Di hati Naga Zamrud Muda Eason, mulai muncul siluet samar Li Si sebagai tanda awal pembentukan bekas luka mental.
Namun di hati Naga Tak Berbentuk Budd, belum muncul bekas luka hati; Huo Long Rio yang memiliki waktu adaptasi terlama juga belum menunjukkan bekas luka mental, mungkin ia akan menjadi naga tersulit untuk menerima bekas luka mental karena pertumbuhan pikiran jahat selalu merusak pengaruh Li Si.
Secara rutin setiap bulan, Li Si membersihkan pikiran Rio, menyaring pikiran jahat dan menyisakan pikiran murni awal.
"Jika aku ingin menjelajahi dunia, membawa Rio adalah pilihan terbaik karena kekuatan tempurnya paling perkasa... meski Naga Tak Berbentuk Budd juga cukup cocok."
Terkadang dia bimbang harus memilih siapa yang layak menjadi tunggangan akhirnya.
"Syukurlah jarak waktu untuk memilih masih sangat panjang."
Dia sekarang sedang menunggu latihan Ake, skema eksperimen pintu sihir telah dikerjakan berulang kali, hanya menunggu Ake menguasai sempurna Perwujudan Elemen Dimensi sebelum bisa diimplementasikan. Saat ini Ake sudah mampu melakukan elemenisasi dimensi seluruh tubuh, tapi penguasaan terhadap energi sihir dimensi masih kurang sedikit tingkatnya.
Tapi sebentar lagi, dengan bakat mengerikannya, penguasaan sempurna tinggal menunggu hari.
"Setelah pintu sihir selesai dibangun, aku tidak perlu lagi bolak-balik Pulau Kuda Hitam hampir tiga kali seminggu untuk mengangkut logistik, benar-benar merepotkan." Pulau Api berada dalam musim dingin yang kering, semua makhluk berhenti tumbuh, persediaan makanan sangat minim, ditambah terus merekrut pribumi Pembunuh Bulan.
Belum lagi memelihara sekawanan gajah bertaring sekop berperut besar yang menghabiskan lebih banyak makanan.
Wilayah Api memiliki perdagangan besar seperti garam laut, kaca, kertas putih, ditambah parfum, sabun wangi, serta porselen yang masih dalam tahap penjajakan, yang secara pas-pasan bisa mempertahankan pasokan saat ini.
Tepat ketika dia bersiap-siap dengan semangat menunggu pintu sihir.
Kabar baik lagi dibawa pulang oleh ksatria yang sedang menaklukkan pribumi Pembunuh Bulan, bersama mereka datang seorang gadis kecil Pembunuh Bulan berumur sekitar dua belas tiga belas tahun.
"Yang Mulia, gadis ini bernama 'Hippolyta', ayahnya adalah 'Pendengar' dari suku kecil 'Luo' bernama 'Pontrexi'. Kami menemukan jejak peri di Suku Luo, permintaan tebusan kami ditolak, lalu menangkap semua pribumi Suku Luo."
Kapten Ksatria melapor dengan jujur: "Kemudian kami menemukan di gubuk tinggi kayu Hippolyta, tersembunyi sekelompok peri yang telah membuat kontrak dengannya. Kami membawa kembali semua peri dan rumput ulat itu."
Ksatria di belakang Kapten Ksatria mengeluarkan kotak kayu besar. Setelah dibuka, terlihat para peri yang terikat kuat - termasuk satu Peri Besar, tiga Elf Kecil, dan dua peri serangga.
Liszt sangat terkejut dan gembira.
Awalnya dia mengira yang dimaksud ksatria dengan "peri" hanyalah beberapa peri serangga, mengingat Suku Luo hanya suku kecil dengan populasi kurang dari dua ratus jiwa. Tak disangka mereka membawa pulang satu besar, tiga kecil, plus dua peri serangga. Nilai rampasan kali ini jauh melebihi hasil menawan suku besar.
"Bagus, kalian bekerja sangat baik. Kapten Kate, gelar bangsawan apa yang kau miliki? Tuan tanah siapa yang kau ikuti?" tanya Liszt.
Kate gemetar seketika, tak bisa menahan kegembiraannya: "Yang Mulia, Kate adalah ksatria bangsawan yang mengabdi pada Paduka!"
"Jadi kau pengikut langsungku. Mulai sekarang, aku naikkan gelarmu menjadi Bangsawan. Apakah anggota pasukanmu ada yang bangsawan?"
"Terima kasih Yang Mulia... Tidak, mereka semua ksatria rakyat biasa!"
"Kalau begitu semua diangkat menjadi ksatria bangsawan."
"Terima kasih Yang Mulia!"
"Terima kasih Yang Mulia!"
Anggota tim ksatria semuanya berlutut satu kaki, melakukan ritual loyalitas dengan khidmat kepada Liszt. Ekspresi semangat dan kegembiraan terpancar di setiap wajah——pada kenyataannya, momen seperti ini sering terjadi di Pulau Api, di mana ksatria kerena mendapat gelar bangsawan atau promosi pangkat berkat jasa perang.
Memberikan penghargaan kepada para ksatria.
Liszt kemudian menoleh ke gadis Pembunuh Bulan Hippolyta yang sedang gemetar di sampingnya.
Gadis kecil pribumi yang kurus ini belum mengalami perkembangan tubuh yang sempurna, tapi tinggi badannya sudah mencapai 1,6 meter. Kulitnya berwarna kecoklatan hasil berjemur, mengenakan pakaian kulit binatang, dan bertelanjang kaki tanpa alas. Rambutnya yang hitam berkilau terbelah di tengah, sudah sepanjang bahu.
Di antara helaian rambutnya tertancap sederet bulu.
Ini adalah metode dekorasi yang disukai perempuan Pembunuh Bulan. Semakin tua usia mereka, semakin banyak bulu berwarna-warni yang ditancapkan di kepala untuk membentuk mahkota bulu yang indah.
Mahkota bulu Hippolyta belum terbentuk sempurna.
Namun karena dia adalah putri Sang Pendengar, kondisi hidupnya lebih baik daripada anak-anak Pembunuh Bulan pada umumnya, terlihat lebih bersih dan memiliki paras yang cantik.
Terutama gaya rambut belah tengahnya yang sangat menarik.
Liszt sangat ingin berkata: "Kamu bisa memanggilku Kakak mulai sekarang, nanti aku akan mengajarimu menyisir rambut dengan gaya tengah..."
"Tentu saja dia tidak enang mengucapkan dialog kekanak-kanakan itu, hanya tersenyum sambil memperhatikan Hippolyta. Gadis kecil ini ternyata menyembunyikan peri tanpa membunuhnya, membuatnya merasa simpati: 'Kamu bernama Hippolyta?' tanyanya dalam Bahasa Bulan yang terbata-bata, belakangan ini dia menyempatkan diri mempelajari Bahasa Bulan."
Bahasa lisan Bahasa Bulan tidak terlalu sulit, teknik pengucapannya memiliki pola yang bisa diikuti. Bagaimanapun juga sebagian besar bahasa di Daratan Legenda, termasuk bahasa angin dan tulisan ular, mewarisi kosakata dari Bahasa Bulan.
"Wa ai te ke..." Gadis kecil itu mengumpulkan keberanian, mengeluarkan serangkaian ocehan tak jelas sebagai pertanyaan.
Liszt tidak mengerti.
Menoleh melihat penerjemah penyihir di sampingnya——sebag besar ksatria memang pernah mempelajari Bahasa Bulan, tapi tidak mahir, pada dasarnya berkomunikasi mengikuti manual operasi.
Penyihir yang mendalami Bahasa Bulan lebih cocok menjadi penerjemah.
"Yang Mulia, dia menanyakan mengapa Paduka menangkap Ayahnya, serta teman seperjalanan dan keluarganya."
"Ini kesalahpahaman, aku mengundang mereka untuk tinggal di wilayahku. Di sini ada kehidupan yang jauh lebih baik daripada suku Luo, kamu juga akan memulai hidup baru di sini." Ucap Liszt, diterjemahkan sang penerjemah, komunikasi berjalan cukup lancar, "Jadi jangan khawatir, jangan takut."
"Apakah kalian benar-benar tidak akan membunuh kami?"
"Ya, tidak akan membunuh kalian. Faktanya di sini ada banyak pemburu bulan, semuanya orang-orang dari berbagai suku yang datang untuk memulai hidup baru."
"Kalau begitu bisakah Paduka membebaskan Ayah dan adik laki-lakiku?"
“Tentu saja boleh, tapi sebagai syarat transaksi, bisakah kamu melepas kontrak dengan para peri ini?” Liszt menunjukkan senyuman seperti nenek serigala, menampilkan kesabaran yang baik——siap menghormati pemburu bulan yang menghargai peri, dia juga bersedia menghormati lawan bicaranya, bukan karena gadis kecil ini berperilaku seperti loli.
“Mereka adalah teman seperjalananku, hadiah dari Ayah, jangan bunuh mereka ya?” Kata Hippolyta dengan gugup.
“Kamu sangat menyukai mereka?”
“Hm, aku sangat suka peri, mereka lucu, tidak seharusnya dibunuh. Tapi Ayah hanya mengizinkanku meminta satu peri saat ulang tahun... Dari tujuh tahun sampai dua belas tahun, aku hanya dapat enam peri, yang lain sudah dibunuh.”
Jelas, pemburu bulan dari Suku Luo tetaplah pemburu bulan.
Hanya saja Hippolyta si gadis kecil punya simpati pada peri.
“Serahkan pada ku, aku akan merawat para peri dengan baik. Di wilayahku tak ada satu pun peri yang terbunuh, mereka hidup bahagia. Kamu akan sering melihat peri berlarian bebas di wilayah itu, bebas tanpa batasan... Sedangkan kamu, harus pergi ke sekolah.”
Sekolah di sini bagi pemburu bulan, mengajar keterampilan adalah hal sekunder, merombak ulang persepsi mental-lah yang utama.
