"Oh hou!"
Tanpa kejutan, Rio langsung menolak!
"Mari kita bicarakan filosofi. 'Jika' bukan karena kamu menyedot habis semua super gunung berapi dari kawah Gunung Berapi Kiamat, phoenix pasti bisa mendapatkan suplai energi sihir yang cukup untuk menetas... Tentu saja ini bukan salahmu, sumber daya tak bertuan siapa yang ambil jadi miliknya, lagipula Pulau Api adalah wilayahku."
Dia berkomunikasi dan bermain strategi dengan Rio dalam pemikirannya dengan cepat.
Berfilosofi tak ada gunanya. Akhirnya transaksi menggunakan air naga merah dilakukan. Seiring konsumsi bertahap, Liszt hanya menyisakan lebih dari lima puluh botol air naga merah.
Rio segera mengajukan harga batas bawahnya——50 botol.
Itu ingin menyedot habis semua persediaan Liszt sekaligus.
"Baik!" Dalam momen genting, Liszt tak bisa menawar. Lagipula tangan kiri dan kanan sama-sama naganya sendiri, memberikan air naga merah ke Rio tidak merugikan.
Dengan cepat.
Ia meletakkan tangan pada telur phoenix. Sihir tingkat tinggi naga Rio mengalir melalui tangannya, melewati meridian energi tempur ke telur phoenix. Seperti hujan di musim kemarau, telur phoenix merasakan sihir tingkat tinggi naga dan mulai menyerap dengan gila-gilaan. Sihir tingkat tinggi naga yang tak henti mengalir masuk membuat kilau emas pada telur itu bersinar kembali.
Phoenix bisa menetas keluar dari cangkang kapan saja.
Namun kecelakaan tiba-tiba terjadi.
Pada detik ini, Rio yang menempel di dada Liszt mengerahkan energi sihirnya dengan kecepatan kilat. Tidak hanya menarik kembali semua sihir tingkat tinggi naga yang bocor, tapi juga menyedot semua energi dalam telur ke tubuh Liszt sekejap mata.
Kemudian esensi energi Telur Phoenix mulai mengalir ke lokasi tubuh yang dirasuki——Ini pertanda ia ingin mengingkari janji, langsung menelan seluruh Telur Phoenix.
"Berhenti, Rio!"
Liszt tidak sempat menunjukkan kemarahan atas tindakan Rio. Ia terlalu menganggap remeh akhlak naga jahat, mengira dengan bujukan emosional, logika, maupun iming-iming keuntungan bisa mencapai kompromi.
Tak disangka pada momen genting ini, Rio mengingkari janji karena nafsunya.
Telur Phoenix dengan kecepatan yang terlihat mata kehilangan kilaunya, dalam sekejap berubah menjadi batu kemerahan sebesar bola kaki, sementara esensinya mengikuti energi sihir yang diserap Rio masuk ke dalam tubuh Liszt. Bahkan kesadaran primitif itu pun menyusup ke tubuh Liszt, segera terhubung dengan pemikirannya.
Dapat dirasakan roh murni dan polos itu, yang bahkan belum membentuk "kepribadian Phoenix" utuh sudah menghadapi situasi breakdown.
Rio memancarkan pikiran serakah, ingin langsung menelan seluruh esensi Phoenix.
Namun Liszt pada detik ini mengambil tindakan tegas, dengan cepat mengalirkan energi naga-nya, memutus secara paksa energi sihir Rio untuk menghentikan nafsu seraknya terhadap esensi Phoenix.
Lalu mencoba membalikkan energi tempur, mengembalikan esensi Phoenix ke dalam telur burung——Untuk sementara tidak masalah jika tidak bisa menetas, tunggu kesempatan lain di kemudian hari.
Sayang.
Sifat telur burung phoenix telah berubah seiring penarikan esensi phoenix, tidak dapat lagi menerima energi sihir apa pun. Esensi phoenix itu telah menyatu ke dalam tubuh Liszt dalam sekejap jari, meresap sempurna ke seluruh tubuh, hingga ke sel-sel terdalam.
Roh primitif phoenix pun ditarik oleh kekuatan di otak masuk ke dalam rohnya.
Kekuatan spiritualnya yang sudah kuat karena dirasuki kekuatan takdir, kini mengembang drastis dengan tambahan ribuan informasi di otaknya.
Manifestasi paling nyata terlihat di matanya yang berapi-api, seolah nyala lidah api hidup.
"Warisan... Phoenix... Aku bersatu dengan phoenix? Atau tubuhku kini menjadi wadah kelahiran kembali phoenix?"
Aliran informasi yang deras berasal dari insting bawaan dalam darah keturunan phoenix.
Liszt langsung paham: Phoenix punya kemampuan terlahir kembali dari api. Dijebak Rio saat nyaris mati, ia mengandalkan insting untuk menyatu dengan tubuh Liszt demi kelahiran kembali.
Apa yang terjadi setelah kelahiran kembali ini masih misteri.
Apakah Liszt akan mewarisi segala kekuatan phoenix, atau phoenix yang mengambil alih tubuhnya, atau keduanya hidup dalam satu wadah.
Namun semua ini tidak terjadi, kekuatan takdir mengintervensi. Kekuatan Naga Asap yang melekat pada tubuh Liszt langsung menarik roh primitif Phoenix dan menggunakannya sebagai pakan untuk memperkuat roh Liszt. Maka kemampuan kelahiran kembali Phoenix menjadi redup, tenggelam jauh ke dalam tubuh Liszt.
"Sayangnya, Phoenix telah punah dari dunia ini..."
Sebuah helaan napas terdengar.
Namun sekejap kemudian, api di matanya tiba-tiba memancarkan cahaya gemilang: "Tapi sekarang, akulah Phoenix!" Kobaran api segera menyala dari seluruh tubuhnya.
Satu detik kemudian.
Kedua tangan Liszt seolah meleleh menjadi api, dari nyala api itu terkumpul sepasang sayap berbulu emas. Dengan hentakan sayap dan tendangan kaki, tubuhnya melayang mengitari gua berbentuk bulat sementara api di tubuhnya semakin intens hingga akhirnya melelehkan dirinya sepenuhnya.
Api tak kunjung padam, namun yang terbungkus di dalamnya bukan lagi manusia, melainkan seekor Phoenix berwarna emas-merah yang bermandikan kobaran api.
Tubuhnya perkasa dan ramping, bulu-bulu berkilauan seperti permata berwarna emas dan merah, secara keseluruhan mirip dengan Burung Naga Api, namun kobaran api selalu menyertai setiap bagian tubuhnya.
Di ekornya bukan lagi tujuh helai bulu ekor, melainkan sembilan helai yang terbentuk dari api.
Emas dan merah saling berpendar, api dan bulu-bulu menyatu sempurna. Saat ini Phoenix yang diwujudkan Liszt adalah api itu sendiri, dan api adalah Phoenix.
"Perasaan ajaib, pengalaman magis, perhitungan keliru Rio yang tak disengaja. Meski gagal menetaskan Phoenix, aku mendapatkan kemampuan mirip sihir transformasi Druid!"
Esensi Phoenix telah menyatu ke dalam seluruh tubuh dan setiap sel, bagai kode darah Putra Matahari. Kemungkinan ini membangun sihir perubahan wujud pada level gen. Rohnya yang kebetulan menelan roh primitif Phoenix, membuatnya mahir mengendalikan kekuatan dari burung legendaris ini.
"Oh hou!"
Rio masih menempel di tubuh Liszt yang berubah wujud menjadi Phoenix, namun kini hanya bisa memandangi kekuatan itu dengan iri, tak lagi bisa merebutnya.
Hati nurani bergetar.
Liszt menyimpan kekuatan Phoenix, kembali ke wujud manusia. Persenjataan energi tempur langsung mengenakan pakaiannya, mencegah bagian tubuh terbuka - bahkan di tempat sepi pun tak boleh sembarangan telanjang.
Dengan cepat dia memasukkan telur Phoenix yang telah pudar dan tumpukan kayu bakar padam ke dalam cincin dimensi.
Memandangi batu darah phoenix di dinding gua, tenggelam dalam lamunan.
Tiba-tiba muncul tulisan ular dari kabut: "Misi gagal, Phoenix telah kau telan."
Ini kedua kalinya misi kabutnya gagal, sebelumnya gagal evolusi peri tulip, sekarang gagal penetasan Phoenix.
Sangat disayangkan, tapi dia dapat hikmah dari musibah - memperoleh kemampuan transformasi menjadi Phoenix.
"Pengerjaan kontrol terhadap Rio harus dipercepat setelah pulang, segera selesaikan bekas luka hati agar kejadian seperti ini tidak terulang di kemudian hari." Dia tidak bisa menyimpan dendam pada Rio, sifat asli Rio adalah naga jahat, semuanya berasal dari insting alaminya - ini semua kesalahannya sendiri yang kurang persiapan dan tidak sepenuhnya mengendalikan Rio.
Pada saat ini.
Misi asap baru dirilis.
"Misi: Musnahnya benda-benda ajaib langit dan bumi sering menandai perubahan zaman, bahkan takdir pun terus berubah tanpa pola. Kamu harus belajar membuat pilihan tepat di tengah berbagai perubahan, memahami pola pengoperasian segala hal. Mohon tinggalkan sumber api untuk Phoenix. Hadiah: Ratusan Burung Menyembah Phoenix."
