"Blokir! Kiri! Blokir! Kanan! Bawah! Blokir lagi! Perhatikan langkahmu! Jangan terus-menerus mundur! Manfaatkan gerak kakimu! Ya! Lagi!"
Dengan instruksi bergemuruh dari Kevin, dia mengayunkan palu kayu bertubi-tubi ke arah Char. Char memegang kapak kayu dengan gagang yang telah dipanjangkan hingga sekitar satu meter lebih.
Char berkonsentrasi menahan serangan Kevin yang tidak terlalu cepat. Keduanya menahan kekuatan. Latihan ini telah berlangsung berjam-jam. Rambut hitam Char basah kuyup oleh keringat, menempel di dahinya. Kevin juga terengah-engah dengan kepala plontosnya yang berminyak.
Keduanya saling maju-mundur seperti pendulum. Senjata kayu mereka berbenturan PING PANG belasan kali. Tiba-tiba Kevin melangkah maju, tubuhnya merendah, lalu menghantam paha Char sebelum mengangkat kapak kayu itu hingga terlempar!
"Berhenti!" Kevin memberi isyarat pada Char untuk mengambil kapaknya. Si kepala plontos itu melihat Char yang merah padam sambil tersengal, "Bagus, kali ini kau bisa menahan 27 seranganku. Hanya tiga yang mengenai."
Di sekitarnya langsung terdengar suara siulan dan huuush. Sudah berkumpul lebih dari sepuluh prajurit yang menyaksikan, yang paling keras bersiul adalah Kato yang licik itu. Ia menepukkan tangan sambil tertawa terbahak-bahak: "Hebat Char! Bagus sekali!" Kemudian Kato mengulurkan tangan ke teman di sebelahnya sambil tersenyum: "Bayar bayar! Cepat, jangan ingkari janji!"
Para pengawal sambil tertawa marah mengeluarkan koin tembaga dan koin perak dalam jumlah yang beragam.
"Kevin, kamu belum sarapan ya! Pukulannya lemas sekali! Bikin Laozi kalah lagi!"
"Char, dasar kamu bukan manusia! Uang yang kukalahkan harus kamu tanggung! Haha! Nanti waktu bagi gaji tentara kamu harus mentraktir minum!"
Ujian seperti ini sudah berlangsung tiga hari.
Saat menjalankan misi pengintaian sebelumnya, Char menunjukkan kekuatan tempur yang luar biasa, membuat Kevin sangat kagum. Karena tinggal satu tenda, saat ada waktu luang mereka sering bertarung latihan. Kevin menemukan kelemahan fatal Char: Dalam pertarungan langsung, dia hanya mengandalkan kekuatan dahsyat dan kemampuan fisik superior untuk mengintimidasi lawan. Tapi soal teknik bela diri, dia benar-benar—kacau balau!
Tentu saja, "kacau" di sini bukan berarti teknik bela diri Xia Ya buruk—sebaliknya, cara menyerangnya sangat hebat, terutama saat menggunakan jurus "Kapak Pemecah Kayu". Bahkan dengan kekuatan Kevin yang tidak biasa, dia tidak bisa menahan serangan Xia Ya. Jurusnya benar-benar misterius dan tak terduga! Meski menggunakan teknik kapak yang terkesama kasar, Xia Ya menggunakannya dengan lincah seperti hantu! Padahal Kevin sudah mencapai level prajurit level satu menengah, tetap tidak bisa menahan beberapa tebasan kapak Xia Ya.
Bahkan jika Xia Ya sebodoh itu, dia akhirnya mengerti bahwa jurus "Penghancur Ribuan Pasukan" yang diajarkan orang tua itu adalah teknik kapak yang sangat luar biasa.
Tapi dibandingkan dengan kemampuan menyerangnya, pertahanan Xia Ya benar-benar payah sampai tingkat ekstrem!
Ini bukan sepenuhnya salahnya, karena semasa hidupnya si orang tua sama sekali tidak mengajarkan teknik bela diri secara sistematis—jurus "Penghancur Ribuan Pasukan" itu justru diajarkan lewat aktivitas sehari-hari seperti memecah kayu dan menusuk batu bara. Sedangkan teknik pertahanan, Xia Ya sama sekali belum pernah mempelajarinya!
Selama ini saat menghadapi musuh, dia hanya mengandalkan kemampuan fisiknya yang kuat dan refleks cepat yang terlatih dari pertarungan dengan binatang buas di hutan—tapi ini sebatas insting alami belaka, tanpa pernah mempelajari jurus pertahanan secara sistematis.
Hanya bisa menyerang tanpa bisa bertahan, maka di medan perang tidak mungkin bertahan lama——Kevin belum tahu bahwa Char memiliki konstitusi fisik super yang diperkuat darah naga. Tapi meski diperkuat darah naga pun bukan segalanya, setidaknya ketika menghadapi lawan level menengah yang memiliki aura tempur, pertahanan tubuh Char bisa ditembus!
Jadi, kelemahan dalam teknik bertahan menjadi kekurangan terbesar Char. Ketika menghadapi lawan biasa dia masih bisa bertahan, tapi saat menghadapi musuh kuat, dia akan terjebak kesulitan. Char sendiri sangat sadar, waktu itu jika bukan karena kristal sihir peninggalan orang tua itu tiba-tiba bereaksi, mungkin sekarang dia sudah menjadi tumpukan tulang kering di Padang Api Liar.
Kevin dengan antusias mulai mengajarkan teknik bertarung dasar pada Char, terutama fokus melatih jurus pertahanannya. Saat berlatih bersama, mereka tidak menggunakan aura tempur atau kekuatan sebenarnya, murni berlatih gerakan.
Awalnya, jika Char tidak menggunakan kekuatan monster itu, dalam 2-3 jurus saja senjatanya akan terpental oleh Kevin, lalu titik vital di tubuhnya segera kena serangan. Di hari pertama, Char dihajar habis-habisan sampai kepalanya penuh benjolan——adegan latihan mereka yang dari awal sampai akhir seperti tontonan penyiksaan satu arah ini membuat pasukan pengawal yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak.
Malam itu si kampungan hampir tidak tidur semalaman, di otaknya terus-menerus memikirkan kembali jurus-jurus serangan yang digunakan Kevin siang hari, serta teknik pertahanan yang dijelaskannya. Hingga subuh, setelah Kevin terbangun, dia melihat rekan perang ini duduk di tempat tidur dengan mata merah terbelalak termenung.
Dalam ujian hari kedua, Char menunjukkan kemajuan signifikan. Di bawah serangan Kevin, dia bertahan lebih dari sepuluh jurus sebelum titik vitalnya terkena - situasi ini langsung menarik perhatian prajurit pengawal lain yang sedang berlatih. Mereka segera berebutan menjadi wasit, sementara yang lain mulai bertaruh berapa lama newbie ini bisa bertahan dari serangan Kevin.
Meski menjadi bahan olokan, Char paham bahwa ejekan ini penuh kehangatan khas persaudaraan antar tentara, sekaligus merupakan sinyal positif: setidaknya ini menunjukkan dia mulai diterima oleh kelompok tersebut.
Setelah misi pengintaian itu, Kevin tidak menyembunyikan fakta bahwa Char pernah menyelamatkan nyawanya. Pria berkepala plontos yang jujur ini juga mengungkapkan pengakuannya pada Char. Dengan bantuan Kevin yang sangat dihormati di Pasukan Pengawal, Char cepat diterima oleh prajurit. Sifatnya yang lepas dan berhasil membuatnya mudah diterima di lingkungan militer seperti ini.
"Uji latihan hari kedua, Char tidak hanya berhasil menahan semua serangan Kevin di ronde terakhir, tetapi juga berhasil mengenai Kevin sekali saat membalas. Meski bukan titik vital, bagi semua orang ini sudah merupakan kemajuan yang luar biasa——semua menyadari, anak ini benar-benar punya kemampuan!"
"Uji latihan hari ketiga menarik lebih banyak penonton. Bahkan belakangan, beberapa anggota pasukan elit pengawal yang lebih mahir dalam seni bela diri mulai secara sukarela bergantian dengan Kevin untuk memberi latihan jurus pada Char——seperti kata Cato, ini kesempatan gratis untuk menghajar si newbie habis-habisan."
"Kamu terlalu tegang, terlalu fokus pada langkah kaki sampai lupa gerakan tangan. Jadikan ini insting bawaanmu. Jika terlalu dipikirkan dulu baru bergerak, pasti jadi lebih lambat." Kevin dengan serius berbagi pengalamannya.
"Sudahlah Kevin, pasti kamu gagal menjatuhkan senjata Char dalam jumlah serangan yang ditentukan, sekarang malu marah kan, wkwkwk!" Seru pria berpostur paling gagah di samping sambil tertawa terbahak.
"Sarba, diam kau!" Kevin membalas dengan nada bercanda, "Kalau jago, hadapi sendiri Char!"
“Aku? Aku tidak mau! Aku tidak punya hobi beradu kekuatan dengan banteng.” Pria berotot itu mengusap dagunya——lelaki ini bernama Sharba, juga anggota Pasukan Pengawal. Sebelum kedatangan Xia Ya, dia diakui sebagai pria terkuat di pasukan, tapi suatu malam dia bertarung gulat adil dengan Xia Ya dan hampir patah beberapa tulang, akhirnya mengakui kekalahannya.
Dalam hal kekuatan, manusia sepertinya tidak bisa menyaingi monster berkepala banteng itu.
Setelah tiga hari, Xia Ya sudah cukup akrab dengan kebanyakan pasukan pengawal. Ini tentu berkat jasa Kevin.
※※※
Meski tidak boleh menggunakan kekuatan kasar, setiap hari setelah latihan Xia Ya tetap kelelahan setengah mati. Keringatnya membasahi seluruh bajunya, seperti baru diangkat dari air.
Melihat si kampungan ini kembali ke tenda, Duoduo Luo dalam hati mengutuk: Semoga kepalanya penuh benjolan. Tapi wajahnya langsung menyungging senyum hormat: “Tuan Xia Ya, Anda sudah pulang...”
Xia Ya langsung melemparkan kapak kayu ke Kevin. Meski dari kayu, kapak raksasa itu hampir membuat Duoduo Luo terjengkang. Dengan susah payah dia memeluk kapak itu, oleng-oleng mengikuti Xia Ya.
“Bawakan air, aku mau mandi... Sudahkah kau beri makan kuda? Malam ini giliranku patroli... Jangan lupa bersihkan zirahku.” Xia Ya menjatuhkan diri ke tempat tidur, merasa seluruh tulangnya mau rontok.
Duoduo Luo dengan sikap patuh berlari kecil keluar, namun wajahnya segera berubah menjadi geram. Ia mengambil sikat yang diletakkan di sudut ruangan, lalu membawa set zirah kavaleri ringan yang berat dan mulai menyikat debu dengan hati-hati. Kemudian ia mengoleskan minyak pelumas pada sambungan-sambungan zirah. Penyihir malang itu penuh minyak dan debu, berdebu dari ujung kepala hingga kaki, dalam hatinya terus-menerus memaki-maki takdirnya yang tidak adil.
