Banyak hal di dunia yang bisa menghalangi energi sihir, misalnya sari ketan adalah materi anti-sihir yang sangat efektif. Kastil-kastil besar hampir semuanya dibangun menggunakan sari ketan sebagai bahan perekat, sehingga kokoh seperti jam dan mampu menahan serangan sihir maupun energi tempur.
Namun sari ketan hanya bersifat anti-sihir, tidak bisa mengisolasi penetrasi energi sihir.
Pada dasarnya sangat sedikit benda yang bisa mengisolasi penetrasi energi sihir, bahkan permata dan kristal - produk naga sekalipun. Energi sihir permata bisa bertahan lama karena kemampuannya mengkonsentrasikan dan menyerap energi sihir bebas dari udara.
Kristal juga memiliki efek serupa tapi sangat lemah, begitu energi sihir naganya habis maka efeknya pun hilang.
Karena itu, kemampuan labu menyimpan energi sihir membuat Li Site tiba-tiba tersadar. Ia ingin menyelidiki rahasia tersembunyi di dalamnya: bagaimana bisa mengisolasi energi sihir yang merupakan eksistensi berbeda dari materi biasa.
"Tampaknya sambil meminta perkumpulan magis mengembangkan nilai labu, aku juga harus menghubungi Ake, memastikan Ake ikut meneliti rahasianya... Aku sendiri bisa mencoba menemukan trik, selalu merasa labu kecil ini menyembunyikan rahasia besar, terkait jodohku!"
Sayangnya labu itu benar-benar hanya labu biasa, diobservasi bolak-balik, tidak menemukan petunjuk lebih lanjut.
Dia terpaksa menyimpannya sementara, melihat peri besar labu Kled yang berayun di sulur, berkata: "Kled, kau benar-benar pembawa keberuntungan kecilku, labu yang kau tanam sangat penting... Lihat kau tidak nyaman di Kastil Xinhuo, bagaimana kalau kuajari nyanyi?"
"Baik, aku suka menyanyi!" Mata Kled berbinar.
"Ayo, ikuti aku... Huluwa, Huluwa, tujuh bunga di satu sulur. Tiupan angin dan hujan tidak takut, la la la la..." Liszt mulai menyanyi.
Kled pun belajar mengikuti: "Huluwa, Huluwa, tujuh bunga di satu sulur..."
Tapi di tengah nyanyian, dia protes: "Tidak enak, sama sekali tidak enak, Liszt, apa kau anggap aku bodoh? Nyanyi harus berirama, lagumu tidak ada iramanya. Bahkan tidak sebagus lagu 'Kembali ke Kastil Sungai' yang diajarkan Lao Carter, dengarkan nyanyianku!"
"Kled sangat menghina lagu-lagu Profesor Liszt, tapi memang benar, Huluwa terdengar indah saat dinyanyikan dalam Bahasa Mandarin. Namun ketika diterjemahkan ke tulisan ular, rima menjadi kacau dan tersendat-sendat."
"Bagaimanapun juga, ini adalah dua sistem bahasa yang sangat berbeda, dengan desain estetika yang sama sekali berbeda pula."
"Tak lama kemudian, nyanyian Kled mulai bergema."
"'Lihat, betapa indahnya lautan ini! Betapa menggugah perasaan! Lihat, pemandangan alam ini, betapa memesona!'"
"'Lihat, kebun buah di lereng bukit ini, dipenuhi raspberry merah seperti gincu, di mana-mana tercium aroma harum, dipenuhi kehangatan.'"
"'Tapi kau berkata 'selamat tinggal' padaku, membuang kekasihmu selamanya, meninggalkan kampung halamanmu selamanya. Sungguh tega kau tak kembali? Tolong jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku menderita lagi!'"
"'Kembalilah ke Kastil Sungai, pulanglah!'"
"Ini adalah lagu rakyat yang sangat populer dari Negeri Baja, sama populernya di Kadipaten Safir. Pada dasarnya, orang yang berasal dari Safir pasti bisa menyanyikan lagu ini. Kepala Pelayan Carter yang berasal dari Safir, di waktu luangnya mengajarkan lagu ini pada Kled dan peri-peri lainnya."
"Suara Kled memiliki aroma susu, seperti nyanyian anak-anak, namun lagu 'Kembali ke Kastil Sungai' tetap dinyanyikannya dengan merdu."
"Tok tok tok tok..."
Liszt tidak pelit memberikan tepuk tangan: "Kled, suaramu sangat berbakat, hebat sekali. Tapi dalam menggarap sawah juga harus tekun. Kuharap suatu hari kau bisa menanam labu varietas ramuan ajaib. Labu sangat penting bagiku, kau harus serius, mengerti?"
Merasakan harapan besar yang ditunggu-tunggu dari Liszt, Kled mengangguk: "Tentu, aku akan menanam ramuan ajaib, pasti lebih hebat dari Jela!"
Kebencian terhadap Jela sama sekali tidak berkurang.
Melihat ini, Liszt tak bisa tidak menggelengkan kepala. "Ikan lele" Jela ini memang sangat terlatih. Di kastil ini tidak ada peri yang tidak "membenci" keberadaannya, bahkan beberapa peri kecil duri pun tetap "membenci" Jela——Jela tidak akan bersikap tenang hanya karena varietasnya sama.
Namun ketika Liszt kembali ke Kastil Xinhuo dan memantau ruang insekta, dia menemukan Jela sedang berdiri di jendela ruangannya, menatap gunung-gunung di kejauhan dengan pandangan linglung.
Seolah ada kesedihan samar dalam kecemasannya.
"Jela, kau melihat apa?" Liszt tak kuasa menanyakan——meski sekarang dia punya begitu banyak ekor naga dan peri yang harus diperhatikan, perhatiannya pada individu tertentu mungkin berkurang, tapi Jela selalu menempati posisi tak terucapkan di hatinya.
Jela menoleh ke belakang, memandang Liszt, menggoyang-goyangkan kerah lipit Frac*Habillé kecilnya, lalu berkata dengan khidmat: "Aku sedang merenungkan masa depan."
Byur!
Liszt hampir tertawa, tapi berhasil menahan diri: "Oh, apa yang kamu pikirkan tentang masa depan?"
"Evolusi."
"Evolusi?"
"Ya, Li Si, aku sudah matang. Selama menjabat sebagai manajemen peri, aku menyadari kekuranganku. Meskipun metode manajemenku diakui oleh Lao Carter, Mosen dan lainnya, Ake juga mengatakan bakatku luar biasa sebagai peri langka."
Jela dengan kaku memuji diri sendiri, lalu melanjutkan: "Tapi aku harus mengakui kelemahanku, yaitu aku bukan naga peri sehingga wibawaku tak terlihat. Terutama dua lonte sensual Callie dan Yati yang selalu menghalangi perintahku."
Callie adalah naga peri pohon kanibal, sedangkan Yati peri naga soba yang sering merendahkan Jela.
"Lalu apa rencanamu?" Liszt mengangguk serius, memahami bahwa kecerdasan Jela tak bisa dinilai dengan standar peri besar biasa.
Peri-peri besar seperti Peri Rumput Laut Raksasa Pike, Peri Labu Kled, atau Peri Ercis Asyi memang memiliki tingkat kecerdasan setara anak 10 tahun, tapi lebih bersifat emosional. Mereka bisa menyerap pengetahuan tapi tak memahami alasan dibaliknya.
Hanya naga peri yang berpikir mendalam, menunjukkan kecerdasan manusiawi baik IQ maupun EQ.
Namun Jela sudah menunjukkan kemampuan ini, bersama satu peri besar lain yang memiliki kelebihan serupa - Peri Besar Pohon Merah Nami.
Nami suka bekerja mengembara di luar, sedangkan Jela cenderung tinggal di kastil sebagai kepala pelayan.
Saat itu Jela berkata dengan serius: "Liszt, kamu pernah bilang hanya dengan mencintai seekor naga, Peri Besar bisa berevolusi jadi naga peri. Jadi aku memutuskan mulai sekarang, aku akan mencoba mencintai seekor naga. Meski aku tidak suka naga-nagamu, tapi aku harus melakukannya."
"Hmm..." Liszt agak bingung, apakah mencintai naga bisa dipaksakan? "Lalu bagaimana caramu mencintai seekor naga?"
"Lebih banyak kontak." Jela jelas sudah berpikir matang. "Aku berencana mengundurkan diri dari posisi manajemen peri Kastil Xinhuo, fokus berinteraksi dengan naga-nagamu. Huo Long Rio, naga tak berbentuk Bard, Naga Zamrud Muda Ethan, naga besi mulut abu-abu Orn, naga Orichalcum Mata, naga air Watt, naga aluminium Conner, dan naga tulang Vini, semua akan kucoba dekati."
"Hmm, kalau begitu mari mulai dari Bard!" Liszt tidak tahu apakah cara paksa Jela ini bisa berhasil, tapi worth it untuk dicoba.
Jela mengangguk, lalu menyipitkan mata: "Wuwa! Aku langsung berangkat umumkan pengunduran diri ke para peri!"
