“Jelas terlihat, jabatan Jenderal Divisi Keenam yang kumiliki ini sudah sampai di ujung tanduk. Sial, kali ini kalah perang, apa markas besar mau menjadikanku kambing hitam? Jangan-jangan aku akan dipanggil kembali ke markas besar, lalu ditempatkan di sudut terpencil dengan posisi kosong sampai karirku membeku...” Ruhr merasa khawatir.
Kecemasan Jenderal Kelinci ini tidak bisa dijawab oleh Char, dan dia sama sekali tidak bisa membantu.
Sebenarnya rencana awal mereka adalah kembali ke Kota Kekaisaran untuk melapor sambil berjalan santai seperti wisata. Tapi perintah markas besar yang mewajibkan Ruhr tiba di ibu kota dalam lima belas hari membuat rencana bersenang-senang itu pasti gagal.
Wilayah Kekaisaran Bizantium sangat luas. Dari Kota Danzeer di perbatasan sampai ibu kota, kecuali menggunakan kuda cepat yang dipacu terus-menerus, lima belas hari mungkin masih kurang. Jika menemui jalan runtuh atau blokade, keterlambatan semakin tak terhindarkan.
Setelah berdiskusi, mereka akhirnya harus berpisah. Ruhr harus mempercepat perjalanannya agar tidak kehilangan waktu. Melanggar perintah militer bisa berakibat serius. Jenderal Kelinci yang sedang dihantui perintah markas besar ini tak berani bertindak sembarangan.
Tapi Char merasa, kemungkinan besar si Jenderal ini menolak terus bersama karena tidak mau dilihat sebagai pengikut.
Menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan selama di perjalanan, seperti dokumen perjalanan yang dikeluarkan markas besar militer. Adapun perampok jalanan dan sejenisnya, Ruhr tidak menjelaskan lebih lanjut. Mengenai Char yang berasal dari Wildfire Town—maling? Jangan bercanda! Jika Char tidak merampok orang lain, mereka sudah seharusnya bersyukur.
Setelah penjelasan selesai, kedua pihak berpisah di kota kecil berikutnya yang mereka temui di perjalanan. Si gemuk beserta pasukan pengawal berkudanya segera melanjutkan perjalanan.
Char tidak khawatir si gemuk akan membuang waktu—mengingat reputasi dan kemampuan kabur "Kelinci", hal itu seharusnya tidak menjadi masalah.
Dengan uang di tangan dan pakaian yang mewah, Char memulai perjalanan wisata.
Dia bersama Duoduo Luo dan Suoyite—tiga orang yang jelas berasal dari militer Kekaisaran Bizantium. Bagi orang awam, mungkin mereka dianggap sebagai jenderal korps tingkat tinggi. Sepanjang perjalanan, mereka dilayani layaknya tuan besar saat menginap di penginapan.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Char merasakan manisnya kekuasaan. Dulu di Wildfire Town, bahkan di pasukan, ia menganggap kenikmatan terbaik di dunia hanyalah sepotong daging panggang dan beberapa botol minuman keras setiap makan, lalu tidur pulas dengan selimut kulit domba—kehidupan seperti itu sudah sangat membahagiakan.
Tapi kali ini, setiap kali sampai di kota kecil, prajurit penjaga gerbang langsung berdiri tegak begitu melihat pakaian Xia Ya dan kawan-kawan dari jauh. Bahkan saat Xia Ya mengeluarkan surat izin resmi dari markas besar militer, para penjaga itu menerimanya dengan hormat menggunakan kedua tangan. Di beberapa tempat, Xia Ya bahkan tidak perlu menunjukkan surat izin—langsung menunggang kuda masuk ke gerbang kota. Prajurit penjaga tidak berani menghalangi, hanya berbaris rapi sambil memberi hormat.
Di setiap tempat yang dikunjungi, dia selalu memilih penginapan terbaik. Makanan, pakaian, dan akomodasinya boros sekali—tapi masalahnya, baru melewati dua kota, uang di tangannya sudah tidak bisa dipakai lagi!
Rupanya "orang penting" berpakaian seperti dia yang melintasi wilayah, setiap kali tiba di suatu tempat, kepala kota atau komandan penjaga langsung mendapat kabar. Dokumen perjalanannya sendiri menggunakan kata-kata ambigu, hanya menyebutkan sebagai petugas dari markas besar wilayah operasi yang bertugas ke Kota Kekaisaran Osthia. Melihat pakaiannya dan kuda tunggangannya, orang-orang langsung mengira dia pasti anak dari keluarga militer berpengaruh di ibu kota. Mana mungkin orang seperti ini dilewatkan tanpa dijamu?
Meski bukan untuk menjilat, tapi menurut aturan dunia politik, tokoh berpengaruh yang melintas wilayah harus dijamu. Kalau tidak, malah bisa dituduh tidak sopan tanpa sengaja. Maka para pejabat dan perwira militer di sepanjang rute, dengan prinsip "lebih baik menghindari masalah daripada mencari masalah", membiarkan si kampungan ini menikmati fasilitas mewah.
Setiap kali dia menginap di suatu penginapan, pihak militer setempat atau pejabat administrasi segera mengirim orang untuk menanggung semua biaya, dengan tegas menyatakan tidak boleh menerima satu koin tembaga pun dari sang tuan besar ini!
Bahkan saat Xia hendak pergi, pemimpin lokal akan mengirimkan satu tim pengawal untuk mengantar sepanjang perjalanan.
Sistem milisi Bizantium telah menyebar ke seluruh negeri. Memanggil sementara satu tim milisi untuk bertindak sebagai pengawal - meski penampilan orang penting ini seperti jenderal, siapa tahu kemampuan aslinya? Banyak tokoh kelas tong kosong dari keluarga panglima yang hanya membawa dua pengawal berani bepergian. Bagaimana jika bertemu pencuri kelas teri di jalan yang melukai sehelai rambut sang tuan besar?
Tinggal ada yang jemput, bepergian ada yang antar. Bahkan dalam perjalanan, selalu ada yang membuka jalan. Xia benar-benar terlihat gagah, mulai menikmati gaya sebagai tuan besar.
Pelayan Duoduo Luo dalam hati tertawa, membayangkan betapa menyesalnya orang-orang ini jika tahu "tuan besar" ini masih berpangkat komandan kavaleri tanpa level!
Xia yang belum pernah merasakan fasilitas seperti ini sebelumnya, kini mulai agak terbawa perasaan - Sial, hidup seperti inilah yang benar-benar nikmat!
Setelah 7-8 hari perjalanan, baru menempuh kurang dari seperempat jarak. Tampaknya sampai di Kota Kekaisaran mungkin sudah masuk musim semi nanti.
Dulu Char sangat menyukai daging panggang, tapi perlahan-lahan minatnya mulai memudar. Kini dia tergila-gila pada hidangan spesial Kekaisaran Bizantium: menggunakan daun wangi berkualitas tinggi yang didatangkan dari selatan, sebesar baskom wajah, membungkus potongan daging domba dan ikan yang lembut dengan rempah-rempah pilihan, lalu mengukusnya dengan api kecil hingga aroma daun meresap sempurna ke dalam daging. Satu gigitan saja, mulut langsung dipenuhi keharuman. Disandingkan dengan segelas anggur merah menyala seperti darah manusia...
Saat pertama kali mengetahui harga hidangan ini, si kampungan hampir melototkan bola matanya keluar!
Enam koin perak satu porsi?! Dulu, enam koin perak cukup untuk biaya makan dan pakaian si kampungan selama setahun!!
Bahkan pakan berkualitas tinggi untuk dua kuda kesayangannya, di masa lalu sama sekali bukan sesuatu yang bisa ditanggung oleh pemburu kampungan sepertinya!
Begitu yang disebut "satu orang mencapai pencerahan, ayam dan anjing pun ikut naik ke langit". Xia Ya merasakan penuh perlakuan sebagai tuan besar, bahkan Duoduo Luo dan Suo Yite juga kebagian banyak keuntungan. Tidak hanya berdua bisa ikut makan enak minum lezat bersama Xia Ya, Duoduo Luo akhirnya terbebas dari pekerjaan kuli kasar. Tidak perlu lagi menyikat kuda, tidak perlu memberi makan kuda, tidak perlu menuangkan air cuci kaki untuk si kampungan, juga tidak perlu menyumbangkan sebagian upah bulanannya kepada Suo Yite yang licik itu - menurut Duoduo Luo, Suo Yite yang terlihat jujur ini sebenarnya adalah versi lain dari si kampungan! Sama-sama berpura-pura baik hati, sama-sama penuh kelicinan di dalam perut.
Bila dihitung-hitung, dari ketiga orang ini, dirinya sebagai penyihir malah yang paling bodoh...
Namun, hari bahagia Duoduo Luo akhirnya segera berakhir...
Pada Hari Kesepuluh, Xia Ya dan kawan-kawan diantar oleh satu tim prajurit berkuda yang dikirim oleh komandan penjaga kota sebelumnya menuju kota berikutnya. Tempat ini merupakan wilayah kekuasaan seorang Baron, dengan kediaman resminya terletak di area pemandangan indah di luar kota.
Sebagai bangsawan, Baron ini menjaga martabatnya dengan tidak menerima Xia Ya secara langsung, melainkan memerintahkan bawahannya untuk menangani urusan ini.
Cara penanganan bawahan tersebut sama seperti perlakuan yang diterima Xia Ya selama perjalanan, hanya saja di akhir ditambahkan satu proyek...
Malam itu, setelah makan enak di penginapan, seseorang yang terlihat seperti kepala rumah tangga yang dikirim oleh seorang Baron diam-diam menyuruh bawahannya mengatur sesuatu——kepala rumah tangga yang teliti ini memperhatikan bahwa tuan besar ini tidak membawa dayang dalam perjalanannya, hal yang tidak lazim bagi orang-orang besar saat bepergian. Mungkin dia baru saja keluar dari dinas militer, sehingga terkesan sangat sederhana.
Tapi, karena ingin menyenangkan hati tamu kehormatan ini, maka inilah tugasnya!
Kepala rumah tangga ini benar-benar mengeluarkan biaya besar. Dia berpikir, wanita biasa yang kasar pasti tidak akan disukai oleh Jenderal yang berpakaian mewah ini, jadi lebih baik mengeluarkan dana lebih besar.
Dia menyuruh orang untuk membawa gadis paling populer dan tercantik dari tempat hiburan malam terbaik di kota dengan harga mahal. Setelah melihat langsung, sang kepala rumah tangga terkesan: pinggang ramping, kaki jenjang, dada yang bergelombang, terlebih gadis ini memiliki sedikit garis keturunan asing dengan kulit lebih pucat dari wanita Bizantium biasa, plus mata berwarna amber yang langka. Merasa sayang harus memberikan mutiara langka ini kepada Jenderal yang terlihat kasar dan tidak beradab.
Setelah menghias gadis cantik itu, dia langsung menyuruhnya dikirimkan ke kamar Char...
Detail spesifik tentang kejadian selanjutnya tidak diketahui dengan pasti.
"Tapi, tak sampai beberapa menit setelah gadis itu dimasukkan ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar teriakan mengerikan Sang Jenderal dari dalam ruangan."
"Hantu！！！！！！！"
"Dengan dua dentuman——bang, gadis itu menjerit sambil berlari keluar pintu. Wajahnya yang awalnya cantik bermata jernih kini tercetak dua cap tinju, persis seperti hewan legenda dari Timur Jauh yang bernama: 'Panda'."
"Kemudian terlihat Char bertelanjang bulat membawa selimut, berlari keluar sambil menggenggam garpu api. Dengan wajah merah padam ia berteriak: 'Mana orangnya! Mana hantu wanita yang menyergap Laozi tadi!!'"
"Perempuan mana pernah mengalami situasi seperti ini? Meski kecantikannya tidak tergolong langka, di daerah terpencil ini ia termasuk yang tercantik. Bahkan Baron penguasa wilayah ini pernah mengunjunginya!"
Melihat pria itu membawa senjata mirip pedang di tangan dengan aura mengerikan keluar, gadis cantik itu langsung wajah pucat. Wajahnya sudah terkena dua pukulan, menjerit ketakutan lalu terguling-guling jatuh dari tangga. Lebih dari sepuluh anak tangga, saat mendarat wajahnya yang mulus sudah bengkak seperti kepala babi, lengannya patah. Tanpa perlu ditopang, dia bangun sendiri sambil menjerit-jerit keluar dari pintu penginapan dan kabur pontang-panting...
Sang kepala rumah tangga yang menunggu di aula megah segera mendekat saat melihat tamu kehormatan itu keluar dengan wajah merah padam. "Ada apa, Tuan?"
"Sial! Aku habis minum dan tidur di kamar, tiba-tiba ada sepasang tangan menyentuhku!" kata Char sambil meludah jijik, menggoyang-goyangkan kepalanya. "Syukurlah refleksku cepat! Hantu wanita itu mau menggigit, langsung kuhajar dua kali pukulan!"
Kepala rumah tangga: "......"
Setelah penjelasan panjang, akhirnya masalah terungkap. Tapi Char masih geram: "Ini penghinaan! Aku tidak minta kalian kirim perempuan! Tapi kalau mau ngasih juga, asal jangan yang buruk rupa kayak hantu begini! Apa kalian anggap aku gampang ditipu?!"
Kepala rumah tangga dengan wajah muram: "Ini... Jenderal mohon tenangkan diri, sebenarnya di kota kami ini, gadis tercantik yang bisa ditemukan hanyalah yang tadi. Hm, meski terdengar tidak sopan, bahkan istri samping tercantik milik Baron kami pun, dari segi rupa, masih kalah beberapa tingkat dari Niang ini."
Mendengar itu, Char melotot, kemarahan di wajahnya langsung mereda. Ia menghela napas dalam-dalam, menepuk bahu kepala rumah tangga, dengan nada penuh belas kasihan: "Sepertinya... Baron kalian juga hidup dalam penderitaan ya..."
※※※
Ini hanya interlude pertama, awalnya Char tidak memikirkannya dalam-dalam.
Namun belakangan setelah pergi dan tiba di kota berikutnya, perwira penjaga setempat menyambut dengan antusias. Malam harinya mengirim seorang Niang ke kamar Char untuk melayani... Kali ini Char tidak mengira perempuan itu hantu, tapi tetap saja si Niang diusirnya dengan penuh amarah.
Di kota ketiga, dua halte sebelumnya, rombongan sudah menyebarkan kabar bahwa selera orang penting ini sangat tinggi, standar kecantikan perempuan yang dituntut pun sangat ketat. Pejabat penjaga kota ketiga bersusah payah mencari, akhirnya mendatangkan seorang kecantikan luar biasa dari tempat hiburan malam. Perempuan ini konon keturunan keluarga bangsawan yang jatuh miskin, benar-benar memesona bak dewi. Pejabat itu awalnya berniat menyimpannya sebagai koleksi pribadi, melatihnya lalu mengirim ke Ibu Kota untuk menjilat atasan. Tapi karena permintaan orang penting ini begitu tinggi, akhirnya dipersembahkan juga.
Hasilnya, tetap sama seperti sebelumnya...
Sang Jenderal langsung naik pitam. Melihat perempuan ini dalam pesta minum, meja langsung ditendangnya dalam kemarahan.
Kali ini, orang-orang mulai curiga.
Jika dikatakan selera sang Jenderal tinggi... maka itu tinggi sampai tak terkira! Perempuan secantik ini, bahkan jika dikirim ke Kota Kekaisaran, pasti akan dianggap sebagai koleksi premium berharga oleh para pejabat tinggi! Masih disebut buruk rupa...
Mungkinkah... mungkinkah...
Hmph, jangan-jangan, sang Jenderal ini... di bidang itu... ada masalah?! Mungkin "tidak bisa"! Hmph, pasti ini penyebabnya, makanya setiap kali orang memberinya perempuan, dia marah karena malu!
Pemikiran seperti ini, meski tidak berani diucapkan di depan Char, tapi setelah menyebar diam-diam, jejaknya mulai terlihat. Akhirnya Char menyadari tatapan aneh dari para pengikutnya setiap kali memandangnya.
Yang paling keterlaluan, dua hari kemudian, kepala penjaga daerah ini berpikir lebih jauh... Jika sang tuan besar tidak suka kecantikan, mungkin... dia menyukai hubungan sesama jenis?
Malam itu, seorang pemuda tampan dengan wajah bersih dikirim ke kamar Char. Hasilnya... kurang dari satu menit, Char berteriak ketakutan dan berlari keluar kamar. Dalam kepanikan, dia bahkan tidak turun tangga, langsung terjun dari pagar lantai dua.
“Sial! Laozi yang terhipnotis tadi, sempat mengira kelinci Bonfret itu hidup kembali untuk membalas dendam padaku!!”
（Baiklah! Tampaknya Jenderal besar ini pasti "tidak bisa" lagi! Semua pengawal sepanjang perjalanan telah yakin akan hal ini dalam hati.）
※※※
Xia Ya bukan orang bodoh. Setelah mengalami begitu banyak kejadian, keraguan mulai menggelayuti pikirannya... Mengapa orang-orang menganggap perempuan cantik justru...
Jika ada yang mempermainkanku, apakah setiap melewati suatu tempat, para bajingan lokal itu bersekutu untuk menipu Laozi?
Hmm, tak mungkin semua orang bermasalah. Jadi... Masalahnya pasti ada pada diriku sendiri!
Dengan keraguan ini, Xia Ya mengayunkan telapak tangan besarnya, memerintahkan pergantian kostum!
Melepas zirah mewah itu, mengusir para pengawal yang menyertai, ia dan Dodolo Soit mengenakan baju biasa sebelum melanjutkan perjalanan.
Tanpa sambutan dan perpisahan resmi sepanjang jalan, otomatis terhindar dari "kecanggungan" itu. Lagipula, Tuan Besar Xia Ya punya uang sendiri di sakunya, urusan makan-pakai-tempat tinggal tak jadi masalah.
Hanya Dodolo yang kembali tersiksa dengan pekerjaan kasar.
Akhirnya setelah dua puluh hari, tibalah mereka di kota bernama "Kadolar".
Letaknya hanya sepuluh hari perjalanan dari Kota Kekaisaran Osthia. Namun Kadolar merupakan bagian dari sistem militer khusus, dengan kota Kadolar sebagai pusat komando yang menguasai empat kota kecil di sekitarnya.
Tiba di sini, Xia Ya dan kawan-kawan akhirnya tidak menarik perhatian pemerintah militer setempat. Mereka memasuki kota, namun menemui kejutan tak terduga: Hari Jadi Kota Cadoral akan segera tiba. Beberapa hari terakhir, kota ini dipadati kelompok dagang dan pedagang kaki lima dari berbagai daerah. Hampir semua penginapan telah penuh.
Xia Ya dan rombongan berputar-putar di kota selama dua jam tanpa menemukan tempat menginap. Akhirnya mereka tiba di sebuah penginapan di bagian timur kota. Begitu masuk pintu, terlihat beberapa orang berbaju aneh sedang duduk mengelilingi meja. Dua di antaranya sedang bernegosiasi dengan seorang pria paruh baya yang jelas-jelas adalah pemilik penginapan. Wajah pria itu menyiratkan penderitaan saat berusaha menjelaskan sesuatu, namun lawan bicaranya terus menggelengkan kepala.
Xia Ya mengamati: Pakaian mereka jelas berbeda dengan gaya Orang Bizantium. Setiap orang mengenakan baju dua bagian atas-bawah, ujung celana panjang dan area betis diikat dengan tali kecil. Gaya rambut mereka juga kontras dengan kebiasaan pria Bizantium yang biasanya berambut terurai. Rambut mereka dipotong pendek, beberapa bahkan membalut kepala dengan kain - persis seperti si Bermata Satu dari Wildfire Town.
Yang paling mencolok, sebagian besar dari mereka membawa busur berkualitas tinggi di punggung. Sudut busur yang dibungkus kulit sapi itu jelas bukan barang biasa yang digunakan pemburu pada umumnya.
Meskipun orang-orang ini duduk di sana, setiap orang memiliki energi yang utuh dan penuh semangat, kepala tegak dada membusung, gerakan mereka penuh disiplin, seolah membawa jejak latar belakang militer.
Begitu mendengar logat bahasa Bizantium yang kaku dari lawan bicara, hati Char berdesir penuh kecurigaan.
Orang Odin? Hmm, dari tinggi badan tidak mirip.
Saat melihat sorban dan busur yang dibawa lawan, keyakinan Char seketika mengeras.
Ini orang Landes, dari negeri seberang lautan - kampung halaman si bermata satu dari Wildfire Town.
Saat Char dan kawanan mendekat, aura ksatria yang terpancar dari langkah Char segera memicu reaksi. Orang-orang yang duduk itu refleks menegakkan postur tubuh, beberapa menoleh sambil menatap Char dengan pengamatan mendalam.
"Sungguh, saya hanya bisa menyediakan pelataran belakang... Tuan-tuan, bukan saya tidak suka uang, tapi benar-benar sudah penuh. Sekalipun kalian bayar lebih, saya tidak bisa menciptakan tanah dan rumah dari udara." Sang bos mengeluh dengan wajah penuh keputusasaan.
Char menghampiri lalu menepuk bahu sang bos, berkata ramah: "Hmm, katamu ada pelataran? Kalau mereka tidak mau, berikan padaku!"
