Duoduo Luo yakin dirinya pasti telah menyinggung dewa tertinggi, atau mungkin dikutuk...
Tidak mungkin... Setelah mengingat-ingat, selain mengelabui, menipu, tidak membayar hutang, suka wanita dan serakah, sepertinya tidak ada dosa besar lainnya.
“Hmm... Selain sering melamun dan ketiduran saat kelas doa pagi-sore rutin di pembelajaran sihir gereja...”
“Tapi meski begitu, takdir kejam seperti ini tidak pantas menimpa Yang Mulia Duoduo Luo!”
“Dewa! Aku ini penyihir! Profesi paling mulia di seantero benua, penyihir!!”
Meski dulu terpaksa mengungsi ke Padang Api Liar yang liar ini untuk menghindari hutang, tapi sejak terakhir kali mengikuti Yang Mulia yang mulia dan cantik itu yang menebusnya dari cengkeraman pencuri kelas teri kejam itu, Duoduo Luo sempat mengira takdir malangnya sudah berakhir.
Dia sangat tahu status mulia Adeline! Sebagai penyihir level satu rendahan, bisa mengikuti Yang Mulia ini, sekalipun tidak bisa dibilang memiliki masa depan gemilang, setidaknya sekarang dia telah memegang "tiket makan jangka panjang", tak perlu khawatir soal makan minum, bukan?
Sayangnya, rencana licik Duoduo Luo tidak terwujud.
Si Menyedihkan sama sekali tidak berniat membawa Duoduo Luo. Faktanya, Si Menyedihkan sendiri pun tidak tahu nasibnya setelah pulang, bagaimana mungkin dia mengajak Duoduo Luo? Lagipula saat membawa Duoduo Luo, tujuannya hanya untuk mencegah si kampungan ini mengetahui identitas aslinya.
Di perjalanan, Si Menyedihkan memaksa penyihir ini membuat sumpah racun ber-atribut magis. Meski sederhana, kontrak magis ini cukup membuat mulutnya terkunci rapat.
Jadi saat tiba di Wildfire Town, Si Menyedihkan melepas Duoduo Luo untuk mencari jalan hidupnya sendiri.
Tentu Si Menyedihkan yang baik hati tidak memperlakukan penyihir ini sembarangan. Mengingat mereka pernah berjuang bersama, sebelum berpisah, dia menyuruh Ksatria Chip memberikan seratus koin emas. Jumlah ini mungkin tidak banyak, tapi cukup untuk kebutuhan penyihir dalam waktu lama.
Dan, Si Menyedihkan masih naif berpikir bahwa ini adalah perbuatan baik, bagaimanapun juga, telah membuat sang penyihir mendapatkan kembali kebebasan...
Tapi Si Menyedihkan salah!
Orang seperti Duoduo Luo yang tidak memiliki skill perlindungan diri, sihirnya terlalu lemah, di Wildfire Town yang penuh orang berbahaya berkeliaran, tak lain seperti melemparkan domba gemuk ke sarang serigala.
Yang lebih celaka, domba gemuk ini membawa 100 koin emas kekayaan yang membuat mata merah!
Maka, Duoduo Luo menderita!
Yang paling membuat sang penyihir marah adalah, dia bertemu dengan kawanan bajingan yang sama yang merampoknya sebelumnya - merekalah yang sebelumnya telah menjarah habis bajunya dan membuangnya di luar gerbang kota.
Hasilnya tak disangka domba gemuk ini datang sendiri, lagi-lagi membawa rezeki nomplok!
Para bajingan dengan senang hati menerima hasil tak terduga ini, sementara penyihir malang kembali dijarah habis dan dibuang di sudut tembok kota - atas kebaikan hati, kali ini para bajingan meninggalkan pakaian dalam untuk sang penyihir.
Si Menyedihkan mungkin tak menyangka niat baiknya justru membuat sang penyihir mengalami takdir menyedihkan seperti ini.
Seandainya... seandainya Wildfire Town tidak diduduki tentara, mungkin Duoduo Luo bisa jual diri lagi, dijual ke kafilah dagang sebagai pelayan. Dengan kemampuan menulis dan berhitungnya, setidaknya dia bisa dianggap orang terpelajar, cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
“Sialnya, Duoduo Luo sama seperti Char, bertemu dengan sekelompok prajurit yang memaksa merekrut tenaga kerja! Yang lebih menyedihkan, sang penyihir malang tidak memiliki keterampilan bertarung sehebat Char.”
“Dia juga mencoba melarikan diri, tapi setelah menerima beberapa kali cambukan, sang penyihir akhirnya menyerah.”
“Dia dibawa ke kamp pekerja paksa, dengan mulia menjadi tenaga kerja kasar, diam-diam berkontribusi dalam perang Kekaisaran Bizantium melawan penjajah...”
“Penyihir rakus tapi malas ini menjadi sasaran intimidasi di kamp kerja paksa. Stamina-nya buruk, kerjanya selalu paling tertinggal, tapi makannya tak kalah banyak. Alhasil tiga hari dua kali dipukuli prajurit pengawas.”
“Tentu saja, dia pernah mencoba menjelaskan identitasnya: seorang penyihir mulia dan terhormat.”
“Namun sayangnya, perkataannya dianggap omong kosong. Ketika mencoba menggunakan sihir, Teknik Debu Terbang-nya justru memprovokasi kemarahan prajurit penjaga.”
“Sial! Berani-beraninya melempar pasir ke Laozi!”
“Hasilnya, sang penyihir kembali menerima pukulan bertubi-tubi.”
“Sebelum bertemu Char, penyihir malang ini telah bergulat di kamp kerja paksa selama berhari-hari...”
“Jika bicara catatan nasib penyihir paling tragis di Benua selama ribuan tahun, Duoduo Luo sudah menjadi yang pertama dan tak tertandingi!”
"Sebagai penyihir sampai hidup sengsara begini... Kalau tersiar, pasti semua penyihir di benua ini akan malu sampai ingin menabrakkan kepala sampai mati—tentu sebelum mati, pasti lebih dulu membunuh Duoduo Luo yang mempermalukan komunitas ini!"
※※※
Duoduo Luo duduk di tanah, sambil mengeluarkan ingus dan air mata bercerita pada Char tentang nasib malangnya. Mengingat pertemanan mereka, bahkan Char hampir tak tahan merasa kasihan pada orang ini.
"Baik! Orang ini aku mau!" Ia berbalik ke perwira gemuk itu mengumumkan: "Aku pilih dia sebagai pengawalku! Kapan aku bisa membawanya pergi?"
Perwira gemuk itu memandangi Duoduo Luo seperti melihat binatang ternak—badannya kurus tinggal tulang, tetap di kamp kerja pun cuma buang-buang makanan.
Si koruptor lalu tersenyum sopan: "Bisa dibawa kapan saja—asal Tuan mau."
Jadi...
Berputar-putar lama, akhirnya penyihir itu kembali jatuh ke telapak tangan iblis Char.
Lepas dari status pekerja kasar, identitas barunya adalah pengawal prajurit berkuda.
...Yah, pengawal juga tidak apa, masih ratusan kali lebih baik daripada jadi pekerja kasar.
Tapi satu kalimat Char langsung menghancurkan fantasinya.
Si kampungan itu tersenyum lebar mengumumkan: "Mulai sekarang, kamu lagi jadi Suo Suo-ku."
※※※
“Satu-satunya yang meragukan ini adalah Kevin. Melihat orang lemah yang dibawa pergi Char ini, mengikuti di belakang mereka dengan wajah menyedihkan, Kevin hampir tak tahan untuk terus menoleh mengamati orang mencurigakan ini——baginya, rupa orang ini sungguh terlihat mesum, mata licin seperti maling...
Selain itu, dari sudut pandang profesional Kevin, orang ini sama sekali tidak seperti pengawal kompeten yang layak bekerja. Dia terlihat agak licik, bukan tipe yang bisa tahan kerja keras. Posturnya pun kurus, tidak seperti bisa mengerjakan pekerjaan kasar. Perlu diketahui, peralatan kavaleri sangat berat! Mampukah dia mengangkatnya?
“Kenapa kamu memilih orang seperti ini.” Kevin menghela napas.
“Teman lama. Kasihan melihatnya di kamp buruh.” Jawab Char santai.
“Oh? Dulu dia kerja apa? Punya keahlian khusus?”
Char berpikir sejenak: “Hmm, seorang pemain sulap.”
(Pemain sulap... Di belakang, sang penyihir meneteskan air mata.)
“Buah apa pemain sulap? Dia tidak terlihat bisa bekerja keras. Lagipula... orang ini agak licik.” Kevin menyatakan kekhawatirannya, bagaimanapun pengawal sangat penting bagi kavaleri.
Char tersenyum lebar, sorot mata berkilau aneh, dia menjawab keraguan Kevin.
“Tenang, dia akan patuh... Ayah angkatku pernah mengajariku: Di bawah tongkat lahir anak berbakti! Hehe...”
（Penyihir memuntahkan darah……Dewa, doakanlah aku, lindungilah aku……）
