Kembali ke Wildfire Town, kali ini Char benar-benar pulang membawa kejayaan. Dulu yang pergi dari sini adalah seorang anak liar tanpa sepeser pun, membawa kapak berkarat. Kini Char mengenakan pakaian mewah, sepatu kulit rusa kelas atas, kuda perang terbaik, bahkan telah menjadi bangsawan muda Kekaisaran Bizantium, penguasa wilayah yang memimpin pasukan di sebuah county.
Setelah menginap di penginapan Wildfire Town, hal pertama yang dilakukannya adalah menyuruh pelayan menyiapkan beberapa tong air dan memaksa Tian Gong mandi—bau amisnya yang menyengat bisa membuat orang terjengkang dari jarak beberapa langkah, bahkan Char pun tidak tahan.
Setelah kenyang dan bersih, Tian Gong mengenakan baju baru pemberian Char. Meski berwajah buruk rupa, sorot matanya telah kembali berkilau, memulihkan kegarangan yang pernah membuatnya berani melawan Hasting dulu.
Namun begitu Tian Gong memulihkan semangatnya, ia langsung mengejar Char tak henti-hentinya, intinya memaksa Char untuk membawanya mencari Oakes.
Bicara soal Oakes, Char pun merasa agak bersalah - setelah pergi dari rumah terakhir kali, secara kebetulan ia masuk dinas militer ke dalam Pasukan Kavaleri Roderia, lalu mengalami perang antara orang Odin dan Bizantium, mengumpulkan jasa militer. Di dalam tentara Kekaisaran Bizantium ini karirnya berkembang pesat, bahkan kemudian secara tak terduga berhasil menjadi bangsawan Baron, bahkan menjabat sebagai pejabat tinggi lokal Bizantium. Meski sebelumnya tak punya rasa memiliki terhadap negara Bizantium, tapi sekarang mentalnya sudah jauh berbeda, dalam hatinya mulai tumbuh sedikit rasa simpati. Melihat dirinya semakin sukses dalam sistem resmi Bizantium, perlahan ia memantapkan niat untuk terus mengabdi di Kekaisaran Bizantium.
Sedangkan Oakes... Putri Peri Goblin yang malang itu ditinggalkannya di rumah siput di kampung halaman di gunung untuk merawat kuda. Setelah Char meninggalkan rumah, kini hampir setahun berlalu. Seringkali ia hampir melupakan pelayan goblin yang ditinggal menjaga rumah di gunung itu.
Lagipula... dengan kesetiaan yang tidak bisa diandalkan dari goblin itu, setelah ditinggal hampir setahun, mungkin Oakes sudah kabur. Sekarang kembali, besar kemungkinan yang menunggu hanyalah rumah bobrok kosong yang terombang-ambing.
Char frustasi, akhirnya terpaksa menyetujui Tian Gong, tapi tetap menambahkan: "Aku hanya bertanggung jawab membawamu menemukan Oakes. Tapi kalau dia tidak mau ikut denganmu, kau tidak boleh memaksa. Bagaimana juga sekarang dia pelayanku. Kalau berani memaksanya, aku tidak akan diam!"
Tian Gong melotot dengan matanya yang kecil: "Pelayan? Bukan!! Oakes, istri, milikku!"
Char hanya tersenyum tanpa bicara. Tian Gong melototinya beberapa saat, akhirnya menyadari tidak ada jalan lain. Ia menghela napas dengan wajah menderita: "Suo Suo, tebusanmu, kubayar! Tebusan, Suo Suo, menukar, Oakes!"
Menebus diri? Char tertawa dalam hati. Kalau kau bisa bayar, Laozi juga tidak keberatan menukar Oakes si goblin yang cuma bisa makan ini. Tapi sepertinya Oakes sendiri tidak mau. Sudah beberapa lama ikutku, Laozi malu kalau harus membuangnya untuk dijual.
"Emas! Banyak! Emas! Tukar! Istri!!" Melihat Char hanya tertawa seram tanpa jawab, Tian Gong mengepal gigi: "Emas, banyak!"
Char memandang Tuan Goblin itu dengan sinis: "Kau pikir aku tidak tahu keadaan goblin? Kalian miskin seperti gelandangan. Meskipun kau tuan suku, tidak mungkin punya banyak kekayaan. Emas? Aku tidak percaya."
Tian Gong panik: "Emas, aku punya! Hutan! Timur! Zaku!"
Begitu mendengar Zaku, bukan hanya Char, bahkan mata Duoduo Luo pun bersinar.
“Orang Zhaku?” Char bergumam sebentar: “Kabarnya orang Zhaku memang menguasai tambang emas tertentu, tapi bagaimana kau bisa mendapatkan emas mereka?”
Tian Gong gelisah, keringat mengucur deras di kepalanya. Kemampuannya dalam bahasa manusia tidak terlalu baik, ia menggerakkan tangan dan kaki sambil berusaha menjelaskan selama setengah hari baru bisa menyampaikan alasan yang jelas.
Ternyata sebagai Tuan Goblin yang termasyhur di Padang Merah, suku Tian Gong termasuk salah satu yang terkuat berkat keberaniannya dalam pertempuran. Ras goblin sama sekali tidak memiliki rasa persatuan, bahkan anggota sukunya sendiri hanya memiliki rasa hormat terhadap tuannya ini, bukan kesetiaan sejati. Suku yang besar tentu membutuhkan pasokan makanan untuk banyak anggota. Jika seorang tuan tidak bisa memimpin rakyatnya bertahan hidup, para goblin akan memberontak - tak peduli sehebat apa nama "Tian Gong"-mu, tak peduli statusmu sebagai tuan atau pemimpin, mereka tetap akan merebus dan memakanmu.
Goblin yang kecerdasannya rendah dan tidak terorganisir selama bertahun-tahun memang tidak punya bakat mengelola. Setiap kali suku berkembang besar, tanah tandus di Padang Merah justru tidak mampu menopang populasi yang membengkak. Akibatnya, kerap terjadi perpecahan internal. Inilah sebabnya di Padang Merah tak pernah muncul kerajaan goblin sejati - setiap suku yang membesar akhirnya hancur karena konflik internal. Selain sifat dasar goblin yang tidak bersatu, faktor lain adalah keterbatasan kecerdasan mereka dalam mengelola sumber daya.
Namun suku Tian Gong adalah pengecualian. Selain keahlian bertarung pribadinya yang dijuluki prajurit terkuat di antara para goblin, anggota sukunya juga menghormati dan tunduk padanya. Ada alasan khusus lain yang membuat suku ini berhasil mengatasi masalah persediaan makanan.
Wilayah suku yang dikuasainya terletak di bagian barat laut Padang Merah, menempati daerah tepi sungai yang relatif subur. Selain itu, mereka juga memiliki hutan kecil - inilah bagian yang paling menarik! Meski tidak luas, hutan tersebut memiliki mata air alami.
Mata air itu mengalir tak henti sepanjang tahun, bahkan di musim dingin yang membeku pun tidak pernah mengering. Sayangnya bagi para goblin, mata air itu sendiri tidak berguna - airnya terasa pahit dan tidak layak diminum, mungkin berasal dari air tanah yang mengandung mineral bawah tanah tertentu. Rasa pahitnya bukan hanya tidak bisa ditahan oleh para goblin, bahkan ternak sapi dan kambing yang mereka tangkap pun menolak meminumnya.
Segala sesuatu di alam semesta memiliki keajaibannya sendiri. Meski air pahit di tengah hutan itu tak bisa dikonsumsi, justru menyuburkan tanah di sekitarnya sehingga menumbuhkan tanaman unik yang tidak ditemukan di tempat lain.
Menurut penjelasan Tian Gong, di sekitar mata air pusat hutan yang dikuasainya tumbuh pepohonan aneh. Pohon-pohon ini diduga tumbuh dari air mata air misterius yang mereka hisap, kayu yang dihasilkan sangat keras, hampir menyamai logam! Di musim panas, daun-daun selebar telapak tangan memenuhi dahan-dahannya. Konon bahkan daun-daun itu pun memiliki kekerasan yang luar biasa. Di suku Tian Gong, para goblin menemukan cara untuk memanen daun-daun kokoh nan aneh ini. Setelah dikeringkan dengan angin dan ditumpuk beberapa lapis, tingkat kekerasannya hampir menyamai pelat zirah besi biasa, namun lebih ringan sehingga cocok untuk makhluk kecil rapuh seperti goblin.
Daun "pohon besi" ajaib ini dianyam menjadi zirah, sedangkan dahan pohonnya diruncingkan sebagai tombak. Inilah peralatan standar para prajurit goblin dari suku Tian Gong.
Yang lebih menakjubkan, pohon besi yang tumbuh di sekitar mata air pahit ini setiap tahunnya menghasilkan jamur-jamur aneh di batangnya —— jamur-jamur ini harum luar biasa, tapi sama sekali tidak bisa dimakan. Goblin yang nekat mencicipinya akan keracunan hingga tewas sebelum fajar menyingsing.
Tapi justru jamur beracun inilah yang membuat suku Tian Gong menjadi makmur!
Menurut Tian Gong, sejak generasi ayahnya, sukunya telah melakukan transaksi dengan suku Zhaku yang berada di sebelah barat Padang Merah. Meski goblin tidak bersahabat dengan manusia, mereka masih memiliki sedikit hubungan baik dengan tetangga suku Zhaku yang tinggal di Padang Api Liar.
Setiap beberapa bulan, suku Zhaku akan mengirim orang ke perkampungan Tian Gong untuk membeli jamur beracun tersebut secara langsung.
Jamur beracun ini sama sekali tidak berguna bagi goblin, namun dianggap sebagai harta berharga oleh orang-orang Zhaku. Mereka tidak hanya membutuhkan dalam jumlah besar, tetapi juga selalu bersikap sopan setiap kali datang berbelanja.
Sejak zaman nenek moyang, suku Tian Gong mengandalkan jamur beracun yang tumbuh di sekitar mata air pahit ini untuk mendapatkan keuntungan dari suku Zhaku. Setiap transaksi, mereka bisa menukarnya dengan banyak bahan makanan, ternak, bahkan emas yang dikirim suku Zhaku!
Meski suku Zhaku memiliki tambang emas - logam mulia ini sebenarnya tidak memiliki nilai praktis kecuali digunakan sebagai mata uang di dunia beradab, baru memiliki nilai sebenarnya ketika beredar.
Bayangkan, untuk apa suku adat terpencil di pedalaman hutan mengumpulkan begitu banyak emas? Hanya beberapa kelompok dagang manusia yang sesekali masuk ke gunung untuk bertransaksi dengan suku Zhaku yang membawa sedikit emas. Sehari-hari, tumpukan emas itu hanya dijadikan hiasan rumah, bahkan kabarnya anak-anak suku Zhaku pun boleh memakainya sesuka hati - di tempat itu, benda ini sama sekali tak berharga.
“Setelah mendengar semua ini, matanya Char langsung bersinar terang. Di sampingnya, Duoduo Luo dan Philip juga menunjukkan perubahan ekspresi, hanya Sharba yang sibuk menyumpal mulutnya dengan daging.”
Emas! Emas!!
Masalah terbesar Char saat ini adalah uang! Sebagai bangsawan, menurut perhitungan Yulia, justru dia tak bisa menghidupi seluruh keluarga besarnya! Belum lagi kebutuhan dana militer untuk merapikan urusan militer County Moore. Dari mana uangnya? Mengandalkan pajak daerah? Lebih baik gelengan kepala saja. Jika bisa mendapatkan emas dari suku Zhaku... maka...
“Baik! Aku akan bertransaksi denganmu!” Mata Char berkilat licik: “Kau ingin Oakes? Tebusan tak kubutuhkan! Barang rongsokan suku goblinmu tak kuhargai! Aku mau hutammu! Semua jamur racun dari mata air itu, hasil panen setahun ini, semuanya untukku!!!!”
Tian Gong terdiam sejenak. Meski tergila-gila, sebagai tuan tanah dia masih ragu: “Jamur, tukar gandum, berikan padamu, tidak bisa!”
“Hah!!” Char tertawa: “Mau menukar jamur dengan persediaan makanan dan barang suku Zhaku? Tak usah! Untuk kebutuhan pangan sukumu, akan kusediakan!”
Makanan?!
Sial! County Moore-ku adalah daerah penghasil gandum penting di utara Kekaisaran! Tak ada yang lain, lumbung penuh makanan!
Char mengancam dengan kejam agar goblin tak ragu lagi: “Makanan dan kebutuhan hidup, semua akan kuberi! Hmph, berapa banyak goblin di sukumu?”
“Sepuluh ribu.” Tian Gong menyebutkan angka yang membuat Char kaget.
Sepuluh ribu？！！
Menurut pemahaman Char tentang temperamen goblin di Padang Merah, mencapai seribu orang saja sudah dianggap suku yang sangat besar! Suku Tian Gong ini justru memiliki puluhan ribu goblin?！
Char melakukan perhitungan cepat. Postur tubuh goblin yang pendek membuat konsumsi makanan mereka relatif kecil. Dari sepuluh ribu goblin, selain yang berotot, kebutuhan makan para tua, lemah, wanita dan anak-anak juga lebih sedikit. Dengan perhitungan ini, rata-rata konsumsi per goblin per hari paling-paling satu kilogram.
Sehari berarti sepuluh ribu kilogram... Hmph, itu baru sekitar empat lima ton saja.
“Aku beri tiga ratus ton! Bahkan jika kaummu bermalas-malasan seharian, tidak berburu atau bekerja, hanya bersenang-senang tiap hari, persediaan ini cukup untuk konsumsi dua tiga bulan.” Senyuman sinis Char: “Sukumu yang sebesar itu tak mungkin hanya mengandalkan transaksi dengan orang Zhaku untuk bertahan hidup.”
Begitu mendengar ini, mata Tian Gong langsung memerah.
Tiga ratus ton - ia tak terlalu paham jumlah pastinya. Tapi ia ingat betul, tetua paling bijak di sukunya pernah memberitahu nilai transaksi: setiap kali berdagang dengan orang Zhaku, hasilnya hanya cukup untuk makan seluruh goblin selama sebulan. Sumber makanan utama goblin tetaplah dari usaha sendiri, transaksi dengan orang Zhaku hanya dianggap penghasilan tambahan.
Char langsung menggandakan nilai transaksi sejak awal. Bisnis seperti ini mana mungkin ditolak?！
Tapi Char juga bukan orang bodoh. Kepercayaan terhadap goblin, di Padang Api Liar tidak ada yang mau percaya. Makhluk berkulit hijau ini berkelakuan buruk dan tak tahu malu, janji yang baru diucapkan bisa langsung mereka ingkari.
Char bertanya lebih detail lagi, lalu tertawa: "Dihitung-hitung tanggal, sekarang juga sudah saatnya jamur tumbuh matang. Aku akan bawa pasukan ikutmu pulang ke sukumu, kumpulkan semua jamur untuk diangkut! Kalau nanti orang Zhaku datang beli jamur, suruh saja cari aku."
Kepala Tian Gong masih bingung, hanya merasa dirinya dapat keuntungan besar, langsung menyetujui tanpa ragu.
Jamur-jamur ini akan dijual lagi ke orang Zhaku untuk ditukar emas—hm, mungkin sekalian bisa tukar dengan Ubi Ajaib Iblis juga. Transaksi ini, sepadan untuk dilakukan!
Char punya sifat buru-buru. Begitu ada ide, langsung dieksekusi.
Tapi segera muncul masalah.
Katanya produksi jamur itu cukup banyak. Si goblin jujur Tian Gong merasa transaksi ini terlalu menguntungkannya, lalu memberitahu Char bahwa di sukunya ada banyak emas yang bisa diberikan sebagai tebusan diri Oakes.
Emas yang diantarkan sendiri, mana mungkin Char menolak?
Soal kemauan Oakes? Saat ini itu tidak penting.
Char sedang sangat pusing masalah uang. Kalau si pelayan goblin kecil itu menolak, si kampungan ini akan langsung mengikatnya dan menyerahkan ke Tian Gong!
“Pergi ke suku Tian Gong untuk memindahkan barang, dengan jumlah orang sedikit seperti kita ini tidak mungkin. Ada begitu banyak jamur yang harus dipindahkan - bukan cuma satu dua keranjang. Konon kalau dikalkulasi, perlu beberapa mobil. Hmph, ada juga emas-emas itu. Kabarnya pohon besi mereka juga bagus, bawa beberapa batang kemari untuk kita lihat, mungkin bisa berguna.”
Philip toh pernah menjadi pemimpin prajurit-prajurit. Untuk urusan koordinasi seperti ini, otaknya paling jernih. Setelah menghitung dia berkata: "Empat orang kita tidak cukup. Harus bawa pasukan ke suku Tian Gong. Konvoi kendaraan mutlak diperlukan."
"Panggil orang!" Char tertawa: "Ini Wildfire Town. Meski wilayah goblin jarang ada manusia berani mendekat, tapi di Wildfire Town ini, selama suapnya cukup, orang berani mengambil risiko pasti banyak. Soal ini, aku sangat paham!"
"Selain itu, membeli persediaan makanan lokal juga penting," Philip berbisik: "Goblin itu licik dan rakus, tapi juga pengecut. Transaksi tanpa jaminan fisik percuma saja. Kita datang hanya dengan sepatah kata ingin membawa jamur-jamur itu, mungkin para goblin akan menolak. Meski Tian Gong ini kepala suku...tapi kabarnya dia sudah keluar berbulan-bulan. Seorang tuan tanah tidak berada di sukunya selama berbulan-bulan - bisa jadi suku itu sekarang sudah bukan wilayahnya lagi."
“Saat mengucapkan kata-kata terakhir, Philip merasakan sakit yang mendalam—dialah seorang pemimpin geng yang digulingkan oleh bawahannya. Berempati, tak peduli seberapa besar kewibawaan Tian Gong di suku sebelumnya, sudah berbulan-bulan tidak kembali. Para goblin yang licik dan rakus itu mungkin sudah mengangkat kepala suku baru. Bahkan jika Tian Gong masih menjadi tuan tanah, tapi perintah sepihaknya untuk memutus transaksi klan, mungkin tidak akan disetujui oleh para goblin di bawahnya.”
Untuk transaksi kali ini, pergi hanya dengan beberapa orang tidak cukup. Harus membawa persediaan makanan agar para goblin mau bertransaksi setelah melihat barang nyata.
“Sudah diputuskan. Kita akan membeli bahan pakan di sini, lalu mengumpulkan konvoi. Di Wildfire Town, banyak orang yang berani mengambil risiko! Hmph.”
※※※
Setelah beristirahat, mereka segera bergegas keluar untuk bertindak.
Philip dan Sharba pergi membeli bahan pakan lokal. Lagi pula makanan untuk goblin tidak perlu bagus, cukup bahan pakan kasar level terendah. Harga makanan jenis ini kira-kira satu koin tembaga per kati. Membeli 10.000 kati hanya membutuhkan sepuluh koin emas. (100 koin tembaga = 1 koin perak, 10 koin perak = 1 koin emas)
Meski tidak membawa banyak uang, setelah dikumpulkan, mereka masih bisa menyediakan 200-300 koin emas. Lagi pula tidak perlu membeli ratusan ton sekaligus, cukup memenuhi persediaan untuk satu konvoi terlebih dahulu. Dengan menunjukkan barang nyata plus reputasi Tian Gong, seharusnya tidak ada masalah.
Bagaimana jika para goblin berkhianat dan ingin memakan yang hitam?
“Dengan kemampuan Xia Ya dan kawan-kawannya, mungkin takut dengan ini?!”
Sementara Xia Ya, membawa Duoduo Luo dan Tian Gong, ketiganya langsung menuju Jalan Hitam setelah keluar.
Bukan pertama kali Xia Ya datang ke Jalan Hitam. Setelah mengalami perang, Jalan Hitam tampak lebih ramai dari sebelumnya. Berakhirnya perang membanjiri peluang bisnis. Berbagai kebutuhan internal Kekaisaran Bizantium yang tertunda selama perang, kini meledak seiring permintaan akan barang-barang aneh dari Padang Api Liar. Jalan Hitam di Kota Api Liar bahkan mencapai puncak perdagangan.
Begitu tiba di Jalan Hitam, kesesakan jalanan langsung terasa. Mengandalkan postur tinggi dan kekuatan, Xia Ya menerobos kerumunan menuju sebuah toko di ujung jalan. Berdiri di anak tangga, dia mengaum keras.
Suaranya penuh energi mengalahkan riuh sekitar. Duoduo Luo di sampingnya segera membentangkan bendera besar yang sudah disiapkan, mengereknya tinggi dengan tongkat.
Auman Xia Ya langsung menarik perhatian orang-orang di Jalan Hitam. Banyak yang berkerumun ingin melihat keributan, hampir memblokir jalan.
“Merekrut! Merekrut orang! Yang tidak takut mati dan berani bertarung habis-habisan, datanglah! Kekayaan dicari dalam bahaya! Pria sejati, hadapi maut dengan kepala tegak! Beranilah daftar, ikut petualanganku, rebut kemakmuran!!”
"Suara auman Char yang menggelegar menggema ke seluruh ruangan, membuat para penonton yang sedang ingin melihat keributan merasa sedikit kecewa: Dari penampilan Char yang mengenakan jubah pendek prajurit dan zirah kulit lembut berkualitas tinggi, dilengkapi senjata lengkap—jelas terlihat sebagai seorang petarung sejati. Awalnya orang-orang mengira ini sekedar perekrutan pasukan bayaran biasa—hal yang sudah sangat umum di Wildfire Town. Tampaknya tak ada hal menarik yang bisa disaksikan.
Saat para hadirin hendak bubar, kalimat berikutnya dari Char langsung membangkitkan semangat mereka kembali.
"Ikut aku ke Padang Merah! Hanya merekrut prajurit! Pria berani yang berani mengangkat pedang dan mempertaruhkan nyawa—lima koin emas Bizantium per orang! Lima koin emas!!"
BOOM!
Kerumunan orang pun gempar!
Apa arti lima koin emas? Dengan harga pangan sekarang, bahkan jika makan daging tiap hari, lima koin emas bisa mencukupi kebutuhan satu keluarga kecil selama setahun! Seorang tentara bayaran berpengalaman pun harus kerja keras mati-matian setahun untuk mendapat penghasilan sebanyak itu.
Dan hanya dengan melakukan perjalanan ke Padang Merah, bisa dapat penghasilan setahun?!
Teriakan Char menyebar bagai api liar. Dalam sekejap, kabar ini telah memenuhi seluruh Black Street, membuat orang-orang berduyun-duyun mendekatinya.
“Syarat konkretnya begini: Rekrut 50 tentara bayaran, masing-masing dapat lima koin emas. Sewa 50 kereta kuda, satu koin emas per kereta termasuk kusirnya. Perjalanan ke Padang Merah, 30% dibayar di muka, sisanya setelah kembali.”
Kerumunan langsung bergemuruh. Wildfire Town memang surganya petualang. Begitu Char selesai berteriak, puluhan prajurit bayaran berpenampilan khas langsung menyahut dan menerobos kerumunan.
Char tersenyum tipis, menoleh memberi kode pada Duoduo Luo di belakangnya. Si kurcaci segera mengerek tinggi-tinggi bendera bergambar kepala elang Kekaisaran Bizantium yang berkibar gagah!
“Aku dari Pasukan Kekaisaran Bizantium, Kavaleri Rodrian! Yang mau cari untung, daftar sekarang! Laozi jamin gak bakal ngerugiin kalian!”
Pasukan Bizantium baru saja berkemah di sini. Meski reputasinya buruk, nama besar Kavaleri Rodrian langsung membuat semua yang hadir terdiam kagum.
Melihat pendaftar membludak, Char melompat turun sambil mengaum: “Kebanyakan orang! Yang mau daftar, temui Laozi di Penginapan XX Jalan XX! Aku Char, pengawal pribadi Jenderal Ruhr dari Kaveleri Rodrian! Tes kemampuan langsung di tempat!”
Di tengah kerumunan, seseorang langsung berteriak, "Ah! Itu Char si nak, Laozi mengenalnya! Makhluk kecil ini, dia malah jadi bagian Pasukan Kavaleri Roderia!"
"Benar! Dulu dia sering menjual kayu bakar ke kiosku!"
"Aha! Iya, anak ini, dia pernah minum kredit di kedai minumku!"
Banyak orang tua di Wildfire Town yang mengenali Char, justru membuat para penonton semakin percaya pada perkataannya.
Melihat kematangan telah tercapai, Char menyuruh Duoduo Luo untuk melipat bendera militer dan bersiap pergi. Baru turun beberapa anak tangga, seorang pelayan berlari keluar dari toko di atas tangga itu, mengejarnya sambil membungkuk dan berkata sopan, "Jenderal, tuan pemilik toko kami ingin berdiskusi."
"Hmm?"
Char menoleh dan melihat pelayan berbaju kain rami itu tersenyum sopan, tapi sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.
Pelayan itu tetap tersenyum ramah, "Tuan pemilik kami bilang, ada bisnis yang ingin dilakukan dengan Anda."
Setelah berkata demikian, dia menunjuk ke arah pintu toko di belakangnya.
Char tersenyum, memandang toko di belakangnya lalu teringat sesuatu. Senyuman mengembang di wajahnya, "Pulanglah dulu ke penginapan dan temui yang lain. Aku akan menyusul nanti malam."
Dengan langkah gagah, dia mengikuti pelayan itu masuk ke dalam toko.
Ruang toko ini tidak luas, karena Char menghalangi ambang pintu rumah orang, di dalamnya tidak ada aktivitas bisnis, sunyi sepi. Pelayan di depan memimpin jalan, mengantar Char melewati ruang toko menuju sebuah kamar bersih di bagian dalam. Ruangan ini dilengkapi meja dan kursi lengkap. Tak lama kemudian terdengar suara tawa keras, seorang kakek tua berpakaian rapi masuk melalui pintu, wajahnya penuh kerutan, rambut tersisir rapi, sorot matanya menunjukkan kecerdikan - sosok pedagang curang yang sempurna.
Setelah masuk, si kakek tua menatap Char dengan sorot mata penuh senyum: "Sudah lama tidak bertemu, Jenderal Char. Ngomong-ngomong, Anda masih berhutang seekor anak singa buas pada saya."
Char tertawa terbahak-bahak, lalu berdiri dan memberi hormat dengan sopan.
Rupanya saat merekrut orang di luar tadi, dia terlalu fokus mencari tempat yang paling mencolok tanpa menyadari posisinya berdiri tepat di depan toko tempat dulu, setelah turun gunung untuk berpetualang, dia datang ke Black Street di Wildfire Town mencari pekerjaan dan menerima tugas berburu anak singa buas. Waktu itu di toko inilah dia menerima pekerjaan itu dan menandatangani kontrak. Tapi kemudian dalam perjalanan mengalami berbagai petualangan aneh, akhirnya malah pergi membantai naga malang bernama Dora, hingga lupa urusan berburu anak singa buas.
Sebenarnya, kejadian itu bisa dianggap sebagai pelanggaran kontrak oleh Char. Namun sekarang statusnya sudah berbeda, kemungkinan lawan bisnisnya tidak akan membuat masalah untuk urusan tersebut.
"Tapi Char masih merasa sedikit malu. Jika dihitung-hitung, dulu dia benar-benar tanpa sepeser pun. Jika bukan karena bisnis yang diterima dari toko ini dan uang muka yang diberikan lawannya, mungkin dia bahkan tidak punya uang untuk membeli senjata atau makan. Sebelum sempat berpetualang, dia mungkin sudah mati kelaparan. Jadi, sebenarnya dia masih berutang budi pada lawannya. Dan... dia akhirnya menelan uang muka itu sementara janji untuk anak singa buas belum ditepati, bisa dibilang mengingkari janji..."
"Baru setengah tahun tidak bertemu, tak disangka Jenderal Char sudah naik jabatan dan jadi kaya. Sejak pertama melihat penampilanmu, aku sudah tahu kau bukan orang biasa. Hanya dalam setengah tahun, kau sudah menjadi Komandan Perlengkapan Militer sebuah county, bahkan menorehkan jasa luar biasa dalam perang. Benar-benar membuat orang terkesima!"
Kalimat si tua licik itu langsung membuat Char tegang. Meski diucapkan dengan sopan, perkataan itu langsung menelanjangi identitas aslinya.
Di luar tadi, untuk meyakinkan orang-orang, dia menggunakan bendera Pasukan Kavaleri Roderia! Tapi sekarang pemilik toko ini langsung mengungkapkan statusnya sebagai Komandan Perlengkapan Militer County Moore...
"Kau tahu identitasku." Char mengerutkan kening.
Si pedagang tua licik ini takut menimbulkan kecurigaan Char, segera menjelaskan dengan sopan: "Toko kami ini termasuk dalam Galens. Wakil ketua organisasi kami, Tuan Guruo adalah teman baik Anda. Beliau pernah mengirim pesan bahwa Anda akan segera bertugas di County Moore. Karena jarak County Moore dan Wildfire Town sangat dekat, Wakil Ketua Guruo meminta kami untuk memenuhi semua kebutuhan Anda sebisa mungkin——hē hē, tentu saja, sebagai komandan militer satu county, pasti ada banyak peluang bisnis. Maksud Tuan Guruo, jika ada kesempatan kerja sama yang baik, lebih baik diberikan kepada kami daripada orang luar."
Mendengar ini, wajah Char langsung tenang, tertawa lebar: "Aku tidak tahu... ternyata toko kalian juga bagian dari Galens... Ah, Guruo si gemuk itu sudah jadi wakil ketua ya?"
Char tidak tahu, karena investasi dan pendekatan Guruo padanya, ditambah kemudian dirinya mendapat apresiasi dari Kaisar dan diangkat menjadi komandan militer perbatasan, transaksi investasi ini dianggap oleh kalangan atas Landis sebagai pertimbangan yang brilian dari Guruo. Atas prestasinya, posisi Guruo dalam Galens dinaikkan——Galens sebenarnya adalah organisasi intelijen yang didirikan Kerajaan Landis di seantero benua.
Setelah si tua licik mempersilakan Char duduk, dia segera menyuruh orang mengantarkan arak. Setelah bertukar basa-basi sebentar, Char yang tak tahan menunggu langsung bertanya, "Apa sebenarnya urusan Tuan memanggilku ke sini? Kujelaskan dulu, soal anak singa buas itu, saat ini aku benar-benar tidak punya. Paling-paling uang yang Tuan berikan dulu akan kukembalikan seratus kali lipat."
Si tua licik tertawa terkekeh, "Hal remeh seperti itu mana pantas disebut di hadapan Yang Mulia Baron Char. Aku mengundang Tuan masuk karena ada urusan lain."
Sesaat kemudian, si tua licik mengusap jenggotnya sambil tersenyum, "Kudengar Tuan sedang merekrut orang di luar. Bisnis tentara bayaran memang bukan bidang kami, tapi untuk urusan kereta dan kuda, serikat kami punya cukup kemampuan. Daripada merekrut orang asing, lebih baik bekerja sama dengan mitra lama. Tukang kereta dan kusir yang Tuan rekrut di luar itu tidak jelas latar belakangnya, malah merepotkan. Rombongan kereta kuda serikat kami di Wildfire Town ini akan kami pinjamkan untuk Tuan."
Char tertawa terbahak, "Bagaimana bisa menerima kebaikan seperti ini?"
Si tua licik menggeleng sambil tersenyum, "Ini adalah pesan Wakil Ketua Guruo. Kebutuhan Tuan tentu akan kami bantu sepenuhnya. Soal harga... Tawaran Tuan terlalu tinggi. Begini saja, 50 kereta besar beserta kuda dan kru akan kami siapkan. Biayanya cukup 10 koin emas. Sejujurnya harga ini sudah beberapa kali lipat lebih mahal, tapi pergi ke wilayah goblin memang berisiko. Para pekerja kasar ini juga layak mendapat imbalan lebih."
Awalnya si tua licik bermaksud tidak memungut uang, namun sebagai pemimpin organisasi intelijen Landis di Wildfire Town, dia pandai menyembunyikan niatnya. Jika tidak memungut uang, mungkin Char justru akan curiga. Lebih baik menetapkan harga tinggi secara resmi, sekaligus mendapatkan persahabatan tanpa terlihat terlalu antusias.
Char tentu saja setuju, langsung tertawa: "Ini yang terbaik. Lebih mudah menggunakan orang yang kita tahu latar belakangnya."
Melihat Char menyetujui, si tua licik ragu sebentar lalu menambah tekanan: "Kebetulan grup dagang kami juga punya barang yang perlu dikirim ke utara... Hmm, melewati Red Wilderness juga. Lebih baik konvoi kami bergabung dengan rombonganmu. Kami punya tim pengawal 30-an prajurit berketerampilan bagus. Saling melindungi di perjalanan, keamanan lebih terjamin."
Hati Char berdesir... Ini memberikan pengawal gratis. Matanya menatap tajam ke arah lawan bicara.
Si tua licik tersenyum: "Jangan salah paham. Hanya kebetulan searah. Keberadaan pahlawan sepertimu sebenarnya menguntungkan kami."
Meski merasa keberuntungan ini terlalu kebetulan, Char tidak menemukan kerugian untuk dirinya. Dia menyetujui. Setelah beberapa basa-basi, si tua licik mengantarnya keluar.
Setelah Char kembali ke penginapan, sudah banyak pasukan bayaran yang mencari nafkah di Wildfire Town datang melamar. Sebagai pusat perdagangan, tempat ini dipenuhi berbagai resimen tentara bayaran dengan kualitas yang bervariasi. Harga yang ditawarkan Char kali ini sangat tinggi, langsung menarik semua pasukan bayaran lokal - tercampur di antaranya beberapa kelompok kecil yang biasa saja.
Awalnya lobi penginapan terlihat luas, tapi setelah para tentara bayaran ganas berdesakan masuk, ruangan langsung penuh sesak. Syukurlah kejadian seperti ini sudah menjadi pemandangan biasa di Wildfire Town. Pemilik penginapan tidak heran, meski kewalahan melayani begitu banyak orang. Diam-diam ia memerintahkan pelayan untuk menaikkan harga makanan dan minuman dua kali lipat. Lagi pula, pasukan bayaran ini datang - uang mudah seperti ini harus diambil.
Dalam hati ia berterima kasih pada tamu bernama Char: Semakin banyak tamu bermurah hati seperti ini, semakin baik.
Pasukan bayaran yang melamar pasti butuh makan. Semua sibuk berebut proyek besar ini, sehingga kenaikan harga makanan di toko tidak ada yang memperhatikan detail seperti itu.
Ketika Char akhirnya kembali, sekumpulan prajurit langsung mengepungnya. Sejumlah besar tentara berhamburan mendekat, membuat Char yang baru menginjakkan satu kaki di pintu hampir terdorong keluar oleh kerumunan. Deru teriakan riuh memenuhi telinganya.
"Dewasa ini, sewa kami! Reputasi Pasukan Bayaran XXX kami termasyhur!"
"Korps Prajurit XXX kami menjelajahi Padang Api Liar selama tiga tahun, tak pernah gagal sekalipun!"
"Cih! Jangan dengarkan sampah-sampah ini yang mengoceh tak karuan, Tuan lebih baik menyewa kami! Pasukan Bayaran XXX kami sangat termasyhur, dengan perlindungan kami, perjalanan akan damai tanpa pertumpahan darah. Cukup gantung bendera kami, para perampok itu pasti tak berani mendekat!"
"Omong kosong! Jangan dengarkan brengsek ini, Tuan. Bulan lalu mereka baru dirampok sampai celana dalam pun habis, lari pontang-panting! Lebih baik Pasukan Bayaran XXX kami..."
Char pusing dibuatnya, akhirnya tak tahan lagi mengaum: "Diam semua kau Laozi!!!"
Kedua tangannya mendorong dengan kekuatan kasar, langsung menjatuhkan dua prajurit bayaran yang mengklaim diri sakti mandraguna itu.
Char menerobos masuk ke dalam toko, menaiki tangga sambil berteriak ke kerumunan di bawah: "Diam! Diam! Semua Laozi diam! Bicara bergiliran! Atau minggat semua!!!"
Ini bukan pasukan bayaran, tapi gerombolan gelandangan!
Di masa kecilnya, Char masih membayangkan kehidupan tentara bayaran dengan fantasi romantis. Kini hatinya kecewa melihat mereka saling hujat, mana ada sisa keanggunan prajurit sejati yang ia bayangkan?
Persis gerombolan anjing kelaparan melihat tulang.
Char mengusap keringat di dahinya, berteriak: "Jangan coba-coba menipu Laozi! Aku juga besar di Wildfire Town! Aku tahu persis kemampuan kalian semua. Yang cuma mau manfaatin situasi, tukang makan gaji buta—pergi dari sini sekarang! Sebelum Laozi marah dan pukul orang! Yang aku butuhkan adalah orang berani bertaruh nyawa dan punya kemampuan sejati!"
Begitu kata-katanya meluncur, banyak dari kerumunan tentara bayaran di bawah langsung menunjukkan ekspresi bersalah—memang di Wildfire Town jumlah tentara bayaran banyak, tapi tak sedikit pula yang kemampuannya pas-pasan, cuma numpang makan lewat tipu muslihat.
Karena Char menyatakan diri sebagai orang yang dibesarkan di Wildfire Town, jelas dia bukan 'domba gemuk' dari luar yang bisa ditipu. Banyak yang mulai kecewa.
Char menunjuk ke ambang pintu: "Timbang sendiri kemampuanmu. Kali ini kita langsung menuju suku goblin di Padang Merah! Pertimbangkan risikonya. Yang tak sanggup dapatkan uang ini, silakan pergi sekarang sebelum Laozi repot."
Langsung ke suku goblin?!
Pernyataan ini membuat banyak orang mundur. Awalnya banyak yang cuma berharap bisa ikut rombongan besar ke Padang Merah. Sifat pengecut para goblin mungkin membuat mereka tak berani menyergap pasukan besar. Asal tak ada masalah, dengan keberuntungan, uang itu bisa masuk kantong.
Tapi langsung ke perkampungan goblin?!
Sialan! Bahaya para goblin itu setara dengan kawanan anjing liar kelaparan yang bisa memakan manusia!
Beberapa saat kemudian, kerumunan orang bergerak, banyak yang menundukkan kepala dan lari keluar, jumlah orang di bawah langsung berkurang hampir setengah.
Char melihat dengan teliti orang-orang yang tersisa. Di bawah tangga masih berdiri sekelompok orang dengan wajah garang, jelas mereka adalah tentara bayaran sejati yang berpengalaman. Di ruang utama penginapan, beberapa kelompok duduk terpisah di dekat dinding. Meski jelas-jelas juga tentara bayaran, mereka tak berebutan seperti anjing kelaparan - tanda pasukan bayaran besar dengan kekuatan sejati yang menjaga gengsi. Kelompok-kelompok ini duduk berjauhan dengan sikap angkuh, bagaikan air sumur tak mengganggu air sungai.
