Di musim semi ini, waktunya para petani sibuk menggarap lahan pertanian. Di antara pematang sawah, terlihat gadis-gadis desa berpipi kemerahan membawa keranjang makanan untuk keluarga mereka. Keempat penunggang kuda yang melintas perlahan tak bisa menahan diri memperlambat langkah. Sharba si banteng kasar ini bahkan mulai bersiul ala tentara kepada para gadis di sawah, persis seperti kebiasaannya dulu di ketentaraan.
Char tertawa terbahak: "Dasar banteng kesepian! Nanti kalau gajian, simpan baik-baik. Jangan habiskan di Jalan Rias untuk pelacur-pelacur itu!"
Sharba menggelengkan kepalanya dengan santai: "Kami prajurit hidup di ujung pedang. Delapan sampai sembilan bulan per tahun berperang. Kapan saja panah licik di medan perang bisa memanggil kita ke alam baka. Mana ada gadis baik mau menikahi orang kayak kita?"
Wajah bengisnya tiba-tiba muram: "Lagipula, meski ada gadis yang kita suka, tak tega membuatnya menderita. Menunggu di rumah tiap hari dengan cemas, khawatir yang datang bukan suaminya tapi kurir pembawa kabar buruk... Lihat saja nasib Yulia..."
Mengenang teman yang gugur dalam pertempuran, ekspresi Char menjadi muram. Ia menghela napas, memandangi pria sekeras banteng ini. Saat ini, penampilan Sharba tidak seperti biasanya yang linglung. Sorot matanya menyiratkan kekecewaan samar. Char bertanya pelan: "Hei Banteng, kau sepertinya..."
Sharba tertawa pahit. Tatapannya melayang ke kejauhan di mana beberapa perempuan muda petani berjalan di pematang sawah. Salah satunya memiliki postur tinggi menjulang. Perempuan itu mengenakan rok kasar dengan kain kepala bermotif kotak-kotak. Sepanjang jalan, para perempuan berpipi merah itu menunjuk-nunjuk keempat orang berbaju mewah yang lewat, penuh rasa ingin tahu diselingi suara tawa ceria.
Sharba menghela napas panjang. Ia menarik kembali pandangannya, wajahnya sempat mengerut kesakitan sebelum akhirnya berbisik: "Di kampung halamanku, ada seorang gadis bernama Lona. Dulu, kalau saja aku tidak kabur untuk masuk tentara... mungkin sekarang aku sudah menikahinya. Mungkin bahkan sudah punya anak yang bisa merangkak-rangkak."
Char tertegun sejenak, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak menghibur: "Jangan bersikap seperti perempuan! Sekarang kita sudah sampai di County Moore, sepertinya tidak akan ada pertempuran besar. Nanti kucarikan tugas enak untukmu. Kumpulkan uang, pulanglah dan nikahi gadis bernama Lona itu! Aku akan mengadakan pernikahan megah untukmu!"
Dia awalnya mengira ini bisa menenangkan Sharba, tapi si banteng ini menggelengkan kepala dengan ekspresi dingin: "Tak usah... Dua tahun lalu saat aku pulang menjenguk keluarga, dia sudah menikah dengan orang lain."
Char terdiam, memandangi pria sejati yang biasanya lancang dan tanpa beban ini, tiba-tiba tak tahu kata-kata apa yang bisa menghiburnya. Diam-diam ia menghela napas.
Begitu memasuki County Moore, kecepatan perjalanan para hadirin agak melambat. Terutama Char yang dulu saat pergi ke selatan tak terlalu memperhatikan pemandangan sekitar. Kini kembali, melihat desa-desa dan lahan pertanian yang akan menjadi wilayah kekuasaannya, tanpa sadar ia mulai memerhatikan lebih detail. Setelah beberapa waktu di pasukan, kebiasaan militer sudah melekat. Apalagi jabatan barunya sebagai Komandan Perlengkapan Militer membuatnya terus menganalisis medan: Di sini bisa dirikan kamp, sana cocok untuk posisi bertahan, lokasi itu medannya curam...
Lagipula, perasaan "mengamati wilayah sendiri" semakin kuat. Melihat County Moore yang makmur, andai bukan karena letaknya di perbatasan, daerah dengan kapasitas produksi sebesar ini pasti sudah direbut para faksi warlord.
Sepanjang perjalanan, Char semakin tak bisa menyembunyikan rasa puas dirinya. Senyum sumringah dan gumaman kagum terus terlepas dari mulutnya.
Hanya ucapan seperti "wilayah kekuasaanku" yang diabaikan oleh tiga teman di sebelahnya. Sebenarnya perkataan ini agak tidak pantas, mengingat tempat ini adalah milik Kekaisaran, lagipula Char hanya menjabat sebagai Komandan Perlengkapan Militer. Meski memimpin urusan militer di satu county, namun kepala pemerintahan bukanlah dia. Kekaisaran telah menunjuk Administrator Magistrat County terpisah di sini. Hanya saja melihat emosi Char yang sedang tinggi, ketiga orang di sampingnya memilih tidak merusak suasana hatinya.
Melewati sebuah desa yang masih menerapkan sistem prajurit-petani warisan Kekaisaran selama ratusan tahun. Di pintu masuk desa terdapat lapangan tanah yang mungkin digunakan untuk latihan tentara-petani saat musim sepi. Ketika melintasi desa, Char akhirnya menunjukkan identitasnya. Leader pos pasukan desa langsung bersikap sangat hormat. Namun ketika Char meminta kuda perang, sang Leader tampak keberatan: Di desa kecil ini hanya ada kuda pengangkut yang lamban untuk membajak sawah, sama sekali tidak ada kuda perang.
Char pertama kali menjabat sebagai pejabat besar seperti ini, secara alami muncul sedikit keangkuhan kekanak-kanakan yang tak tertahan. Ia pun pergi menyaksikan latihan tentara-petani di desa——padahal di musim semi ini, warga desa sedang sibuk bertani, mana mungkin ada latihan? Lagipula sistem tentara-petani Kekaisaran yang telah berjalan ratus tahun sudah mendekati kehancuran. Banyak daerah tinggal namanya saja. Latihan tentara-petani di desa ini mungkin tak sampai tujuh delapan kali setahun. Sebagian besar "tentara-petani" itu cuma diberi tombak, lalu berbaris berantakan di lapangan sekolah sambil berlari beberapa putaran. Untuk menghadapi inspeksi tahunan atasan, mereka cuma memilih beberapa orang berotot, mengeluarkan beberapa set baju zirah kulit yang masih layak dari gudang pos tentara desa, lalu berpose di depan perwira pengawas sambil berteriak-teriak seadanya.
Tiba-tiba Komandan Perlengkapan Militer baru ini ingin "mengadakan inspeksi", membuat Leader pos tentara desa gemetar ketakutan. Tapi melihat sang bos besar begitu bersemangat, ia tak berani menolak. Dengan nekat ia menyuruh orang mengumpulkan tentara-petani. Sayangnya, orang yang disuruh itu harus berlari ke seluruh lahan pertanian sekitar desa, akhirnya hanya berhasil membawa pulang tujuh belas delapan belas orang dengan susah payah.
Melihat para petani yang mengenakan pemekaan kasar dari lahan pertanian, bahkan ada yang membawa alat pertanian seperti pagar dan cangkul, kaki penuh lumpur, berantakan berdiri sembarangan di lapangan, Char yang berdiri di samping langsung mengerutkan keningnya.
Terbiasa dengan pasukan elit seperti Resimen Kavaleri Rodria, bahkan pasukan yang pernah dilihat sebelumnya pun merupakan Korps Reguler Pusat, dalam hatinya terselip ilusi praduga bahwa tentara Bizantium seharusnya tampak seperti itu. Tapi menyaksikan gerombolan kaki berlumpur yang berantakan ini, hatinya dipenuhi kekecewaan besar.
Orang-orang di depannya tidak hanya berbaris kacau, tapi usianya pun beragam dari tua sampai muda. Yang tua mungkin cukup umur untuk jadi ayah Char, sementara beberapa yang muda - dari wajah mentah mereka jelas belum dewasa (Belakangan diketahui, karena perintah mobilisasi Leader Pasukan Garnisun, beberapa keluarga enggan mengirim tenaga kerja produktif agar tidak mengganggu pekerjaan pertanian, akhirnya mengirim anak muda yang belum bisa bekerja ke sawah sebagai pengganti.)
Leader Pasukan Garnisun itu juga menghela napas dalam hati, keningnya berkeringat, dengan nekat berdiri di hadapan Char: "Tuan, ini... ini dia..."
Char menggeleng, ekspresi tak puas: "Berapa jumlah di sini?"
"Uh... Tujuh Belas... Delapan Belas orang." Leader Pasukan Garnisun mengusap keringatnya.
"Hmph, kamu menganggapku muda, tidak mengerti sistem militer?" Char menggelengkan kepala, wajahnya gelap berkata: "Sistem tentara-petani Kekaisaran, desamu ini minimal punya seratus keluarga. Menurut standar satu orang diambil dari dua keluarga, seharusnya ada tim infanteri penuh di sini, yaitu lima puluh orang. Kenapa yang berdiri di sini cuma segini?"
"Ini... Tuan, sekarang musim bertani, sebagian besar keluarga sedang pergi bekerja, pemberitahuan tidak sampai secepatnya..."
Char mengangguk. Setelah berpikir sejenak, wajahnya berubah menjadi tersenyum ramah memandang komandan pasukan: "Baik, aku bukan tuan rumah yang suka mencari-cari kesalahan. Aku paham kesulitan rakyat biasa. Hmm, kutanya saja, berapa sebenarnya jumlah tentara-petani terdaftar di desamu ini?"
Saat mengatakan ini, ekspresi Char berubah serius: "Bicara jujur!"
Komandan pasukan itu ragu-ragu. Meski enggan, karena lawan ada di depan mata, jika sampai diperiksa di desa, kebohongan akan langsung terbongkar. Akhirnya dia mengatupkan gigi: "Total... total tiga puluh tiga orang."
"Hmm, berarti kurang sepertiga." Char mengerutkan kening: "Populasi desamu cukup, kenapa tidak memenuhi kuota?"
Sang Leader Pasukan Garnisun ini merasa sangat tidak senang di hati, menggerutu dalam hati sebentar, namun ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa hormat, dengan hati-hati menjawab: "Dewasa, sistem tentara-petani memang tidak pernah ketat. Enam tahun lalu saat saya mengambil alih posisi Leader Pasukan Garnisun di sini, masa jabatan saya masih tergolong baik. Jika dibandingkan pendahulu saya, mungkin jumlah personil bahkan tidak mencapai setengah dari kuota penuh. Baru-baru ini karena perang dengan orang Odin, markas besar wilayah operasi berada di County Moore kami, baru terburu-buru merekrut sekelompok tentara-petani untuk memenuhi kuota. Makanya jumlahnya jadi bertambah banyak. Kalau tahun-tahun sebelumnya..."
"Aku mengerti." Char mengangguk, raut wajaknya tidak terlihat marah atau senang, hanya berkata santai: "Apakah desa-desa lain di sekitar sini juga seperti ini?"
Leader Pasukan Garnisun segera menepuk dadanya, bersuara lantang: "Dewasa, saya tidak berani membual. Saya ini kan veteran yang berasal dari korps reguler. Jadi pasukan garnisun di daerah saya ini, dalam radius tujuh delapan desa sekitar, dianggap yang terbaik. Setidaknya saat memilih tentara-petani saya pilih yang berotot dan bugar. Di beberapa tempat, bahkan orang tua tujuh puluh delapan puluh tahun pun didorong keluar untuk mengisi kuota."
"Oh? Veteran?" Char tersenyum, memandangi Leader Pasukan Garnisun ini: "Dulu kamu dari divisi mana?"
"Divisi Keenam!" Leader Pasukan Garnisun membusungkan dada: "Enam tahun lalu pensiun, kampung halaman asli di sini. Setelah menerima uang pesangon dan pulang, saya langsung diangkat menjadi Leader Pasukan Garnisun di sini..."
“Oh, mantan bawahan Jenderal Ruhl.” Wajah Char menjadi lebih ramah. Karena mereka adalah mantan pasukan Jenderal Kelinci, hatinya langsung beroleh tiga poin simpati. Ia mengangkat tangan sambil tersenyum, "Baiklah, suruh semua orang bubar. Aku cuma iseng melihat-lihat, tidak ada urusan penting."
Para tentara-petani di bawah segera membubarkan diri dengan gempar. Meski tidak berani menggerutu di hadapan Char, begitu bubar, banyak yang kesal. Sebagian awalnya sedang sibuk di rumah, terpaksa datang karena dipanggil inspeksi mendadak. Melihat "tuan muda" ini hanya bicara dua patah kata lalu membubarkan mereka tanpa memeriksa, beberapa mulai mengumpat dengan kasar dalam logat daerah, baru kemudian berlarian pergi.
Sang Leader pasukan penjaga mendengar umpatan itu. Wajahnya gelisah. Dalam hati ia menghela napas: Syukurlah komandan baru ini belum paham bahasa daerah sini...
Namun dia tidak tahu, Char tumbuh di Wildfire Town yang tidak jauh dari County Moore, jadi dia bisa sedikit memahami logat daerah sini. Umpatan kasar dari bawah terdengar jelas di telinganya, tapi dia sengaja berpura-pura tidak mengerti dan tidak membongkar kepura-puraannya. Berasal dari lapisan terbawah, dia sangat memahami pikiran orang-orang akar rumput ini. Char tahu, seandainya posisinya ditukar - sedang sibuk bekerja lalu dipaksa datang hanya untuk diusir lagi - pasti juga akan kesal. Mengumpat sekali dua kali hal yang wajar, jadi dia tidak marah.
Hanya saja... Sistem prajurit-petani ini ternyata sudah hancur sampai tingkat seperti ini, membuat semangat Char yang awalnya berkobar-kobar saat baru menjabat langsung berkurang tiga poin.
Meski tidak punya gambaran jelas dalam benak, pengalaman hidupnya secara tak langsung mempengaruhi ekspektasinya. Dia hanya pernah melihat di Resimen Kavaleri Rodria, wibawa Jenderal Adrik begitu agung hingga setiap perintah ditaati tanpa syarat. Seluruh korps sekuat baja! Meski si gemuk Ruhr terkesan kocak, Divisi Keenam yang dipimpinnya bergerak lincah bagai angin. Ruhr sangat dicintai pasukan, satu teriakannya langsung disambut seribu sahutan.
Gambaran para komandan ini melekat di benaknya, secara alami menumbuhkan harapan. Saat akhirnya bisa berdiri sendiri, dia ingin memimpin pasukan elit seperti kedua orang itu - baru bisa disebut gagah. Tapi melihat kenyataan sekarang...
Xia Ya segera menekan ketidaksenangan di hatinya, sambil melirik gudang pos penjagaan. Gudang itu hanyalah dua ruangan kayu reyot, bocor angin di musim dingin dan bocor hujan di musim panas. Dindingnya hanya dilapisi lumpur, dan karena cuaca kering belakangan ini, retakan langsung muncul. Begitu berdiri di dalam, angin langsung menyusup lewat celah-celah dinding dengan suara "swiiing".
Gudang ini kosong sampai-sampai tikus pun bisa berlarian — memang bersih, jelas sudah ada orang yang menguasainya untuk dihuni. Adapun senjata yang seharusnya disimpan di sini menurut hukum militer...
Di sudut gudang tergeletak beberapa tombak rusak dan tiga perisai yang sudah berkarat. Bantalan kayu di dalamnya hampir busuk seluruhnya. Soal panah... Setelah mencari lama, Xia Ya hanya menemukan satu anak panah di balik pintu — ternyata dipakai sebagai palang pintu.
"Cuma ini?!" Wajah Xia Ya semakin muram. Ia menatap Leader pos penjagaan dengan muka masam: "Jumlah personel kurang karena musim panen, aku terima alasanmu. Latihan tidak memadai karena disiplin militer kacau, itu bukan tanggung jawabmu seorang. Tapi... KEMANA PERGI NYA SENJATA DI GUDANG INI?! Apa mereka bersayap lalu terbang?! Atau kau menyelundupkannya untuk dijual, merampok kantong sendiri?!"
Jangan salah paham, si kampungan ini bukan benar-benar punya rasa tanggung jawab. Hanya saja, sejak diangkat sebagai pemimpin militer County, semua gudang senjata di wilayahnya ia anggap sebagai kekasih gelap pribadi!
Sial! Ternyata ada yang berani korupsi barang milik sendiri?! Dasar... Aku sendiri belum sempat korupsi!! Sungguh keterlaluan!
Meski Char marah, Kapten Garnisun itu justru lebih merasa terdzalimi. Dengan suara memelas ia membela diri: "Tuan! Jangan tuduh saya sembarangan! Selama enam tahun menjabat kapten garnisun di sini, saya tak pernah mencuri sepeser pun dari gudang! Gudang persenjataan ini kosong, Tuan harusnya bertanya ke Departemen Logistik County, bukan ke saya! Setiap tahun saya laporkan kerusakan dan minta pengisian ulang, tapi tahun demi tahun, kapan ada yang memperhatikan kami? Barang yang Tuan lihat ini pun hanya barang rongsokan yang mereka kirim tahun lalu saat perang melawan Odin, itu pun setelah didesak berkali-kali!"
Sambil berkata, Kapten Garnisun menunjuk bajunya yang penuh tambalan: "Kalau benar saya korupsi, masak saya sampai hidup mengenaskan begini?"
Matanya memerah menahan emosi: "Saat pertama kali saya bertugas di sini, gudang cuma berisi seikat anak panah kayu yang sudah lapuk, plus dua tombak pendek berkarat! Sekarang isi gudang malah lebih banyak daripada saat saya mulai bertugas, ini sudah ajaib! Coba Tuan periksa tempat lain, mana ada gudang yang lebih lengkap dari sini? Kalau ada, kepala saya rela dipenggal untuk dijadikan bola sepak!"
Setelah mengucapkan itu, temperamennya langsung meledak. Ia menarik-narik bajunya hingga memperlihatkan dada yang masih ada bekas luka, lalu berseru lantang: "Aku juga pernah bertugas di Divisi Keenam Kekaisaran! Yang paling kubenci adalah para tikus korup yang menggelapkan persenjataan! Dulu pernah berperang melawan orang Odin, terluka, bahkan memenggal kepala musuh dengan tanganku sendiri! Jika Tuan anggap aku tidak becus, pecat saja! Jabatan komandan pasukan pengawas yang menyebalkan ini sudah lama ingin kutinggalkan! Setiap tahun mengurus daftar nama, mendesak para pemuda dari rumah ke rumah untuk bergabung ke militer, entah berapa kali aku mendapat tatapan hina!"
Emosi pria ini benar-benar mencerminkan mantan prajurit Divisi Keenam. Wajahnya memerah padahal sedang berhadapan dengan Char, atasannya langsung, namun sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Bahkan ludahnya nyaris mengenai wajah Char.
Char mengerutkan kening sambil menatap mata lawan bicaranya, bergumam berat: "Kau benar-benar tidak korupsi?"
"Aku bersumpah dengan nyawaku! Jika ada satu baris pun kebohongan dari mulutku, biarlah aku mati mengenaskan, bahkan setelah mati buah zakarku digigit anjing Odin!"
Char mengamati pria itu beberapa saat, memastikan bahwa ia tampak tidak berbohong, lalu mengangguk: "Baik, aku salah menuduh. Masalah ini akan kuselidiki sampai tuntas. Akan kuperintahkan bagian logistik untuk melengkapi kekurangan dan mengirimkannya padamu."
“Komandan garnisun ini mendengar, dalam hati tidak setuju. Dia berpikir, para tuan pejabat ini hanya pandai berkoar. Laozi sudah bekerja di sini selama enam tahun, janji-janji seperti ini sudah kudengar ratusan kali. Pernahkah satu pun terealisasi?”
“Karena tidak percaya, orang kasar desa ini pun tak bisa menyembunyikan ekspresinya. Melihat itu, Xia Ya mengerutkan kening: 'Apa, kau tidak percaya ucapanku? Aku adalah Kepala Persenjataan County, perintah resmiku pasti asli!'”
“Komandan garnisun itu memandang Xia Ya, ragu sejenak, lalu menutup mulutnya.”
“Xia Ya yang berkarakter blak-blakan semakin penasaran melihat lawan bicaranya berbasa-basi: 'Apa sebenarnya keraguanmu? Katakan saja!'”
“Sambil membusungkan dada, ia berteriak: 'Bupa kukatakan! Laozi berasal dari Divisi Ketiga Belas! Dulunya pengawal pribadi Jenderal Adrik! Orang-orang Korps Rodria kami, masa kau tidak percaya? Jenderal Ruhr dari Divisi Keenammu adalah teman dekatku!'”
“Komandan itu akhirnya meragu, ekspresinya kini lebih hormat dengan sorot mata tulus: 'Tuan... Bila Tuan benar lulusan Divisi Ketiga Belas, tentu Tuan seorang pahlawan. Terus terang saja: aku percaya niat Tuan tulus. Tapi soal distribusi persenjataan... Menurutku, sulit!'”
“'Yi?' Xia Ya mengerutkan dahi: 'Aku Komandan Perlengkapan Militer. Ini semua dalam otoritasku. Apa sulitnya?'”
“Dewasa, County Moore total memiliki empat kota, enam kota kecil, dan dua puluh satu desa. Selain pasukan penjaga lokal yang ditempatkan di kota-kota yang masih terlihat seperti pasukan sejati, meskipun gudang persenjataan mereka juga mengalami defisit, setidaknya pintu masuknya masih layak... Tapi di pos-pos tentara-petani di desa dan kota kecil lain, gudangnya... Hehe! Semua sama seperti di sini, kosong sampai tikus pun bisa lari di dalamnya.” Komandan pasukan penjaga ini tertawa pahit: “Mengirim peralatan ke tempatku ini mudah, tapi begitu dibuka celah, jika di sini dikirim, apakah Tuan akan menutupi kekurangan gudang di tempat lain? Jika semua harus dilengkapi... Hehe, jumlah tentara-petani terdaftar di seluruh county secara administratif mencapai enam tujuh ribu orang. Jika mengeluarkan persenjataan untuk enam tujuh ribu orang sekaligus, biayanya mungkin bahkan setahun anggaran militer seluruh county tidak akan cukup.”
Setelah jeda, komandan pasukan penjaga itu melihat wajah muram Char, melanjutkan: “Setelah senjata dikirim, tentu harus melatih mereka semua. Jika sudah melatih, berarti harus merombak orang-orang kampungan ini dengan serius. Dewasa, Tuan pernah berdinas di militer. Saat melatih pasukan, pasti butuh uang! Makan, pakaian, perlengkapan, tempat tinggal – semuanya butuh uang!”
Dia berbisik sambil tertawa, "Aku sendiri pernah menghitung bosan. Jika benar-benar ingin menutupi semua lubang ini, menurut perhitungan tiga koin perak per kepala manusia untuk persenjataan... Satu set baju zirah kulit yang pas-pasan, ditambah tombak dan perisai, serta seragam militer, biaya makan untuk enam tujuh ribu orang—pasti butuh tiga empat ribu koin emas. Tapi kudengar, anggaran militer County Moore setahun hanya dua ribu koin emas. Bahkan dua ribu itu masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pasukan penjaga di berbagai daerah, mana ada sisa untuk kami para tentara-petani?"
Char terbelalak.
Tiga orang yang selalu mengikuti Char: Duoduo Luo si awam militer tak berkomentar, Sharba yang berwatak kasar juga tak paham urusan ini. Philip yang telah lama mendengarkan di samping tiba-tiba tersenyum, "Leader Char, perhitungan kapten ini masuk akal, tapi cara hitungnya salah."
"Oh? Kau bilang hitunganku salah? Coba kau hitung!" Kapten pasukan ini mengencangkan lehernya sambil melotot.
"Hmph, hitunganmu benar, tapi sebenarnya pengeluaran tak sebesar itu." Philip yang pernah memimpin ratusan prajurit memang berpengalaman dalam mengatur logistik pasukan.
"Sebenarnya dalam anggaran ini, senjata zirah adalah komponen terbesar, tapi... perlengkapan tempur ini merupakan investasi sekali pakai. Setelah dilengkapi, satu set senjata bisa bertahan 3-5 tahun tanpa perlu diganti asal dilakukan perawatan rutin untuk latihan sehari-hari." Philip berbicara perlahan: "Jadi pengeluaran tahunan sesungguhnya hanya untuk konsumsi prajurit. Tentara-petani tidak perlu digaji, cukup diberi makan. Dengan menyelesaikan masalah persenjataan, pengeluaran tahunan berikutnya sebenarnya tidak besar."
"Masuk akal." Char tertawa pahit: "Aku juga tahu. Tapi bahkan untuk pengeluaran sekali ini tetap butuh dana. Anggaran militer county ini setiap tahun hampir tidak ada surplus. Mengeluarkan ribuan koin emas sekaligus... Aku rasa sulit!"
Dalam hatinya tersimpan kalimat yang tak terucapkan: Kecuali Sang Master sendiri yang merogoh kocek.
Tapi si kampungan ini takkan pernah mengungkapkannya. Menjadi pejabat saja sudah cukup menyiksanya tanpa melakukan korupsi, apalagi harus mengeluarkan uang pribadi untuk kepentingan umum? Jangan main-main! Si pelit ini takkan rela!
"Ha, tidak terlalu sulit." Philip melanjutkan tenang: "Urusan tidak perlu diselesaikan sekaligus. Karena Tuan punya niat, kita bisa bertahap. Pertama lihat sisa anggaran militer, lalu pilih pasukan-petani terbaik untuk dilengkapi perlahan. Lagipula saat ini tidak ada perang, tahun ini sedikit, tahun depan sedikit."
Char diam membisu, tidak memberikan tanggapan.
Setelah itu, para hadirin kembali ke lapangan sekolah. Komandan pasukan garnisun mengirim orang untuk membawa kuda-kuda Xia Ya dan kawanannya yang sudah diberi pakan. Xia Ya berpamitan dengan komandan ini tanpa banyak bicara, langsung naik ke atas kuda dan meninggalkan desa bersama rombongan menuju utara.
Setelah kepergian Xia Ya dkk, sang komandan menatap siluet yang menjauh sambil menghela napas: "Sayang... Bicara manis tapi ternyata cuma Raja omong kosong yang penuh angin. Lebih baik aku kembali melakukan tugasku. Aduh, hari ini aku benar-benar dirasuki energi jahat, sampai tak sengaja bicara terlalu blak-blakan!"
※※※
Sepanjang perjalanan meninggalkan desa, Duoduo Luo dan dua lainnya menyadari suasana hati Xia Ya yang buruk, namun tak tahu harus menghiburnya dengan kata-kata apa.
Xia Ya sendiri terus memikirkan sesuatu dengan kepala tertunduk di atas kuda. Setelah berlari hampir setengah hari, tiba-tiba dia menarik tali kekang dan berhenti tepat di tengah jalan. Tiga orang di sampingnya yang tak menyangka ini langsung terpental beberapa meter, buru-buru mengendalikan kuda dan berputar kembali mendekatinya.
"Uh... Tuan Xia Ya, Anda..." Duoduo Luo mencoba bertanya dengan hati-hati.
"……" Xia Ya dengan ekspresi aneh, matanya berkedip-kedip seolah akhirnya memutuskan sesuatu. Ia menatap ketiga orang itu dan ragu sejenak: "Perhitungan ini, menurutku terlalu merugi! Para tentara-petani itu, meski sudah diberi senjata, apa gunanya? Kalian juga lihat sendiri, mereka cuma orang-orang kampungan - tua renta dan anak kecil. Bagaimana mungkin petani yang baru meletakkan cangkul bisa jadi prajurit andal? Meski kukerahkan senjata, sistem prajurit-petani di sini sudah hancur. Persenjataan yang kukirim hanya akan membusuk di gudang, atau bahkan dikorupsi dan dijual oleh oknum nakal untuk mencari untung!"
"……" Ketiganya saling pandang bingung, tak paham maksud Xia Ya.
Si Kampungan akhirnya mengangkat kepala dengan wajah misterius: "Bagaimana kalau kita hapus saja sistem prajurit-petani di County Moore ini?"
