Tatapan kosong tengkorak-tengkorak itu membuat hati Liszt berat. Sebelum tiba di Daratan Mafa, dia penuh rasa penasaran akan daratan luas ini, juga berharap bisa mendapatkan berbagai benda ajaib seperti peri, naga, dan sub-naga.
Namun setelah beberapa hari menjelajahi, ditemukan bahwa seluruh daratan terkubur tengkorak, tengkorak yang rapat tak berujung. Dapat dibayangkan betapa mengerikannya situasi saat Naga Bayang-bayang terjun bebas ke bumi ini. Tak heran Putra Matahari benar-benar punah, bencana alam seperti ini sungguh bukan tenaga manusia yang bisa mengubah.
Kematian Naga Kutukan langsung menghancurkan laut hingga ke akar-akarnya; Kematian Naga Bayang-bayang langsung memusnahkan Daratan Mafa; Untungnya Naga Kesunyian jatuh di kawasan utara terpencil, tak banyak makhluk hidup yang terkontaminasi.
"Kakak, apakah tengkorak di Daratan Mafa perlu dimurnikan?" tanya Ake.
"Cari dulu node alami, bangun formasi teleportasi sihir di Daratan Mafa. Tunggu sampai aku menyatukan Daratan Legenda, baru akan memurnikan Daratan Mafa." Saat ini Daratan Mafa adalah tanah perawan yang belum berkembang, namun keberadaan tengkorak meningkatkan kesulitan pengembangan secara signifikan.
Saat ini dia bahkan tak punya cukup jiwa untuk mengembangkan wilayah Kerajaan Api, apalagi membuka lahan di sini. Hanya bisa menunggu waktu yang tepat.
Setelah menemukan node alami, Budd menentukan lokasi node ini, lalu menyobek perbatasan materi. Membawa Liszt, Ake, dan Unicorn Charlie, mereka melintasi jarak tak terbatas dan kembali ke Istana Matahari-Bulan-Bintang.
Ake kembali memegang kendali laboratorium, melanjutkan eksperimen penelitian sihirnya.
Liszt memimpin armada naganya ke garis depan, memimpin perintah hukuman tahunan baru dengan melancarkan invasi militer ke Negeri Baja. Sejumlah besar Ordo Ksatria bergerak menuju medan perang.
“Yang Mulia, utusan dari Kerajaan Baja memohon audiensi.”
“Suruh Adipati Li William mewakiliku menemui utusan itu. Sampaikan padanya batas akhirku adalah menyerahnya Kerajaan Baja dengan melepas tahta, tapi boleh mempertahankan gelar Adipati Agung.” Liszt menatap langit dengan tangan terkunci di belakang punggung, “Selain itu, semua negosiasi sia-sia belaka.”
Tiga hari kemudian.
Laporan negosiasi Li William tergeletak di meja kerja Liszt: “Tak kusangka keluarga Platina Putih benar-benar rela melepas tahta demi mempertahankan gelar Adipati Agung.”
“Pasti ada syarat lain?”
“Mereka ingin mempertahankan naga-naga mereka.”
“Semua?”
“Ya.”
Liszt berkata dengan nada sinis: “Ayah, tolak mentah-mentah. Beri ultimatum: Kerajaan Baja hanya boleh memelihara maksimal tiga ekor naga. Jika menolak, saat aku sendiri yang memimpin perang pembantian naga, keluarga Platina Putih mungkin tak akan menyisakan satu pun.”
“Kurasa Osborn*Platina Putih takkan menerima.”
“Tak perlu memusingkan jawabannya. Situasi sekarang sepenuhnya dalam kendaliku. Mereka hanya bisa memilih antara menyerah dengan damai atau kuhapuskan dengan paksa – hasil akhirnya sama saja.”
Li William kembali bernegosiasi dengan utusan.
Hasilnya bisa ditebak: perundingan berakhir tanpa kesepakatan.
Maka Perang Pembantian Naga segera tiba. Kali ini Kerajaan Baja bekerja sama dengan keluarga kerajaan Gao Lu Bao, mengerahkan total 15 ekor naga termasuk 10 Kesatria Naga untuk mengepung Liszt. Menghadapi pasukan ksatria naga yang begitu megah ini, Liszt sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.
Saat pasukan lawan berkumpul, ia sementara menghindari kekuatan mereka. Begitu formasi lawan sedikit terpecah, ia langsung mengendalikan naga tak berbentuk Bard untuk melancarkan serangan, kemudian melepaskan Huo Long Rio. Seketika ia berubah menjadi ksatria batasan setengah langkah, dengan kombinasi jurus yang membunuh naga beserta penunggangnya sekaligus. Para Kesatria Naga tidak bisa lolos dari kematian, sementara naganya kebanyakan mengalami luka parah.
Ketika ia berhasil membunuh tiga Kesatria Naga dan melukai parah tiga ekor naga dengan metode ini, pasukan ksatria naga langsung mengalami breakdown dan berpencar melarikan diri.
Sayangnya, pelarian itu sama sekali tidak berguna.
Kesatria Naga tercepat pun tak bisa menandingi kecepatan naga tak berbentuk yang bisa melintasi dimensi. Yang menyambut mereka adalah Liszt sang Kesatria Naga Api yang turun dari langit.
"Raja Liszt, Yang Mulia Raja, ampunilah aku!" Seorang Kesatria Naga gemetar ketakutan.
Naga yang ditungganginya tiba-tiba membantingnya jatuh dari langit, lalu menyemburkan napas naga yang langsung melelehkan sang ksatria dengan paksa.
Balasan energi naga - makhluk yang sombong ini tak akan mentolerir keberadaan ksatria seperti itu. Kecuali kesatria naga generasi pertama, semua naga bisa membalaskan energi. Namun setelah membalas, naga tersebut juga akan menerima trauma berat yang berasal dari tingkat roh.
"Sungguh naga yang angkuh, biarkan aku menggunakan kekuatan takdir untuk memperbaiki traumamu."
"Roar!" Naga itu menderu menerjang, siap mati berkalang tanah. Sayangnya di bawah kekuatan mutlak yang menggilas, akhirnya Liszt berhasil melukainya parah hingga pingsan.
Semua naga yang pingsan segera diangkut Liszt kembali ke Istana Matahari-Bulan-Bintang, diserahkan pada Ake untuk dibelenggu, menunggu pertempuran hati yang akan dilakukan Liszt kelak.
Dalam waktu singkat.
Pasukan ksatria naga yang ambruk satu per satu dihancurkan Liszt. Sepuluh ksatria naga tak satu pun lolos, dari lima belas ekor naga hanya satu yang berhasil kabur ke Negeri Gao Lu Bao karena node alaminya terlalu jauh untuk dikejar.
Sehari kemudian, Liszt membawa armada naganya menuju ibukota Kerajaan Baja - Kota Baja. Saat ia tiba dengan wibawa:
Osborn*Platina Putih merangkak di kakinya dengan seekor naga platinum terakhir: "Raja Api yang Agung, Osborn*Platina Putih atas nama Kerajaan Baja menyerah pada Kerajaan Api. Mulai hari ini Keluarga Platina Putih mengakui Tuan sebagai penguasa, mempersembahkan kesetiaan dan keberanian."
“Seandainya tahu akan seperti ini, mengapa harus memulai dulu?” Liszt memandang Osborn yang merangkak di tanah, nama yang pernah termasyhur dan menggema di seluruh Kadipaten Safir, kini jatuh secara tragis di hadapannya. Ia benar-benar merasa beragam perasaan, lalu dengan murah hati melambaikan tangan, "Mulai sekarang, Keluarga Platina Putih akan menjaga Kadipaten Baja, hiduplah dengan baik."
Kemudian.
Ia melihat kenalan lamanya yang masih berada di Istana Taring Platinum, Marsh*Mawar Putih-Merah yang dulu memaksakan persahabatan dengan kekayaan. Di wajah tampannya, tak terlihat lagi kesombongan, hanya kecanggungan dan kecemasan: "Yang Mulia Liszt."
"Marsh, lama tidak bertemu."
"Eh, ya, Yang Mulia, lama tidak bertemu." Marsh membungkuk hormat, "Marsh mempersembahkan salam termulia dari Keluarga Mawar Merah-Putih."
"Keluarga Mawar Merah-Putih masih bisa mengelola kadipatenmu, Marsh. Ini balasanku atas persahabatan kita." Liszt membantu Marsh berdiri, "Tapi ramuan platinum dan air naga merah yang dihasilkan keluargamu, mulai sekarang hanya boleh dipasok ke Kerajaan Api."
Marsh girang bukan main, mengangguk terus-menerus: "Tentu, Keluarga Mawar Merah-Putih akan sepenuhnya menaungi Keluarga Api mulai sekarang, sekali-kali tidak akan menjual sedikitpun ramuan platinum atau air naga merah."
"Bersiaplah, Marsh. Kerajaan Baja memiliki wilayah yang luas, aku masih perlu bantuanmu." Liszt tersenyum berkata.
"Dengan senang hati melayani Yang Mulia."
