"Ini domain 'Kegelapan Mutlak', wilayah yang diciptakan oleh lingkaran sihir dari mantra kegelapan kuno! Konon mantra ini bisa menetralisir semua sihir cahaya! Hmph... Biasanya digunakan untuk menyembunyikan diri dari pencarian sihir cahaya... Di wilayah ini, segala sesuatu terkait cahaya akan diblokir! Jadi... di sini meski ada sumber cahaya, bayangan akan langsung ditelan oleh kegelapan..."
Di benak Char, suara Dora terdengar sangat serius seolah menghadapi musuh terbesar. Sikap sangat serius sang naga betina ini membuat Char ikut tegang.
“Kurasa, orang yang membuat lingkaran sihir ini pasti bertujuan menciptakan tempat tersembunyi untuk menghindari segala bentuk pencarian dari luar... Ini adalah mantra yang sangat kompleks untuk menciptakan daerah mirip 'sub-ruang'... Jadi, pasti ada keanehan di tempat ini, pasti ada sesuatu yang disembunyikan agar tidak ditemukan!”
Suara Dora yang berat bergema di benak Char, sang naga betina itu berbicara perlahan: "Hei nak, periksa ruangan ini baik-baik. Mungkin ada petunjuk. Orang yang bisa membuat formasi magis seperti ini pasti menyimpan benda istimewa di sini. Jika tidak, mustahil membuat lingkaran sihir sehebat ini tanpa alasan—Hmph, daerah kegelapan mutlak... Kemampuan magis seperti itu bahkan tak bisa kulakukan semasa hidupku dulu!"
Char menarik napas dalam beberapa kali, perlahan menenangkan debaran jantungnya. Ia menarik si Menyedihkan yang meringkuk di pelukannya, membungkuk untuk mengambil lilin yang tergeletak di tanah. Suara 'crack' terdengar saat api menyala, menerangi wajah pucat menakutkan si Menyedihkan. Sorot matanya memancarkan ketakutan yang menyentuh hati.
Char menarik si Menyedihkan ke belakangnya, berbisik pelan: "Jangan bergerak sembarangan, aku akan memeriksa dengan teliti."
Sesuai petunjuk suara Dora di benaknya, Char dengan cepat berjalan menyusuri dinding di sekeliling ruangan, sesekali membungkuk dan meraba-raba setiap sudut. Sudut-sudut ruangan, celah dinding, hingga permukaan lantai semuanya ia telusuri, sambil sesekali mengetuk-ngetuk dengan ujung jarinya.
Setelah bekerja keras setengah hari tanpa hasil, Char bergumam sejenak, lalu tiba-tiba mengangkat kepala, matanya berbinar-binar menatap langit-langit.
Langit-langit ruangan itu tampak biasa saja, hanya lempengan batu hijau kebiruan yang tertutup debu tebal. Char menarik napas dalam-dalam, lalu melompat ringan dan menepuk langit-langit dengan telapak tangan.
Tamparannya mengguncang lapisan debu tebal di langit-langit hingga beterbangan. Ruangan langsung dipenuhi debu. Char menutup hidung sambil batuk-batuk. Setelah debu mengendap, ia mengangkat kepala lagi dan langsung terdiam kaku.
Bukan hanya Char, Si Menyedihkan di sampingnya pun terbelalak!
Langit-langit yang semula kelabu itu akhirnya menunjukkan wujud aslinya setelah lapisan debu terkelupas!
Tampak sebuah lempengan batu utuh! Di bawah lapisan debu, terukir pola-pola aneh yang berjejal rapi di permukaan batu!
Pola itu bukanlah lukisan dinding, melainkan seperti lingkaran dan gumpalan yang tampak acak tanpa aturan, namun seolah merupakan kombinasi antara tulisan aneh dengan simbol-simbol khusus. Terukir sangat tipis, setiap goresan terlihat dibuat dengan senjata tajam yang presisi dan tajam! Setelah melalui waktu yang tak diketahui, sebagian telah rusak parah, beberapa bagian motifnya menjadi kabur dan tidak utuh, namun secara keseluruhan masih membentuk sebuah pola yang lengkap.
Char langsung terbelalak melihatnya, lalu menoleh ke Si Menyedihkan di sampingnya yang berteriak pelan: "Ah! Ini Bahasa Magik!"
"Hmph, Bahasa Magik, tulisan para penyihir manusia." Dora di benaknya berkata dingin: "Ini pola lingkaran sihir... Dugaan ku benar, memang seperti ini."
Char mengerutkan kening: "Kau yakin ini benar-benar Bahasa Magik?"
Adeline yang berada di samping mendekati Char, berbisik: "Bagaimana... bagaimana kamu menemukan ini?"
"Nebak." Char enggan menjelaskan lebih lanjut, matanya menatap karakter misterius di langit-langit itu, tiba-tiba mulai melafalkan dengan tempo lambat.
Pengucapannya terdengar kaku dan aneh, jelas sangat asing dengan tulisan ini - ia hanya memaksakan diri membaca apa yang tertera. Namun ekspresi terkejut di wajah Si Menyedihkan semakin menjadi-jadi!
Si kampungan ini, kapan dia belajar Bahasa Magik para penyihir?
“Si Menyedihkan” tentu tidak tahu, Char sama sekali tidak menguasai kata-kata ini. Sebenarnya Dora di benaknya sedang membaca, sementara Char hanya menirukan pelafalan Dora.
Seiring Char mengucapkan mantra demi mantra, kedua nak muda itu tiba-tiba merasa pandangan mereka berkunang-kunang...
Telinga mereka mendengar suara "krak-krak" halus yang keluar dari dinding ruang tertutup. Seketika mereka melihat batu bata di sekeliling dinding seolah hidup, berbalik sendiri! Dalam sekejap, batu bata di dinding itu seperti balok LEGO yang berputar, melipat, dan menyusut. Tak lama, seluruh dinding rusak parah itu tersusut masuk! Setelah dinding batu lenyap, di depan, kiri, dan kanan muncul tiga pintu besi berbentuk oval!!
Pintu besi itu penuh karat, entah sudah berapa tahun terkikis waktu. Char berjalan ke pintu besar di tengah, mengusap lembut permukaannya. Seketika serpihan karat berjatuhan! Di permukaan pintu terlihat pola ukiran raksasa...
"Pola ini... sepertinya..." Char membuka mulutnya.
"Si Menyedihkan" di sampingnya merapat sambil berteriak: "Ya Tuhan! Ini... ini Tulip!!! Tulip Api!!! Lambang klan Tulip!!!"
Di pintu itu, terpampang jelas sebuah pola api yang mendidih, dan di tengah kobaran api itu, seolah ada sekuntum bunga Tulip yang sedang mekar penuh!!
"Totem Osgilia! Bunga Tulip Api!" Adeline meredam suaranya sambil berteriak kaget. Sebagai keturunan keluarga kerajaan, ia tentu lebih paham daripada Char tentang klan paling legenda di Kekaisaran ini! Begitu melihat pola dekoratif ini, ia langsung mengenali motif keluarga legenda pendiri kerajaan yang sudah terputus ikatan darahnya, Sang Bunga Tulip!!
Ekspresi Si Menyedihkan juga berubah serius. Ia melirik Char, lalu menatap tulisan Bahasa Magik di langit-langit. Meski berasal dari keluarga kerajaan, kemampuannya membaca Bahasa Magik tetap terbatas. Setelah membaca dengan teliti beberapa baris, ia pun mulai melafalkan perlahan.
"Hmm, arti kalimat pertama... Pintu sebelah kiri adalah 'Pintu Kehormatan', untuk membukanya harus memiliki 'Kekuatan Kehormatan'. Pintu kanan adalah 'Pintu Kefanaan', membutuhkan 'Kekuatan Kefanaan' untuk dibuka. Pintu depan bernama 'Pintu Penebusan'... Harus memiliki 'Cahaya Penebusan' untuk membukanya... Hmm, Penebusan, maksudnya apa ya?"
Sambil membaca, Adeline terus menjelaskan kepada Char. Namun ia tak menyadari ekspresi aneh yang mulai muncul di wajah Char.
"Dan akhirnya, Adeline 'Yi' berseru, menuding ke kalimat terakhir di langit-langit: 'Kalimat terakhir ini... Pintu keempat adalah 'Pintu Dekaden'... Yi? Aneh ya, di sini jelas hanya ada tiga pintu, mana pintu keempatnya? Pintu Dekaden keempat ini, tapi tidak terlihat.'"
Char mengerutkan kening, perasaan gelisah di hatinya semakin kuat, seolah merasakan sesuatu yang tidak beres.
Adeline penasaran, hampir tak tahan mengulang dua kali dengan Bahasa Magik.
Char mengawasi sekeliling dengan cermat, terutama melihat pola Tulip di pintu besi itu, bunga Tulip yang mekar di tengah kobaran Api itu memberikan kesan brutal...
"'Untuk membuka pintu-pintu ini, dibutuhkan 'Kekuatan Kehormatan', 'Kekuatan Pemusnahan', dan 'Cahaya Penebusan'... Makhluk apa ini?" Adeline menatap Char: "Tempat ini, apakah peninggalan Klan Tulip?"
Char menggeleng: "Aku mana tahu."
Tiba-tiba Adeline meningkatkan volume suara: "Ah! Tapi, kalau tempat ini peninggalan Klan Tulip, mengapa sekarang menjadi milik Adipati Minas... Dan... Ucapan-ucapan yang kita dengar tadi! Ah!!"
Di akhir kalimat, Adeline berteriak kaget.
Keduanya tiba-tiba teringat percakapan Adipati Minas dan Kavhill sebelumnya! Perkebunan rumah mewah ini sebenarnya bukan milik Adipati Minas, melainkan milik seorang teman lama mereka lebih dari 20 tahun yang lalu, yang kemudian diserahkan ke adipati tersebut.
Mungkinkah... teman lama yang mereka sebutkan itu adalah... penerus Klan Tulip?
Tapi seluruh Kekaisaran tahu, klan legendaris nan agung ini sudah terputus ikatan darah sejak lama!
Char bergumam sejenak, mencabut pedang panjang dengan tangan kirinya. Ia menghampiri pintu tengah, menggenggam erat gagang pedang dengan kedua tangan. Tiba-tiba kilau pedang menyambar-nyambar, sebuah tusukan brutal dihujamkannya ke bawah!
Kraak!!!
Suara pecahan logam bergema. Ujung pedang Char yang menusuk pintu besi hanya menyentuh permukaan. Dengan tenaga luar biasa yang dikerahkan, bilah pedang seketika melengkung lalu patah berantakan disertai bunyi gemerincing!
Char menatap pedang patah di tangannya. Ia sangat paham betapa dahsyat tusukan tadi. Meski bukan menggunakan garpu api sakti miliknya, dengan kekuatannya yang luar biasa - bahkan seandainya menghadapi lembaran besi sekalipun - setidaknya pasti akan meninggalkan celah.
Tapi di permukaan pintu besi ini, tak ada satu pun goresan yang tertinggal!
Char masih memegang pedang patah, mengerutkan kening sambil memandang ketiga pintu ini.
"Coba pakai aura mengerikan merah." Dora memberi ide di benak Char.
Char menarik napas dalam-dalam, berdiri di depan pintu, cahaya merah sekilas terlihat di matanya. Aura mengerikan merah langsung dikerahkan! Pedang patah di tangannya kembali membelah pintu besi itu...
BOOM!!!
Suara gedebuk terdengar saat mata pedang menyentuh pintu besi. Char jelas merasakan kekuatan lembut yang menangkis pedangnya! Aura merah di pedang langsung kacau balau. Akibat benturan ini, sisa pedang patah yang sudah pendek itu hancur berkeping-keping menjadi serpihan besi!
Char mundur selangkah, kini hanya memegang gagang pedang plontos di tangannya!
"Sepertinya pintu ini tidak bisa dibuka." Char menghela napas: "Mungkin butuh kekuatan kehormatan atau cahaya penebusan... Itu apa sih? Sejenis sihir juga?"
Suara Dora di benaknya terdapat frustasi: "Aku juga belum pernah dengar."
"Di mana pintu keempat? Pintu Dekadensi? Tiga pintu sebelumnya ada tata cara membukanya, tapi pintu keempat malah tidak ada syaratnya." Si Menyedihkan mengerutkan kening: "Jangan-jangan ini harta karun Klan Tulip?"
Saat kedua nak muda ini sedang pusing, tiba-tiba wajah Char berubah drastis. Ia langsung menoleh ke arah lorong rahasia di belakang mereka!
Di anak tangga lorong rahasia itu, bayangan manusia perlahan melangkah turun satu per satu! Wajahnya tenang, bahkan terlihat santai, satu tangan memegang lilin yang apinya bergoyang, menerangi wajahnya. Jubah polosnya seakan tak tersentuh dunia fana, wajah kurusnya memancarkan aura feminin dengan aura yin yang sulit dijelaskan.
Orang ini turun perlahan, senyum tipis tergambar di wajahnya, sorot matanya tertuju pada Char.
"Kebetulan sekali. Char, di sini pun kita bisa bertemu."
Nada suara Kavhill santai dan datar, seolah pertemuan ini bukan di tempat tersembunyi melainkan seperti berpapasan di jalanan.
Wajah Char berubah, dua langkahnya mendekati Si Menyedihkan, dada dibusungkan sambil memandang Kavhill. Ia berusaha memaksakan senyum, tapi mana bisa?
"Uh... Tuan Kavhill..." Wajah Si Menyedihkan pucat pasi, matanya dipenuhi ketakutan, suaranya gemetar.
Kavhill turun dari tangga, meniup lilin hingga padam, lalu berdiri di depan mereka berdua: "Aku benar-benar terkejut, tak menyangka kalian bersembunyi di sini... Hmph..."
"Kavhill memandangi Adeline dengan sorot mata aneh. Saat itu, jantung Adeline serasa mau melompat ke tenggorokan. Namun dalam senyuman Kavhill, terasa aroma yang seolah bisa membaca segalanya. Setelah tersenyum tipis, ia tak lagi memperhatikan Adeline, melainkan menatap tajam Char: 'Bisakah kau jelaskan? Kenapa kau bisa berada di tempat seperti ini?'"
"'Aku...' Char ragu sejenak, lalu nekat memutuskan: 'Tempat ini bukan milikmu. Kalau kau bisa ke sini, kenapa aku tidak boleh?'"
"Mendengar itu, Kavhill sama sekali tidak marah. Ia langsung melewati Char, memandangi tiga pintu itu sambil menghela napas: 'Kalian bisa menemukan Lingkaran Sihir ini, cukup langka juga. Ini adalah rahasia terbesar Klan Tulip Osgilia!'"
"Kavhill dengan lembut mengusap pintu besi di sebelah kanan. Nada suaranya terdengar aneh, seolah mengandung tiga bagian bujukan: 'Kalian berdua, ingin tahu apa yang tersembunyi di balik pintu ini?'"
"Entah mengapa, tatapan orang ini membuat Char merinding. Kavhill yang tampak lemah ini seharusnya bisa dirobohkan dengan satu pukulan, namun saat benar-benar berhadapan, Char merasakan getaran bahaya yang jelas! Seolah ada teriakan gegabah dari lubuk hatinya: Cepat lari! Jauhi orang ini!!"
"'Kalian ingin tahu?' Kavhill tersenyum dan mengulang pertanyaannya."
“……Ingin.” Char mengangguk polos, si menyedihkan di sampingnya menggigit bibir ketakutan, menarik lengan Char dengan kuat. Tapi si kampungan itu seolah tak menyadari, hanya menatap lurus ke Kavhill.
“Oh.” Kavhill mengangguk, lalu senyumnya menunjukkan sedikit penyesalan: “Ah, tapi maaf. Karena... aku juga tak bisa memberitahu kalian——apa sebenarnya di balik pintu ini, aku pun tak tahu.”
