Kevin terengah-engah. Kepala plontosnya dipenuhi keringat, helm miring dan zirah berantakan. Lengannya sudah lemas, hampir tak sanggup mengangkat palu bermata di tangannya.
Di sekelilingnya ada Pasukan Pengawal yang bertugas mengawal belakang serta dua skuadron kavaleri dari Regu Bendera Keempat. Mereka berhasil menahan dua kali serangan balik pasukan Odin, yang kedua kali jauh lebih sulit. Pinggang Kevin sudah tak sanggup tegak di punggung kuda.
Melihat pasukan Odin mundur bagai air surut, meninggalkan mayat-mayat berserakan.
(Kenapa orang-orang Odin ini tidak mengejar lagi?) Alis pria kepala plontos itu berkerut seperti tali yang dipelintir.
Namun tak lama kemudian, dia berhenti memikirkan hal ini. Bagaimanapun juga perintah Jenderal adalah mengawal di belakang. Karena pasukan Odin ini berhenti mengejar, berarti perintah sudah terlaksana.
Di sekelilingnya terdapat sekitar enam ratus prajurit berkuda. Setelah dua kali pertempuran mengawal belakang untuk menghalau pengejar, sekitar dua ratus saudara seperjuangan telah menjadi korban. Meski pasukan dan kuda kelelahan, Kevin tetap dengan hati-hati mengerahkan sisa pasukan, berbaris rapi meninggalkan medan perang perlahan sambil bergerak ke selatan untuk menyusul pasukan utama.
Tepat saat Kevin membawa pasukannya menjauh, terompet tiba-tiba berbunyi dari pasukan pengejar Odin di belakang...
(Apa orang-orang Odin ini sudah gila?) Pria kepala plontos itu bingung dalam hati.
※※※
Jenderal Adrik di garis utara menerima kabar bahwa jalur mundurnya telah dipotong oleh Hasting tiga hari yang lalu.
Kabar ini bisa terdeteksi lebih awal berkat jasa Jenderal Kelinci Ruhr. Si gemuk ini sebelumnya saat bergerak ke utara dengan cerdik menempatkan pasukan campuran di belakangnya, menjaga jarak satu hari perjalanan dari pasukan utama. Keputusan ini murni berasal dari bakat kabur bawaan dan firasat keenamnya yang tajam saat menghadapi bahaya.
Kali ini, firasat itu kembali sangat membantu.
Si gemuk adalah komandan infanteri yang secara alami berjalan lambat. Pasukan utamanya sudah berada di posisi terbelakang, apalagi pasukan pengawalnya.
Tak lama kemudian, pasukan campuran pengawal itu menemukan jejak pasukan rusa berkuda Odin yang sedang melakukan pencarian dari selatan!
Penemuan ini membuat Jenderal Kelinci terpana hebat!
Selatan?!
Orang Odin ternyata berada di belakang kita?!
Kabar ini segera dikirimkan melalui kuda cepat ke pasukan Adrik.
Tanpa ragu, Adrik segera memutuskan: Bergerak ke selatan!
Sebagai jenderal berpengalaman ratusan pertempuran, Adrik sangat paham - hanya ada satu orang di antara para pemimpin Odin yang berani melakukan manuver besar seperti mengepung jalur mundur mereka, yaitu Hasting, lawan tua yang tak pernah bisa dikalahkannya!
Jika musuh sehebat Hasting sudah berhasil menyelinap ke belakang pantat kita...
Adrik bahkan tidak berani membayangkan kelanjutannya!
Divisi Ketiga Belas segera berbalik arah ke selatan!
Dengan kecepatan kavaleri dalam pergerakan darurat, Adrik berencana menyusul Ruhr si Gemuk di selatan. Berdasarkan perhitungan jarak, seharusnya mereka bisa menyusul dalam satu hari.
Nyatanya, baru pada malam hari kedua pasukan ini berhasil menyusul pasukan Ruhr!
Yang membuat Adrik kagum, reputasi Ruhr sebagai "Jenderal Pelarian" ternyata tidak main-main! Sepanjang perjalanan, mereka melihat bertumpuk-tumpuk perbekalan yang dibuang: persenjataan cadangan, zirah, kereta logistik, bahkan kereta busur dan mesin pelontar batu yang sudah dihancurkan tergeletak di pinggir jalan!
Ruhr melarikan diri dengan histeris! Si gemuk ini justru memerintahkan pasukannya hanya membawa bekal tiga hari dan senjata zirah dasar, semua barang lainnya dibuang!!
Menurut si gemuk: Bagaimanapun juga, kalau kami tidak bisa tiba di markas dalam tiga hari, maka semua hanya akan menemui jalan menuju kematian! Untuk barang-barang lain, buang saja. Mempertahankan nyawa lebih penting daripada memeluk barang.
Saat Divisi Ketiga Belas menyusul Ruhr, dia mengajukan permintaan lagi: Pasukan kavaleri Divisi Ketiga Belas harus menyerahkan sebagian kuda cadangan mereka ke pasukannya.
Seluruh Divisi Ketiga Belas adalah kavaleri, setiap prajurit memiliki minimal dua ekor kuda perang. Di bawah desakan kuat Ruhr, Adrik dengan terpaksa menyerahkan lebih dari dua ribu ekor.
Kemudian Ruhr mulai bermain sulap! Serangkaian gerakan yang ditunjukkannya kemudian membuktikan bahwa julukan "Kelinci Cepat"-nya sama sekali bukan reputasi kosong!
Masih ingat tim campuran di belakangnya? Begitu berbalik ke selatan, tim belakang justru berubah menjadi garda depan! Berada di garis terdepan!
Setelah bergabung dengan Adrik, kecepatan mereka tepat untuk menyusul tim campuran tersebut.
Di dalam tim campuran itu masih terdapat sejumlah besar gerobak logistik dan persediaan makanan!
Atas perintah Ruhr, prajurit Divisi Keenam dengan kecepatan luar biasa dan keterampilan tinggi memasang kuda perang yang dibagi dari Korps Ketiga Belas ke kereta, kemudian menggunakan papan kayu untuk memodifikasi gerobak pengangkut bahan pangan dengan cepat. Dalam waktu singkat, dua ratus kereta besar yang diperpanjang dan diperlebar telah selesai dibangun!
Seluruh proses hanya memakan waktu kurang dari dua jam, seolah-olah prajurit Divisi Keenam ini sudah terbiasa melakukan pekerjaan kasar semacam ini.
Dengan dua ratus lebih kereta besar ini, meskipun Divisi Keenam adalah infanteri, kecepatan pergerakan pasukan meningkat drastis! Ribuan prajurit infanteri melompat ke atas kereta, dan dengan roda yang berputar cepat, mereka bahkan bisa menyamai kecepatan pasukan berkuda!
Dua ratus kereta super besar menghabiskan 800 kuda perang untuk menariknya, namun kereta-kereta ini mampu mengangkut hampir 3.000 orang. Dari 1.200 kuda perang yang tersisa, dua orang menunggangi setiap kuda, sehingga menambah 2.000 lebih pasukan. Dengan ini, lebih dari 5.000 prajurit infanteri mendapatkan "roda dan kaki kuda"!
Sayangnya, kuda-kuda ini kemungkinan besar akan mati kelelahan begitu sampai di tujuan.
5.000 orang bisa menunggang kuda atau naik kereta, sementara 5.000 lebih prajurit Divisi Keenam yang tersisa harus berjalan kaki.
Namun kemudian, prajurit Divisi Keenam menunjukkan kualitas unggul mereka: kemampuan berlari!
Sungguh seperti melihat hantu! Pasukan infanteri ini berlari melintasi benua, lalu bergantian dengan orang-orang di kereta kuda setiap jam. Hasilnya, akhirnya mereka tidak tertinggal terlalu jauh dari pasukan berkuda Divisi Ketiga Belas.
（Orang gemuk ini, seumur hidupnya mungkin hanya memikirkan cara untuk melarikan diri.） Adrik menebak dengan penuh kejahatan di hatinya.
Jadi, tiga hari!
Setelah dua korps bersatu, tiga hari pergerakan cepat dengan membuang semua perbekalan yang mungkin dibuang, hanya dalam tiga hari mereka sudah kembali dari Dataran Alabaster. Pasukan kuda pelopor yang menyapu dua blokade kecil Pasukan Hasting di jalan, pada malam hari ketiga sudah mencapai lokasi yang hanya berjarak lebih dari sepuluh li dari markas.
Kuda perang yang diminta Adrik dari si gemuk sebagian besar mati kelelahan. Untuk mengejar kecepatan, si gemuk sama sekali tidak menghemat tenaga kuda - menurutnya, "Nyawa sudah tidak ada, buat apa lagi kuda? Yang penting bisa pulang selamat, kuda perang bisa dibeli lagi, tapi manusia tidak bisa beregenerasi."
Adrik menemukan bahwa kemampuan kalkulasi si gemuk ini benar-benar luar biasa!
Pasukannya di jalan membuang lagi sekelompok perbekalan, bahkan banyak prajurit yang akhirnya membuang zirah, perisai, dan senjata!
Tapi pembuangan seperti ini bukan dilakukan dalam keadaan panik, melainkan dalam kondisi terencana dan terkendali!
Orang gemuk telah menghitung semua langkah. Setelah menempuh jarak tertentu, berdasarkan stamina prajurit dan kecepatan pergerakan pasukan, dia menghitung berapa banyak perbekalan yang bisa dibuang dalam batas toleransi. Membuang sedikit demi sedikit sambil berjalan, menjaga keseimbangan stamina prajurit, kekuatan tempur, dan kecepatan pergerakan secara maksimal.
Setelah tiba, di pasukan orang gemuk, rata-rata tiga prajurit harus berbagi satu set zirah dan persenjataan. Artinya, kekuatan tempur pasukannya hanya tersisa sepertiga! Tapi berkat metode rotasi naik kereta untuk istirahat ala orang gemuk, sepertiga pasukan ini masih mempertahankan stamina tempur standar minimum!
Pergerakan darurat selama tiga hari masih bisa mempertahankan sepertiga kemampuan tempur - untuk pasukan yang bukan elit, ini sudah sangat luar biasa.
Terhadap hal ini, Adrik pun harus mengakui. Setidaknya dia sadar, seandainya posisinya ditukar dan dia yang memimpin pasukan infanteri murni dalam kondisi seperti ini, mustahil baginya mencapai tingkat seperti orang gemuk.
Orang gemuk menjelaskan: "Tahu proyek latihan paling sering di Divisi Keenam kami? Kuberitahu - latihan lintas alam jarak jauh dengan persenjataan! Masuk Divisi Keenamku, syarat pertama bukan bisa bertarung, tapi bisa lari."
Pasukan pengawal belakang Kevin juga telah menyusul pasukan utama. Enam ratus prajurit berkuda yang menyertai pria kepala plontos itu jelas terlihat wajah penuh kelelahan, tapi sorot mata setiap orang masih bersinar, punggung tetap tegak di atas kuda, pinggang tetap tegak.
Tapi kabar yang dibawa Kevin tidak terlalu menggembirakan.
Setelah menerima misi menghentikan pengejar di garis belakang, awalnya Kevin bertempur habis-habisan dengan orang Odin dalam dua pertempuran sengit. Namun tiba-tiba pasukan Odin mundur tanpa alasan jelas. Mereka berbaris rapi di kejauhan mengawasi kepergian pasukan kita, bahkan meniup terompet... Di medan perang mana ada musuh yang baru saja bertarung mati-matian tiba-tiba melambaikan tangan seperti melepas kepergian?
Meski pasukan Odin di belakang tidak lagi mencoba mengejar, mereka juga tidak tinggal diam.
Pasukan tidak terlatih Odin ini sepertinya mengerahkan semua kavaleri mereka - lebih dari tiga ribu prajurit berkuda rusa yang siang-malam terus menggiring Kevin dan pasukannya ke selatan. Para Odin terkutuk ini tidak benar-benar menyerang. Setiap kali mendekati jarak panah, mereka sengaja memperlambat kecepatan, berteriak-teriak sambil mengayunkan kapak dan pedang dari kejauhan untuk membuat kegaduhan. Mereka bagaikan anjing gembala yang menggiring domba.
Beberapa kali Kevin nyaris tak tahan ingin berbalik menghajar mereka - prajurit Divisi Ketiga Belas semua berdarah panas! Tapi setiap kali pasukan kita berbalik, para Odin itu malah kabur pontang-panting!
Selama tiga hari, kedua pihak saling kejar-mengejar sambil terus meneriakkan ancaman dari jarak jauh, tapi tidak terjadi satupun pertempuran sebenarnya!
Meski Kevin beberapa kali berbalik arah, jumlah pasukannya yang sedikit membuatnya tak berani mengejar terlalu jauh. Cukup dengan mengancam lawan. Namun pasukan berkuda Odin bagai permen karet yang lengket, susah dilepaskan. Kejar-kejaran ini terus berlanjut...
"Mereka masih dalam jarak 2-3 li dari barisan belakang kita. Begitu melihat pasukan utama, mereka langsung mundur. Tapi kurasi mereka belum pergi jauh, mungkin masih mengintai di belakang." Kevin berkata terengah-engah.
Jenderal Adrik juga meludah: "Sial, apa sebenarnya yang diinginkan orang-orang Odin ini?!"
Di sebelahnya, Jenderal Ruhl telah melepaskan tali kulit sapi di zirahnya, membiarkan perutnya yang bulat sempurna terbuka, sambil menarik napas lega: "Apa lagi kalau bukan menggiring kita? Menggiring kita seperti domba ke mulut serigala Hasting!"
Adrik berpikir sejenak, wajahnya dipenuhi energi jahat: "Istirahat seperempat jam! Lalu bersiap tempur! Apakah markas masih dalam kendali kita? Tampaknya anak-anakku di markas bekerja dengan baik. Asalkan bisa kembali ke markas, pertempuran ini akan menemukan titik balik!"
Jenderal Ruhl di sampingnya mengerutkan kening. Si gemuk menepuk-nepuk perutnya sendiri, sebuah kebiasaan khasnya setiap kali menghadapi dilema sulit.
"Orang gemuk ini menepuk-nepuk perut bundarnya hingga berbunyi prak-prak, baru kemudian berbicara. Ekspresi wajahnya agak aneh, seolah masih ada hal yang membingungkannya."
"Menurutku... menyerang balik ke kota mungkin tidak terlalu sulit. Hasting takkan benar-benar bertarung habis-habisan dengan kita! Tapi sangat mungkin dia akan menggigit habis-habisan sepotong daging kita."
Adrik segera memandang serius ke arah Ruhl.
Setelah beberapa hari pergerakan cepat pasukan, Adrik bukanlah orang bodoh. Ia jelas melihat orang gemuk yang terkenal akan kemampuan melarikan diri ini, sebenarnya bukanlah tong kosong seperti yang dituduhkan orang!
"Apa maksudmu, Jenderal Ruhl?"
Orang gemuk menepuk perutnya dengan satu tangan: "Hmph, pasukan Odin di belakang kita sebenarnya tidak mengejar dengan sungguh-sungguh. Menurut perhitunganku, jika mereka mengejar dengan seluruh kekuatan, kecepatan kita pulang pasti akan tertunda setidaknya satu hari lebih atau bahkan lebih lama karena gangguan mereka. Ini membuktikan apa? Membuktikan mereka tidak berusaha maksimal! Tapi bagaimana dengan di depan? Pos pertahanan ternyata masih dalam kendali pasukan kita! Tidakkah kau terkejut? Meski anak-anak muda di pos itu adalah prajurit-prajurit tangguh, kita semua tahu betul kekuatan mereka - hanya satu batalion prajurit tempur, sisanya hanyalah pasukan rendahan. Hmm... Bukan aku tidak percaya pada keajaiban, kalau yang memimpin pasukan Odin di sana adalah jenderal lain, mungkin ada keajaiban yang bisa mempertahankan pos! Tapi... Siapa yang sekarang menghadang di depan pos? Itu Hasting! Menurutmu, jenderal terhebat Odin yang membawa puluhan ribu pasukan elitnya, tidak bisa menaklukkan benteng kecil dengan kurang dari seribu prajurit? Mungkinkah? Tolonglah, dia itu Hasting!!"
Orang gemuk itu semakin berbicara semakin emosional, beberapa butiran keringat mengalir di dahinya.
Adrik juga berpikir dengan serius: "Ini memang tidak masuk akal... Pengejar di belakang tidak bersungguh-sungguh, sementara Hasting di depan seolah sengaja kalah? Apa rencana mereka? Secara logika, pengejar di belakang seharusnya mengganggu kita semaksimal mungkin, menahan kita untuk memberi waktu bagi Hasting menghancurkan markas kita. Tapi sekarang..."
"……" Si gemuk melirik Adrik, tiba-tiba meredam suaranya: "Jenderal Adrik, inilah kelemahanmu yang abadi! Kau selalu melihat perang terlalu simplistis! Ketahuilah, ketika aku mengikuti Adipati Minas dulu, Sang Adipati pernah berucap: Perang adalah kelanjutan politik. Pepatah ini tak hanya berlaku bagi musuh dan kita, tapi juga dalam kubu yang sama!"
"……" Adrik mengerutkan alis. Adipati Minas adalah komandan militer senior Kekaisaran Bizantium. Ucapannya pasti mengandung kebijaksanaan.
Ruhr tersenyum tipis, menyipitkan mata: "Masih belum mengerti? Pasukan pengejar di belakang kita, dan Hasting di depan... Kedua pasukan Odin ini—hati mereka, tidak, seirama!!"
Orang gemuk ini memang luar biasa!
