Perang adalah kejam, namun Perang Perintah Pembukaan Lahan tahun ini terasa berjalan terlalu mulus.
Ketika Ordo Ksatria menyerbu Koridor Rimbun, sebagian besar tuan tanah Kerajaan Elang yang diserang, menutup pintu kastil lebih awal dan mengungsi ke desa; langsung membuka gerbang kota menyambut kedatangan divisi kerajaan, berubah wujud menjadi bagian dari para penyusup.
Bahkan beberapa tuan tanah telah membungkus semua sumber daya di kastil mereka, hanya menunggu kedatangan Ordo Ksatria untuk kemudian naik ke kapal-kapal besar dan berangkat ke Kerajaan Api. Ada yang sampai tidak rela membuang terlalu banyak logistik, bahkan Budak tani pun telah diatur untuk langsung mengikuti pasukan ksatria.
Adegan pertempuran yang benar-benar membutuhkan serbuan tidak banyak terlihat.
Liszt yang bersembunyi di perbatasan materi, melihat pemandangan ini tak bisa menahan gumaman: "Kerajaan Elang pada dasarnya telah menyerah pada jantung wilayah pesisir, para tuan tanah ini pun sudah putus asa... Jika kemurahan hati mereka sebesar ini, akan kuperintahkan para ksatria untuk mempercepat perampasan Koridor Rimbun sebelum menuju Teluk Aden."
Adonis*Cahaya Bulan Perak dan para ksatrianya gagal melindungi tanah ini, tak mampu menjaga rakyatnya. Akibatnya pasukan bayaran merajalela, Budak tani diperdagangkan semena-mena, rakyat jelata hidup dalam ketidakpastian.
Liszt pun datang menggantikannya, memindahkan semua warga sipil ke Pulau Api.
"Biarkan mereka memulai hidup baru di Pulau Api, tidak perlu lagi khawatir akan serangan prajurit bayaran, juga tidak perlu khawatir hidup tanpa jaminan - Sebagai seorang tuan tanah, Liszt mungkin tidak memiliki pemikiran mulia seperti kesetaraan semua orang atau kebebasan rakyat, tapi dia selalu berpegang pada satu prinsip."
"Yakni rakyatnya sendiri harus kenyang, berpakaian hangat, dan tidak akan dibunuh secara semena-mena."
"Bahkan terhadap rakyat pengikut-pengikutnya pun, dia akan turun tangan untuk menjamin keselamatan nyawa dasar orang-orang ini."
"Ini adalah prinsip dasarnya, kebaikan yang dijaga ketat di lubuk hatinya."
"Emily, bagaimana pendapatmu tentang Perintah Pembukaan Lahan ini?" Liszt menemukan Kesatria Naga Zamrud Muda-Emily yang sedang beristirahat di sebuah puncak bukit, mengendarai Bard mendarat di depannya lalu bertanya.
"Yang Mulia."
Emily memberi penghormatan, kemudian menjawab: "Hampir tidak ada perlawanan, ini berkat sinar kemuliaan Yang Mulia. Semua tuan tanah feodal di Koridor Rimbun bisa dirampas dan dibawa pergi. Untuk pengembangan Kerajaan Api, tidak perlu bersikap lembut seperti yang dilakukan Kadipaten Safir dulu."
"Jika perampasan terlalu ekstrim, tanah subur ini mungkin tidak akan lagi diolah oleh bangsawan."
"Kerajaan Elang memiliki empat garis pantai yang makmur: Teluk Sardin, Tepi Laut Lumpur Kuning, Muara Deru, dan Koridor Rimbun. Merampas sekali setahun bisa dilakukan selama empat tahun. Empat tahun kemudian Kerajaan Api akan cukup kuat, tanah-tanah sudah diolah, dan bisa sepenuhnya swasembada."
"Pendapatmu masuk akal, tapi tahun ini aku berencana merampas dua lokasi yaitu Koridor Rimbun dan Teluk Sardin, semuanya akan dijarah habis-habisan." Liszt selalu menganggap pembangunan terlalu lambat, ingin langsung "memakan si Gendut dalam sekali gigit".
"Merampas dua lokasi setahun, bisa bertahan dua tahun, ditambah beberapa wilayah garis pantai lainnya, mempertahankan tiga Perintah Pembukaan Lahan tidak masalah. Meskipun wilayah pesisir Kerajaan Elang tidak bisa dijarah, nanti ketika Tuan Akroides menguasai Formasi Sihir Teleportasi, kita bisa merampas di jantung wilayah Kerajaan Elang."
Langsung membuka formasi teleportasi ke jantung Kerajaan Elang, ide seperti ini belum terpikir oleh Liszt: "Biaya pembangunan formasi teleportasi terlalu mahal."
"Kudengar Tuan Akroides sedang memperbaiki formasi teleportasi. Dengan ilmu agung dan sihir ajaib Tuan Akroides, tiga tahun cukup untuk membangun formasi teleportasi secara rutin, bahkan mungkin merancang pintu sihir yang bisa dibuka sementara." Emily sangat menghormati Ake.
Dan menganggap Ake hampir mahakuasa.
"Mungkin saja."
Liszt dengan kedua tangan di belakang punggung, memandang rombongan ksatria yang sedang bermigrasi di kejauhan, suaranya tenang namun berwibawa: "Aku tidak menyukai perang, meskipun aku selalu menjadi pemenang perang."
Emily menatap punggungnya, kedua matanya berkilauan.
Naga tak berbentuk Bard entah dari mana mengeluarkan rumput asap, mengunyahnya perlahan; sedangkan Naga Zamrud Muda Ethan dengan angkuh memutar kepalanya yang berbentuk naga.
……
“Ibu, ke mana kita akan pergi?” Di atas kereta kuda replika dari papan kayu, anak laki-laki kecil yang baru berusia beberapa tahun meringkuk dalam dekapan ibunya, bertanya dengan suara lirih.
Ibunya yang terjepit di pinggir kereta memegang erat pegangan bus sambil melindungi diri dan anaknya: "Ke tempat yang sangat jauh, Tuan Lord akan memandu kita ke tempat yang lebih baik untuk hidup."
Anak itu tak benar-benar mengerti apa arti tempat yang lebih baik, tapi dia tak melanjutkan pertanyaan. Dari celah ketiak ibunya, matanya mengintip ke luar kereta.
Rombongan kereta ini membentang sepanjang belasan kilometer.
Di sepanjang jalan tanah terlihat tim ksatria berpatroli mengelilingi rombongan, mencegah serangan dari pasukan bayaran.
Beberapa kelompok prajurit bayaran nekad telah mencoba merampas rombongan dan menculik budak tani selama perjalanan.
Terutama saat rombongan berhenti untuk memasak, para ksatria selalu gugup menyisir setiap sudut hutan sekitar mencari kemungkinan penyergapan.
Anak itu mengintip diam-diam para ksatria yang menunggang kuda besar. Saat sorot mata ksatria menyapu kereta, dia segera menyembunyikan kepala di dada ibunya. Setelah beberapa saat, barulah dia mengintip lagi dari celah. Baju zirah putih perak dan tombak ksatria yang berkilauan dengan cahaya dingin itu terpatri dalam otaknya yang masih belia.
Serta meninggalkan kesan mendasar——ksatria, melindungi dirinya dan Ibu.
Setelah menempuh perjalanan panjang selama satu bulan, rombongan akhirnya tiba di tepi pantai. Anak laki-laki dan ibunya melihat banyak kapal berlabuh di pelabuhan.
Kapal-kapal besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, masing-masing bagaikan kastil yang melayang di atas laut.
Di tiang kapal yang megah, bendera hitam berkibar gagah dengan motif nyala api yang membentuk pola naga api raksasa——Kapal Dagang Huo Long. Inilah kapal besar tiga tiang baru Kerajaan Api yang menggunakan kombinasi layar melintang dan membujur, ciri khasnya hanya satu: Besar!
Untuk mengangkut para ksatria dan budak tani ini, Liszt tak lagi peduli menyembunyikan fakta. Semua kapal besar yang dibangun secara gila-gilaan oleh Kerajaan Api dalam beberapa tahun terakhir langsung dikerahkan.
Selain Kapal Dagang Huo Long.
Ada juga kapal besar yang lebih ramping dengan bendera hitam di tiangnya. Namun motifnya bukan lagi nyala api, melainkan fragmen logam putih yang membentuk pola naga besi raksasa——Kapal Perang Tie Long, kapal tiga tiang sejajar dengan kapal kargo Huo Long, khusus mengangkut ekspedisi ksatria dengan mobilitas super kuat.
Di tepi pantai.
Di bawah pengorganisasian ksatria, para budak tani antre naik ke Kapal Dagang Huo Long satu per satu. Begitu naik, awak kapal langsung membagikan pil kecil——obat mabuk laut.
Ini adalah obat baru hasil penelitian Perkumpulan Magis.
Tidak hanya ada obat mabuk laut, tetapi juga beberapa obat lainnya. Dalam hal penelitian obat-obatan, Liszt sangat murah hati dalam berinvestasi. Obat-obatan ini pada dasarnya tidak diperlukan oleh kelas ksatria, namun sangat dibutuhkan oleh rakyat jelata. Penguasa lain pasti tidak akan berinvestasi pada obat untuk menyembuhkan budak tani, hanya Liszt yang bersikeras melanjutkan.
"Ibu, kita mau ke mana?" Anak laki-laki itu kembali bertanya pelan kepada ibunya. Tiba di tepi pantai, menaiki kapal besar, semua ini membuatnya penasaran sekaligus takut.
Sebelum ibunya sempat menjawab, seorang pemuda yang terlihat seperti penyihir sekaligus bangsawan mendekat.
Pemuda itu tersenyum dan berkata dalam bahasa angin: "Nak kecil, tempat yang akan kita tuju bernama Kerajaan Api. Mulai hari ini, kamu dan ibumu akan menjadi rakyat Yang Mulia Raja Api Liszt*Api... Di sana tidak ada perang, tidak ada kerusakan, asal mau bekerja keras kamu bisa makan sampai kenyang."
Setelah mengatakan itu.
Pemuda itu kembali berseru kepada para budak tani yang penasaran di sekitarnya: "Saya adalah Ahli Sihir Medis kapal Tony*Kebenaran. Jika kalian merasa tubuh tidak nyaman, saya akan membantu menyembuhkan, memastikan semua orang tiba di Kerajaan Api dengan sehat."
