Sebelum fajar menyingsing, Osgilia sang kota perkasa masih terlelap dalam tidurnya. Kota legendaris paling megah di benua ini bagai masih terbuai mimpi. Jalanan utama terlihat sepi, sesekali hembusan angin sejuk mengusik seekor anjing liar yang menggigil di sudut jalan. Binatang itu mengangkat kepala dengan gemetar, melirik sekeliling sebelum melompat masuk ke tumpukan sampah terdekat.
Sepanjang jalan tak berpenghuni, hanya sesekali tim patroli pertahanan kota yang lalu-lalang sambil menggigil kedinginan. Bunyi zirah beku yang saling beradu terdengar ding ding dang dang setiap langkah. Kabut putih menguap dari mulut para prajurit yang terus memaki cuaca terkutuk ini dalam hati.
Memang, dibanding tahun-tahun sebelumnya, awal musim semi kali ini membawa dingin yang luar biasa kuat.
Osgilia masih terlihat damai, kaum bangsawan hidup dalam Mabuk Hidup Mati. Perang tahun lalu seolah telah menjadi kenangan yang jauh - toh orang Odin dari utara dan orang Bizantium dari selatan memang selalu bertempur dua tiga kali dalam setahun, sudah menjadi pemandangan biasa.
Sebab ada keyakinan yang tertanam dalam di hati orang Bizantium: Bagaimanapun juga, dengan dasar-dasar kekuatan Kekaisaran yang kuat ini, biarlah para barbar Odin itu sekejam apapun, mereka takkan pernah benar-benar bisa menghancurkan kita.
Pandangan ini cukup populer di kalangan atas Kekaisaran Bizantium, bahkan banyak sarjana kekaisaran juga memegang keyakinan seperti ini: Baik dalam hal skala populasi maupun luas wilayah, orang Odin mungkin sesekali unggul di medan perang, tapi mereka sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menghancurkan Kekaisaran Bizantium. Bizantium memiliki puluhan juta populasi, skala populasi berkali-kali lipat lebih besar dari Odin, dengan wilayah yang jauh lebih luas - meski wilayah Odin juga luas, sebagian besar adalah cuaca bersalju dan beku di wilayah utara. Lahan pertanian sebenarnya jauh lebih sedikit dibanding Bizantium, apalagi orang Odin dikenal sebagai liar, jauh ketinggalan dalam kekuatan nasional komprehensif dan tingkat peradaban dibanding Bizantium.
Berdasarkan pandangan ini, kekalahan atau kemenangan sesekali dalam perang sepertinya tidak terlalu penting.
Di kalangan atas kekaisaran, ada hal-hal yang dianggap lebih layak diperhatikan. Faksi warlord sibuk berebut kekuasaan dengan keluarga kerajaan, berusaha memaksa mereka menyerah dan memisahkan lebih banyak distrik administratif untuk membentuk kesatuan militer baru. Keluarga kerajaan sibuk berperang diam-diam dengan para bos besar markas besar militer. Para bangsawan sibuk bertengkar dengan Senat, berulang kali menuntut pembubaran Senat dan menggantinya dengan Dewan Bangsawan untuk mendapatkan posisi politik lebih tinggi.
Beberapa hari terakhir, seluruh ibu kota dari atas ke bawah jelas sedang memusatkan perhatian pada masalah kesehatan Sang Kaisar Agung di istana.
Kaisar incumbent kekaisaran, Kaisar Tombak Berkuda Cantos, beberapa hari terakhir sakit parah.
Dinginnya awal musim semi adalah cobaan terberat bagi orang tua seperti dirinya yang sudah lama digerogoti penyakit.
Faktanya, sejak perburuan kerajaan di musim semi itu, kondisi fisik Sang Kaisar memang tak kunjung membaik. Pesta minuman keras yang dilakukan di area berburu kala itu seolah menambahkan beban baru pada tubuhnya yang sudah renta. Setelah kembali ke istana, kesehatan Sang Kaisar tak pernah pulih sepenuhnya. Kabar terakhir menyebut porsi makannya semakin menipis. Dokter istana telah berkali-kali memohon Sang Kaisar untuk berhenti minum alkohol, namun Kaisar Cantos Agung yang berjiwa kesatria itu tetap tak mampu meninggalkan kebiasaannya.
Menurut kabar dari dalam istana, dua hari lalu Sang Kaisar kembali muntah darah. Gangguan penyakit kronis yang menyiksa, ditambah hawa dingin awal musim semi, memicu kambuhnya luka-luka lama dari masa perjuangan militernya dulu. Konon Sang Kaisar pernah pingsan selama satu hari penuh. Setelah melakukan konsultasi medis intensif, para dokter istana dikabarkan meninggalkan kamar kerja Sang Kaisar dengan wajah-wajah muram.
Orang-orang yang peka membaca situasi mulai berbisik-bisik: Mungkinkah saatnya kekuasaan kekaisaran akan beralih tangan kembali?
Saat semua orang mengira Kaisar Cantos Agung akan meninggal, bahkan perdana menteri dan para menteri silih berganti mengunjungi istana untuk melihat kondisi Sang Kaisar. Tuan Kavhill yang paling dipercaya oleh Kaisar, bahkan pindah tinggal di dalam istana. Pemimpin Pengawal Senja, Junker - algojo setia yang ditakuti para bangsawan, si tukang jagal berdarah dingin - menjaga Kaisar Cantos tanpa henti. Bahkan pasukan pengawal di sekitar istana kaisar telah diganti seluruhnya.
Sudah waktunya, bukan...?
Di hati semua orang muncul pikiran yang sama: orang tua yang telah memerintah kekaisaran puluhan tahun itu, pasti sudah sampai di ujung jalan hidupnya.
Tapi yang terjadi justru sesuatu yang mengejutkan semua pihak.
Kaisar yang sedang sakit parah akhirnya memanggil Putra Mahkota Garcia. Saat pertemuan ayah-anak ini, Kaisar juga memanggil perdana menteri dan Adipati Minas serta beberapa pejabat tinggi lainnya. Namun pertemuan itu berubah menjadi drama konyol.
Konon Kaisar berniat menyerahkan tahta, tapi entah mengapa saat bertemu Putra Mahkota, Sang Kaisar tiba-tiba murka. Di hadapan para bangsawan terkemuka, Kaisar menghujani Putra Mahkota dengan makian pedas yang bahkan merobek semua kepura-puraan! Segala rahasia memalukan yang selama ini disembunyikan pun diumbar tanpa ampun.
Konon, Yang Mulia Kaisar sampai-sampai di hadapan perdana menteri dan Adipati Minas serta lainnya, memarahi Putra Mahkota sebagai sampah yang tak punya ambisi. Fokus tuduhan terutama tertuju pada kehidupan pribadi Putra Mahkota, dengan tudingan "tidak memiliki keturunan" yang membebani sang Putra Mahkota, hampir menyentuh langsung kebiasaan anehnya yang lebih menyukai pria daripada wanita.
Semakin lama Sang Kaisar berbicara, kemarahannya meledak. Beliau bangkit dari tempat tidur sakit, meraih tempat lilin di kepala ranjang dan menghantamkannya dari kepala hingga ujung kaki ke arah Putra Mahkota. Sang Putra Mahkota yang bersimpuh di sisi ranjang langsung terkena logam tempat lilin itu di dahinya, membuat darah segar mengalir deras membasahi wajahnya.
Menyaksikan pemandangan ini, perdana menteri, Adipati Minas, serta para menteri yang hadir terpana. Mereka baru buru-buru maju untuk melerai.
Sang Putra Mahkota sendiri tetap diam bersimpuh di sana, membiarkan darah mengalir di wajahnya dan menenggelamkan kerah bajunya dalam genangan merah. Pangeran yang selalu pendiam dan disiplin ini seolah tak bereaksi sama sekali, tanpa ekspresi marah atau malu. Dengan wajah tenang yang tak berubah selama bertahun-tahun, diam-diam ia mengeluarkan syal dan membersihkan darahnya, lalu tetap berlutut tanpa sepatah kata.
Ia bagaikan adonan tepung yang tak bereaksi apapun, betapapun Sang Kaisar membentuknya sesuka hati.
Sebagai seorang Putra Mahkota, kelemahan yang mencapai tingkat sedemikian rupa membuat banyak menteri tak bisa menahan gelengan kepala penuh penyesalan dalam hati.
Bahkan sosok sekeras Kaisar Cantos Agung pun hampir tertekan hingga sesak napas oleh faksi warlord di markas besar militer. Bagaimana nanti jika Yang Mulia Garcia yang feminin dan lemah ini naik takhta? Bisa dipastikan para anggota faksi warlord akan semakin bertindak semena-mena tanpa terkendali...
Malam itu, menurut kabar burung yang tidak jelas, setelah Putra Mahkota dan para menteri mundur, Sang Kaisar tiba-tiba batuk mengeluarkan tiga mangkuk besar darah di ranjang sakitnya! Wajah para pelayan pucat pasi, terpaksa memanggil kembali Putra Mahkota dan para menteri yang sudah pulang ke rumah.
Saat itu, semua orang dalam hati mengira Sang Kaisar benar-benar takkan bertahan lama. Sesuai tradisi, para menteri berjaga di luar kamar tidur kaisar hingga subuh. Bahkan Perdana Menteri sudah diam-diam merencanakan upacara pemakaman kaisar dan penobatan kaisar baru. Mereka bahkan mengirim utusan membangunkan Paus yang sedang tidur lelap, untuk bersiap menghadapi kemungkinan mangkatnya kaisar kapan saja.
Tapi di saat genting ini, keajaiban terjadi.
Setelah berjaga sepanjang malam yang dingin, saat fajar menyingsing, Kaisar Cantos Agung secara ajaib memperlihatkan perbaikan!
Ketika memanggil para menteri kembali, energi vitalnya jelas membaik. Meski masih sesekali batuk, namun raut wajahnya tak lagi terlihat sekelam dan semengerikan sebelumnya.
Dan segera, hanya dua hari kemudian, Sang Kaisar sudah bisa turun dari tempat tidur. Dia seolah-olah langsung pulih seperti kondisi sehatnya di masa lalu, bahkan sempat menginspeksi latihan pasukan pengawal istana. Ada yang bilang, Sang Kaisar berjalan gesit, naik kuda tanpa perlu dipegangi, bahkan sudah mengelilingi lapangan kuda istana beberapa kali dengan berkuda.
Hanya saja, setelah menginspeksi latihan pasukan pengawal, Sang Kaisar tampak sangat tidak puas dengan pelatihan mereka. Hari itu juga dia mencabut jabatan komandan pasukan pengawal yang setia pada keluarga kerajaan, dan menurunkan pangkat komandan tersebut ke pasukan daerah sebagai jenderal kelas dua.
Kemudian Kaisar memerintahkan: Ambil satu regu bendera dari Pasukan Penjaga Kota Osgilia untuk dimasukkan ke pasukan pengawal. Sementara dari Divisi Keenam Pasukan Tetap Pusat - kesatuan lama Kelinci Ruhr - ambil satu regu bendera untuk mengisi kekosongan di Pasukan Penjaga Kota Osgilia.
Penugasan ini langsung memicu kepekaan markas besar militer. Tapi mengingat kondisi fisik Kaisar yang buruk, dan setiap kaisar biasanya melakukan penyesuaian serupa sebelum meninggal untuk mengokohkan kekuasaan kekaisaran, markas besar akhirnya diam-diam menerimanya tanpa banyak protes.
Justru perintah berikutnya dari Kaisar yang membuat para hadirin gempar.
Kaisar Cantos Agung memerintahkan Putra Mahkota Garcia diturunkan ke Divisi Ketiga Belas untuk menjalani latihan! Dia ditugaskan sebagai pengamat dengan jabatan kosong, lalu diperintahkan untuk segera menjabat tanpa penundaan setelah menerima perintah.
Melemparkan Putra Mahkota Kekaisaran ke Divisi Ketiga Belas - unit paling menderita dan berbahaya dalam tentara Kekaisaran untuk latihan? Keputusan ini langsung membuat semua orang terkejut!
Secara tradisional, bahkan jika seorang kaisar ingin melatih penerusnya, meskipun ada penugasan ke militer untuk mengembangkan wawasan strategi perang, biasanya dipilih lokasi yang relatif aman seperti pasukan penjaga kota, atau memilih markas korps reguler yang dekat dengan Ibu Kota Kekaisaran untuk pelatihan.
Tapi Divisi Ketiga Belas, Korps Rodria yang termasyhur! Meskipun merupakan pasukan baja utama Kekaisaran, julukan pasukan ini adalah: berbahaya, kejam, serta... tingkat korban yang sangat tinggi!
Selain itu, setelah mengalami Perang Besar dengan orang Odin, setelah Ruhr mengambil alih Pasukan Kavaleri Roderia, pasukan ini sekarang ditempatkan di wilayah perbatasan timur laut Kekaisaran. Kondisi di sana sangat keras, namun budaya masyarakatnya ganas. Sang Kaisar telah memerintahkan Ruhr untuk merekrut pasukan lokal guna mengisi kembali korban yang hilang dalam pertempuran sebelumnya. Lokasi ini juga tidak jauh dari Padang Api Liar di utara. Jika terjadi kembali pertempuran dengan orang Odin, tidak diragukan lagi Pasukan Kavaleri Roderia akan segera bergerak ke medan perang!
Menjadi pengamat di Pasukan Kavaleri Roderia sama sekali bukan pilihan yang baik!
Mungkin beberapa orang berpikir: Jika perang akan terjadi, cukup panggil kembali Sang Putra Mahkota saja, tidak akan ada bahaya—tapi perlu diketahui! Perintah pengiriman Sang Putra Mahkota telah diumumkan secara resmi! Semua orang sudah tahu. Jika tiba-tiba perang terjadi lalu Sang Putra Mahkota ditarik kembali, muka kita akan tercoreng habis! Belum lagi penilaian "pengecut yang mundur dari pertempuran" yang akan melekat selamanya. Sebagai Kaisar, mana mungkin menyakiti penerusnya sendiri seperti ini?
Yang lebih penting... Waktu untuk pelatihan ini juga tidak tepat!
Kalau biasanya, melempar putra mahkota ke medan latihan tidak masalah. Tapi masalahnya, Kaisar tua sedang sakit parah saat ini. Meski belakangan kondisinya tiba-tiba membaik banyak, tapi dengan sedikit ketidaksopanan - siapa yang bisa jamin ini bukan cahaya terakhir sebelum mati? Bagaimana kalau tiba-tiba Kaisar tua menghembuskan nafas terakhir... Saat itu putra mahkota berada di perbatasan kekaisaran, jauh dari ibu kota... Proses suksesi tahta bisa saja menemui masalah!
Di situasi seperti ini, mengirim putra mahkota ke luar kota adalah tindakan yang tidak bijaksana!
Kalau di negara lain atau dinasti berbeda, jika kaisar bertindak nekat seperti ini pada putra mahkota, pasti semua orang akan mengira sang Kaisar tidak puas dan ingin mengganti penerus tahta!
Tapi masalahnya, Kaisar Cantos Agung hanya punya satu putra!
Untuk perintah ini, perdana menteri dan pejabat tinggi kekaisaran sudah menghibur sang Kaisar seharian. Namun tekad Kaisar Cantos Agung teguh tak tergoyahkan. Justru sang Putra Mahkota sendiri, setelah menerima perintah, tidak menolak. Hari itu juga dia merapikan barang bawaan, mengambil surat pengangkatan di markas besar militer, lalu langsung berangkat ke utara kota dengan satu tim penjaga. Bahkan tidak sempat mampir ke istana untuk menjenguk ayahnya. Banyak yang beranggapan: Sang Putra Mahkota pergi dengan perasaan kesal!
Bagaimanapun juga, Putra Mahkota segera meninggalkan Osgilia, sementara Kaisar Cantos Agung yang sebelumnya terlihat lesu akibat sakit, kini muncul di hadapan para pejabat setiap hari dengan semangat menggebu. Dalam tiga hari, Kaisar langsung mengeluarkan enam belas perintah sekaligus. Perintah ini terutama ditujukan untuk persiapan ulang korps reguler pusat Kekaisaran pasca perang, khususnya merekonstruksi Divisi Kedua dan Kesembilan yang hancur akibat serangan mendadak Hasting. Kaisar memerintahkan pengambilan inti pasukan dari pasukan penjaga kota Kekaisaran untuk memperkuat Divisi Kedua dan Kesembilan, serta memindahkan sekelompok lulusan Akademi Militer Kekaisaran untuk mengisi posisi perwira junior.
Mengenai masalah penunjukan jenderal korps, Kaisar dan para bos besar markas besar militer terlibat perebutan beberapa kali, akhirnya mencapai kompromi.
Mutasi mantan Juru Bendera Bendera Pertama Divisi Ketiga Belas, Soxia, sebagai Jenderal Divisi Kedua!
Mutasi mantan Juru Bendera Regu Bendera Keempat Divisi Ketiga Belas, Burter, sebagai Jenderal Divisi Kesembilan!!
Dua kandidat ini adalah posisi yang pantang ditawar oleh keluarga kerajaan. Setelah bersikukuh selama beberapa hari, markas besar militer akhirnya menerima kompromi Kaisar di bidang lain: Tiga county di selatan Kekaisaran yang sebelumnya berada di bawah administrasi sipil, dialihkan ke kesatuan militer Thema yang berdekatan!
Tiga county ditukar dengan dua posisi jenderal divisi. Sulit dikatakan siapa yang lebih unggul dalam pertarungan strategis antara keluarga kerajaan dan markas besar militer kali ini.
Namun bagaimanapun juga, setelah serangkaian perintah ini dikeluarkan, tatapan semua orang justru tertuju pada satu sosok!
Adrik!!
Banyak orang tertegun menemukan bahwa setelah serangkaian pengangkatan ini, penerima manfaat terbesar justru adalah Wakil Menteri Urusan Militer Kekaisaran yang baru ini!!
Perlu diketahui, Adrik telah bekerja di Divisi Ketiga Belas selama sembilan tahun, bisa dibilang telah sepenuhnya menguasai semangat pasukan!
Kali ini dua juru bendera dari Divisi Ketiga Belas dipindahkan untuk menjadi jenderal di korps lain - dalam militer paling memperhatikan pengalaman dan latar belakang! Terutama hubungan hierarki antara mantan atasan dan bawahan!
Jenderal baru dari Resimen ke-2 dan ke-9, semuanya adalah mantan bawahan Adrik. Dengan begini, pengaruhnya dalam militer meningkat drastis!
Ditambah Divisi Ketiga Belas yang memang merupakan pasukan lamanya. Meski Ruhr menggantikan posisi jenderal, bagaimana pengaruh sembilan tahun bisa dihapuskan dengan mudah? Lagipula Ruhr sendiri bukan tipe orang yang suka memonopoli kekuasaan. Dengan pengelolaan Adrik selama sembilan tahun di Divisi Ketiga Belas, siapa di seluruh korps yang tidak mengenang kebaikannya?
Dengan demikian, dari total tiga belas korps reguler Kekaisaran, sudah tiga korps yang bisa dianggap sebagai murid Adrik!!
Bahkan di kalangan elit Kekaisaran beredar pandangan: Dalam tubuh militer Kekaisaran, setelah garis keturunan Adipati Minas, akan muncul "faksi Adrik" baru dalam sepuluh tahun mendatang.
Tentu saja, dalam menghitung "faksi Adrik", banyak orang juga memasukkan Char ke dalamnya. Karena Char pernah menjadi pengawal Adrik, juga berasal dari Korps Ketiga Belas. Setelah diangkat sebagai Komandan Perlengkapan Militer sebuah county, secara alami dianggap sebagai kekuatan inti Adrik.
Banyak orang berbisik-bisik bahwa Sang Kaisar sengaja membina Adrik. Bagaimanapun, meski Adipati Minas memiliki pengaruh besar, namun beliau sudah tua. Tidak ada yang tahu berapa tahun lagi veteran tentara Kekaisaran ini akan hidup. Saat ini Sang Kaisar mengandalkan pengaruh Adipati Minas untuk mendiamkan pasukan, namun begitu Adipati Minas meninggal, diperlukan sosok baru dengan bobot setara untuk menggantikan peran Adipati Minas.
Tak diragukan lagi, Adrik yang berasal dari Faksi Elang, memiliki jasa perang gemilang, sangat setia pada Kekaisaran, dan jelas-jelas berbeda dengan faksi warlord, adalah kandidat yang sangat cocok.
Tapi ada juga yang menganggap Kaisar mungkin sudah pikun!
Meski Adrik memiliki banyak kelebihan, namun tidak cocok untuk menggantikan posisi Adipati Minas!
Keberadaan Adipati Minas sebenarnya terutama terletak pada kemampuannya mengguncang faksi warlord! Veteran militer ini memiliki begitu banyak bawahan di pasukan, bahkan banyak anggota faksi warlord yang pernah bekerja di bawah komando Adipati Tua. Bagaimanapun pertikaian antara faksi warlord dan keluarga kerajaan, mereka selalu menjaga tiga poin penghormatan terhadap Adipati Minas.
"Peran terbesar sang Adipati adalah menjadi pelumas antara keluarga kerajaan dan faksi warlord setiap kali persaingan mereka terlalu sengit, untuk menjaga stabilitas situasi besar Kekaisaran."
"Tidak diragukan lagi, Adrik sama sekali tidak memiliki fungsi seperti itu! Jenderal sombong ini terlalu keras kepala, benar-benar bertolak belakang dengan faksi warlord! Meski Sang Kaisar sangat menghargai kewibawaan dan jasa perangnya, namun mengabaikan hubungannya dengan faksi warlord! Kuatirnya, tokoh keras seperti ini justru akan memperkeruh hubungan antara keluarga kerajaan dan faksi warlord, bukannya menjadi penengah!!!"
"Sementara itu, di lapisan atas Kekaisaran, angin berhembus dan awan bergulung. Banyak yang mengamati situasi dengan cermat..."
※※※
"Cih!!!" Ruhr meludah keras.
"Dengan ubi manis di tangan, dia mengunyah kasar lalu memuntahkan ampasnya. Duduk di dalam tenda, dia dengan lancang menyilangkan sepasang paha gemuknya di atas meja."
"Sialan, bilang Kaisar pikun? Menurutku yang ngomong begitu sendiri yang gila." Ruhr menghina Kaisar tanpa tedeng aling-aling, namun beberapa juru bendera Korps ke-13 di tenda besar sama sekali tidak menunjukkan ekspresi aneh.
"Bagaimanapun, tradisi Korps ke-13 memang arogan dan semena-mena! Sejak Ruhr menjabat, kesan semua orang tentangnya adalah: Senjata ini terlalu licik, dan terlalu bisa kabur!"
Tapi tidak disangka, begitu Ruhr datang, dia langsung menghilangkan kesan licik dan preman yang sebelumnya, berubah menjadi sosok yang bertindak semena-mena dan kejam! Setelah tiba, dia melakukan restrukturisasi besar-besaran terhadap persiapan militer. Orang yang biasanya malas ini, tiba-tiba turun langsung ke regu bendera, tinggal dan makan bersama prajurit, bahkan berlatih bersama! Setiap hari pasukan kavaleri berlatih, Ruhr makan dan tidur di markas. Sikapnya yang lepas, jujur, serta memberikan penghargaan dan hukuman dengan jelas, langsung mengubah kesan seluruh Korps Ketiga Belas terhadap "jenderal tukang kabur" ini.
Selain itu, Kaisar memerintahkan untuk memindahkan Soxia dan Burter dari Korps Ketiga Belas, hal ini juga sangat disyukuri oleh Ruhr.
Dalam urusan ini, dia juga mendapat keuntungan.
Meskipun Soxia dan Burter adalah komandan berbakat langka di pasukan, tapi pada dasarnya mereka berdua adalah mantan bawahan Adrik yang sudah terbiasa bertindak semena-mena. Veteran seperti mereka sulit ditaklukkan oleh Ruhr, dan senior-senior sejenis di Korps Ketiga Belas juga sulit dikendalikan olehnya.
Terutama Soxia, pria ini sebelumnya memimpin regu kavaleri berat di Korps Ketiga Belas - pasukan elit di antara pasukan elit, juga orang paling dihargai Adrik sebelumnya. Bahkan Adrik pernah berniat menjadikannya pengganti diri sendiri sebagai jenderal Korps Ketiga Belas di masa depan. Tapi hasilnya, setelah titah Kaisar, Adrik dipindahkan justru mengirim si gemuk Ruhr ini datang.
Di seluruh Divisi Ketiga Belas, para Juru Bendera senior ini mungkin tidak benar-benar tunduk. Syukurlah dalam pertempuran besar sebelumnya, pasukan Ruhr pernah bekerja sama dengan Divisi Ketiga Belas, sehingga ada sedikit ikatan persahabatan yang mencegah munculnya keberatan terbuka dari bawahan. Hanya karakter seperti Soxia yang sebenarnya adalah calon Jenderal masa depan Divisi Ketiga Belas, dalam hatinya tentu merasa kecewa.
Perintah Sang Kaisar yang memindahkannya membuat Ruhr meski merasa sakit hati kehilangan seorang komandan kavaleri ulung, namun juga sekaligus merasa lega.
Dalam pertempuran besar sebelumnya, beberapa komandan regu bendera di Divisi Ketiga Belas - termasuk Fontana dari Resimen Ketiga yang bertanggung jawab dalam pertempuran pengawalan belakang hingga gugur demi negara. Kini dengan kepindahan Soxia dan pria berambut perak Burter, sebagian besar komandan regu bendera senior telah pergi, membuat upaya Ruhr untuk mengkonsolidasi pasukan ini menjadi jauh lebih mudah dari segi kesulitan.
Hari ini baru saja mengantarkan Soxia dan Burter yang menerima perintah mutasi, kedua veteran Divisi Ketiga Belas ini justru tidak menunjukkan ketidakpuasan emosional. Bagaimanapun mereka telah meloncat dari level regu bendera menjadi level jenderal, kedepannya akan setara dengan Ruhr sebagai pemimpin pasukan. Malah mereka membuka hati, melakukan pembicaraan mendalam dengan Ruhr, memintanya memimpin Divisi Ketiga Belas - pasukan besi ini dengan baik, jangan sampai menghancurkan jiwa militer divisi ini.
Keduanya mengakui, selama hari-hari Ruhr ditugaskan di sini, semua orang telah melihat dengan jelas dan akhirnya mengerti bahwa Jenderal Kelinci ini sebenarnya bukan tong kosong, melainkan benar-benar orang yang memiliki kemampuan. Namun... pada akhirnya gaya khasnya yang ahli melarikan diri agak tidak cocok dengan jiwa militer Divisi Ketiga Belas, sehingga masih ada sedikit keraguan dalam hati pasukan.
Setelah mengantarkan keduanya pergi, si gemuk mengadakan rapat militer di dalam tenda. Yang tersisa sekarang adalah pasukan lama setia yang dibawanya dari Divisi Keenam, diselingi beberapa veteran asli Divisi Ketiga Belas yang juga telah sepenuhnya mendukung Ruhr.
Ruhr dengan lancang menilai tindakan terbaru Kaisar sambil menghela napas: "Siapa bilang Yang Mulia sudah pikun? Tindakan-tindakan terkini ini benar-benar menimbulkan rasa hormat! Hmm... Tapi kurasa sebagian besar ini mungkin adalah kebijaksanaan Kavhill si tua itu."
Setelah mengucapkan itu, ia berhenti sejenak lalu memerintahkan: "Setiap regu bendera bersiap-siap! Kita akan menyambut kedatangan Yang Mulia Putra Mahkota. Pengiriman Putra Mahkota ke sini oleh Yang Mulia adalah bukti kepercayaan tertinggi pada Divisi Ketiga Belas. Semua harus ekstra hati-hati, jangan sampai mencoreng nama Divisi Ketiga Belas!"
Usai memberi perintah, para hadirin bubar. Ruhr menjatuhkan diri dengan keras di kursi berlapis bulu binatang, menggigit ubi manis dengan ganas. Pipinya mengembung saat mengunyah dengan kasar, ekspresinya terlihat mengerikan.
"Sial... langkah ini sangat berisiko. Kaisar pasti bertekad bulat untuk bertindak terbuka melawan faksi warlord! Inilah alasannya dia sengaja mengasingkan Putra Mahkota ke sini. Korps Ketiga Belas selalu menjadi pasukan paling loyal di Kekaisaran. Jika Sang Kaisar dan markas besar militer bertikai, ini bisa memicu pemberontakan! Kota Kekaisaran akan menjadi tempat paling berbahaya. Dengan mengirim Putra Mahkota ke sini, aku diperintahkan untuk melindungi calon penerus tahta ini."
Setelah berhenti sejenak, Ruhr melempar ubi di tangannya, bergegas ke dinding dan menatap map di sana. Keningnya berkerut keras.
"Bagaimana rencana Sang Kaisar? Dari dalam ke luar? Atau luar ke dalam? Begitu bertikai dengan faksi warlord, mereka pasti tidak akan tinggal diam! Hmm... Aku harus bersiap siaga, siap berangkat ke selatan kapan saja untuk membela kerajaan. Tapi... lokasi inilah kuncinya! Sialan, kenapa dulu tempat ini juga dijadikan distrik militer? Ini seperti memborgol leher sendiri!"
Jari yang menunjuk map itu tepat mengarah ke Distrik Militer Armenia, wilayah yang berbatasan langsung dengan utara Kota Kekaisaran Osthia!
Distrik ini terkenal dengan produksi besi dan pasukan berzirahnya. Yang terpenting, lokasi geografisnya sangat dekat dengan wilayah administratif langsung Osthia! Dari Armenia, dengan pasukan berkuda bergerak cepat tanpa halangan, hanya perlu dua hari untuk sampai di gerbang Kota Kekaisaran Osthia!
"Sebuah kekuatan penting dari faksi warlord seperti ini berada tepat di bawah kelopak mata ibu kota kekaisaran, tidak diragukan lagi bagaikan pedang yang menghadang di leher keluarga kerajaan!"
Setelah berhenti sejenak, Ruhr tiba-tiba mengeluarkan tawa seram.
"Pengamat, lagi-lagi pengamat sialan! Waktu itu Bonfret si kelinci mati itu menjadi pengamat, turun ke Korps Ketiga Belas, dan hasilnya dia benar-benar jadi kelinci mati. Hmph, kali ini Putra Mahkota sendiri yang datang sebagai pengamat... Sialan, benar-benar pertanda buruk!"
Memikirkan ini, Ruhr menghela napas, ragu beberapa detik, akhirnya mengaum: "Pengawal!!"
Seorang kurir pengawal segera berlari masuk dari luar tenda.
"Sampaikan perintahku! Resimen Ketiga segera berangkat ke selatan! Berkemah 100 li ke selatan! Setiap tiga hari geser 10 li lebih ke selatan! Jika pihak lokal bertanya, katakan kita sedang melatih rekrutan baru dalam simulasi pergerakan jarak jauh musim semi!"
Kurir itu menegakkan pinggangnya memberi hormat lalu keluar, namun Ruhr tampak tegang, sorotan matanya berkilat menatap map di dinding.
Kerusuhan internal akan segera dimulai... Sial, begitu kami kacau, orang Odin pasti akan memanfaatkan situasi! Odin... Nenek, Char nak muda, kebetulan kau ada di perbatasan utara, begitu orang Odin menyerang, kaulah batu pertama di bawah tapak besi mereka! Haha, jika kau mengerti logika di balik ini, pasti kau akan marah sampai memaki-maki!
“Hmph, nak, jadi pahlawan atau pecundang, tergantung performamu dalam waktu dekat ini.”
