"Menurutmu ini varian putri duyung?" Li Si te bertanya dengan aneh sambil memandang monster raksasa yang sangat jelek itu, karena ia menemukan siluet monster ini mirip putri duyung, meski tertutupi tubuh jelek, menjijikkan, dan dipenuhi tumor namun memiliki payudara dan rambut panjang.
Legenda mengatakan semua putri duyung berjenis kelamin perempuan, memiliki dada sempurna dan rambut panjang seperti air terjun.
Dari patung putri duyung yang dikelilingi patung Ikan Jelek dan Naga di Kuil Ikan Jelek Suci, terlihat jelas putri duyung menempati status raja dalam ras lautan.
Monster jelek di depan ini jelas mengontrol kawanan Ikan Jelek, sehingga sangat mungkin memiliki hubungan hierarki atasan-bawahan dengan ras Ikan Jelek. Dengan kata lain ini adalah putri duyung yang mungkin mengalami mutasi sehingga berubah menjadi seperti sekarang, bahkan properti sihirnya berubah menjadi atribut gelap.
Ake juga mengamati monster sepanjang sepuluh meter ini: "Begitu Kakak sebutkan, Ake juga merasa ini mungkin varian putri duyung. Energi sihir gelap tingkat tinggi, tumor, penampilan membusuk, serta lapisan aura kematian yang menyelimutinya - sangat mungkin terjadi mutasi roh."
"Mutasi roh?"
“Hm, ini adalah topik baru yang ditemukan Ake saat meneliti Lich Andy. Ada hubungan kuat antara roh dan cangkang. Begitu terjadi mutasi roh, tubuh akan ikut bermutasi. Tapi mutasi tubuh sulit memicu perubahan pada roh.”
“Lalu, bagaimana cara menangani putri duyung mutan ini?”
“Segel saja. Kungkung di tepi pantai. Ake akan membangun laboratorium di sini untuk meneliti putri duyung mutan dan menyelidiki asal-usulnya... Sedangkan Ikan-Ikan Jelek ini, selama kita mengendalikan putri duyung mutan, seharusnya bisa mengatur mereka. Kakak rasa bagaimana kalau dijadikan budak?”
“Sebagai budak ya.”
Liszt mengamati dengan cermat Ikan-Ikan Jelek ini. Di darat, gerakan mereka kikuk, kecerdasan terbatas. Tapi tenaganya besar, struktur organisasi rapi. Jika bisa dikendalikan, bisa menjadi tenaga kerja murah untuk pekerjaan kasar.
Maka dia berkata: “Menurutku bisa. Lagipula jika berhasil dijinakkan, bisa dipakai untuk budidaya hasil laut. Pengembangan potensi laut jauh lebih efektif daripada nelayan.”
Demikianlah.
Ekspedisi ke Pulau Jangkar Kapal pada dasarnya sukses. Putri duyung mutan disegel untuk penelitian lanjutan, ras Ikan Jelek masuk dalam daftar penjinakan. Yang terpenting, kemunculan Ikan Jelek dan putri duyung mutan mengungkap informasi yang dinantikan Liszt — ras kuno belum musnah.
Maka peradaban sihir gemilang zaman Kekaisaran Bulan, mungkin masih bertarung nyawa di sudut-sudut dunia ini.
……
"Menyelesaikan misi, hadiahkan Sirene Jahat."
Setelah menangkap putri duyung mutan, misi asap telah terselesaikan. Jelas invasi Ikan Jelek ke daratan adalah ulah putri duyung mutan ini.
Sedangkan putri duyung mutan ini, seharusnya adalah yang disebut Sirene Jahat.
Putri duyung dalam legenda memiliki status jauh lebih tinggi daripada sirene, layak menyandang sebutan "roh laut". Putri duyung mutan dengan atribut gelap, secara alami adalah Sirene Jahat.
Terhadap putri duyung, Liszt memiliki banyak rasa ingin tahu. Namun dia bukanlah peneliti akademis, penelitian tentang putri duyung mutan harus dilakukan Ake bersama penyihir perkumpulan magis.
Untungnya kabar kelahiran magus di atas laut telah ditransmisikan jauh melalui nyanyian penyair pengembara. Jadi banyak penyihir dari negara-negara tak dikenal perlahan berangkat menuju Pulau Api untuk berziarah. Mereka akan tinggal sementara di Pulau Kuda Hitam, mempelajari data-data tidak penting dan peraturan kastil perkumpulan magis.
Jika perhatian cukup pekat, dan bersedia bergabung dengan perkumpulan magis untuk mengabdi, bisa memperoleh kesempatan mengunjungi Pulau Api.
Jika tidak mau tunduk pada pengelolaan dan mengabdi ke perkumpulan, akan dipulangkan. Sama sekali tidak mungkin mendapat kesempatan melintasi pintu sihir Pulau Hati.
Apalagi bertemu Ake untuk berziarah.
Meski syarat-syarat begitu ketat, tetap ada banyak penyihir terus bergabung.
Dalam laporan Chris tahun lalu, jumlah anggota terdaftar perkumpulan magis telah melebihi 3.600 orang. Mayoritas adalah magang penyihir, dengan proporsi besar berasal dari magang yang dibina Kerajaan Api sendiri. Penyihir berjumlah sekitar seribu orang, termasuk lebih dari lima puluh Penyihir Besar.
Jika menyertakan penyihir kuno yang kemampuan penelitiannya hampir nol, jumlah penyihir kuno saja melebihi 10.000 orang. Diantaranya, sekitar tiga ratus penyihir kuno setingkat Penyihir Besar.
Meski metode merapal mantra dan efisiensi penyihir kuno jauh tertinggal dari penyihir modern, kemampuan mereka terus meningkat seiring integrasi ke sistem sihir modern. Harus diakui debu energi sihir dari peri memberikan efek bantuan luar biasa besar bagi latihan magis.
Walau Li Si telah mengeluarkan dekret keras yang melarang perenggutan peri untuk membuat debu energi sihir, tetap ada penyihir nekat membeli peri serangga dari suku Pembunuh Bulan yang belum tunduk, lalu mengolahnya menjadi debu energi sihir untuk membantu latihan magis.
Penyihir seperti ini akan langsung dihukum mati bila tertangkap. Jenazahnya akan digunakan untuk penelitian tanpa toleransi.
Singkatnya.
Penemuan ras putri duyung mutan dan ikan jelek pasti akan menarik banyak penyihir berinisiatif ke Pulau Jangkar Kapal untuk penelitian. Ake akan mengatur pembagian misi penelitian dengan baik, tak perlu Li Si memikirkan.
Yang kini dipikirkannya adalah misi asap baru.
“Misi: Penemuan putri duyung mutan menimbulkan kegelisahan, terutama hasil mengerikan dari mutasi roh yang seolah menandakan adanya sumber kekuatan jahat di laut yang telah mencemari ras putri duyung yang dulunya mewakili kemuliaan. Sebagai tuan laut, perlu menyelidiki sumber kejahatan. Hadiah: Jejak iblis.”
“Sumber kejahatan, jejak iblis, terdengar agak menyeramkan.” Liszt mengomentari sambil mempersiapkan laboratorium laut bersama Ake, menjinakkan ikan jelek sembari menunggu penyelaman.
Dia sendiri jelas tidak bisa menyusup ke laut untuk menyelidiki sumber kejahatan, harus mengandalkan kemampuan Ake.
“Hadiah misi ini adalah jejak iblis, apa maksudnya? Atau iblis ini mewakili apa, apakah Laut Iblis atau makhluk tak dikenal?”
Baik Laut Biru Berkilau maupun Laut Kerang hanyalah perairan landas kontinen, laut dalam sejati ada di balik lereng benua yaitu Laut Iblis. Saat mencari Pulau Kura-Kura Naga dulu, Liszt dan Ake pernah mendekati Laut Iblis yang cuacanya tak menentu dengan ombak mengamuk yang menakutkan, sulit dilayari.
Setelah itu seluruh energinya difokuskan untuk mengembangkan Pulau Api dan merampas kerajaan daratan, tidak lagi meneliti Laut Iblis atau mencoba menyeberanginya untuk mencari peradaban Putra Matahari.
Saat dia merenung, ikan jelek yang sedang dijinakkan seolah melihat kesempatan baik, langsung menyerang Liszt.
Plek!
Liszt dengan santai mengeluarkan energi naga, menghancurkan Ikan Jelek yang menyerang hingga menjadi debu, sekaligus menggentarkan Ikan Jelek lainnya yang mulai berulah. Makhluk jelek dan menyebalkan ini memiliki tingkat kecerdasan tidak terlalu tinggi, sedikit lebih tinggi daripada simpanse, bisa dibilang sebagai ras bijaksana walau dipaksa, sayangnya kurang patuh.
Mungkin para penyihir di antara Ikan Jelek - makhluk magis yang disebut Liszt sebagai "Imam Ikan Jelek" - memiliki kendali kuat atas Ikan Jelek, membuat mereka bahkan tak peduli disuruh mati sekalipun.
Tapi meski Liszt menggunakan aura naga untuk menundukkan mereka, mereka tetap tidak mau patuh.
Dalam dua hari proses penjinakan, dia telah membunuh sekitar seratus Ikan Jelek. Namun makhluk-makhluk ini masih memberontak dengan mata merah, sama sekali tidak menunjukkan kesadaran sebagai ras budak. Imam Ikan Jelek juga sama, otaknya hanya punya satu jalur pikiran, tidak memiliki kesadaran diri sebagai pihak yang lemah.
Bahkan berani mengayunkan tulang ke arah kesatria naga.
Plek. Liszt lagi-lagi membunuh seekor Ikan Jelek yang hendak menyerangnya, menghela nafas sambil berkata: "Tampaknya untuk menjinakkan ras Ikan Jelek, kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan. Harus mencari cara dari putri duyung mutan."
