Tanpa pengujian sama sekali, gelombang serangan pertama orang Odin langsung melancarkan pukulan tinju berat!
Setelah suara terompet yang berat, pasukan-pasukan prajurit Odin yang memegang perisai, kapak, pedang besar, dan berbagai senjata lainnya mulai berlari histeris sambil meneriakkan auman. Kerumunan gelap yang bergerak itu bagai hujan kacang yang tercurah deras!
Char menggenggam erat kapaknya. Meski di tengah keributan, ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri dengan jelas. Di saat yang sama, Komandan Slet dari batalion di sampingnya meneriakkan berbagai perintah dengan suara berat.
"Bersiap! Pemanah siapkan senjata! Jangan panik! Berdiri tegak! Pertahankan formasi!!"
Tanpa pengalaman memimpin, Char menyerahkan semua tugas ini kepada Slet. Komandan biasa ini melakukan pekerjaannya dengan baik, meski wajahnya memerah karena tegang, suaranya tetap berusaha tenang.
Ribuan langkah menginjak-injak bumi, dalam debu yang beterbangan, kerumunan gelap itu segera mencapai jarak tembak...
"Tembak!!!!!"
Teriakan Slet memicu tiga kereta busur di belakang pagar yang meluncurkan puluhan anak panah logam sebesar lengan orang dewasa. Puluhan proyektil itu membentuk parabola payung, menghujani kepala pasukan Odin.
Di medan perang, terdengar suara mengerikan tembusan daging dan darah, cahaya merah darah menyembur di mana-mana, diselingi jerit kesakitan para korban. Panah busur yang diluncurkan dari kereta busur memiliki kekuatan sepuluh kali lipat lebih dahsyat daripada panah biasa! Setiap panah yang mengenai target pasti menembus tubuh manusia dengan mudah! Bahkan beberapa panah mampu menembus tiga hingga lima orang sekaligus dan masih memiliki sisa momentum!
Pemanah di balik tembok benteng juga mendapat perintah. Ratusan Panah Tajam dalam babak pertama penembakan langsung menyapu kerumunan orang Odin yang sedang berlari maju seperti angin kencang, merobohkan sebagian kecil mereka!
Namun di antara jeritan dan rintihan, langkah orang Odin sama sekali tidak berhenti. Mereka justru semakin liar, kejam, dan fanatik berteriak sambil terus maju!
Dengan cepat, gelombang pertama orang Odin menyerbu ke bawah tembok pertahanan. Tubuh mereka membentur keras tembok itu. Meski tembok telah diperkuat dengan batu dari divisi logistik dan kayu kereta kuda yang dibongkar, benturan pertama tetap membuat tembok bergoyang jelas beberapa kali. Para prajurit Bizantium yang bersembunyi di balik tembok deg-degan kencang. Atas perintah perwira, sebarisan tombak runcing mencuat dari celah-celah tembok, rapat seperti jarum menusuk daging, dengan mudah menikam ratusan orang Odin! Tapi beberapa orang Odin yang sekarat masih garang, mencabut tombak yang menancap di tubuh mereka dengan paksa, menarik tombak itu keluar dari tembok!
Ratusan pria berotot Odin membentuk lebih dari sepuluh tim kecil yang berlari di tengah formasi penyerangan. Untuk mempertahankan kecepatan lari sebisa mungkin, mereka tidak mengenakan zirah logam maupun membawa senjata apapun, hampir setengah telanjang. Setiap tim berisi lebih dari sepuluh orang bersama-sama mengangkat tangga kayu yang dibuat dari pohon besar yang baru saja ditebang, berlari histeris ke arah tembok pagar di tengah teriakan keras! Karena mereka tersembunyi di antara kerumunan, dikelilingi prajurit Odin yang mengangkat perisai dengan gigih sebagai perlindungan, sebagian besar tim berhasil mencapai kaki tembok pertahanan. Satu persatu tangga dengan cepat dipasang, sementara orang-orang Odin di sekitarnya meneriakkan slogan histeris dan memanjat tangga untuk menerobos masuk ke dalam tembok pertahanan.
Tombak-tombak terus menusuk keluar dari balik tembok pertahanan, menusuk jatuh orang Odin di tangga dan merobohkan tangga. Orang-orang Odin yang seperti kehilangan akal menyerbu ke depan, menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai perisai hidup yang menerima tusukan tombak. Lebih banyak lagi orang Odin yang terus memasang kembali tangga berulang-ulang, melanjutkan serangan mematikan mereka.
Merah!
Di medan perang hampir semuanya berwarna merah! Di depan pagar pertahanan, mayat-mayat segera bertumpuk berlapis-lapis. Darah mereka mengubah tanah menjadi berlumpur. Prajurit Bizantium di balik pagar dan di atas panggung menusuk serta menebas ke bawah dengan pedang tanpa henti, namun tetap tak bisa menghentikan serangan bunuh diri orang-orang Odin. Bahkan beberapa Odin memanjat pagar lalu terjun bebas sambil membuka tangan, menubrukkan tubuh mereka ke beberapa prajurit Bizantium demi memberi waktu bagi lebih banyak rekan di belakang.
Beberapa Odin bahkan mengabaikan tangga. Mereka berkumpul di belakang pagar, saling memanjat bahu untuk membuka jalan. Mereka membiarkan tombak menusuk dada mereka dari celah pagar! Yang lain menusukkan pedang tajam mereka melalui celah pagar dengan kejam, mengorbankan nyawa demi nyawa...
Pagar setinggi dua meter ini terlalu rapuh untuk pertahanan efektif. Pemanah telah menyebar di garis depan, dengan bebas membidik satu per satu Odin dari balik pagar. Mata Char memerah menyala. Dengan kapak perang di tangan, dia memimpin belasan prajurit terampil bolak-balik di belakang pagar. Setiap kali Odin berhasil menerobos, Char langsung menerjang. Kapaknya berkilat dingin, menghancurkan musuh berkeping-keping!
Bahaya sesungguhnya muncul di ambang pintu perkemahan!
Di sanalah posisi serangan utama orang Odin. Di depan pintu kamp, awalnya dipasang dua baris tiang kayu yang dipahat tajam, tersusun rapat dan tertancap dalam ke tanah dengan ujung kayu menghadap ke atas... Orang Odin mengorbankan setidaknya dua ratus mayat, bertahan dari hujan panah dan tombak yang dilempar oleh Orang Bizantium di balik pintu, memotong tiang-tiang tajam itu satu per satu hingga menyisakan lapangan kosong!
Puluhan prajurit Odin di belakang menggendong potongan batang pohon yang telah ditebang, berlari liar menuju pintu kamp dan berulang kali menghantam gerbang.
Pintu kamp yang telah diperkuat diguncang hingga berdengung, debu dari kedua sisi terus berjatuhan. Prajurit-prajurit berdiri di belakangnya, mengacungkan pedang-pisau dan menusuk dengan garang. Beberapa senjata mereka terjepit oleh orang Odin lalu diseret keluar sambil menjerit kesakitan.
Pasukan Odin yang menyerang gerbang kamp juga membawa tombak kayu darurat yang dibuat dengan menebang dan memahat pohon, panjangnya sekitar tiga hingga empat meter. Dengan mengacungkan tombak-tombak ini, mereka menusuk ke arah prajurit Bizantium di balik gerbang kamp yang berada di posisi lebih tinggi, menyebabkan kerusakan. Bahkan komandan kamp Slette tertusuk tombak yang menghancurkan armor bahunya, separuh tubuhnya langsung berlumuran darah!
Ambang pintu selebar sepuluh meter, di bawah hantaman berulang orang Odin, pintu mulai mengeluarkan suara retakan yang membuat prajurit Bizantium gemetar dalam hati. Setiap benturan di bawah auman liar Odin seakan menghantam jantung...
Dengan teriakan gila, Char menerjang ke ambang pintu. Telah melemparkan kapaknya, menggantinya dengan palu bermata. Melihat prajurit Bizantium di atas meja belakang pintu tertusuk tombak dari luar, muntah darah dan jatuh, mata Char seketika memerah menyala. Dalam gelegar auman, tiba-tiba melesat dengan lompatan gesit!
Kemampuan fisiknya yang luar biasa membuatnya melompat setinggi tiga meter lebih, dengan paksa menerobos keluar dari atas pintu!
Di tanah luar pintu berpuluh mayat telah berserakan. Char melindungi wajahnya dengan palu bermata, membuka diri, menyongsong tombak dan kapak orang Odin dengan tubuhnya. Dentangan patahan berdering – tak terhitung senjata yang hancur. Char mendarat di kerumunan, menggulingkan diri sambil mengayunkan palu membentuk lingkaran, mematahkan paha beberapa orang Odin di sekitarnya. Potongan kaki beterbangan. Char melompat, mencabut garpu api di pinggangnya!
Orang Odin terlihat begitu rapuh di hadapan si kampungan, garpu apinya selalu bisa dengan mudah memutuskan senjata orang Odin, lalu palu bermata segera menghantam tubuh lawan! Entah itu kepala, bahu, atau dada, setiap pukulan diikuti suara retaknya tulang!
Hanya dalam beberapa tarikan napas, tak ada lagi orang yang berdiri di sekitar Char. Dia menangkap seorang Odin, menendangnya hingga terjengkang, menginjak dada lawan, menarik lengan musuh sambil mengaum keras!
Czzzztt!! Separuh tubuh disobeknya paksa!! Darah segar menyembur ke wajah Char. Mayat yang sudah tercabik-cabik dilemparnya jauh, lalu palu bermata dihujamkannya ke kerumunan terpadat orang Odin... Pada detik ini, kedua matanya memerah menyala, aura mengerikan merah tiba-tiba menyembur!
Boom!!
Palu bermata menghantam kerumunan, dibalut kekuatan aura merah. Tiga orang Odin langsung hancur lebur! Serpihan tulang beterbangan, daya hantam dahsyatnya melontarkan tujuh delapan orang Odin ke segala penjuru. Sebelum menyentuh tanah, nyawa mereka sudah melayang...
Dengan mata berkobar, Char menatap gelombang baru orang Odin yang menyerbu. Tertawa gila, ia mengambil kapak yang tercecer, menebas dua pelopor, lalu melompat masuk ke balik pintu gerbang perkemahan...
Kekuatan tempur hampir bukan manusia dari Xia Ya yang ganas ini memicu keberanian prajurit Bizantium. Segera terdengar teriakan gila prajurit Bizantium dari delapan penjuru. Mereka melakukan perlawanan habis-habisan, mengalahkan satu per satu orang Odin, menjatuhkan tangga dengan tusukan, bahkan beberapa meniru Xia Ya dengan langsung melompat keluar dari balik pagar. Dengan tubuh daging dan darah menghadapi pisau musuh, tapi sebelum mati, pasti akan menghujamkan senjata mereka ke tubuh musuh terdekat!
※※※
Dari kejauhan, Hasting yang membalut tubuhnya dengan jubah hitam mengamati pertempuran di pintu gerbang perkemahan dengan mata sipitnya yang feminin bernuansa Yin. Ia menyaksikan Xia Ya melompat keluar seperti binatang buas, mengalahkan tak terhitung orang Odin. Melihat Xia Ya menghantam dengan palu hingga anggota tubuh beterbangan, lalu melompat kembali ke balik pintu gerbang. Menyaksikan aura Bizantium yang semakin membara...
Dewa Perang Odin ini tiba-tiba menyeringai. Ia merampas tombak dari tangan seorang prajurit Odin di sampingnya, mundur dua langkah, lalu melemparkannya dengan kekuatan penuh...
Tiba-tiba Xia Ya mendengar suara deru menggelegar dari langit! Suara itu bagai guntur di musim panas. Mendongak, ia melihat kilatan cahaya jatuh dari langit. Parabola itu seakan membelah angkasa, laksana kilat menyilaukan!!
Dan tempat jatuhnya cahaya itu tidak lain adalah pintu gerbang perkemahan!
Xia Ya langsung mengaum keras, seketika kedua matanya memerah menyala, aura merah menyala menyelimuti seluruh tubuhnya. Dengan teriakan, dia meraih sebuah perisai dan melompat gila-gilaan ke udara, menghadapi gumpalan cahaya itu!!
