Ucapan Char ini memang lahir dari emosi yang meluap, luapan kemarahan yang spontan. Juga karena pada hari itu, setelah mendengar legenda Klan Tulip dari mulut Ruhr dan lainnya, dalam hatinya tumbuh rasa hormat terhadap keluarga adipati legendaris pendiri kekaisaran ini. Kini, mengetahui bahwa "orang tua" yang membesarkannya mungkin adalah keturunan klan legendaris ini, maka nasib tragis yang menimpa Klan Tulip di masa lalu secara otomatis membuatnya merasa memiliki ikatan darah, sehingga membela klan ini dengan penuh semangat.
Perkataannya yang berisi "melawan sialan!" dan sejenisnya terdengar terlalu menghina penguasa. Si menyedihkan di sampingnya langsung memucat wajahnya dengan sorot mata kompleks. Bahkan Kavhill yang mendengarnya pun matanya berkedip-kedip, menyipitkan mata sambil mengamati Char dengan seksama.
Memandangi wajah penuh kemarahan Char, Kavhill menyipitkan mata. Nada suaranya mengandung makna terselubung saat berucap perlahan: "Di posisi apa, lakukan peran sesuai tempatnya. Perlakuan Kaisar terhadap Klan Tulip memang membuat hati manusia membeku. Tapi jika dipikir matang, dari sudut pandang posisinya, tindakan ini tak bisa disebut salah."
Char melotot marah: "Aku pernah dengar pepatah tua saat berburu di gunung: Usai buruan habis, anjing peliharaan disembelih! Ini perbuatan tak tahu balas budi yang memalukan! Kau masih membela Kaisar itu?"
Kavhill mengawasi Char sambil menggeleng dengan senyuman sinis: "Sebagai kaisar, sudah sewajarnya bertanggung jawab atas posisi kekuasaan keluarga kerajaan! Bayangkan, jika kaisar yang mengambil tindakan terhadap Klan Tulip itu tidak melakukannya, nantinya ketika pangeran yang bebal itu naik takhta, dia tetap akan menyerang Klan Tulip. Tapi dengan kemampuan si bebal itu, hasil pertarungan mungkin terbalik - yang punah bukan Klan Tulip melainkan keluarga kerajaan! Apa lagi yang bisa dilakukan kaisar itu? Kalau kau begitu geram, coba pikirkan - jika kau jadi sang kaisar, apa yang akan kau lakukan?"
Pertanyaan ini membuat Char langsung tertegun.
Jika aku yang jadi dia... apa yang harus kulakukan?
Si kampungan membuka mulutnya. Dorongan rasa keadilannya hampir membuatnya berteriak: "Tentu saja copot saja pangeran tong kosong itu!"
Tapi kemudian ia berpikir: Manusia selalu memihak yang dekat. Anak sendiri meski buruk tetap darah daging sendiri! Darah lebih kental dari air, tulang patah masih tersambung urat. Hutang budi orang luar tetaplah orang luar. Meski ada konsep 'besar hati menghilangkan sanak', tapi itu tingkat kebijaksanaan yang melampaui manusia biasa... Char yakin dirinya takkan sanggup!
Dia sendiri memang tipe yang memihak kerabat daripada kebenaran. Bagaimana mungkin sekarang menyuruhnya bicara tentang "besar hati menghilangkan sanak"?
Kavhill memandangi Char yang tak bisa berkata-kata, sorot matanya menyiratkan senyum aneh saat berkata perlahan: "Nak, inilah pelajaran pertamaku untukmu! Di dunia ini tak ada yang mutlak benar atau salah, hanya perbedaan posisi. Dari sudut pandang orang lain, tentu Kaisar itu salah, mengasihani Klan Tulip. Tapi dari posisi keluarga kerajaan, meski tindakan Kaisar itu kejam, namun keputusan tegas dan berdarah itu sangat bijak. Kekejamannya terhadap Klan Tulip justru merupakan kebaikan tertinggi bagi keluarga kerajaan sendiri!"
Meski Char ingin membantah, tapi saat ini otaknya kosong tak menemukan satu kalimat pun untuk menyanggah Kavhill. Wajahnya masih menunjukkan ketidaksetujuan, namun sebenarnya perkataan Kavhill sudah meresap ke dalam hatinya.
Di kedalaman pikirannya, tiba-tiba terdengar erangan Dora: "Kavhill ini memang pantas disebut bijak."
Hmph, bijak apa? Itu cuma sofisme belaka.
Dalam hati Char masih berusaha bersikap keras, tapi dia mulai menyadari bahwa perkataan Kavhill sulit sekadar disebut "sofisme"...
Ekspresi ketiga orang di ruang tertutup ini berbeda-beda. Kavhill mengawasi Char dengan tajam, wajah Char menunjukkan keraguan, sementara si Menyedihkan di sampingnya memancarkan kekhawatiran dari sorot matanya.
Sebagai anggota keluarga kerajaan, kegelisahan mulai menggerogoti hatinya.
Untuk apa Kavhill memberitahu si kampungan ini semua hari ini?
Si kampungan sekarang sedang mendapat apresiasi besar dari Kaisar, perlahan mulai menunjukkan kecenderungan untuk tunduk dan loyal pada keluarga kerajaan. Tindakan Kaisar Tombak Berkuda yang membantu dan mengapresiasi Char (), Adeline juga telah mendengarnya. Dengan temperamen Char yang seperti ini, jika orang lain baik padanya, dia pun tak segan membuka hati. Jika Kaisar memperlakukannya seperti ini, nantinya mungkin dia benar-benar loyal pada Kaisar tua.
Di momen seperti ini, perkataan Kavhill... tapi... sepertinya agak...
Terkesan sengaja diucapkan untuk memprovokasi sikap Char terhadap keluarga kerajaan? Meski secara terbuka membicarakan rahasia Klan Tulip di masa lalu, sebenarnya ucapan ini mengurangi kesan baik Char terhadap istana!
Bukankah Kavhill selalu setia pada Kaisar Tombak Berkuda? Kenapa tiba-tiba dia melakukan ini?
※※※
"Meski istana tetap menunjukkan perlakuan istimewa pada Klan Tulip yang merosot di masa lalu, diam-diam mereka menggunakan cara kejam. Putri bungsu Adipati Luk terakhir segera meninggal karena sakit, tak ada yang bisa memastikan apakah ada skandal tersembunyi. Tapi membungkam saksi memang seperti itu. Hanya saja, garis keturunan sebenarnya Klan Tulip masih berlanjut, hal yang tak disangka oleh keluarga kerajaan."
Putri Adipati Luke terakhir, dikatakan cantik menawan dengan kecantikan yang bisa mengguncang negara. Sang Adipati sangat memuja anak perempuan tunggalnya, namun belakangan muncul masalah dalam urusan pernikahan sang putri. Kabar angin menyebutkan sang putri memiliki standar sangat tinggi, menyukai sastra namun membenci ilmu bela diri. Sang Adipati yang seumur hidup berkecimpung di militer, tentu lebih menyukai jenderal-jenderal muda berbakat dari pasukan sebagai calon suami untuk putrinya. Sayangnya sang putri tidak menyukai pilihan ini, sehingga terjadi banyak perdebatan antara ayah dan anak. Namun sang Adipati yang berkarakter tangguh, memaksakan untuk menetapkan pernikahan tersebut. Diam-diam, sang putri sebenarnya memiliki kekasih lain - seorang sarjana ternama saat itu yang saling mencintai diam-diam. Akhirnya mereka secara diam-diam mengandung anak dan melahirkan seorang putra! Ketika sang Adipati mengetahui hal ini, beliau merasa sangat terhina dan menolak keras mengakui skandal ini. Masalah tersebut sengaja ditutup-tutupi oleh sang Adipati——Syukurlah, takdir menentukan bahwa hal ini justru menyelamatkan garis keturunan Klan Tulip. Setelah kematian sang Adipati, putrinya juga meninggal secara misterius tak lama kemudian. Namun anak haram tersebut diam-diam disembunyikan oleh pihak tertentu di Kediaman Adipati Tulip.
Bangunan rumah di sini sebenarnya adalah properti rahasia Klan Tulip yang tidak diketahui orang luar. Keturunan Klan Tulip kemudian mengganti nama marga dan tinggal di sini dalam pengasingan, mewariskan tradisi turun-temurun hingga hari ini.”
Kavhill sampai di sini, dengan suara pelan: "Dengar kabar Klan Tulip dari generasi ke generasi Adipatinya, setiap generasi adalah pahlawan di masanya. Selain bakat luar biasa para Adipati, di dalam Klan Tulip ada jurus rahasia keluarga yang diwariskan secara rahasia. Adipati Tulip di masa lalu menguasai kerajaan, komandan tak terkalahkan, ahli seni bela diri dan strategi - semua itu berkat latihan jurus keluarga sejak kecil. Selain ilmu bela diri keluarga Tulip, ada juga catatan strategi perang Osgilia sang pendiri kerajaan selama menjelajahi benua, ditambah 13 generasi penerus yang terus melengkapi, bisa dibilang taktik tempur tak terkalahkan Klan Tulip! Barang ini saja sudah tak ternilai! Konon juga tersimpan harta karun terbesar Klan Tulip! Barang itulah rahasia sejati kejayaan 400 tahun Klan Tulip! Siapa dapat barang itu, bisa memiliki kekuatan perkasa seperti Adipati Tulip zaman dulu, lalu menguasai dunia, tak terkalahkan di masanya!"
Char merasa wajahnya memanas, tak tahan bertanya: "Apa benda itu, begitu ajaib?!"
Kavhill memandang Char dengan senyuman sinis: "Kalau aku tahu, buat apa ke sini? Hmph..."
Char berpikir sejenak: "Menurutmu, si tua itu keturunan Klan Tulip, berarti... apa semua barang itu ada di tangannya?" Tapi saat mengingat lagi, barang peninggalan si tua untuknya, mana ada harta karun rahasia Klan Tulip?
“Garpu api itu meskipun ajaib, tapi masih jauh dari tingkat tak terkalahkan di seluruh kerajaan.”
Soal metode tempur pasukan, Char hanya pernah melihat beberapa buku lapuk yang disembunyikan orang tua itu. Meski cukup baik, tetap tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang ajaib.
“Apakah harta rahasia Klan Tulip yang kau sebutkan ada di balik pintu besi ruang tertutup ini?” Char menatap tiga pintu besi di tiga dinding, mengerutkan kening. “Kalau tidak bisa dibuka, lebih baik coba gali dari samping?”
Kavhill tertawa pahit: “Tidak sesederhana itu! Pintu ini adalah formasi magis ajaib. Aku pusing bertahun-tahun baru tahu ini sihir ruang. Meski di baliknya pasti ada gua tersembunyi, tapi bukan sekadar ruang tertutup di balik dinding. Bahkan jika digali dari samping, tidak akan menemukan apa-apa. Satu-satunya jalan adalah membuka pintu besi ini yang pasti merupakan lorong sihir ruang. Hanya melalui lorong ini kita bisa mencapai tempat tersembunyi.”
Mata Char berkedip melihat Kavhill: “Hei! Sejak aku tiba di Kota Kekaisaran kau sudah mengawasiku. Rupanya kau sudah lama terjebak ingin merebut harta rahasia Klan Tulip ini ya?”
Kavhill memandang Char, wajahnya tenang, berkata dengan tenang: "Perkataanmu itu tidak sepenuhnya salah. Pada masa lalu ketika aku mengenalnya, dan berteman dengannya, dia sudah memberitahuku hal-hal ini... Setelah kepergiannya, selama bertahun-tahun aku juga berpikir untuk membuka pintu sihir di sini, tapi tak menemukan cara. Barang-barang di sini hanya milik Klan Tulip, hatiku sebenarnya tidak berniat menginginkannya, hanya rasa ingin tahu di hatiku yang tak terhindarkan."
Berhenti sejenak, Kavhill tersenyum memandang Char: "Tahukah kamu, mengapa hari ini aku membuat janji dengan Adipati Minas bertemu di sini?"
Char menggeleng: "Bagaimana aku tahu."
Kavhill menatap tajam Char, perlahan berkata: "Kedatanganmu di Kota Kekaisaran, bukan hanya aku yang tahu, Adipati Minas juga sudah lama mengetahuinya! Kau adalah murid hasil didikannya, hal ini hanya kami berdua yang tahu, jika tidak, coba pikir - jika tersebar kabarnya, masihkah Kaisar akan memperlakukanmu dengan baik?"
Wajah Char berubah drastis.
Pada masa lalu, Adipati Terakhir Luke bersumpah demi langit, meninggalkan kutukan itu——Jika kutukan semacam ini keluar dari mulut orang lain, semua pasti akan menganggapnya omong kosong. Tapi Adipati Tulip... Reputasi mengerikan yang terkumpul selama generasi-generasi telah memberi keluarga ini aura misterius yang terlalu kuat! Di lingkungan keluarga kerajaan, mana ada yang berani mengambil risiko ini? Putri Adipati Terakhir dibunuh, meski ada unsur maksud membungkam saksi, lebih mungkin lagi ini adalah upaya memusnahkan sampai ke akar! Kutukan Adipati "Kekaisaran pasti akan runtuh di tangan Klan Tulip kami" tentu membuat Kaisar jantung berdebar. Untuk memastikan segala kemungkinan, satu-satunya cara adalah memusnahkan sampai ke akar!
Sementara sekarang, meski sudah ratus tahun berlalu, jika hal ini terpapar... Aku memang bukan keturunan Klan Tulip, tapi si tua itu adalah ayah angkatku. Aku dididik langsung olehnya, jadi bisa dibilang setengah penerus Klan Tulip!
Seperti kata Kavhill, di lingkungan keluarga kerajaan, untuk memastikan posisi kekuasaan mereka, tidak ada pekerjaan yang tidak akan mereka lakukan! Dulu Adipati Tulip yang merupakan pilar negara saja dibunuh hidup-hidup, apalagi aku sekarang yang cuma anak kampung berprestasi kecil. Meski Kaisar memandangku baik, jika sampai terlibat dalam kutukan yang membahayakan kekuasaan Kekaisaran... Pasti tanpa ragu mereka akan menyembelihku dengan satu tebasan pisau!
“Adipati Minas, dia sudah tahu... lalu bagaimana!” Meski Char bersikap keras kepala, dalam hatinya ada sedikit keraguan. Hampir tak tahan, muncul pikiran untuk "melarikan diri".
Kavhill tertawa, menggelengkan kepala: “Kutukan di masa lalu hanyalah karena keluarga kerajaan sendiri punya hantu dalam hati, baru dianggap begitu serius. Sedangkan aku dan Minas, kami orang luar. Terlepas dari posisi kami sekarang, kami juga takkan benar-benar memikirkan kutukan itu. Mungkin itu hanya ucapan emosional Adipati Luk terakhir. Lagipula... Adipati Minas, dia takkan menyakitimu.”
Ekspresi Char rumit, memandang wajah Kavhill mencoba membaca sesuatu dari raut wajah pria ini. Tapi raut Kavhill tetap dingin dan datar, tak terlihat petunjuk apa pun. Dia hanya berkata datar: “Hubunganku dengan Adipati Minas, dan dia... hubungan kami bertiga dulu sangat kompleks, permusuhan yang saling bertautan, sulit dijelaskan dalam beberapa kalimat. Tapi mengingat kejadian masa lalu, dia takkan melakukan tindakan berbahaya padamu. Kalau tidak, begitu kau tiba di Kota Kekaisaran, yang menantimu bukanlah penghargaan, tapi penangkapan oleh Pasukan Rahasia.”
Sampai di sini, Kavhill tersenyum tipis: "Aku mengundang Adipati Minas hari ini untuk menuntut rumah ini! Meski dulu dia menghadiahkannya ke Minas, tapi ini tetap milik Klan Tulip. Sekarang meski dia sudah tiada, kamu sebagai penerusnya, secara logika rumah ini memang seharusnya berada di tanganmu. Pertemuan dengan Adipati Minas di sini tadi memang untuk urusan ini. Baru saja setelah berdiskusi, dia sudah berjanji untuk menyerahkan rumah ini... Jadi mulai besok, kamulah tuannya."
Kalimat terakhir ini membuat Char terperanjat!!
"Kau bilang, rumah ini untukku?!"
Kavhill tetap tersenyum tanpa bicara, hanya memandangi Char dengan tenang. Wajah Char berubah, sukacita dan kekhawatiran berganti-ganti, akhirnya dia mengepal gigi: "Kau! Apa maksudmu sebenarnya?!"
Kavhill berkata santai: "Mengembalikan barang ke pemiliknya, menurutmu apa niatku?"
Cih! Kalau kau tidak punya maksud tersembunyi, itu baru hantu!
Dalam hati Char mengumpat deras.
Tapi... bagaimanapun ini rumah megah meski agak rusak, dibangun di lereng gunung dekat laut. Biaya pembangunannya pasti tak terjangkau bagi bangsawan kecil seperti Char yang baru kaya! Jika mengabaikan faktor Klan Tulip, nilai rumah ini benar-benar rezeki nomplok!
(Tidak... tidak! Tidak!)
Meski Char merasa senang, kegelisahan yang kuat membuatnya tidak berani lengah, matanya terus mengawasi Kavhill: "Kau... kau sengaja mendorongku ke jalan ini, bukan?!"
Kavhill tersenyum: "Jalan apa?"
"Penerus Klan Tulip!!" Char berteriak: "Begitu Laozi mengambil alih rumah ini, identitasku sebagai penerus Klan Tulip akan mengeras! Ingin melepaskan pun tak bisa!"
Kavhill tertawa haha: "Bahkan kalau kau tidak ambil rumah ini, apa identitas itu bisa kau lepaskan?"
“……”
Kavhill menatap Char beberapa saat, lalu menghela napas: "Kalau bukan karena warna rambut dan matamu yang tak cocok dengan ciri garis keturunan Klan Tulip, aku hampir menyangka kau adalah putra kandung siluman itu. Hmm... Maksudku belum saatnya dijelaskan sepenuhnya padamu. Tapi setidaknya, untuk saat ini aku tak berniat menyakitimu, tak perlu kau khawatirkan."
Ucapannya keluar datar bak permukaan sumur kuno yang tak beriak, hanya sorot matanya yang sesekali menyapu wajah Adeline.
Adeline gelisah dalam hati. Sebenarnya, karena beberapa alasan khusus, dia sudah sangat takut pada sang bijak yang paling diandalkan Kaisar ini. Hari ini, pertemuan rahasianya dengan Char di sini tertangkap basah oleh Kavhill. Selain rasa takut yang sudah ada, dia juga khawatir Kavhill akan menelanjangi identitasnya hanya dengan satu kalimat. Sejak tadi hingga sekarang, kegelisahan dalam hatinya tak pernah berhenti sejenak pun. Syukurlah, entah mengapa Kavhill sama sekali tidak membongkar masalah ini, bahkan tidak banyak bicara dengannya. Namun, sesekali sorot matanya yang jernih dan dalam, seolah penuh makna yang mampu membaca segalanya, sudah cukup membuat kedua kaki Adeline lemas.
Dan... dan...
Ada ketakutan yang lebih dalam dalam hati Adeline: Di antara perkataan Kavhill kepada Char hari ini, sudah banyak ucapan yang melanggar dao! Dia seolah sama sekali tidak berniat menyembunyikannya! Meskipun hubungan Adeline dengan Kaisar aneh, tapi bagaimanapun dia masih anggota keluarga kerajaan... Apakah Kavhill sama sekali tidak khawatir ucapannya yang tabu bagi keluarga kerajaan ini akan dibocorkan olehnya?!
Atau jangan-jangan, dia sengaja mengatakan semua ini di hadapanku kepada Char?!
“Rumah ini menjadi milikmu, rahasia di sini pun otomatis menjadi milikmu. Adapun harta karun rahasia Klan Tulip, semuanya juga akan menjadi milikmu... asalkan kau bisa menemukannya.” Kavhill berkata datar: “Selain itu, aku tahu pasti kau ingin menanyakan lebih banyak tentang masa lalu orang tua itu. Tapi hal-hal ini belum saatnya untuk diceritakan padamu. Jangan bertanya, karena meskipun kau tanya aku takkan memberi tahu... Minas bahkan takkan mau menemuimu, jangan berharap bisa mengetahui apapun darinya.”
Kavhill akhirnya berdiri setelah mengatakan ini, dengan gerakan santai menepuk debu dari jubahnya. Setelah menatap Char sejenak: “Sebelum kau meninggalkan Kota Kekaisaran kali ini, aku takkan menemuimu lagi. Pertemuan kita hari ini dan semua pembicaraan ini—sudah terlalu banyak yang kusampaikan. Jika ingin tahu lebih banyak, berusahalah menjadi lebih kuat. Banyak rahasia... takkan bisa dijaga tanpa kekuatan yang memadai.”
Usai berkata demikian, Kavhill dengan congkak berbalik dan mulai menaiki tangga. Char yang tertinggal di belakang tertegun sejenak, hampir tak kuasa menahan diri: “Hei! Kau, tunggu sebentar!”
“Ada apa?” Kavhill menoleh sambil tersenyum.
“Kau... kau bilang takkan menemuiku lagi sebelum kepergianku? Lalu... bagaimana dengan urusan menjadi murid?” Char ragu-ragu, tiba-tiba mengucapkan kalimat yang membuatnya sendiri terkejut. Menjadi murid? Apakah kata-kata misterius orang tua ini benar-benar membuatnya tertarik?
“Hah!” Kavhill tertawa, sorot matanya pada Char penuh ejekan: "Menjadi murid memang harus dilakukan, tak bisakah kau mengirim surat permohonan jadi murid? Bodoh! Sungguh mirip ayah angkatmu itu, cerdik dalam urusan besar tapi ceroboh dalam hal sepele!"
Di sini, Kavhill menunjukkan senyuman aneh: "Soal jadi murid ini, lebih baik kau berhenti menolak... Jika kau menolak, mungkin aku akan kecewa dan 'tidak sengaja' mengungkit hal-hal yang seharusnya tak perlu dibicarakan."
Wajah Char pucat saat menyaksikan Kavhill melangkah gagah keluar ruangan.
Ketika hanya Char dan Si Menyedihkan yang tersisa, Char baru menghela napas lega. Keberanian yang dipaksakannya selama berhadapan dengan Kavhill langsung menguap. Tangannya gemetar, rasa lelah mendera, baju basah oleh keringat dingin!
"Sial... Setiap ketemu dia pasti bikin berkeringat dingin! Lain kali, langsung saja kupedang dia!" gerutu Char kesal.
Di benaknya, Dora tertawa sinis: "Berani kau lakukan... yang mati pasti kamu!"
Char: "......"
Meski tak puas, Char tak bisa membantah. Ejekan Dora memang pedas, tapi... sepertinya benar adanya!
Di sebelah, Si Menyedihkan sudah terduduk lesu di tanah. Setelah Kavhill pergi, Si Menyedihkan berkeringat deras, hatinya dipenuhi rasa panik dan keraguan, namun juga ada perasaan lega seperti selamat dari maut. Keadaannya bahkan lebih memprihatinkan daripada Char. Melihat kondisi Adeline, Char mengerutkan kening dan mendekat untuk membantunya bangun: "Ada apa? Sepertinya setiap melihat orang ini, kamu selalu ketakutan?"
Si Menyedihkan tertawa pahit, hanya bergumam samar: "Di Kota Kekaisaran, siapa yang tidak takut padanya?"
※※※
Dalam balutan malam, di jalan besar menuju arah Osgilia, sekelompok pasukan berkuda bergerak perlahan. Kecepatan sekitar seratus prajurit berkuda ini tidak terlalu tinggi, namun formasi mereka rapi dan khidmat. Dua puluh pasukan depan membentuk formasi pencarian ala militer, sedangkan pengawal di sayap kiri-kanan tetap teratur tanpa celah.
Dikelilingi oleh pasukan berkuda ini, di posisi tengah tepat, berdiri Adipati Minas tua dan putranya Roddy.
Kedua ayah-anak ini tidak menggunakan kereta kuda. Meski telah berusia lanjut, sang adipati tetap memegang teguh prinsipnya: Seorang tentara sejati tidak naik kereta.
Dia menunggangi kuda perang kelas atas, jubah tebalnya berkibar dalam angin malam. Roddy di sampingnya tampak gelisah, berkuda berdampingan dengan ayahnya. Karena rasa bersalah, matanya kerap mencuri pandang ke arah sang adipati.
Hari ini, setelah dipaksa oleh Adeline, dia terpaksa meminjamkan rumah rahasia keluarganya untuk pertemuan Adeline dan Char. Mana sangka ayahnya tiba-tiba datang di tengah malam? Rumah ini biasanya dilarang keras dimasuki orang luar oleh ayahnya. Tindakannya menyelinap hari ini pasti akan membuatnya dipukul habis-habisan jika ketahuan!
Benar saja, saat sedang berkuda, Adipati tua tiba-tiba mengubah ekspresi. Tali kekang ditariknya, kuda pun langsung berhenti! Teknik mengendalikan kuda tetap sempurna, membuktikan meski telah lama meninggalkan kemiliteran, keahlian menunggangnya tak pernah pudar.
Adipati Minas yang tiba-tiba berhenti langsung diikuti oleh Pengawal Besi keluarga. Seratus lebih kavaleri terlatih itu, meski berhenti mendadak, tetap mempertahankan formasi rapi tanpa kekacauan. Dengan cepat mereka membubarkan diri membentuk lingkaran pengamanan.
Sang Adipati tua hanya duduk di atas kuda, menatap langit berbintang. Di wajah keriputnya terpancar ekspresi rumit. Namun sepasang mata yang biasanya redup itu kini menyala tajam bagai pedang!
Adipati Minas termenung sejenak sebelum akhirnya menghela napas. Kepalanya diputar ke arah putranya yang terlihat bersalah, sambil mendengus pelan: "Roddy, kemarilah."
Rodi menghela napas dalam hati: Ini dia! Hatinya merintih, tapi ia tetap mengendarai kudanya mendekat perlahan. Dia tahu watak ayahnya—jika terlihat lemah dan memohon ampun, justru akan memancing kemarahan sang ayah. Lebih baik bersikap terbuka dan tegas agar sesuai dengan selera ayahnya, mungkin hukumannya bisa lebih ringan.
"Ayah!" Rodi duduk tegak di atas kuda, mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menatap mata Adipati tua itu. Suaranya berat: "Aku memang memenuhi permintaan teman malam ini... Aku bersalah. Hukuman apapun darimu akan kuterima! Takkan ada protes!"
Sang Adipati tersenyum tipis. Sorot matanya seolah menembus akting putranya, membuat Rodi merasa gugup. Sikap gagahnya tiba-tiba terlihat kacau, pandangannya mulai menghindar.
Setelah beberapa saat, Adipati Minas baru berbicara datar: "Kau tahu letak kesalahanmu?"
"Hah?" Rodi terdiam sejenak.
"Hmph." Adipati Minas menyeringai sinis, menatap tajam sang putra: "Kau pikir larianmu hari ini bisa disembunyikan dariku, orang tua ini? Permohonan Yang Mulia Adeline, kau pinjamkan kediaman untuknya berselingkuh... Hmph, kesalahan itu akan kuhitung nanti! Tapi kenapa kau langgar laranganku—tak pakai rumah lain, malah pakai yang ini?"
Roddy tertawa pahit: "Bukan karena... rumah ini tempatnya paling terpencil... Batuk, ayah, itu... aku..."
Adipati tua Minas mengerutkan kening, menatap putranya, berkata dingin: "Lelaki sejati, bertindak harus lurus hati! Aku tahu sejak kecil kau dekat dengan Adeline, dia meminta bantuanmu, kau tak tega menolak. Hmph! Kau putraku, masa aku tak tahu isi hatimu pada Adeline? Kalau kau suka dia, harusnya kau perjuangkan! Bukan berlagak seperti ini! Membantu dia berselingkuh, untuk apa? Pamer kemurahan hati? Konyol sekali! Hmph! Kau pikir dirimu ahli cinta? Tolol!"
Wajah Roddy memerah, namun tak bisa menahan amarah: "Ayah, aku bertindak lurus seperti ajaranmu! Adeline... di hatinya tak pernah ada rasa padaku, kalau sudah begitu, buat apa memaksa? Lebih baik aku memutuskan pikiranku sendiri dengan kejam!!"
Suara Roddy mulai bergetar emosi: "Aku putramu, lelaki Klan Minas! Dalam hidup ini, tugas utamaku membangun prestasi dan menegakkan bisnis! Nanti masa tidak akan ada pasangan yang baik!"
“……”Adipati Minas terdiam sejenak, memandangi putranya, akhirnya mengangguk perlahan: "Bisa berpikir seperti itu, tidak sepenuhnya salah. Hmm... Aku sejak awal tidak menyetujui hubunganmu dengan Adeline... Hmph, meskipun adikmu menikahi Putra Mahkota, saat itu situasi tidak memungkinkan aku menolak. Sekarang adikmu hidup dalam kesengsaraan, itu juga menjadi penyesalan terbesar dalam hatiku." Sang adipati tua menghela napas panjang, dalam desahannya terkandung rasa bersalah yang mendalam, "Pernikahan dengan keluarga kerajaan, meski terlihat megah, pada akhirnya tidak sesederhana itu! Apalagi, status Yang Mulia Adeline ini sangat kompleks. Posisinya dalam hati Sang Kaisar... Hmph! Aku khawatir jika kau benar-benar menjalin hubungan dengannya, itu mungkin bukan hal baik bagimu. Karena kau sendiri sudah sadar dan bersedia melepaskannya, itu yang terbaik!"
Wajah Rodi memerah, ia menggigit giginya kuat-kuat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sang adipati tua bergumam beberapa saat, melirik para pengawal di sekitarnya, tiba-tiba bertanya dengan suara berat: "Kutanyakan padamu... Hari ini kau bertemu dengan pemuda bernama Char itu, bagaimana pendapatmu tentang dia?"
Rodi jelas merasakan bahwa saat mengucapkan kalimat ini, ekspresi ayahnya sangat serius, seolah memberikan perhatian besar pada pria bernama Char itu?
“……” Rodi berpikir sejenak, akhirnya berkata perlahan: "Bisa menjadi pilar besar!"
"Oh?" Sang adipati tua tersenyum, senyumnya penuh makna tersembunyi sambil menatap mata putranya: "Baru sekali bertemu, sudah bisa memberikan penilaian seperti itu?"
Rody menarik napas dalam-dalam: "Belakangan ini dia sedang di puncak ketenaran, apresiasi Sang Kaisar padanya sudah menjadi rahasia umum. Saat aku menemuinya, dia tetap rendah hati tanpa kesombongan. Saat pergi... dia berkata: Tentara, tidak naik kendaraan! Hmph... Selama bertahun-tahun, aku sudah melihat banyak orang yang berpura-pura. Banyak yang awalnya masih menjaga image, tapi begitu sukses langsung lupa diri. Tapi pemuda ini benar-benar mempertahankan jiwa kesatriaannya, bukan sekadar akting. Di puncak ketenarannya sekarang, dia masih bisa mempertahankan integritas ini. Hanya dengan tekad kuat seseorang bisa tetap rendah hati di saat kesuksesan! Bisa melakukan ini sudah membuktikan dia tidak polos! Dengan dukungan Sang Kaisar, selama kemampuannya cukup dan punya tekad seperti ini, achievement pasti mudah diraih. Lagipula... menurutku kemampuannya tidak biasa! Meskipun soal mengalahkan Hasting, itu hanya lelucon. Tapi bisa selamat dari pertempuran melawan Hasting di medan perang saja sudah luar biasa. Apalagi, meski cerita mengalahkan Hasting itu palsu, tapi soal membunuh Pangeran Odin, memimpin pasukan bertahan di markas melawan pasukan Odin - hal-hal ini tidak mungkin semuanya bohong."
Sang Adipati tua mendengar ucapan putranya sambil termenung. Dia tetap tegar di atas kuda, meski angin dingin berdesir di padang terbuka. Wajahnya mulai pucat diterpa hawa dingin, tapi seolah tak menyadarinya. Setelah beberapa lama, tiba-tiba sorot mata sang adipati memancarkan kilatan tajam, seolah akhirnya memantapkan hati terhadap suatu kebimbangan yang selama ini mengganjal di benaknya.
"Roddy!" Dia menyipitkan mata, mengawasi putranya, kilatan tajam di matanya menyala-nyala: "Selama beberapa tahun ini, aku sengaja menahan promosimu. Meski Sang Kaisar berniat mempromosikanmu beberapa kali, semuanya kuhalangi. Aku tahu kau diam-diam menyimpan ketidakpuasan di hati. Niatku tak perlu kujelaskan, kelak kau akan mengerti sendiri."
Roddy terdiam sejenak, tak menyangka ayahnya tiba-tiba membahas hal ini di waktu dan situasi seperti ini. Ia menarik napas panjang, lalu berbisik: "Aku mengerti maksud ayah. Keluarga kita seperti pohon besar yang menarik angin. Pengaruh ayah di pasukan terlalu dominan. Jika aku naik terlalu cepat, malah akan undang malapetaka. Lebih baik tetap rendah hati..."
"Hmph, mulutmu bilang mengerti, tapi hatimu belum menerima." Adipati Minas menyela dengan senyuman sinis, tak peduli menyakiti perasaan: "Ucapanmu memang manis, logikanya benar. Tapi di lubuk hati, kau masih belum bisa menerima. Selama dua tahun ini, tingkah lakumu di Kota Kekaisaran semakin liar dan tak terkendali, seolah ingin menunjukkan sikap menyerah begitu saja. Sebagai anakku, kau sengaja berlagak seperti ini di hadapanku, mana mungkin aku tak tahu isi hatimu?" Setelah berkata demikian, sang adipati tua tersenyum hangat, matanya berbinar penuh kasih saat memandangi putranya.
Melihat senyuman ayah dan sorot mata yang penuh makna, Roddy tiba-tiba merasakan dadanya berdebar kencang: "Ayah... Apakah maksud perkataan ayah tadi... Apakah... Apakah ayah akhirnya... mengubah keputusan?"
“Besok kamu serahkan laporan ke markas besar... Aku transfer kamu ke perbatasan County Moore.” Adipati tua bergumam sejenak, lalu berkata datar: “Untuk sementara jadi Wakil Komandan Perlengkapan Militer. Karena kamu bilang anak itu bagus, pergilah jadi asistennya. Dalam tiga tahun, jika kamu berjasa, aku pasti akan mentransfermu ke tempat lain untuk berdiri sendiri.”
Hati Rodi dipenuhi sukacita!
Lahir di keluarga militer seperti ini, mana mungkin dia tidak tahu? Meski jabatan Komandan Perlengkapan Militer sebuah county tidak tinggi, kekuasaannya sangat besar! Meski hanya jadi wakil Char, dia adalah putra adipati - calon Adipati Minas di masa depan! Untuk jabatan kecil seperti komandan perlengkapan, tak perlu diperebutkan. Dengan latar belakang keluarganya, masa depannya pasti memimpin pasukan sendiri. Menjadi jenderal atau panglima hanyalah masalah waktu.
Lagipula daerah perbatasan adalah tempat terbaik bagi pria sejati membangun karier! Hubungan Kekaisaran dengan Odin tegang, bertahun-tahun ini perang besar-kecil terus terjadi. Bertugas tiga tahun di perbatasan, mana mungkin tidak ada pertempuran?
Nanti dengan beberapa jasa besar yang diraih, barulah pantas disebut lelaki sejati yang hidup di dunia!
Melihat ekspresi antusias putranya, Adipati Minas menghela nafas dalam hati: Semoga keputusanku ini tidak salah...
Dia berasal dari latar belakang tentara. Karena sudah bertekad, tidak ada lagi keraguan. Seketika itu dengan kuat menggelengkan kepala, menyingkirkan semua pikiran liar, tidak menghiraukan keraguan dalam hatinya. Dengan teriakan "Haaa!", mengangkat cambuk dan memacu kudanya melesat ke depan. Setelah berlari beberapa langkah, menoleh ke belakang sambil tersenyum ramah pada Rody: “Hei nak bodoh, masih belum menyusul juga?!”
Rody sangat gembira. Ayah selama bertahun-tahun ini semakin berwibawa, bahkan terhadap anak-anaknya sendiri jarang menunjukkan raut wajah lembut. Entah mengapa tiba-tiba hari ini begitu ramah padanya, namun janji ayah tadi lah yang paling membahagiakan hatinya. Dalam suasana hati yang begitu baik, Rody pun mencambuk kudanya mengejar di padang terbuka ini. Pada momen ini, kalau saja ayah yang tegas tidak berada di sekelilingnya, hampir saja ia ingin berteriak untuk meluapkan kegembiraan di hatinya.
