Sejak Char menghancurkan tendanya, dia pindah dari tempat tinggal semula. Dengan alasan yang dibuat-buat, dia menempati area paling pinggir di lokasi markas, mendirikan tenda sendiri di bawah sebuah bukit kecil di samping kompleks.
Lagipula setelah pasukan pergi, hanya tersisa sedikit orang di markas. Statusnya sebagai pengawal pribadi juga membuat orang lain tidak mau ikut campur.
Hanya saja, Sherba dan Cato berdua menyadari keanehan pada Char.
Selama tiga hari berturut-turut, Char menghilang tanpa jejak. Dia hanya kembali saat makan malam, tapi setiap pulang selalu terlihat jelas luka di wajah dan tubuhnya. Kadang rambutnya acak-acakan dengan bekas cakaran di wajah, kadang wajahnya penuh debu seolah baru keluar dari tumpukan tanah.
Saat makan biasanya, orang ini paling rakus, bahkan lebih dari apa yang dimakan Sharba. Tapi beberapa hari ini, ketika Char makan, tangannya gemetar sampai tidak bisa memegang sendok, sambil menggeram seolah menahan rasa sakit yang luar biasa. Saat berjalan, tubuhnya bergoyang-goyang seolah semua tulangnya mau copot. Suatu kali saat makan, Cato tidak sengaja menepuk Char, langsung dia menjerit seperti babi disembelih, hampir membuat piring terlempar ke wajah Cato.
Kedua teman baiknya mulai khawatir dengan keadaan orang ini.
"Hei, apa kamu menyelinap keluar cari perempuan?" tanya Cato sambil tersenyum licik, melihat bekas cakaran di wajah Char.
"Menurutku dia berkelahi! Sial! Siapa berani memukul anggota Pasukan Pengawal kita? Aku akan ikut kamu cari balas dendam!" Sharba berdiri sambil membanting meja.
Tubuh Char gemetar hebat, air mata menggenang di matanya. Dia menggigit bibir: "Tidak... Aku, aku jatuh sendiri..."
(Sial, sakitnya bukan main...)
※※※
Char tidak bisa mengeluh. Tiga hari ini dia belajar teknik bertarung Ksatria Naga sialan dari naga betina bernama Dora itu, benar-benar makan banyak penderitaan!
Teknik tempur Ksatria Naga yang Dora berikan ke Char tidak banyak, untuk sementara hanya tiga jurus. Dora mengaku dirinya sendiri juga hanya bisa sebanyak itu—tentu saja, Char curiga naga betina licik ini menyembunyikan sesuatu.
Ksatria Naga era kuno memang memiliki kekuatan tempur yang luar biasa, aura tempur mereka sudah mencapai level puncak dalam kultivasi. Tapi bagi Char, mana mungkin dia pernah mempelajari aura tempur? Dora sebenarnya menguasai sedikit metode aura tempur teknik bela diri manusia, namun setelah mengajari Char setengah hari, Char sama sekali tidak merasakan aliran energinya. Akhirnya Dora memvonis Char sama sekali tidak punya bakat berlatih aura tempur—dengan kata lain, naga ini menganggap Char mustahil menjadi prajurit.
Vonis ini membuat Sang Master sangat tidak terima? (Bertahun kemudian, Char baru tahu dirinya dikibuli si naga betina licik ini.)
Bercanda apa? Aku sampai tidak punya bakat bela diri? Di Padang Api Liar dan medan perang, prajurit yang kubunuh kurang lebih sudah selusin! Aura tempur? Hebat banget aura tempur? Musuh yang bisa aura tempur juga sudah beberapa kubunuh!
Di saat seperti ini, sifat keras kepala alami si kampungan bangkit melawan. Aura tempur, bukankah itu cuma sejenis kekuatan?
Aku tak bisa aura tempur, masa tidak bisa menguasai yang lain?
Dengan natural, hal pertama yang terpikir adalah kekuatan terkuat yang kini dia miliki: aura mengerikan merah.
Setelah pelatihan sebelumnya, dia telah mulai menguasai sedikit rahasia aura mengerikan merah. Secara sederhana, saat menghadapi musuh level tinggi, dirinya harus membangkitkan semangat perang dan keinginan membunuh yang kuat, ditambah tekanan eksternal yang intens. Dengan stimulasi spiritual ini, liontin yang dikenakan akan teraktivasi sehingga jejak jiwa di dalamnya terbangunkan.
Setiap kali keadaan seperti ini terjadi, Char merasakan hawa dingin menusuk mengaliri seluruh tubuhnya - seolah terlempar ke danau beku di tengah musim dingin. Seketika, hatinya dipenuhi nafsu membunuh tak terbatas dan kekuatan misterius muncul tiba-tiba. Bahkan Char sendiri tak memahami sumber energi ini, tapi untuk sementara tak perlu memikirkan hal itu.
Satu-satunya kelemahan adalah: demi menjaga kesadarannya agar tak hilang oleh stimulasi gila tersebut, dia harus mati-matian menekan kegilaan membunuh dalam dirinya. Meski tetap sadar, aura mengerikan merah yang dikeluarkan menjadi jauh lebih lemah dibanding dua kali ledakan tak sengaja sebelumnya.
Char pertama kali mencoba beberapa kali mengontrol aura mengerikan merah dalam jangkauannya. Pada akhirnya dia menemukan bahwa dalam tingkat ini, jarak serangan maksimal aura mengerikan merah hanya sekitar tiga langkah. Dalam tiga langkah itu, kekuatan penghancur segalanya yang hampir mengabaikan pertahanan pun berkurang. Saat mengayunkan garpu api, dia bisa dengan mudah memotong tiang kayu keras tanpa suara.
Benda yang lebih keras seperti perisai logam atau zirah tetap bisa dipotong, tetapi daya tembusnya jauh lebih memalukan dibanding sebelumnya. Tidak seperti dulu dimana satu ayunan garpu api bisa memutuskan semua orang yang berdiri di depannya sekaligus!
Dia melakukan uji coba, tingkat kekuatan saat ini kira-kira bisa dengan mudah memutuskan perisai pasukan tiga tingkat. Tapi kalau sampai lapis keempat, garpu api akan tersangkut di perisai lapis keempat dan kehabisan tenaga sehingga tak bisa meretakkannya.
"Tingkat seperti ini pada dasarnya setara dengan kekuatan aura tempur yang digunakan prajurit tingkat menengah manusia."——Ini adalah ulasan Dora.
Eh... Kalau begitu anggap saja ini sebagai aura tempur.
Hanya saja, dalam keadaan sadar Char dengan jelas merasakan bahwa setiap kali menggunakan aura mengerikan merah, semakin lama durasi penggunaannya (sekitar waktu sekitar satu jam makan), seluruh tenaga fisiknya akan terkuras habis. Bukan hanya tenaga fisik yang habis sampai berkeringat deras, bahkan seujung jari pun tak bisa digerakkan, semangat pun mulai kelelahan. Seolah-olah belum tidur selama tiga hari tiga malam, kesadarannya mulai kabur.
“Ternyata aura mengerikan merah tidak hanya mengonsumsi stamina, tapi juga energi mental manusia.”
“Dari segi efisiensi penggunaan, tampaknya ini jauh lebih buruk dibandingkan aura tempur tingkat menengah...”
Char merasa kesal, mengingat kemampuan penetrasi aura mengerikan merah yang bisa mengabaikan semua pertahanan —— seperti pepatah 'membunuh siapa saja yang menghalangi', bahkan dewa sekalipun —— itu baru sesuai dengan gaya khas Sang Master!
Tapi satu kalimat Dora langsung membuat Char diam.
“Saat mengamuk, kekuatanmu memang meningkat. Tapi saat menyerang, kesadaran dirimu hilang! Seranganmu menjadi membabi buta dalam radius tertentu! Di medan perang, ada teman di sekitarmu. Maukah kau membunuh mereka juga?”
“... Baiklah!”
Char pun mengakui kekalahan dengan frustrasi.
Masalahnya bukan pada melemahnya aura mengerikan merah, melainkan... saat mempelajari teknik tempur Ksatria Naga, penderitaan pun dimulai!
Teknik Tempur Ksatria Naga menggunakan metode misterius untuk melepaskan seluruh kekuatan dalam tubuh secara instan! Setiap kali energi beredar, kekuatan seluruh tubuh tiba-tiba membesar. Sensasi ini sepuluh kali lebih kuat daripada saat mengoperasikan Aura Merah Menyala biasa. Saat gelombang ekspansi dahsyat ini melanda, Char merasakan setiap otot, pembuluh darah, bahkan sarafnya membengkak berkali-kali lipat! Sensasi retakan yang tak tertahankan membuat seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Dalam sekejap, jantungnya pun seolah berhenti berdetak!
Bersamaan dengan itu, ia memasuki keadaan halusinasi pendengaran. Segala sesuatu di sekelilingnya terdistorsi dan melambat: desau angin, kicau burung di hutan, teriakan latihan dari kamp militer jauh—semua suara memanjang dan terpelintir dalam pendengarannya. Seluruh bidang penglihatannya berubah bentuk, hingga akhirnya ruang itu sendiri termanipulasi, hanya menyisakan satu titik!
SATU TITIK!!
Dengan mengangkat tangan, garpu api menghujam ke titik itu...
（BOOM！！）
Telinga jelas mendengar ledakan 'boom' ini, suara itu seolah langsung jatuh ke dalam kesadarannya, mengguncang Char hingga seketika sadar. Semua halusinasi lenyap, kekuatan di seluruh tubuhnya tiba-tiba berbalik arah! Sensasi ekspansi super cepat yang sebelumnya langsung menyembur deras! Luapan dahsyat bagai air bah ini membuatnya merasa seluruh darah di tubuhnya mengalir terbalik dalam sekejap. Detak jantungnya menjadi gila-gilaan, begitu cepat hingga hampir tak bisa ditahan...
Di tempat yang ditusuk garpu api, terlihat titik merah menyala berubah menjadi garis merah tipis bagai helai rambut, melesat lurus ke depan...
Seluruh kekuatan terkonsentrasi seketika di ujung garpu api, menyembur deras. Kekuatan itu begitu dahsyat dan intens, tingkat kehebatannya bahkan membuat Char sendiri terlempar ke depan tanpa kendali! Bukan langkah sengaja, tapi tertarik paksa oleh kekuatan ini!
Beberapa langkah besar langsung membawanya menabrak pohon besar di depan. Terlihat di mana pun garis merah itu menyentuh, kulit pohon di batangnya retak tanpa suara. Bagian dalam pohon pun seolah tertembus oleh garis merah! Kayu yang hancur berubah menjadi serat-serat halus yang beterbangan ke belakang, menggeser wajah Char meninggalkan bekas darah seperti cakaran!
Memperhatikan lebih dekat, pada batang pohon besar di hadapan ini terdapat sebuah lubang seukuran kelingking yang menembus langsung tubuh pohon. Melihat ke belakang, beberapa langkah lagi, pohon besar lain juga tertembus, dan terus berlanjut...
Dalam garis lurus sepanjang sekitar tiga puluh meter, semua benda yang dilalui tertembus langsung! Enam pohon besar dan dua batu sebesar meja—semuanya memiliki lubang bulat sebesar kelingking!!
Char dengan cepat berlari langkah demi langkah untuk memeriksanya. Melihat hasilnya, dia terpana sampai tak bisa mengucapkan sepatah kata pun!!
Namun sebelum rasa terkejutnya reda, si kampungan kita tiba-tiba menjerit kesakitan, tubuhnya berguling-guling di tanah sambil berteriak: "Sakitnya minta ampun!!!!"
Seluruh pori-pori di tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan butiran darah. Pada lengan, otot-ototnya menunjukkan retakan halus, kulit terkelupas, darah mengalir deras. Tulang-tulangnya berderak krak-krak—sejenak Char merasa ketakutan luar biasa, khawatir seluruh kerangkanya akan remuk!
Penderitaan ini berlangsung hampir setengah jam sebelum dia bisa bangun dengan susah payah. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, sentuhan ringan saja seperti ditusuk jarum. Bahkan berjalan perlahan membuat telapak kakinya nyaris tak kuat menahan beban.
“Setelah ujian pertama, dia membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk pulih dan baru bisa mengumpulkan sedikit tenaga. Reaksi pertamanya adalah tertawa gila beberapa kali, di tengah tawa gilanya masih terdengar erangan kesakitan 'aduh-aduh'. Tapi kemudian hatinya kembali dipenuhi keraguan.”
“Hei Dora, katanya para prajurit tingkat tinggi di antara manusia bisa mengkonsentrasikan aura tempur untuk menyerang dari jarak jauh, tapi sepertinya jarak tiga puluh meter pun tidak bisa dicapai, ya?”
“Hmph! Teknik bertarung Ksatria Naga mana mungkin bisa disamakan dengan aura tempur yang dipelajari manusia sekarang! Meski aura tempur juga bisa memproyeksikan kekuatan keluar tubuh untuk menyerang, tapi teknik pengumpulan kekuatannya terlalu primitif. Saat mengkonsentrasikan aura tempur, sebagian besar kekuatan terbuang percuma. Sedangkan teknik Ksatria Naga ini bisa memusatkan seluruh kekuatan pada satu titik terkecil, meminimalisir pemborosan energi! Memusatkan SEMUA kekuatan pada titik terkuat!! Karena itu, jurus ini dinamakan... Tusukan Naga!”
Tusukan Naga!!
Sialan! Jurus ini benar-benar sakti banget!
Tapi... Tapi juga sakitnya minta ampun!!!
“Sebenarnya, dengan kekuatanmu saat ini, setelah menggunakan Tusukan Naga sekali, sisa tenagamu masih cukup untuk 2-3 kali penggunaan lagi. Tapi... tubuhmu tidak akan kuat menahan efek balik energi sebesar ini. Menurut penilaianku, jika berani menggunakan dua kali berturut-turut, tubuhmu mungkin akan mengalami luka berat. Kalau sampai tiga kali... bisa-bisa jasadmu langsung hancur lebur dan mati.”
“……”
Char menundukkan kepala dan berpikir sejenak. Ketika mengangkat kepala kembali, ekspresi wajahnya yang biasanya tidak serius sama sekali justru berubah menjadi sangat serius.
"Kalau begitu, teknik bela diri yang kumiliki sekarang ada dua: Aura Mengerikan Merah dan 'Tusukan Naga'. Tapi kedua jurus ini hanya bisa digunakan sebagai jurus penyelamat nyawa. 'Tusukan Naga' setelah digunakan sekali akan membuat seluruh tubuhku lumpuh, butuh setidaknya setengah jam untuk pulih, dan umumnya hanya bisa dipakai sekali. Di medan perang, meski bisa membunuh musuh, menggunakan Tusukan Naga berarti aku sendiri juga binasa. Sedangkan Aura Mengerikan Merah, selama aku bisa mengontrol kesadarannya agar tidak mengamuk, bisa bertahan selama waktu sekitar satu jam makan... maksimal sekitar setengah jam... Jadi hanya bisa digunakan dalam pertempuran singkat. Masalah terbesarku sekarang adalah... masih belum memiliki teknik bela diri yang bisa digunakan dalam kondisi normal."
Dora mendengar perkataan Char, menjawab dengan senyuman sinis: "Manusia rakus, keserakahanmu tak ada batasnya! Dengan kekuatanmu sekarang, diperkuat darah nagaku di tubuhmu, ditambah kekuatan dan kecepatan yang melebihi manusia biasa, kondisimu sudah setara prajurit tingkat rendah resmi. Dengan aura mengerikan merah dan teknik kapak Penghancur Ribuan Pasukanmu, kau bisa menyamai prajurit tingkat menengah! Bahkan dalam pertempuran kelompok, daya bunuhmu lebih hebat. Jika melancarkan 'Tusukan Naga', daya bunuh sekejap bisa mencapai level prajurit tingkat tinggi! Tahukah kau, manusia biasa butuh 10-20 tahun latihan keras untuk naik dari prajurit rendah ke tinggi, bahkan yang berbakat! Kau naik beberapa level dalam sehari, masih belum puas?!"
Char menggaruk kepala sambil tersenyum pahit. Pikirannya: Setidaknya keseimbangan tercapai. Kekuatan setara prajurit tinggi meski hanya sekejap, tapi peningkatan kekuatan selalu butuh pengorbanan. Cara liciknya mendapatkan kekuatan ini sudah sangat langka.
Meski penuh sindiran, perkataan Dora mengandung kebenaran.
"Baiklah!" Char menghentakkan tangannya, wajah penuh tekad: "Latihan lagi!!"
※※※
Char berlatih selama tiga hari berturut-turut. Setiap hari ia menyelinap diam-diam ke hutan di belakang bukit untuk berlatih jurus "Aura Mengerikan Merah" dan "Long Ci" (Tusukan Naga). Penderitaan yang dialaminya sangat berat. Setiap kali kembali ke tenda, tubuhnya langsung terlempar ke tempat tidur dan tertidur pulas.
Setelah bangun, sprei tempat tidur selalu dipenuhi noda-noda darah...
Hal ini membuat Duoduo Luo, sang pengawal, terbesit pikiran jahat dalam hatinya.
"Yi... Ada darah di sprei? Jangan-jangan si kampungan kasar ini juga mengalami 'hari-hari khusus' setiap bulan seperti perempuan..."
Setelah tiga hari, Char meninggalkan markas dan menjelajahi hutan pegunungan sekitar selama setengah hari. Ia mengumpulkan berbagai ramuan obat dan akhirnya merebusnya menjadi satu tong ramuan kental. Tubuhnya kemudian direndam dalam cairan tersebut.
Ini adalah ritual mandi obat yang dilakukannya sejak kecil. Resepnya diwariskan oleh orang tua itu. Namun dikatakan, satu dua bahan utama sudah habis digunakan beberapa tahun lalu. Bahan-bahan tersebut tidak bisa ditemukan di hutan Padang Api Liar. Meski bahan lainnya masih bisa ditemukan, menurut orang tua itu, khasiatnya jauh berkurang setelah diracik.
Kondisi fisik Char yang luar biasa kuat itu terutama berasal dari ritual rendaman obat berbau busuk ini sejak kecil. Namun setelah dewasa, ia menolak keras melanjutkan kebiasaan ini. Latihan Long Ci beberapa hari terakhir menyebabkan luka fisik yang parah, memaksanya untuk mencari ramuan dan merendam diri lagi. Soal bau tak sedap, itu sudah tidak dipedulikannya lagi.
"Begitu saja, saat Duoduo Luo sedang mencuci sprei, pikirannya kembali dipenuhi berbagai pikiran aneh."
"Sial! Setelah darah mengering, sprei jadi bau lagi... Jangan-jangan tuan yang sudah sepuh ini masih belum bisa mengubah kebiasaan ngompol?"
Sambil menggosok sprei dengan kasar, sang penyihir menggerutu dalam hati...
※※※
Pelatihan menyiksa diri ini berlangsung selama enam hari. Pagi hari ketujuh, saat Char hendak berangkat ke gunung belakang dari perkemahan, baru sampai di pintu gerbang, dia melihat prajurit di menara pengawas tiba-tiba membunyikan terompet peringatan dengan panik!
Bung! Prajurit patroli di perkemahan langsung berbaris rapi dan berlarian ke gerbang. Korps ke-13 memang terlatih. Dalam sekejap, seorang perwira penjaga sudah mengenakan zirah lengkap dan memimpin regu prajurit menerjang. Pintu gerbang perkemahan langsung ditutup. Pasukan besar segera naik ke atas pagar, menarik busur panah dengan tegang mengarah ke luar.
Kelompok-kelompok prajurit juga berkerumun di gerbang mengikuti sirine darurat. Di bawah teriakan para komandan, mereka cepat-cepat membentuk formasi.
Saat itu, seorang perwira di menara pengawas menatap ke kejauhan dan berteriak, "Lihat! Itu pasukan kita!! Ah! Iya, itu... itu tentara yang kalah!!"
