentuk kekuatan tempur. Tak lama lagi kita harus kembali menyambut perang!"
“Seperti yang Anda kehendaki, Yang Mulia!”
