Char pingsan selama lebih dari setengah jam. Saat sadar, ia terbaring di dalam tenda. Zirah dan pakaian luarnya telah dilepas. Pesuruhnya yang tak loyal, penyihir Duoduo Luo, sedang mengusap noda darah di tubuh Char dengan handuk basah.
Begitu Char membuka mata, ekspresi kesal di wajah penyihir itu segera berubah menjadi penuh kepatuhan. Dengan senyum penuh harap ia berkata: "Tuan, apakah Tuan ingin makan sesuatu? Atau minum air?"
Char mengerahkan tenaga untuk membalikkan badan. Seluruh tubuhnya terasa seperti remuk, seolah dipukul palu ratusan kali. Kerangkanya nyaris bubar, setiap otot mengirimkan sinyal rasa sakit. Ia mengerang dua kali, namun tetap berjuang untuk duduk.
Ekspresi perenungan langka muncul di wajah Char. Ia menarik napas pendek, lalu tiba-tiba bertanya: "Duoduo Luo... Menurutmu, bagaimana cara manusia menjadi kuat?"
"Uh…" Ekspresi patuh di wajah Duoduo Luo tidak berubah, namun dalam hatinya ia menggerutu (Kalau aku tahu, masak sampai diintimidasi oleh si kampungan sepertimu di sini…)
"Hmm… Lalu, setelah manusia menjadi kuat, gimana jadinya? Apa akan memiliki jantung seorang yang kuat?"
Ini adalah pertanyaan kedua Char.
(Setelah menjadi kuat? Jika aku, Tuan Duoduo Luo benar-benar menjadi kuat, hal pertama yang kulakukan adalah menginjak-injak si kampungan sepertimu dengan kasar.)
Untungnya, Char tidak benar-benar berniat mendapatkan jawaban dari penyihir ini. Setelah terdiam sebentar, ia menyuruh Duoduo Luo memapahnya keluar.
Menanggung tubuh berat Char, sepasang kaki kurus Duoduo Luo gemetar tak karuan. Saat berhasil membawa Char ke tenda komando besar, Srett sedang bertengkar sengit dengan sekelompok perwira batalyon.
Begitu Char masuk, suasana langsung hening. Tanpa disadari, Char seolah telah membangun sedikit kewibawaan - meski hanya di kalangan perwira rendahan dari pasukan pendukung tingkat dua ini.
Hari ini Char menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi serangan pertama pasukan Odin. Tak hanya itu, di medan perang ia bahkan menantang Hasting yang selama ini menyusahkan Bizantium - meski caranya agak tak tahu malu, tapi akhirnya ia berhasil melukai Hasting di medan perang!!
Ini benar-benar keajaiban!!
“Hasting, Dewa Perang orang Odin! Sudah berapa tahun dia tidak terluka dalam duel satu lawan satu di medan perang?”
Jadi, di mata para perwira rendahan ini, melihat Char saat ini, perasaan mereka secara alami menjadi sangat berbeda.
Slate menyambut dengan wajah penuh perhatian, secara pribadi membantu Char duduk, penyihir itu langsung menggunakan kesempatan untuk kabur.
“Bagaimana keadaannya?” Slate mengerutkan kening sambil menatap Char.
“Tidak akan mati.” Char tertawa pahit, melihat orang-orang di dalam tenda: “Apa yang kalian perdebatkan?”
“Serangan balik.” Jawaban Slate membuat Char terkejut.
“Serangan balik?”
Slate melihat orang-orang di tenda, lalu mengangguk: “Kita masih punya dua ratus kavaleri. Maksud semua orang adalah, saat Odin menyerang berikutnya, kita akan mengerahkan kavaleri untuk melakukan serangan balik... hm... toh kita semua akan mati, setidaknya bertarung sekali lagi dan menggigit daging Odin!”
Benar-benar pantas disebut Divisi Ketiga Belas. Bahkan batalion pendukung tingkat dua tetap mempertahankan keganasan dan keberanian khas Rodria.
“Tidak boleh.” Char menggelengkan kepalanya dengan keras, tapi segera menghentikan gerakan itu karena kepalanya pusing.
“...Kenapa?” Wajah Slate suram: “Toh kita tidak bisa bertahan. Akhirnya... minimal balas dendam.”
“Tidak boleh ya tidak boleh.” Char mengangkat kepalanya, senyum pahit menguar di wajahnya: “Kurasa kita semua melakukan kesalahan.”
“Kesalahan?”
"Salah!" Char mengangguk dengan berat: "Sial, Laozi sebelumnya keliru berpikir, kita semua juga salah. Kita terlalu membesar-besarkan kengerian Hasting! Kita semua merasa tidak bisa bertahan, tapi sebenarnya, kita justru mengabaikan kelemahan dan titik lemah Hasting saat ini!"
"Kelemahan?" Para perwira di dalam tenda tertegun.
"Kelemahan!" Char mengangguk mantap: "Hasting... pasukannya tidak cukup! Tidak cukup untuk menaklukkan pos kita!"
Kalimat ini membuat semua orang di tenda menunjukkan ekspresi tidak percaya, bahkan Slater hampir tak bisa menahan keraguan apakah Char mengalami cedera kepala selama duel dengan Hasting.
Pasukan tidak cukup?
Lelucon! Di luar tembok benteng saat ini, Hasting memiliki pasukan sepuluh ribu! Sementara kita hanya tersisa seribu lebih!!
Senyum Char terlihat lelah, tapi ia meregangkan bibirnya: "Mari kita pikir begini... manuver mendadak Hasting yang menghancurkan Resimen ke-2 dan ke-9, apa andalannya?"
"Kecepatan." Jawaban ini tidak sulit ditebak. Keunggulan utama serangan mendadak memang terletak pada kecepatan.
"Lalu... kecepatan mewakili apa? Pasukan berkuda!" Char menarik napas, paru-parunya masih terasa tidak nyaman, setiap kali berbicara napasnya terasa sakit.
Slater dan yang lain veteran perang, seketika juga mulai memahami beberapa hal.
"Dia melakukan manuver cepat dengan serangan mendadak, jadi yang dibawanya semua prajurit berkuda." Char memaksakan diri melanjutkan: "Untuk merebut kecepatan, dia juga harus membagi pasukan untuk menyerang Wildfire Town di selatan, yang semakin mengurangi jumlah pasukannya. Jadi, ketika sampai di sini, pasukannya hanya sekitar sepuluh ribu. Ini seharusnya semua kekuatan yang dia miliki sekarang, hanya saja...semuanya adalah kavaleri!! Dia tidak punya infanteri sama sekali! Semuanya kavaleri! Serangan gelombang pertama hari ini, dia menggunakan kavaleri untuk menyerang kota! Kavaleri yang turun dari kuda!! Jadi, Hastings pasti tidak tega menghabiskan pasukannya seperti ini."
Menggunakan kavaleri mahal turun dari kuda dan menyerang garis pertahanan militer seperti infanteri, ini adalah hal bodoh yang tidak akan dilakukan oleh siapapun yang punya pengetahuan militer dasar.
"Pertanyaan kedua." Char menggosok dadanya keras-keras, berusaha menenangkan napas: "Berdasarkan intelijen yang kita miliki, di utara, pasukan Jenderal Adrik dan Jenderal Ruhl adalah dua korps. Sedangkan pasukan Odin yang mereka hadapi sepertinya tidak terlalu kuat, setidaknya tidak mencapai tingkat elit pasukan Hastings. Lalu, saya bertanya pada kalian, dengan perbandingan kekuatan seperti ini, mungkinkah jenderal kita kalah?"
Tentu tidak mungkin! Setiap anggota Divisi Ketiga Belas memercayai Adrik hampir seperti pemujaan! Dan memiliki keyakinan fanatik pada kemampuan tempur Divisi Ketiga Belas! Selama tidak berhadapan dengan Hastings, Divisi Ketiga Belas yakin bisa menghadapi langsung pasukan Odin manapun!
Apalagi...ditambah dengan korps infanteri Ruhl?
“Jadi, di utara, Jenderal dan pasukannya pasti akan kembali. Sekarang mungkin sedang diulur waktu oleh pasukan Odin di lembah. Tapi pasukan Odin di utara itu sama sekali tidak bisa benar-benar mengancam Jenderal kita. Begitu Jenderal kembali dan membunuh musuh, Hasting pasti tidak mau membuang-buang kekuatan lapangannya yang berharga untuk pertempuran merebut kota. Jadi pasukannya tidak cukup! Dia perlu menyimpan cukup prajurit berkuda untuk menghadapi pasukan kavaleri utama kita! Tidak, ini bukan sesederhana itu... Aku, aku bahkan punya perasaan, perasaan ini tanpa dasar tapi memang ada: seolah Hasting sedang menyimpan kekuatan, dia sama sekali tidak berniat benar-benar menghancurkan garis pertahanan kita dan merebut tempat ini!”
Perkataan ini kembali membuat para hadiran tak percaya.
Hasting tidak ingin merebut sini? Gelombang serangan pertama hari ini nyaris membuat pihak kita tak bisa bertahan!
“Aku tak bisa menjelaskan pikiran ini.” Char menggaruk kepalanya, seolah tak menemukan kata-kata tepat untuk menjelaskan perasaan ini: “Lihat, dia hanya perlu melancarkan gelombang kedua untuk menghancurkan kita, tapi sampai sekarang... mereka belum bergerak.”
Kalimat terakhir ini baru memiliki sedikit daya meyakinkan. Beberapa perwira di tenda itu berwajah aneh, merasa ucapan Char tidak masuk akal——Hasting sengaja mengulur waktu? Hal seperti ini mustahil, tapi kenyataan di depan mata adalah Hasting memang tidak segera melancarkan serangan lagi. Jenderal terkenal seperti Hasting pasti sudah memperhitungkan kekuatan di dalam benteng!
"Tampaknya, dia sama sekali tidak ingin menyerang tempat ini. Serangan pertama hari ini, meskipun kekuatan yang dia kerahkan membuat kami sangat kewalahan, tapi tepat di batas maksimal yang bisa kami tahan! Meski terdengar tak masuk akal, tapi kurasa jika ini Hastings, tidak aneh dia bisa mencapai tingkat seperti ini."
Yang berbicara adalah Slater, komandan batalyon yang cukup standar ini merupakan satu-satunya perwira di antara yang hadir yang memimpin prajurit tempur, juga yang paling ahli dalam strategi militer.
"Tapi, kenapa?" Seorang komandan batalyon logistik tak tahan berteriak: "Dengan mengalahkan kita, dia bisa memutus jalan mundur Jenderal di garis depan, lalu menunggu dengan tenang untuk memakan Divisi Ketiga Belas kita dan Divisi Keenam Jenderal Ruhl. Kenapa dia tidak melakukan ini?"
Char berpikir sejenak, membentangkan kedua tangannya: "Dasar kita ini mana tahu? Kalau bisa menebak, kita semua sudah jadi Hastings. Tapi satu hal yang pasti, pasti ada alasannya. Dan alasan itu... lebih penting daripada melahap Divisi Ketiga Belas dan Keenam kita. Setidaknya bagi Hastings sendiri."
Para perwira di dalam tenda mulai debat panjang lagi, berusaha menggunakan kebijaksanaan mereka untuk menebak motif Hastings.
Jangan-jangan... taktik ? Jadi Hastings mengepung kita tanpa menyerang?
Omong kosong! Cukup langsung menghancurkan kita, pasukan utama akan terjebak dalam Situasi Genting. Buang angin sambil jongkok pakai taktik "" buat apa?
"Jadi, aku tidak setuju melepas dua ratus prajurit berkuda untuk charge balik. Ada firasat... waktu yang sesungguhnya belum tiba. Dua ratus kavaleri ini mungkin akan berguna di saat genting." Char tertawa pahit.
Ini tetap nalurinya, insting bahaya yang terbentuk di hutan dan pegunungan. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata atau alasan logis.
Yang lebih penting, sebenarnya dalam hati Char ada tebakan yang bahkan membingungkan dirinya sendiri. Hanya saja terlalu tak terduga untuk diucapkan, jadi dia diam.
Hasting... Sepertinya... sedang mewaspadai sesuatu?
Pola pikir Char tidak rumit. Sebaliknya, cara berpikirnya sebagai anak hutan sangat lugas.
Jelas sekali Hasting sedang menyimpan kekuatan.
Lalu, untuk apa menyimpan kekuatan? Hanya dua alasan: Pertama, untuk menghadapi musuh. Tapi dia jelas pun cara untuk memangsa pemain kunci kita dengan menghancurkan markas ini, tapi hanya mengurung tanpa menyerang! Jadi tujuannya pasti bukan melawan musuh!
Kedua, biasanya menyimpan kekuatan kalau bukan untuk musuh, berarti untuk mewaspadai seseorang!
Hasting, dia sedang mewaspadai sesuatu!!
※※※
"Hasting itu siluman, pasti akan mewaspadai aku."
Keke Lan duduk di kursi raksasa yang terbuat dari tulang-tulang binatang. Di bawah kursi tersebut terdapat sebuah Ring persegi besar yang diangkat oleh 20 prajurit Odin yang kuat. Keke Lan yang duduk di kursi itu stabil bagaikan batu karang. Salah satu tangannya bertumpu pada pegangan kursi, sementara tangan satunya menggendong sebuah harpa kecil. Jarinya seolah menyapu senar biola dengan santai, mengeluarkan rangkaian nada-nada lembut.
Di sekelilingnya, pasukan Odin sedang bergerak maju perlahan. Dari segala penjuru dikelilingi oleh kelompok besar prajurit Odin yang berotot dan gagah. Antrian panjang pasukan membentang di jalan raya, suara langkah kaki dan benturan senjata-senjata menyatu menjadi satu...
“Hmm... suara harpa memang paling merdu.” Kekelan tersenyum, perlahan mengulurkan tangan mengambil piala emas murni dari squire yang bersimpuh di platform tinggi sebelah kursinya. Gelas itu penuh dengan anggur merah menyala, ia menyesap sebentar lalu mengetuk dahinya: “Sulit benar... Hasting si siluman itu pasti sudah waspada padaku, jadi tidak mau benar-benar menyerbu markas Divisi Ketiga Belas. Pasukan kavalerinya cuma sepuluh ribu, kalau sampai terjebak di dalam markas orang Bizantium itu, apalagi kalau aku sengaja mengembalikan Adrik, malah akan terkepung ketat, he he... Sungguh menarik. Lihatlah, kebanggaan Odin kami, jenderal terhebat Hasting, takdirnya justru ada di tanganku... Tapi tidak, Hasting pasti tidak akan membiarkan ini terjadi. Aduh, pusing lagi aku.”
Mendengar Yang Mulia dengan lancangnya membicarakan rencana menjebak Hasting, squire yang bersimpuh di samping kursi itu wajah pucat seluruh tubuhnya gemetar.
Ini benar-benar siksaan! Setiap kali Yang Mulia bicara hal melanggar dao begini, bisakah sedikit sembunyi-bunyi! Kami yang mendengar omongan begini, kapan saja bisa dibungkam dengan dibunuh...
Dulu bilang Sang Kaisar punya banyak putra jadi mati beberapa tidak masalah. Sekarang malah merencanakan jebakan untuk Hasting...
Masih maukah memberi kami kesempatan hidup?!
Koklan tersenyum ringan, seolah ia menyadari wajah pucat penuh ketakutan sang squire.
"Ah, kasihan kalian, tak perlu takut." Koklan menggeleng sambil menghela napas: "Perkataan ini pun jika kalian sebarkan tak masalah. Bagaimanapun, baik aku, Hasting, atau ayahanda Yang Agung kami, semua sudah sangat paham." Dengan tak terduga, ia melompat turun dari kursi dan menarik squire yang gemetar bersimpuh, wajahnya bersemangat: "Tak mengerti? Kemarilah! Aku jelaskan. Hmm... Perang kali ini hanyalah pemanasan untuk perebutan takhta! Hasting itu teman dekat Sang Pangeran Tertua. Sedangkan aku... jika ingin menjegal kakak tertuaku, harus menyingkirkan Hasting dulu. Hanya saja adik bungsuku malah gugur di medan perang. Baiklah, aku akui rencanaku memicunya ikut misi pencegahan berisiko itu... Ah, ayahanda kami benar-benar kejam. Ia tahu segalanya tapi tak mencegah. Apakah setiap kaisar baru Odin harus menginjak mayat dan darah saudara untuk naik tahta?"
Sang squire akhirnya histeris!
Orang hina seperti dirinya benar-benar tidak mengerti mengapa Yang Mulia tiba-tiba menjadi gila, sampai mengatakan omong kosong ini padanya. Perkataan seperti ini seharusnya berarti kematian bagi siapa pun yang mendengarnya! Bagaimana mungkin seseorang dengan statusnya mendengar rahasia seperti ini? Bahkan mendengar satu kata pun pasti akan segera dipenggal dan dibungkam.
Dengan gemetaran liar, dia menjerit keras: "Yang Mulia! Ampuni nyawa hamba! Ampuni hamba! Hamba... Hamba benar-benar tidak mendengar apa-apa! Tidak mendengar sama sekali!!"
Ekspresi lembut di wajah Kekelan menghilang seketika. Ia menatap squire ini, berdiri lalu kembali duduk di kursi dengan wajah membosankan, menggelengkan tangan seperti anak kecil yang kecewa: "Pergilah, aku tidak akan membunuhmu."
Setelah squire itu kabur sambil merangkak, jari Kekelan menekan senar biola sambil menghela napas panjang.
"Kesepian... Bahkan teman untuk mengobrol pun tidak ada."
Orang penting dari Odin ini terlihat sangat kesepian.
Seorang prajurit berkuda rusa berlari kencang dari depan, bersujud di bawah platform tinggi: "Yang Mulia, prajurit kita sudah mulai bertarung dengan pasukan belakang Bizantium! Prajurit kita tidak bisa menerobos, mohon perintah untuk..."
"Perintah apa?" Kekelan menguap bosan, mengangkat jarinya dengan santai: "Kalian sangat ingin bertarung habis-habisan dengan pasukan elit Bizantium? Hmm, jika benar-benar ingin mati, tidak perlu terburu-buru saat ini juga."
Prajurit berkuda rusa itu terdiam di tempat, mulutnya menganga lebar.
"Sudahlah, biarkan para prajurit kita kembali. Tak perlu terburu-buru mengejar untuk bertarung... Biarkan pasukan di depan berbaris rapi mengantar kepergian orang Bizantium. Ya, begitu, berbaris mengantar, jangan lupa tiup terompet! Haha! Antar mereka pergi dengan meriah!"
Apakah Yang Mulia ini sudah gila?!
Melihat kebingungan prajurit itu, wajah Kokolan berubah muram. Sorot matanya berkilat aneh sejenak sebelum kembali menunjukkan senyuman pura-pura tenang: "Baiklah, Divisi Ketiga Belas biarlah menjadi urusan kebanggaan Odin kita, Yang Mulia Hasting. Tugas kita hanyalah menggiring orang-orang Bizantium ini seperti kawanan domba menuju pisau pembantaian Yang Agung Hasting, untuk disembelihnya."
"Ta-tapi..." Perwira kavaleri ini jelas tak bisa memahami perintah tersebut.
Berbaris mengantar? Bahkan meniup terompet?!
"Tak ada 'tapi'. Jalankan perintah." Wajah Kokolan menunjukkan kesabaran yang menipis. Akhirnya perwira itu berlari pergi dengan wajah memelas.
Kokolan tetap duduk malas di kursinya, jari-jarinya bermain-main dengan tak bermakna.
Hmph... Hasting, pasti kau sedang frustrasi sekarang. Meski tahu akan terjebak dalam rencanaku, tetap terpaksa masuk ke jerat ini. Siapa suruh kau menjadi "Jenderal Perang Odin" kami! Dengan reputasi seperti ini, kau harus terus berlari seperti kuda yang dicambuk kulitnya.
Jadi, Korps Ketiga Belas biarlah kau pelajari. Tentang jasaku... Aku sudah melahap satu regu bendera dari korps itu. Mungkin cukup untuk memuaskan Sang Kaisar Agung ayahandaku.
Hmm... Jangan pernah menunjukkan kemampuan yang melebihi kapasitasmu. Lakukan secukupnya saja...
Orang penting Odin itu menggerakkan jarinya di atas senar biola, lalu menguap lebar.
