Armada Keluarga Tulip tiba, armada Pulau Kuda Hitam tiba, armada Pulau Tapal Kuda tiba, bergantian mengangkut ksatria dan rakyat jelata menuju Pulau Hati.
Paris berdiri di depan pintu sihir yang gelap dan dalam, merasakan kekaguman yang tak terucapkan.
Meski tak tertarik pada sejarah atau novel, dia tahu formasi teleportasi sihir adalah ciptaan magis legendaris yang perkasa. Tapi kini benar-benar muncul di depan mata. Biasanya saat berinteraksi dengan perkumpulan magis, para penyihir itu bahkan harus diterus-terusin untuk melepaskan bola api kecil.
Bahkan Penyihir Besar pun, efek mantra mereka masih terasa remeh, tak sebanding dengan jurus terbang berkilat miliknya.
Terhadap penyihir agung Ake pun, dia tak merasa terlalu takjub, karena jarang melihat Ake bertarung.
Baru saat ini, di hadapan pintu sihir, dia benar-benar merasakan keajaiban sihir. Mendengar Chris*Kebenaran pernah berkata, di zaman jaringan sihir menyusut ini, hanya dengan memulihkan tingkat jaringan sihir zaman Kekaisaran Bulan, keajaiban ciptaan magis baru bisa benar-benar terwujud.
“Komandan Paris, apa yang kamu pikirkan.” Baru saja menyebut Cao Cao, Cao Cao pun muncul. Wakil Ketua Perkumpulan Magis Chris tiba-tiba sudah berada di depan pintu sihir, entah sejak kapan meninggalkan perkemahan asosiasi magis.
“Aku sedang memikirkan betapa mengerikannya sihir.”
“Sihir adalah perwujudan paling langsung dari Kebenaran, sementara Kebenaran adalah misteri terdalam dunia ini yang tak terukur. Tapi sebagai penyihir, mengeksplorasi Kebenaran dan menjinakkan sihir adalah cita-cita seumur hidup kami... Meskipun kamu bukan penyihir, sebaiknya juga lebih banyak mengejar Kebenaran.”
“Hehe, membaca buku-buku sihir dan catatan penelitian itu? Bukan hobiku.” Sekadar menyebut buku, kepala Paris langsung pusing.
Karenanya tanpa menunda lagi, dia langsung memerintahkan ksatria Tim Patroli untuk mengawal barisan Budak Tani yang sedang berbaris maju. Ada yang menggotong barang, ada yang mendorong gerobak dorong, semuanya menuju ke dalam pintu sihir.
Ksatria yang sudah mendapat pengumuman sebelumnya terus mondar-mandir di antara barisan Budak Tani.
Dengan lantang mereka menyampaikan panduan penyeberangan: "Saat masuk, tubuh kalian akan kehilangan kendali! Jangan panik! Peluk erat barang bawaan, pegang kuat-kuat stang gerobak! Sekejap mata kalian akan keluar! Untuk yang pertama kali melewati formasi teleportasi, mungkin merasa pusing! Istirahat sebentar akan pulih!"
Meski sudah dipropagandakan demikian, masih banyak Budak Tani yang berdiri gemetar di depan pintu sihir, tak berani melangkah maju.
Saat itu, cambuk di tangan ksatria akan diayunkan tanpa ampun ke tanah, menghardik budak tani. "Jika" budak tani tetap tidak bergerak, cambuk berikutnya akan mendarat di tubuh mereka——memukul orang adalah tindakan tidak manusiawi, namun terkadang mustahil menggerakkan budak tani seumur hidup yang tak pernah melihat dunia tanpa cara seperti ini.
"Jangan takut, formasi teleportasi tidak memakan orang!" Paris membawa kreasi magis baru——pengeras suara, ikut dalam barisan propaganda.
"Lewati pintu ini, kalian akan mendapat identitas rakyat merdeka! Tuan Lord akan membagikan tanah, tanah milik kalian sendiri! Hasil panen dari pekerjaan menanam, semuanya menjadi hak kalian! Cukup membayar seperdua puluh pajak, perlindungan ksatria pun menjadi milik kalian!"
Untuk menghindari cambukan, demi status rakyat merdeka dan tanah, bahkan budak tani paling pengecut pun memaksakan diri menerobos pintu sihir.
Ketika budak tani berduyun-duyun memasuki pintu sihir, rombongan berikutnya terdorong oleh kebiasaan, menyusul melangkah tanpa kerusuhan lagi.
Tak lama.
Seluruh rombongan budak tani telah masuk ke formasi teleportasi Hati Reed dengan mulus.
Para ksatria pun menyusul masuk. Paris bersiap melangkah terakhir, sejujurnya dia juga agak takut. Diam-diam ia mendatangi perkemahan pekerjaan Asosiasi Sihir, memandangi Chris dan kawan-kawan sibuk mengumpulkan informasi pintu sihir——ini adalah misi yang ditugaskan Ake.
Formasi teleportasi Hati Reed hanyalah produk uji coba yang membutuhkan lebih banyak data untuk menyempurnakan kreasi magis agung bernama formasi teleportasi sihir ini.
“Ada informasi dari rawa alang-alang?” tanya Paris.
Chris mengangguk: "Seluruh personel berhasil melewati formasi teleportasi Hati Alang-alang dengan aman. Hanya beberapa budak tani dengan kondisi fisik lemah yang mengalami muntah dan pusing, tidak ada insiden lain."
"Berapa lama lagi Asosiasi Sihir akan bekerja di sini?"
"Masih butuh waktu lama. Pekerjaan pengumpulan data Pintu Sihir sangat kompleks. Tapi di sini cukup ditempatkan satu divisi penyihir. Hari ini aku juga berencana ke Pulau Api. Yang Mulia sudah mengirim informasi, semakin banyak Penyihir Kuno Pembunuh Bulan yang muncul, jadi aku harus membantu mengelola Asosiasi Sihir."
"Hmm, baiklah. Aku pergi dulu, sampai jumpa di Pulau Api."
"Sampai jumpa di Pulau Api."
Menarik napas dalam.
Melintasi Pintu Sihir.
Sensasi seperti kehilangan gravitasi tiba-tiba menyelimuti Paris. Matanya terbuka tapi tak melihat apapun di sekeliling, hanya sesekali kilatan cahaya samar yang muncul. Perasaan terkurung ini sangat menyiksanya, untungnya hanya berlangsung seperempat jam.
Tiba-tiba, tubuhnya terasa terlempar. Pandangan kembali terang benderang.
Dengan cepat ia menguasai kembali kendali atas tubuhnya. Pinggangnya berputar lincah, seperti terjun dari ketinggian, mendarap mantap di papan kayu yang menutupi separuh permukaan danau.
Plek.
Bunyi boot menyentuh papan yang sedikit bergetar.
"Langit membiru bersih, sinar matahari terik membara, sekitar ramai dengan budak tani yang baru tiba sedang merapikan barisan. Sebuah pintu sihir misterius menjulang di atas permukaan danau di belakang punggungnya, dikelilingi pondok-pondok kayu sederhana yang berjejer seperti permainan balok."
"Di kejauhan hutan lebat tak berujung membentang, barisan pegunungan berlapis menuju garis cakrawala."
"Komandan Paris, selamat datang di rawa alang-alang Pulau Api." Seorang Viscount Sky Knight yang bertanggung jawab menyambut sedang memimpin tim ksatria menginspeksi seluruh rawa alang-alang, "Yang Mulia berpesan, kesatria Patroli akan ditempatkan di rawa alang-alang untuk menjaga ketertiban dan membangun Kota Alang-alang."
Paris menahan rasa penasarannya terhadap sekitar, menjawab: "Apakah aku perlu menghadap Yang Mulia di Kota Api Suci?"
"Tidak perlu, malam ini Yang Mulia akan datang ke rawa alang-alang untuk mengadakan jamuan pengikut. Saat itulah kita bisa mendengar petunjuk Beliau. Jika Komandan Paris tidak lelah, bisa langsung mengambil alih tugas keamanan di sini. Aku masih harus inspeksi ke perkemahan daerah Niuwei, benar-benar kewalahan."
"Kalau begitu serahkan saja di sini padaku." Paris segera memasuki mode pekerjaan.
Mengumpulkan kesatria Patroli dalam himpunan, lalu membagi tugas pengawasan perkemahan Api di rawa alang-alang, mengatur rumah tinggal budak tani sesuai regu, serta menetapkan tata tertib keluar-masuk yang ketat.
Setelah penataan sejenak, ketertiban di perkemahan Api segera stabil.
Perkemahan di daerah Niuwei sebelah juga segera menjadi tenang.
Tanpa terasa malam telah tiba.
Dengan lolongan naga yang penuh wibawa dan tak tergoyahkan, Liszt yang menunggangi naga tak berbentuk Bard turun dari langit. Ia memberi isyarat pada Bard untuk menemui Ake melihat apakah perlu bantuan, sementara dirinya dikelilingi ksatria-ksatria menuju perkemahan Wilayah Api untuk memantau gelombang pertama imigran yang datang melalui formasi teleportasi Hati Reed.
Ia juga mengirim pasukan ksatria ke perkemahan Niuwei untuk mengundang Marquis Ekor Sapi dan rombongan menghadiri jamuan.
Setengah jam kemudian.
Di bawah cahaya api unggun yang berkobar, pesta barbekyu dimulai. Seluruh bangsawan dari Niuwei dan Wilayah Api berkumpul, memanggang daging sendiri. Hanya bangsawan viscount seperti Liszt, Li William, Paris, Chris serta Penyihir Besar yang duduk di meja khusus dengan pelayan yang bertugas memanggang dan menyajikan hidangan.
"Ayah, bagaimana perasaanmu datang ke Pulau Api?" tanya Liszt sambil mengangkat cangkir birnya dengan senyum.
Li William menyentuhkan gelasnya dengan Liszt, menenggak birnya hingga habis, lalu berkomentar: "Cuacanya agak panas, lebih panas dari Kepulauan Safir. Tapi di sini terasa lebih bebas dan penuh vitalitas. Semua tanah masih primitif, tapi menyimpan peradaban dan kekayaan yang tak kasat mata."
