Pasukan Kavaleri ke-13 Kekaisaran Bizantium, selain nama resmi ini, juga memiliki sebutan khusus "Wickhiseratio". "Wickhiseratio (Catatan 1, lihat akhir halaman)" dalam bahasa kuno Bizantium berarti "Ksatria Perkasa".
Di Kekaisaran Bizantium, hanya pasukan kavaleri dengan jasa perang gemilang yang berhak menyandang nama julukan seperti ini.
Dan Pasukan Kavaleri ke-13 memang pantas menyandang gelar kehormatan tersebut.
Dalam sejarah militer Bizantium, Pasukan Kavaleri ke-13 juga memiliki catatan pertempuran yang gemilang, merupakan pasukan elit pilihan yang layak disebut sebagai aset berharga dalam jajaran militer Kekaisaran Bizantium.
Pendahulunya bernama "Resimen Kavaleri Rodria", sejarahnya dapat ditelusuri hingga 200 tahun lalu pada periode Perang Pembelaan Keenam Kekaisaran Bizantium. Saat itu, Kaisar Aurulius yang sedang menjabat, untuk meredam pemberontakan, merekrut ksatria lokal dari wilayah Rodria yang terkenal dengan budaya masyarakat yang keras untuk membentuk resimen kavaleri. Unit ini segera mencatatkan jasa perang gemilang dalam Perang Pembelaan, meredam enam pemberontakan dan memukul mundur sembilan kali invasi orang Odin. Sifat alami orang Rodria yang telah melebur dalam darah mereka adalah semangat tempur berapi-api, keberanian dalam bertarung, dan ketangguhan. Dalam Perang Pembelaan Keenam, resimen kavaleri ini menciptakan rekor dalam sejarah militer Bizantium sejak berdirinya kekaisaran: melalui 64 pertempuran besar kecil, TIDAK PERNAH SEKALIPUN MUNDUR!! (Fakta ini tidak bisa ditandingi oleh pasukan manapun di Bizantium, bahkan Garda Istana yang termasyhur pun memiliki catatan kekalahan dan pelarian.)
Saat itu, formasi Resimen Kavaleri Rodria hanya berjumlah dua ribu orang. Namun dua ribu prajurit berkuda dari wilayah Rodria ini memiliki cara bertempur yang dianggap sangat unik pada masanya. Saat melakukan charge, mereka terbiasa menggunakan tombak berkuda sepanjang empat meter sambil mengangkat tinggi-tinggi perisai besar berbentuk oval - hanya orang Rodria dengan kemampuan fisik luar biasa dan tubuh yang kuat yang mampu menggunakan senjata berat ini. Dalam charge, mereka bertarung tanpa takut mati dan tak pernah surut.
Patut dicatat bahwa dalam Perang Pertahanan yang dialami oleh Pasukan Kavaleri Roderia, dari 64 pertempuran yang mereka jalani, tidak pernah mundur! Tiga belas di antaranya hampir mengakibatkan kehancuran total pasukan dengan seluruh personel gugur, namun tetap tidak mundur!
Sebuah slogan Pasukan Kavaleri Roderia kala itu pernah membuat seluruh tentara Bizantium berubah pucat mendengarnya!
“Maju ke depan, atau mati!!”
Ini bukan sekadar slogan kosong. Dari perwira hingga prajurit, setiap anggota pasukan ini membuktikan kebenaran slogan tersebut kepada dunia dengan darah dan nyawa mereka!
Setelah mengalami pembaptisan berdarah berkali-kali, jiwa pasukan ini justru semakin mengeras bagai besi. Meskipun pasukan kavaleri ini berulang kali hancur dalam pertempuran brutal dan kehilangan hampir semua personel, penguasa berikutnya akan tanpa ragu membangunnya kembali lagi dan lagi! Karena bahkan penguasa paling bodoh pun mengerti betapa berharganya tentara besi yang ditempa melalui pembaptisan darah ini bagi Kekaisaran!
Setelah berakhirnya Perang Pertahanan Keenam, Pasukan Kavaleri Roderia yang semula merupakan pasukan wajib militer sementara berubah menjadi pasukan reguler, secara resmi dimasukkan ke dalam jajaran militer resmi Kekaisaran Bizantium dengan nama baru Resimen Kavaleri ke-13 Kekaisaran. Formasi pasukan diperluas menjadi 12.000 orang, formasi yang bertahan hingga saat ini.
"Dalam lebih dari dua ratus tahun sejak pendiriannya hingga sekarang, seiring perubahan wilayah kekaisaran, gejolak politik, dan migrasi etnis, daerah Rodria di masa lalu telah berubah menjadi wilayah tandus yang sepi. Orang Rodria yang dahulu dikenal garang, orang Rodria tradisional murni, sudah tidak ada lagi. Mereka telah sepenuhnya menyatu ke berbagai sudut wilayah Kekaisaran Bizantium, menjadi setetes air di lautan luas."
"Tapi Resimen Kavaleri ke-13 masih mempertahankan semangat besi darah Resimen Kavaleri Rodria yang paling tradisional."
"Maju, atau kematian!"
"Para prajurit Resimen Kavaleri ke-13 dari generasi ke generasi telah mempertahankan slogan kehormatan ini dengan darah mereka. Selama lebih dari dua ratus tahun, resimen kavaleri ini pernah berkemah di selatan Hainan kekaisaran, mereda pemberontakan gubernur kesatuan militer, melawan invasi penggembala nomaden di perbatasan barat kekaisaran, serta berpartisipasi dalam berbagai pertempuran melawan Kekaisaran Odin di perbatasan utara. Setiap komandan akan tanpa ragu menempatkan mereka di garis depan tersulit, bertarung di pertempuran terberat, mempelajari tulang-tulang terkeras."
"Bahkan ketika menghadapi Regu Dewa Pejuang Liar orang Odin, prajurit Resimen Kavaleri ke-13 tidak pernah mundur satu langkah pun."
"Karena itu, Resimen Kavaleri ke-13 juga menciptakan rekor dalam sejarah militer kekaisaran: Mereka adalah pasukan dengan rasio kerusakan tertinggi dalam setiap pertempuran, sekaligus pasukan yang paling sering dibangun kembali."
"Dan... masih... catatan mundur nol!"
Tentu saja, ada satu catatan lagi: Seolah-olah sejak 200 tahun yang lalu, semangat tempur ganas khas orang Rodria telah menyatu dalam jiwa pasukan ini. Resimen kavaleri ini selamanya menjadi Pemberontak di tubuh militer Kekaisaran, dengan para komandan sepanjang sejarahnya selalu merupakan sosok-sosok yang terklasifikasi sebagai orang gila atau pemberang.
Bahkan ketika pihak militer Kekaisaran sesekali mengirim perwira yang dianggap "matang" dan "berpengalaman" untuk mengendalikan pasukan ini, yang ajaib adalah para perwira tersebut justru terasimilasi dengan cepat oleh pasukan ini. Orang paling kalem sekalipun akan berubah menjadi pemberang.
Pernah suatu ketika, militer mengirimkan komandan baru ke resimen kavaleri ini. Jenderal muda berdarah bangsawan itu dikenal sebagai sosok terhormat yang anggun di Kota Raja. Namun hasilnya, dalam waktu kurang dari tiga bulan setelah bergabung dengan Resimen Kavaleri ke-13, "prestasi" pertama yang membuat markas besar tercengang adalah ketika ia memimpin pasukannya merampas logistik militer dengan membakar markas pasukan sekutu menjadi reruntuhan, serta mengeksekusi beberapa perwira logistik yang dituduh korupsi tanpa proses pengadilan. Selanjutnya, ia kerap melanggar hukum militer karena urusan perkelahian, membela anak buahnya, dll, hingga menjadi si Pemberang Nomor Satu yang membuat pusing markas besar.
“Sosok itu yang belakangan menumpuk jasa hingga menjadi seorang Letnan Jenderal, pernah menjabat sebagai gubernur kesatuan militer Kekaisaran, ketika mengenang masa menjadi komandan Pasukan Kavaleri ke-13, pernah berkata:
"Begitu kau datang ke pasukan ini, kau akan merasakan jiwa perangnya ada di mana-mana! Dalam situasi seperti ini, hanya ada dua pilihan: pergi sana! Atau, menjadi bagian dari mereka! Dan aku beruntung, memilih yang terakhir."
Semua komandan pengganti Pasukan Kavaleri ke-13 yang belakangan datang, menjadikan ucapan pendahulu ini sebagai motto. Pasukan Kavaleri ke-13 juga tak pernah melahirkan satu pun jenderal patuh yang jujur, dalam arsip pelanggaran hukum militer Kekaisaran, mereka selamanya menduduki peringkat pertama...
※※※
Char mengikuti rombongan Jenderal Adrik pergi. Dalam perjalanan pulang ke rumah sebentar, Jenderal Adrik meninggalkan Kevin yang tadi berkelahi dengan Char untuk menunggu, lalu membawa Char kembali ke markas.
Barang bawaan Char sederhana: sekantong koin emas, selembar kulit naga terlipat di dasar tas, beberapa keping sisik naga ditekan di atasnya. Tentu saja, senjata pamungkas garpu api masih terselip di pinggangnya. Setelah mengambil seekor kuda di gunung belakang, dia berpesan pada goblin: "Laozi mau masuk tentara, jaga baik-baik rumah." Lalu pergi melayang.
Sepanjang perjalanan, Kevin sama sekali tidak menunjukkan permusuhan terhadap Char meski mereka pernah berkelahi. Pria ini melepas helm penutup wajahnya, memperlihatkan kepala plontos yang mengkilap, membuat Char terus-menerus kagum.
Kevin sebenarnya tidak jelek, dengan alis tebal dan mata besar, postur tubuh tinggi tegap, lengan kekar dan berotot. Tapi kepalanya yang plontos dan besar justru membuat penampilannya terlihat lebih mengerikan.
Ini pertama kalinya Char masuk militer, dia tampak penasaran dengan segalanya. Dengan serius Kevin menjelaskan beberapa hal, terutama menceritakan secara singkat kisah heroik Resimen Kavaleri ke-13 dengan nada penuh kebanggaan yang tak tersembunyi.
Setelah mendengar semuanya, Char tak kuasa mengeluh: "Luar biasa hebat! Maju, atau mati. Sungguh berani, sialan!"
Di usianya yang masih muda dengan karakter seperti itu, wajar jika dia mengagumi pahlawan. Usia dimana semangat mudah membara, membuat hatinya langsung terpikat setelah mendengar cerita tersebut.
Setelah berpikir sejenak, matanya tertuju pada kepala plontos Kevin. Tiba-tiba dia bertanya: "Eh... Kevin, kenapa kepala kamu..."
Kevin menatapnya dengan suara berat: "Di medan perang, mudah kena panah. Rambut plontos biar kalau kepala atau wajah terluka, lebih mudah dibalut dan diobati."
Char mengangguk-angguk mendengar penjelasan itu.
Tiba-tiba muncul pikiran mesum dalam hatinya: Kalau kepala mudah terluka sih tidak apa-apa... Lalu bagaimana dengan tubuh? Bagaimana jika paha terluka... Apa harus mencukur bulu di area itu juga?
Memikirkan ini, matanya refleks melirik ke area bawah Kevin, sorot matanya tak bisa menahan kesan sembunyi-sembunyi...
※※※
(Catatan 1: Dalam sejarah nyata, "/Wikshilatio" bukan bermakna pujian seperti "ksatria perkasa", melainkan sekadar istilah untuk "prajurit berkuda". Berdasarkan penelitian sistem militer Bizantium, resimen kavaleri disebut "Wikshilatio-Palatinā" dengan "Palatinā" merujuk pada formasi pasukan pengawal (resimen, brigade). Penulis novel sengaja memodifikasi untuk keperluan cerita, harap para ahli tidak mempermasalahkannya.)
