Char menyesal telah memilih arah ini. Melihat orang Odin mulai berbaris rapi, ia segera mundur hati-hati. Dengan keterampilan tajamnya, ia memanjat batang pohon tanpa suara. Gerakannya mirip kucing gunung lincah - membungkuk dan melengkungkan tubuh, berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Proses ini berlangsung sangat lambat, setiap gerakan dibuat seringan mungkin. Setelah melewati belasan pohon besar dan masuk lebih dalam ke hutan, barulah Char mempercepat langkah menuju pedalaman hutan.
Namun tak lama, di kedalaman hutan, kemunculan sekelompok pemburu es tiba-tiba membuat jantung Char serasa ingin melompat keluar.
Ketajaman para pemburu ini cukup menjadi ancaman bagi tempat persembunyian Char!
Ia langsung menghentikan gerakan, bertengger di cabang pohon besar...
Melalui kerimbunan dahan, sorot mata tajam Char menangkap sekelompok prajurit Odin berotot mendekat. Dibanding yang pernah dihadapinya, prajurit-prajurit ini lebih tinggi dan berotot. Setiap orang tampak gesit dengan kulit hewan dan kapak pendek di tangan. Wajah-wajah dingin mereka menyimpan keganasan liar meski berdiri membentuk lingkaran dalam keheningan.
Yang paling berbahaya adalah, semakin banyak orang Odin berkumpul di bawah. Selain para pemburu es, muncul lebih dari sepuluh orang Odin lain yang mengenakan kulit binatang aneh. Mereka tidak membawa senjata, tapi memakai berbagai ornamen dari tulang binatang. Salah satu orang Odin tua yang kurus namun tinggi, dengan rambut acak-acakan dan jubah kulit longgar, ternyata telanjang di bawah jubahnya. Dia tampak sebagai yang paling dihormati, karena orang Odin lain menjaga jarak sambil bersikap hormat.
Api unggun segera muncul di tanah. Orang Odin kurus itu mengambil segenggam serbuk misterius dari kantong kulitnya dan melemparkannya ke api. Nyala api tiba-tiba berubah menjadi hijau aneh yang menyala-nyala.
Sambil menaburkan serbuk, dia mulai membaca mantra dengan nada-nada aneh. Karena Char tidak mengerti bahasa Odin, dia tak paham ucapan itu. Namun semua orang Odin sekitar tiba-tiba bersujud, merangkak di sekitar api hijau itu...
Perasaan aneh mulai muncul dari dalam hati Char.
Apakah orang Odin ini... seorang penyihir?
Ah, tidak. Katanya orang Odin menyebutnya bukan penyihir, melainkan... pendeta?
Prajurit Odin di belakang segera membawa dua ekor binatang buas, seekor serigala hidup, bahkan seekor beruang grizzly hidup!!
Hewan-hewan ini awalnya diikat dan dibuang di samping api unggun sambil terus mendengus dan menggeram, namun pendeta Odin ini mendekat. Di wajahnya yang kurus kering tergantung senyuman aneh. Pertama, dia mengulurkan tangan untuk mengelus-elus serigala itu. Serigala itu tiba-tiba seperti ketakutan sampai puncak, bahkan tidak berani melawan, menyembunyikan kepala sambil merintih memilukan...
Dengan senyum getir, pendeta itu meletakkan tangan di kepala serigala. Jari-jarinya yang seperti ranting kering menyentuh kepala serigala. Seiring nyanyian mantra di mulutnya yang semakin aneh, lolongan serigala perlahan melemah.
Saat pendeta itu menggoyangkan jarinya dengan lembut... Mata Char melotot menyaksikan pemandangan ganjil...
Di atas kepala serigala, seberkas cahaya transparan "ditarik" keluar dari tengkorak oleh sang pendeta!!
Cahaya itu sangat redup. Begitu "terlepas" dari tubuh serigala, hewan itu langsung berhenti bergerak, membeku kaku.
Tiba-tiba teringat pengalaman membantai naga dulu, jantung Char berdebar kencang!
Itu... arwah!!
Pendeta ini dengan keterampilannya hanya perlu menarik, langsung mencabut arwah serigala dari tubuhnya hidup-hidup!!
Wajah pendeta terlihat muram, memeluk gumpalan cahaya itu di tangannya, lalu melemparkannya perlahan ke dalam api hijau...
Boom! Cahaya hijau menyala terang, dari dalam kobaran api seolah terdengar jeritan kesakitan!
Dengan jarinya, pendeta itu memisahkan sepercik api hijau dari nyala api, mengubahnya menjadi puluhan titik cahaya hijau di tangannya. Jari telunjuknya menyentil lembut, melesatkan puluhan titik cahaya itu ke arah prajurit Odin kekar yang mengacung-acungkan kapak di sekelilingnya!
Titik-titik cahaya itu mendarat di dada, kepala, atau tubuh prajurit Odin. Seketika cahaya hijau itu menyatu dengan tubuh mereka. Setiap prajurit kemudian menengadahkan kepala sambil menjerit kesakitan!
(Para prajurit Odin ini wajahnya dipenuhi ekspresi penderitaan, otot-otot wajah terus-menerus terdistorsi, menggeram dengan gigi terkancing. Beberapa bahkan mengeluarkan air mata dan ingus, seolah mengalami siksaan luar biasa. Kemudian beberapa orang berjuang bangkit berdiri, tubuh mereka bergerak kaku seperti boneka kayu. Tiba-tiba satu per satu mereka merobek jubah kulit mereka dengan kasar. Di dada telanjang, mata telanjang bisa melihat otot-otot mereka mengembang dengan cepat, kulit lapisan luar segera retak akibat tekanan. Namun seketika kulit baru menyembuhkan luka itu, helai-helai bulu hitam pekat tumbuh dari permukaan kulit... Bahkan di wajah mereka tumbuh bulu lebat... Seolah-olah, seperti...)
Monster setengah serigala setengah manusia?
Mata dingin mereka yang sebelumnya berubah menjadi hijau aneh! Seolah di dalam bola mata, ada dua gumpalan api hijau berkedip!! Jika sebelumnya sorot mata masih mengandung emosi manusiawi, setelah berubah menjadi dua gumpalan api hijau, tak tersisa sedikit pun kemanusiaan.
(Membakar arwah binatang buas, menyuntikkannya ke dalam tubuh manusia... Mungkinkah ini...)
Wajah Char berubah secara liar.
Apakah ini "prajurit jiwa binatang" yang legendaris?! Dia sepertinya pernah mendengar para tentara bayaran di kedai minum Wildfire Town membual tentang pengalaman mereka saat mabuk. Ada yang bercerita bahwa di Kekaisaran Odin terdapat "prajurit jiwa binatang" dengan kekuatan tempur luar biasa. Prajurit legendaris ini dalam pertempuran bertingkah laku ganas seperti binatang buas, memiliki kekuatan fisik tak terbatas, tanpa rasa takut atau sakit, dengan kemampuan tempur ekstrim seolah dipenuhi kekuatan jiwa binatang.
Para prajurit yang telah berubah menjadi manusia serigala setengah itu terus mengaum. Pendeta Odin yang kurus tinggi itu telah berjalan mendekati seekor beruang grizzly lainnya. Beruang itu menggeram dengan suara rendah sambil memperlihatkan giginya, namun saat pendeta mendekat, suaranya perlahan berubah menjadi tangisan penuh keputusasaan, seolah telah merasakan bahaya yang mengancam.
Wajah pendeta itu tetap tersenyum, namun senyumannya terlihat aneh sama sekali tidak menyiratkan kebahagiaan, malah memancarkan cahaya kejam. Tangannya menekan kepala beruang, mengulangi gerakan seperti sebelumnya. Sambil terus membaca mantra, ujung jarinya melakukan gerakan ekstraksi halus. Segera, cahaya jiwa hijau berhasil dikeluarkan dari kepala beruang seperti benang yang ditarik dari kepompong!
Jelas terlihat, kapasitas cahaya jiwa beruang ini jauh lebih kuat dibandingkan serigala itu. Segumpal cahaya dilemparkan ke dalam api hijau, cahaya api yang membara langsung menjadi lebih terang.
Sang pendeta tampak mulai kelelahan. Dahinya dipenuhi keringat, wajahnya memucat, nada mantra yang dilantunkannya semakin rendah, aliran energinya jelas-jelas semakin terengah. Dia mengulurkan tangannya yang kering seperti cakar ke dalam nyala api, lalu mengibaskan dengan lembut. Cahaya hijau itu terpisah, sepertinya kekuatan sang pendeta mulai tidak mampu menahan konsumsi energi. Telapak tangannya yang seharusnya tidak terbakar api tiba-tiba mengeluarkan asap mendesis, seketika bagian telapak itu hangus terbakar.
Pendeta ini hanya mengerutkan alis, seolah tidak merasakan sakit, namun terlihat tegang. Dengan cepat dia menyambar gumpalan api hijau ke telapak tangannya, lalu cakar yang sudah hangus seperti arang itu menyentil beberapa kali dengan gesit.
Di belakangnya, sebarisan prajurit Odin berpostur paling besar dan kekar melangkah maju. Wajah para prajurit Odin ini penuh semangat, seolah sangat menantikan apa yang akan terjadi. Tim prajurit Odin ini adalah yang paling bertubuh besar di antara semua orang Odin yang bisa dilihat Xiaia. Setiap orang setidaknya dua kepala lebih tinggi dari Xiaia sendiri, mengenakan baju besi berat yang tebal, sambil membawa kapak baja panjang di tangan.
Cahaya api dari belasan titik jiwa beruang menghujam tubuh para makhluk ini. Tak lama kemudian, gemuruh auman bergema—belasan prajurit Odin serentak mengangkat kepala ke langit sambil meninju-ninju dada mereka. Otot-otot di seluruh tubuh mereka mengembang dengan cepat. Beberapa bahkan bertambah tinggi beberapa inci secara instan. Ekspansi tubuh ini membuat zirah besi yang melekat di badan mereka terdistorsi, mengeluarkan suara krek-krek yang menyayat. Para makhluk ini seolah tak merasakan sakit—mereka hanya terus mengaum bagai binatang buas. Akhirnya, sebagian dari mereka mulai menyadari belenggu zirah yang mengikat tubuh. Dengan telapak tangan yang telah berubah menjadi cakar raksasa, mereka mulai merobek-robek zirah tersebut.
Zirah besi tebal yang awalnya terlihat kokoh, di tangan mereka rapuh bagai kertas! Dengan satu tarikan ringan, zirah itu langsung hancur berantakan.
Dari atas pohon, Char menyaksikan pemandangan ini dengan jantung berdebar kencang...
Tenaganya luar biasa! Char sendiri sangat menyadari: meski terkenal dengan kekuatan fisiknya, merobek zirah besi dengan tangan kosong tetap mustahil baginya! Setidaknya monster-monster Odin ini bisa menusuk dan merobek zirah hanya dengan jari-jari mereka... Jari-jari Char tak sekeras itu!
Bahkan setelah diperkuat darah naga sekalipun, mungkin tetap tak sanggup.
Sial, keras seperti besi! Tangan monster Odin inilah yang benar-benar "keras bagai besi"!
Lihat otot-otot para makhluk ini, lengan mereka mengembang bahkan lebih besar dari pahaku sendiri! Bagian tubuh yang telanjang dipenuhi bulu panjang hitam, dan beberapa bahkan tumbuh gigi taring yang tajam dengan cepat di mulut mereka——apakah mereka masih bisa disebut manusia?!
Jantung Char berdebar kencang, dia sangat paham bahwa tanpa sengaja telah menyaksikan ritual sihir pendeta Odin dalam menciptakan Warrior Liar Roh Binatang. Saat ini di bawah sana penuh dengan monster setengah manusia-setengah binatang yang mengerikan, dengan kekuatan tempur yang mampu merobek baju besi hanya dengan tangan kosong... Jika ketahuan, pasti sembilan mati satu hidup...
Ah tidak, pasti mati!!
Si kampungan sekalipun biasanya berani melawan langit, dalam situasi seperti ini pun tak bisa menghindari perasaan dingin menusuk di tengkuk.
Secara refleks dia menahan napas, dengan hati-hati meringkuk di antara cabang pohon, tak berani bergerak sedikit pun.
Tepat saat itu, kelanjutan ritual di bawah membuat wajah Char langsung berubah pucat!!
※※※
Jelas, ritual belum selesai. Puluhan prajurit jiwa binatang yang baru saja mengamuk merangkak di depan pendeta sambil menggeram rendah. Sang pendeta yang telah menyuling dua jiwa binatang berturut-turut terlihat sangat kelelahan. Seorang Odin berbaju kulit lain di sampingnya, mungkin asisten pendeta, menghampiri dan berkata sesuatu penuh perhatian. Pendeta kurus itu menutup mata, mengusap keringat, lalu menggelengkan kepala. Tiba-tiba ia membuka mata dan berseru dengan tegas beberapa patah kata.
Tak lama, beberapa tawanan baru dibawa dari hutan. Kali ini, Char yang bersembunyi di pohon langsung merah matanya!
Yang dibawa kali ini bukan binatang buas, melainkan manusia!!
Beberapa prajurit berkuda Bizantium yang terluka diikat dan digotong. Bekas darah yang masih segar di tubuh mereka menunjukkan baru saja ditangkap. Yang membuat Char terpana, ada orang yang dikenalnya di antara mereka!
Tawanan pertama adalah pria tegap berpostur tak kalah dengan orang Odin - fisik langka di antara orang Bizantium. Jubahnya sobek di beberapa bagian oleh tebasan, darah masih mengalir. Saat digotong, ia terus meneriakkan umpatan sambil menegakkan leher.
Char segera mengenali, ini adalah rekan seperjuangan dari Pasukan Pengawal, Sharba! Pria dengan kekuatan terhebat di Pasukan Pengawal dulu, yang pernah bergulat dengannya. Di Batalyon Pengawal Pribadi, selain Kevin dan Cato yang licik, pria kasar ini adalah yang paling cocok dengannya. Kali ini mereka bersama Kevin dan lainnya berkuda ke utara untuk menyelamatkan Burter, tapi kenapa dia bisa jadi tawanan di sini?
Apakah Kevin dan yang lain kalah perang?
Hati Char dipenuhi kecemasan.
Sharba terus memaki-maki dengan kasar. Meski tahu orang-orang Odin ini mungkin tidak mengerti, pria itu tetap tidak berhenti mengumpat.
Sedangkan tawanan kedua, Char bahkan lebih mengenalnya!
Itu Cato!! Cato si licik! Orang yang diam-diam memberinya sebotol minuman keras di hari pertama dia masuk markas!!
