"Hmph, kau bilang tak pernah belajar teknik bela diri formal maupun strategi militer di pasukan." Kaisar bergumam sejenak.
"Tidak," jawab Char dengan santai, "Teknik bertarungku cuma hasil belajar dari berburu dan memecah kayu bakar. Cuma mengandalkan tinggi badan dan kekuatan. Saat perang, modalku cuma 'bertarung habis-habisan'."
"Hmph, berani bertarung habis-habisan saja sudah sangat langka," ujar kaisar tiba-tiba, lalu menghela napas, "Orang sepertimu cocok di Pasukan Kavaleri Roderia."
Char langsung berseri-seri. Jika bisa tetap di Pasukan Kavaleri Roderia, tentu ia sangat setuju.
"Tapi... Aku punya penugasan lain untukmu," kata kaisar berikutnya yang membuat Char kecewa.
Cantos mengambil piala anggur, meneguk lagi, sambil berpikir dalam hati.
Awalnya Cantos tak terlalu memperhatikan pemuda ini. Hanya memanfaatkan kesempatan markas besar yang sedang main politik ini untuk menekan jaringan pendukung warlord. Untuk pemuda ini, karena jasanya, pertemuan ini juga menjadi sinyal bagi militer: Sang Kaisar sangat serius menanggapi ulah kalian kali ini!
Lalu, berikan pujian seadanya. Jika si nak ini benar-benar punya kemampuan, rencana awalnya adalah menempatkannya di tentara yang dikendalikan oleh perwira Faksi Elang yang loyal kepada keluarga kerajaan. Jika dia cuma orang tak berguna yang sedang beruntung, serahkan saja ke markas besar militer untuk jadi tumbal pelampiasan kemarahan mereka, menghentikan sementara pertikaian ini. Pengorbanan anak ini juga bisa sedikit meredakan ketegangan hubungan dengan markas militer.
Tapi sekarang tampaknya... Kaisar Cantos malah mulai tertarik pada si nak ini.
Seorang anak liar tanpa latihan bela diri atau strategi militer, justru bisa membuat jasa luar biasa dengan performa gemilang. Yang paling langka, sifat polos tanpa kepura-puraan tapi berani bertarung habis-habisan yang ditunjukkan Char, sangat sesuai selera sang Kaisar.
Ditambah kabar bahwa dia berhasil menghajar Bonfret yang selama bertahun-tahun menjadi duri dalam daging...
Rencana awal sekarang terasa kurang tepat. Makhluk kecil ini ternyata bakat yang bisa dibentuk. Paling berharga, dia tak punya latar belakang politik - mudah dijadikan orang kepercayaan yang loyal.
Hmm, satu-satunya kendala... Putra Mahkota yang tak berguna itu ternyata membenci si kecil ini sampai mati.
Memikirkan ini, tiba-tiba Cantos mendapat ide. Dengan sengaja dia menyeringai dingin: "Char, kau bunuh Bonfret. Orang itu adalah... eh, orang kepercayaan Putra Mahkotaku. Tidakkah kau takut dia akan membalas dendam?"
Berkata dengan sorot mata penuh wibawa yang membungkus Char.
Char mengejek dalam hati: Sial, beneran anggap Laozi sebagai orang bodoh tanpa otak? Waktu Laozi ceritakan cara menghukum si antagonis tua tadi, kamu tertawa sampai wajahmu berbunga-bunga. Laozi kan nggak bodoh, masa nggak tahu kalau tindakanku ini sangat sesuai dengan keinginanmu!
Char sudah punya perhitungan, langsung geleng-geleng kepala dan berseru: "Sang Kaisar! Bonfret itu jelas-jelas bukan kubunuh! Jangan asal tuduh! Bonfret jelas-jelas dibunuh Hasting. Dia sendiri rakus akan jasa hingga jadi target eksekusi Hasting. Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan aku! Putra Mahkota kalau mau dendam, harusnya ke Hasting dong!"
"Hmph, tapi kau sebelumnya memang sering menghina Bonfret. Itu fakta. Sekarang Putra Mahkota punya pandangan negatif tentangmu. Takkan kau sesali tindakanmu itu?"
"Ini..." Char ragu sejenak, kali ini tidak lagi menyamar, dengan santai berkata: "Saat itu kami dikepung tentara Odin, Bonfret sebagai panglima yang bertugas, panik dan mengacaukan semangat pasukan! Hmph! Tong kosong seperti ini, seorang diri hampir merusak segalanya! Begitu semangat pasukan kacau, kita semua tidak punya jalan keselamatan! Meski aku belum lama di Resimen Kavaleri Rodria, tapi semua saudara di sana adalah pria sejati pemberani! Sampah tak berguna ini, Laozi langsung naik darah melihatnya! Memukulinya sekali saja masih kurang puas! Biar dia sudah mati sekalipun, seandainya kejadian terulang dan dia hidup kembali, aku akan senang mematahkan kedua kakinya dan mencabut semua giginya! Jenderal tak becus yang membahayakan seluruh pasukan seperti ini, pantas dipukuli! Pantas mati!"
Kali ini wajah Kaisar Cantos benar-benar merekah dalam tawa.
Bagus! Sangat bagus!!
Sebelum Char sempat berbicara, Sang Kaisar sudah membayangkan jika si nak ini mengeluarkan ucapan klise seperti 'berbakti untuk negara, mengabdi pada Paduka, tidak berani mengorbankan kepentingan umum demi pribadi...' - alasan muluk seperti itu. Kalau berani mengatakannya, langsung akan diusirnya pergi!
Namun perkataan Char yang blak-blakan ini justru membuat Kaisar Cantos merasa terkesan. Semasa muda, sebagian besar hidupnya dihabiskan di medan perang. Gelar "Kaisar Tombak Berkuda" diraihnya setelah bertempur di selatan-utara kerajaan selama puluhan tahun! Secara bawaan, sang kaisar lebih menyukai jenderal-jenderal lugas dan heroik di pasukannya!
Kebetulan ucapan Char ini cocok dengan selera sang kaisar.
Pada saat ini, si kampungan ini mendapat nilai plus di mata kaisar: Kejujuran!!
（Duoduo Luo dan Ruhr terus memukul tembok...）
Setelah mengamati Char dari ujung kepala sampai kaki cukup lama, Char mulai merinding merasakan sorot mata sang kaisar yang semakin membara.
Sial! Kalau sang pangeran suka pria, jangan-jangan bapaknya juga punya selera sama!! Brengsek, kalau berani berniat mesum pada Sang Master, meski harus mempertaruhkan nyawa, akan kuhabisi si kaca tua ini!
Akhirnya Kaisar Tombak Berkuda tersenyum tipis, menarik kembali pandangannya sambil mengembalikan ekspresi dinginnya yang penuh wibawa: "Baik, kau boleh pulang."
"...Hah? A-Apa?" Char terdiam membeku.
Ini pulang begitu saja?
Hadiahnya? Hadiah untukku mana? Lalu pengangkatan jabatan... Tidak dibahas sama sekali?
Aku datang jauh-jauh ke Kota Kekaisaran, menghibur kaisar dengan cerita, membuatmu tertawa terbahak-bahak, lalu selesai?!
Namun ekspresi Char tidak menunjukkan banyak hal, hanya sedikit terkejut, lalu langsung mengangguk. Dia tidak bersimpuh, melainkan langsung memberi hormat ala militer dengan meninju dada, berbalik hendak pergi...
"Tunggu sebentar."
Sang Kaisar tiba-tiba bersuara. Char menoleh dan melihat Kaisar Cantos tersenyum sambil melempar tempat lilin emas besar di meja: "Kubilang, ini hadiah untukmu. Beli baju baru! Hah! Di antara orang-orang yang kuterima, bajumu yang paling kumal, Nak! Apa kau miskin?!"
Char membuka kedua tangan menangkap tempat lilin, kikuk memeluknya. Begitu benda itu masuk ke pelukan, hatinya bersorak: Berat sekali! Perkiraanku sebelumnya salah, benda ini pasti sekitar 10 kati!
Setelah keluar dari ruang makan, pelayan istana yang menunggu di luar pintu terbelalak melihat Char membawa tempat lilin emas meja kaisar, menjentikkan jari: "Kau... kau ini..."
Char menyeringai: "Hadiah dari Sang Kaisar."
Pelayan itu menelan ludah, matanya berkedip. Sikap angkuhnya lenyap diganti wajah ramah dengan sorot mata menjilat: "Oh begitu! Jenderal Char, rupanya Paduka sangat dihargai! Pasti cepat naik pangkat, masa depan cerah..."
Aduh, tadinya kukira cuma anak kampung yang dapat keberuntungan kotoran anjing. Tak disangka malah mendapat apresiasi Sang Kaisar. Bisa jadi prestasi nak ini nanti tak terduga, mungkin kelak bisa jadi perwira berpengaruh di militer... Sikapku sebelumnya terlalu kasar, harus cari cara memperbaikinya.
Jenderal Xia Ya? Si kampungan ini langsung tersenyum dalam hati saat mendengar sebutan itu.
Sepanjang jalan mengantar keluar, utusan istana ini aktif merayu Xia Ya. Setelah mengobrol berputar-putar, akhirnya bertanya: "Jenderal Xia Ya, bagaimana penunjukan dan penghargaan Yang Mulia Kaisar untuk Anda? Sudah bertahun-tahun di istana, belum pernah kulihat Sang Kaisar langsung menganugerahi seseorang seperti ini. Apakah Anda akan langsung ditugaskan ke markas besar militer?"
Xia Ya tak menyembunyikan apa pun: "Tidak. Yang Mulia bertanya padaku beberapa saat, kujawab, lalu Beliau memberiku benda ini. Soal penugasan dan jabatan, tidak disebutkan."
Utusan ini memutar-mutar pikirannya, tapi raut wajahnya semakin hormat.
Dengan pengalaman bertahun-tahun di istana, dia sangat memahami temperamen Kaisar Tombak Berkuda. Fakta bahwa Sang Kaisar mau menganugerahi seseorang secara langsung jelas menunjukkan apresiasi yang luar biasa. Justru karena tidak disebutkan jabatan, ini membuktikan betapa Sang Kaisar masih mempertimbangkan matang-matang keputusan untuknya! Dan begitu diputuskan, konten penghargaannya pasti tidak polos!!
Setelah mengantar Char keluar dari istana hingga ke pintu gerbang kastil luar, Char melompat naik ke kuda. Utusan istana di sampingnya masih bersemangat mengundang Char naik kereta kuda, namun Char hanya tersenyum dan berkata datar: "Terima kasih atas niat baikmu, tapi sebagai tentara, Adipati Minas sang Jenderal Legendaris Kekaisaran pernah berpesan... tentara tidak naik kereta!"
Mendengar ini, raut wajah utusan itu menunjukkan secercah rasa hormat.
Char kembali dengan menunggang kuda. Setelah utusan istana kembali, Sang Kaisar Tombak Berkuda memanggilnya dan menanyai detail setiap ucapan pemuda itu saat pergi. Tanpa memahami maksud Kaisar, utusan itu melaporkan jujur kalimat "tentara tidak naik kereta!".
Kaisar Cantos terdiam sejenak setelah mendengarnya, lalu tiba-tiba tersenyum dan melambaikan tangan menyuruh utusan itu pergi.
Tentara tidak naik kereta?
Sungguh pemuda berkarakter! Hmph... Tentara seharusnya berlatih keras! Para bangsawan dan warlord yang mengaku tentara tapi hidup bermewah-mewah – mana masih ada gaya tentara sejati? Kemewahan, minuman keras, dan wanita cantik pasti telah melunakkan tulang-tulang mereka!!
Pemuda ini... cukup menarik.
Yang terpenting, dia tidak punya latar belakang... sulit direkrut Senat.
“Teringat pada jerih payahku mendirikan akademi militer, melatih angkatan baru tentara Kekaisaran, membentuk kader Faksi Elang yang setia pada keluarga kerajaan... Tapi beberapa dari mereka malah jadi bego karena kebanyakan baca buku. Kabarnya belakangan ada yang main-main dengan gerombolan Senat yang sok bicara 'demokrasi' dan 'pembatasan kekuasaan kekaisaran'... Sungguh bikin darahku mendidih.”
“Si nak ini... nggak sekolah, nggak ngerti omong kosong ala Senat. Perfect!”
Kaisar Cantos tiba-tiba menoleh memandang ke belakang. Di sudut ruangan, sosok paruh baya yang mirip bayangan itu masih berdiam dalam kegelapan.
“Menurutmu gimana nak ini?”
Pertanyaan sang Kaisar tak berbalas jawaban. Si paruh baya hanya menggeleng pelan, jari menunjuk bibirnya sendiri.
“Ah... Aku yang kurang waras. Hal-hal begini memang tak pantas kutanyakan padamu.” Cantos tersenyum santai.
Setelah merenung sebentar, tiba-tiba ia tertawa keras. Sorot mata kelelawar itu berkilat tegas: “Hmph, selama puluhan tahun aku terlalu ragu-ragu! Sudah sampai di titik ini, buat apa bimbang lagi! Kata Kavhill bener – kalau nggak bisa tegas, mending jangan dilakukan!”
Tangannya menyambar pena di meja. Dengan cepat menuliskan sebuah kalimat, lalu meneteskan segumpal tinta minyak dan mencapnya dengan cap tembaga. “Pengawal!!”
※※※
Ketika Char kembali ke tempat tinggalnya, Ruhr sudah menunggu di rumahnya. Jenderal Kelinci yang gemuk ini tiba sekitar satu jam sebelumnya. Begitu Char pulang, Ruhr langsung menariknya dengan cemas ke dalam kamar. Sebelum Char sempat duduk, Ruhr melotot, "Sang Kaisar memanggilmu? Gimana? Dia bilang apa?"
Char tertawa kecil sambil melempar kantong kain yang dibawanya ke meja dan membukanya.
Ruhr langsung berubah pucat, "Yi? Tempat lilin emas ini kok familiar sekali?"
Setelah mengamati lebih seksama, si gemuk berteriak kaget, "Dewa! Ini kan yang ada di meja makan Sang Kaisar, aku pernah lihat beberapa kali!"
Ruhr menatap Char dengan pandangan tajam seperti melihat hantu, "Kamu... brengsek berani-beraninya ini, kamu mencuri sampai ke istana kerajaan?!!!!"
Char marah, "Omong kosong! Ini hadiah dari Kaisar tua untukku."
Ruhr terdiam, mulutnya menganga lebar.
Biasanya tak aneh jika raja memberi hadiah pada bawahan terpercaya. Tapi si kampungan ini... dia siapa sampai dapat kehormatan begini?
Char tertawa puas melihat keterkejutan Ruhr, lalu perlahan menceritakan proses audiensi. Ruhr semakin pucat: Anak ini bisa dapat simpati Kaisar Tombak Berkuda?
“Begitulah, tapi penghargaan dan pengangkatan lainnya tidak ada…” Char menyebutkan ini dengan frustrasi: “Sial, apa Laozi datang dari jauh ke Kota Kekaisaran hanya untuk bercerita ke Kaisar tua? Setelah cerita selesai, hadiahkan aku tempat lilin emas lalu usir aku?” Mendengus dua kali: “Tapi kalau ini dilebur jadi uang, cukup untuk bayaran perjalanan pulang-pergiku.”
Ruhr berpikir sebentar, lalu si orang gemuk tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Ia mendekati Char dan meninju bahunya: “Makhluk kecil, selamat! Kali ini kau benar-benar dapat keberuntungan kotoran anjing! Sang Kaisar tidak langsung memberimu hadiah. Menurut tebakanku tentang Sang Kaisar… Sebelum bertemu, pasti sudah ada rencana untukmu. Biasanya akan diberitahu langsung. Tapi setelah bertemu, Sang Kaisar tiba-tiba berubah pikiran. Ada rencana baru, jadi perlu pertimbangan lagi sebelum memutuskan. Lagipula, dari ceritamu, Sang Kaisar tampak menyukaimu. Jadi keputusan baru ini pasti jauh lebih baik dari sebelumnya.”
Sambil menggelengkan kepala, Ruhr berkata: “Benar-benar tak mengerti apa kelebihanmu.” Melihat tempat lilin emas di meja, si gemuk tersenyum jahat: “Jujur saja, ini benar-benar bukan hasil curian? Kalau curian, lebih baik kau gulung tikar dan kabur sekarang!”
“Omong kosong!” Char tertawa terbahak-bahak, melototi si gemuk: “Hei Jenderal Kelinci, kau berani bilang apresiasi Kaisar padaku adalah 'keberuntungan kotoran anjing'! Kalau begitu, siapa anjingnya? Awas kukadukan pada Kaisar sampai kau dikirim ke istana jadi kasim!”
Setelah bercanda sebentar, mengetahui Char telah mendapat apresiasi Kaisar, Ruhr tak lagi khawatir. Ia tersenyum: “Pagi tadi aku ke akademi militer menjenguk Jenderal Anjing Gila si Greene. Dia hampir berkarat di sana. Malam ini kami janji minum, ikutlah.”
Si gemuk menyipitkan mata penuh arti ke arah Char: “Kurasa kau masih perjaka, ya? Malam ini Jenderal akan mengajakmu menikmati malam indah di Osgilia, hahahaha!”
Char langsung memerah —— status perjaka selalu jadi titik lemah si kampungan. Untuk hal lain masih bisa membalas, tapi untuk ini hanya bisa jadi bahan ejekan.
Setelah bercanda cukup lama, melihat hari mulai sore, mereka hendak pergi. Tiba-tiba suara terdengar dari luar pintu.
“Jenderal Char! Jenderal Char silakan keluar terima perintah!”
Berdua keluar dari pintu kamar, Char justru terdiam. Ternyata tamu yang datang adalah utusan istana yang hari ini siang membawanya masuk ke istana untuk menghadap. Baru saja dia kembali dari istana, kenapa orang ini datang lagi?
Utusan istana itu tersenyum lebar, bedak di wajahnya pup-pup berjatuhan. Melihat Char keluar, dia segera maju membungkuk sambil tertawa: "Jenderal Char, saya membawa surat penghargaan tulisan tangan Yang Mulia Kaisar. Silakan diterima."
Usai bicara, dia memberikan sebuah gulungan kertas berkualitas tinggi kepada Char. Baru saja Char menerimanya dan belum sempat membuka, Ruhr di sampingnya berteriak kaget: "Secepat ini?!"
Si gemuk langsung merebutnya, lalu mendorong Char. Char terdiam takjub, tak mengerti maksudnya. Si gemuk menghela napas, mengeluarkan kepingan emas kecil dari pelukannya dan menyelipkannya ke tangan utusan itu sambil berkata: "Baik, terima kasih sudah datang."
Utasan ini jelas mengenal Ruhr. Dia cepat-cepat membungkuk menerima sambil tersenyum. Saat pergi, dalam hatinya berpikir: Sial, rupanya si udik ini sekutu Ruhr. Jangan-jangan dia juga anak buah langsung Adipati Minas? Tampaknya sikap sopanku padanya benar. Dengan menumpang pohon besar Adipati Minas, mana mungkin tidak jadi kaya raya?
Setelah utusan itu pergi, Char mengerutkan kening melihat Ruhr: "Untuk apa kau rebut perintah penobatan ini? Cepat berikan padaku!"
Si gemuk melotot, lalu menyeringai sinis: "Kau mengerti isinya? Dasar anak muda tak berpendidikan! Perintah Sang Kaisar ditulis bukan dengan aksara Bizantium biasa, melainkan bahasa hiasan Bizantium Kuno. Struktur tata bahasa dan cara penulisannya sangat berbeda dengan tulisan modern. Hanya bangsawan yang bisa membaca ini. Mau kubacakan untukmu?"
Ruhr membuka gulungan itu. Meski sudah mempersiapkan mental, saat benar-benar melihat isi tulisan tersebut, bahkan Ruhr sang Jenderal pun menarik napas dalam-dalam dan berteriak kaget. Matanya menatap tajam Char dengan ekspresi aneh.
"Kau... Aku mulai curiga, jangan-jangan kau ini anak haram Sang Kaisar?"
