"Saya perlu melapor ke Ayah." Anthony tidak memberikan jawaban apapun terhadap usulan Liszt, dia harus berdiskinci matang dengan Adipati Batu Safir sebelum memutuskan.
Liszt menganggukkan kepala: "Ini hanya usulan. Waktu Perintah Pembukaan Lahan tahun ini masih ada beberapa saat, Yang Mulia bisa berpikir perlahan... Saya pribadi sangat ingin memuluskan kerjasama ini. Saat Kerajaan Elang melemah, kita harus mengambil tindakan secepat kilat untuk mempercepat kemundurannya."
"Yang Mulia tenang saja. Setelah pemakaman Marquis Merlin selesai, saya akan segera kembali ke Istana Gunung Langit Biru untuk menyampaikan semua perkataan Yang Mulia ke Ayah."
"Bagus." Liszt mengangkat cangkir tehnya, menyesap minuman yang sedikit pahit - pohon teh hijau Pulau Kuda Hitam adalah hak eksklusif, setelah pembinaan jangka panjang kini sudah berproduksi tinggi.
Karena kesatria naga ini harus minum teh setiap hari, dia cepat membentuk tren di Safir. Para bangsawan besar akan membeli batch teh dari Pulau Kuda Hitam untuk diseduh dan dicicipi. Bahkan keluarga Safir sendiri memesan banyak teh dari sini. Konon sang Adipati sangat menyukai teh, semakin memperkuat budaya minum teh di Safir.
Tentu saja, Liszt tidak peduli berapa banyak orang yang benar-benar mencintai teh.
"Dia awalnya hanya ingin minum teh sendiri. Bahkan jika sekarang satu kati daun teh digoreng hingga bernilai beberapa koin emas, dia tetap tidak tertarik pada keuntungan kecil dari teh."
"Garam laut, kertas putih, dan kaca tetap menjadi tiga pilar utama perdagangan Wilayah Api."
"Tidak ada alkohol dalam makan malam, hanya makan sederhana. Ini usulan Liszt yang berpendapat bahwa sekarang adalah masa pemakaman Marquis Merlin, tidak pantas minum alkohol - faktanya keluarga Safir tidak memiliki aturan larangan minum selama berkabung, hanya Liszt pribadi merasa suasana minum terlalu riuh dan tidak sesuai."
"Kesatria Naga telah membuat permintaan, para bangsawan pun secara alami tidak enak mengajukan lagi."
"Maka makan malam dilaksanakan dengan tergesa, kemudian masing-masing pulang beristirahat. Baru kemudian Liszt mendapat kesempatan berbincang empat mata dengan Marquis Ekor Sapi: 'Ayah, mari kita bicara di ruang perpustakaan.'"
"'Hm, kebetulan aku juga punya banyak pertanyaan untukmu.'"
"'Apakah aku harus ikut serta?' tanya Li Weis bersemangat. Dia sangat antusias terlibat dalam urusan besar keluarga."
"Liszt menganggukkan kepala: 'Tentu saja Kakak bisa ikut, tapi nanti tolong pastikan area sekitar ruang perpustakaan benar-benar sepi, agar percakapan kita tidak didengar orang lain.'"
"Di ruang perpustakaan, Ake masih asyik membaca dan menulis sendiri. Dia hanya menyapa Li William sekilas, lalu kembali menyelami dunianya - sibuk meneliti formasi teleportasi sihir, mengesampingkan semua eksperimen lain, berusaha menyelesaikan formasi teleportasi sihir secepat mungkin."
"Liszt menerima anggur merah dan gelas dari pelayan, memberi isyarat bahwa dia akan melayani sendiri."
Setelah pelayan menutup pintu, Li Weis juga pergi keluar sebentar, memerintahkan pengawalnya agar tidak mengizinkan gangguan, lalu kembali ke ruang perpustakaan.
Menerima gelas anggur merah dari Liszt: "Sudah tidak ada orang di luar, Liszt. Sekarang bisa bicara?"
Liszt duduk di kursi, memulai pembicaraan: "Ayah sudah dengar dari Paman?"
Li William menganggukkan kepala dengan tegas: "Messiro memberitahuku... Tiga ekor naga. Untuk kabar ini, aku tidak tidur semalaman." Dia tiba di Kastil Ubi Jalar kemarin, lalu Messiro langsung bercerita tentang hal ini. Saat itu, dia merasa sedang dihina.
Butuh waktu lama untuk menerima fakta, meski masih meragukan.
Li Weis juga merasakan hal serupa.
"Aku memang memiliki tiga ekor naga. Inilah alasan mengapa aku akan langsung mendirikan kerajaan. Kerajaan Api akan berdiri di lautan, percayalah tidak ada kerajaan yang berani sembarangan melancarkan perang pembantian naga... Lokasi Kerajaan Api sudah dipilih - Kepulauan Api."
Sebelum Li William dan Li Weis sempat bereaksi, Liszt langsung mengeluarkan peta yang sudah digambar dari dalam dekapan.
Membentangkannya sambil berkata: "Ini peta Kepulauan Api. Lokasinya sekitar 7.000 kilometer dari Kepulauan Safir, cukup jauh tapi bukan penghalang besar. Ayah lihat, pulau terbesar ini adalah Pulau Api, akan menjadi wilayah langsung Keluarga Api-ku."
"Tak sempat menunjukkan keterkejutan pada tiga ekor naga, Li William segera mengikuti jari Li Si menatap peta: "Seberapa besar pulau ini?""
"Setelah pengukuran, kira-kira 3 juta kilometer persegi.""
"Tiga juta? Bukankah itu lebih besar dari gabungan Kepulauan Safir?""
"Ya." Li Si tersenyum bangga, memang layak berbangga bisa menemukan Kepulauan Api, "Pulau Api adalah wilayah Keluarga Api, jadi di Kepulauan Api, pulau kedua terbesar ini," sambil menunjuk, "sudah kuberi nama Pulau Tulip, sebagai wilayah kekuasaan yang kuserahkan kepada Keluarga Tulip.""
"Berapa luasnya?" Li Weis tak sabar bertanya di samping.
"Sekitar 450.000 kilometer persegi, 50% lebih besar dari luas Pulau Tapal Kuda.""
"Empat ratus lima puluh ribu!" Mata Li Weis berbinar, terhadap pulau yang tampak jauh lebih kecil dari Pulau Api ini, tiba-tiba merasa antusiasme membara, "Li Si, kapan rencanamu mendirikan kerajaan? Kapan akan mulai mengembangkan Kepulauan Api?""
"Ayah bagaimana pendapatnya?" Li Si memutuskan bertanya dulu pada Li William.
Marquis Ekor Sapi yang mengusap dagu dan memaksa diri tetap tenang, setelah mengamati peta dengan seksama, perlahan berkata: "Eksplorasi dulu baru mendirikan kerajaan - ini opiniku. Kepulauan Api masih lingkungan tak dikenal, sumber daya di pulau belum tereksplorasi, sulit menjamin pasti layak huni.""
Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan: "Lagipula Kepulauan Safir terlalu jauh dari Kepulauan Api. Tanpa persiapan memadai, sumber daya yang dikeluarkan untuk transportasi mungkin terbuang percuma... Aset keluarga kita masih lemah, terburu-buru membuka lahan di Kepulauan Api mungkin tidak worth it."
"Pendapat Ayah sama denganku. Tapi pengembangan tetap harus dilakukan. Kita bisa mengirim sekelompok ksatria terlebih dahulu untuk membuka lahan. Aku sedang merekrut ksatria dari Kota Tapal Kuda, Ayah juga bisa merekrut ksatria. Semua ksatria yang dieliminasi dari Safir bisa direkrut dan dikirim ke Kepulauan Api untuk membuka lahan."
Ksatria Bumi umumnya bisa naik pangkat asal cukup makan daging, apalagi ksatria magang yang jumlahnya tak terhitung.
Ksatria yang benar-benar bisa membangun prestasi sangat langka. Kebanyakan akhirnya harus melepaskan senjata, menjual kuda perang, pulang bercocok tanam atau jadi pekerja kasar. Kemunculan tiba-tiba Liszt memberi kesempatan yang jelas bagi semua ksatria, pasti membuat yang tidak rela akan mempertaruhkan nyawa.
Tidak akan dipaksa. Jelaskan bahaya dan keuntungan membuka lahan, sisanya tergantung kemauan ksatria sendiri.
Li William mengangguk: "Ini bisa dilakukan. Di Pulau Tapal Kuda yang tidak kekurangan apapun kecuali ksatria, banyak ksatria turun kuda bercocok tanam setelah keluarga Banteng dihancurkan hingga ke akar-akarnya."
“Ngomong-ngomong, Ayah, meskipun beberapa tahun ke depan aku akan fokus mengembangkan pulau liar di Kepulauan Api dan tidak terburu-buru mendirikan negara. Tapi lembaga istana Kerajaan Api tetap harus segera ditetapkan, apakah Ayah punya nasihat untukku?” Liszt bertanya.
Sistem negara di bawah sistem ksatria sangat berbeda dengan sistem negara di Bumi.
Pertama, sebagai sistem feodal, tuan tanah adalah penguasa tertinggi di wilayah kekuasaannya. Selain membayar pajak ke atasan, semua urusan lain menjadi tanggung jawab tuan tanah sendiri. Bahkan istana kerajaan yang sejati pun lebih bertanggung jawab mengelola wilayah kekuasaan raja sendiri dan menyelaraskan para bangsawan bawahan.
Sebelum mendapat gelar Marquis Ekor Sapi, jabatan Liszt adalah kusir istana.
Jabatan ini terlihat seperti pekerjaan pelayan, namun sebenarnya jabatan yang dipegang bangsawan di istana pada dasarnya adalah jabatan kehormatan serupa - kepala urusan dapur, menteri dalam istana, pengurus anggur, kusir... Sementara jabatan seperti menteri keuangan atau menteri militer tidak ada.
Posisi administratif utama di wilayah kerajaan akan diisi oleh bangsawan kecil bawahan. Kota dan kota kecil dikelola oleh penasihat dan pejabat pemerintahan.
Perang menjadi tanggung jawab Ordo Ksatria - kecuali ksatria elit yang khusus dibina, sebagian besar ksatria menghidupi diri sendiri tanpa perlu dipusingkan oleh tuan tanah.
Komandan regu Ordo Ksatria akan dipilih dari kalangan bangsawan besar, bertugas membereskan kekacauan ksatria bagi kerajaan. Sebelum pensiun, Marquis Merlin pernah menjabat sebagai kapten Armada Istana yang setara dengan posisi komandan regu ksatria di daratan. Setiap Ordo Ksatria besar dalam perintah pembukaan lahan biasanya dipimpin oleh marquis.
Dalam dua perintah pembukaan lahan sebelumnya dan Pertempuran Pulau Tapal Kuda yang diikuti Liszt, meski dia dan Li William bertempur atas nama Ordo Ksatria Pulau Karang, mereka tetap berada di bawah komando komandan regu ksatria besar yang memimpin situasi perang.
Li William merenungkan sejenak lalu cepat menjawab: "Tinggal mencontek Negeri Baja saja."
