Sepanjang Padang Merah kami berjalan ke timur laut, dengan cepat sampai di sungai panjang yang pernah dilewati Char dulu. Mengikuti aliran sungai ini ke utara, medan perlahan mulai menanjak. Melihat padang datar di sekeliling, tekstur tanah berangsur-angsur menjadi lebih gembur, jelas akibat erosi sungai selama bertahun-tahun yang membuat kualitas tanah di sini sedikit lebih baik dibanding daerah lain. Sesekali terlihat hutan-hutan kecil, meski pohonnya masih jarang dan pendek, tapi sudah jauh lebih baik dibanding lahan tandus luas yang sebelumnya kami lewati.
Setelah dua hari lagi menyusuri sungai ke utara, akhirnya di sore hari ini, tujuan perjalanan kami tercapai!
Di depan mata terbentang lereng sepanjang dua-tiga li. Lereng ini terletak di sisi barat sungai panjang, ditutupi vegetasi setengah kuning setengah hijau. Menurut Tian Gong, sukunya berada tepat di tengah area yang dikelilingi lereng ini. Bentuk lereng seperti setengah lingkaran yang memeluk erat, membuat lokasi suku terkepung secara alami di dalamnya - benar-benar tempat yang strategis.
Kini kondisi Tian Gong sudah pulih 70-80%. Semangatnya yang gagah mulai kembali, tenaganya sudah pulih 50-60%. Meski jika dipaksakan bekerja keras masih mudah terengah-engah dan berkeringat dingin, tapi sudah bisa memanggul kapak besar hasil bagi-bagian dari tentara bayaran lain, bahkan sempat berlatih beberapa saat.
Pada titik ini, Tian Gong yang sudah lebih dari setengah tahun meninggalkan rumah akhirnya tiba di sarangnya sendiri. Dengan perasaan agak emosional, ia melompat ke atas kereta kuda sambil menghadap ke depan menerjang angin, berseru "Ook-Ook" dengan auman penuh semangat.
Konvoi terus bergerak maju. Tak lama kemudian, terlihat tembok tanah sepanjang 1 meter melintang di mulut lembah lereng yang sudah terlihat jelas. Jelas ini dibangun oleh para goblin sendiri. Bagi manusia biasa yang lincah, tembok setinggi ini bisa dilewati dengan sekali lompatan, namun bagi ras goblin yang bertubuh pendek, ini sudah merupakan markas pertahanan yang cukup baik.
Dari kejauhan melihat konvoi besar mendekat, beberapa kepala kecil hijau muncul dengan panik dari balik tembok tanah, memandang waspada ke arah rombongan ini. Segera terdengar teriakan "Ook-Ook" yang kaget bergema.
Di tengah tembok tanah terdapat pagar kayu yang dirakit. Beberapa goblin segera keluar, mengangkat pagar tersebut untuk menutup pintu, lalu beberapa lainnya berlari histeris kembali ke dalam untuk membawa kabar.
Ketika konvoi para hadirin tiba di mulut lembah, baru saja berhenti, terdengar keributan dan suara langkah kaki dari dalam. Xia Ya berdiri di atas gerbong dan melihat, dari lembah telah keluar 200-300 prajurit goblin dari suku Tian Gong. Goblin-goblin ini jelas lebih elit dibandingkan para pengembara goblin yang pernah ditemui di jalan. Meski postur tubuh mereka masih pendek khas rasnya, terlihat lebih berotot. Jelas mereka biasa makan cukup dan berpakaian layak. Senjata yang digunakan juga sudah "terlogamkan". Prajurit rendahan yang asal membawa tongkat kayu sudah tidak terlihat.
Bahkan Xia Ya yang bermata elang justru melihat ada sekelompok goblin yang membawa panah di tangan!
Meski busur yang digunakan goblin jauh lebih kecil ukurannya dibanding milik manusia, seperti mainan anak-anak, tapi pandangan Xia Ya tajam. Sekilas ia tahu kualitas busur-busur itu cukup baik. Beberapa sudut busur bahkan dibungkus kulit binatang. Hanya saja anak panahnya beragam, banyak yang ujungnya dibuat dengan mengasah tulang-tulang putih pucat.
Tapi fakta bahwa mereka bisa memiliki pasukan pemanah sebagai unit teknik tempur, sudah cukup menunjukkan keunikan suku Tian Gong ini.
"Ratusan prajurit suku memenuhi tembok tanah, waspada memandang ke luar. Pada saat itu, Tian Gong sendirian menggotong kapak berlari ke depan, berdiri di depan tembok tanah sambil teriak-teriak ke dalam. Para goblin di atas tembok yang melihatnya langsung gempar!
Beberapa goblin langsung berteriak "Ook-Ook" keras-keras, situasi lapangan sempat kacau. Bahkan ada goblin yang langsung melompat dari tembok, bersiap memindahkan pagar yang menghalangi pintu masuk utama. Namun segera, sekelompok kecil goblin bersenjata pedang-pisau keluar, menebas habis teman mereka yang hendak membuka pintu. Para goblin itu kemudian mengacungkan cambuk, berlarian di atas tembok sambil berteriak, dengan cepat meredakan kekacauan.
"Sepertinya... mereka tidak bermaksud membuka pintu menyambut Tian Gong." Char terkekeh.
Tak lama kemudian, dari dalam lembah muncul sekelompok pasukan goblin yang mengelilingi satu makhluk. Begitu melihatnya, Char hampir tertawa terbahak-bahak!
Makhluk yang dikelilingi ini pastilah pemimpin baru suku saat ini.
Tak perlu diragukan, tentu ini juga seekor goblin... Hanya saja, penampilan goblin yang satu ini benar-benar membuat orang terkesima!
Banyak manusia di luar, ada yang menunggang kuda, ada yang berdiri di atas gerbong, semuanya terlihat jelas. Begitu melihat wujud pemimpin goblin di dalam, banyak yang ekspresinya aneh. Sharba langsung menggaruk kepalanya, bergumam: "Sialan... Ini goblin atau babi?"
Ciri paling mencolok dari pemimpin goblin di dalam itu adalah... GEMUK!!
Jujur saja, Char belum pernah melihat goblin dengan bentuk seperti ini!!
Biasanya, para goblin yang tinggal di daerah tandus seperti Padang Merah selalu kekurangan makanan. Jadi selain tubuhnya yang memang kecil sejak lahir, hampir semua goblin terlihat sangat kurus karena kondisi setengah kelaparan sepanjang tahun.
Kesan umum tentang goblin adalah makhluk berkulit hijau, bertubuh kecil dan kurus kering.
Tapi pemimpin goblin di depan mata ini... Bisakah dia masih disebut goblin?!!
Dari tinggi badan, dia setengah kepala lebih tinggi dari goblin biasa, hanya sedikit lebih pendek dari Tian Gong. Tapi dari postur tubuh... Empat goblin biasa digabung pun mungkin belum sebanding dengan bobotnya!
Dari kejauhan, makhluk ini mengenakan jubah kulit berwarna-warni yang terbuat dari berbagai macam kulit binatang. Saat berjalan, seluruh tubuhnya di bawah jubah itu bergoyang-goyang seperti daging gemuk yang terus bergetar! Ia berjalan bak gelombang daging yang bergulung-gulung—tidak, seolah ia tidak berjalan melainkan "berguling" mendekat.
Tubuh goblin yang memang pendek membuat kedua kaki pendeknya semakin tak terlihat dibandingkan badan gemuknya. Lehernya... seolah ia terlahir tanpa leher! Di bawah dagu bertumpuk tiga lapisan lemak hijau menyala yang berlipat-lipat. Wajahnya tertutup lapisan lemak tebal yang menyempitkan sepasang mata kecilnya hingga hampir tak terlihat.
Pinggang? Terus terang, ia sudah tidak punya pinggang lagi! Seluruh penampilannya menyerupai bola raksasa!
Makhluk ini didampingi sekumpulan goblin menuju belakang tembok tanah. Melihat Tian Gong di luar tembok, ia mulai berteriak riuh. Para goblin di balik tembok itu serentak mengangkat senjata dan bersorak mendengar teriakannya.
Tian Gong di luar jelas murka, terus-menerus meneriakkan suara gemas yang mirip "Ook-Ook".
"Suruh Tian Gong mundur," Char menggeleng. "Rupanya tak bisa diselesaikan dengan mudah. Harus menggunakan pedang-pisau untuk berbicara."
"Sharba mendengar, lalu berlari ke depan untuk membawa Tian Gong kembali. Wajah Tian Gong penuh kemarahan, di hadapan semua orang ia melompat-lompat sambil berteriak histeris beberapa saat. Xia Ya hanya tersenyum, menunggu Tian Gong selesai bicara baru berkata: 'Bicara bahasa manusia, sebenarnya apa yang terjadi?'"
"'Di dalam! Pemimpin! Adik! Milikku!!' Satu kalimat Tian Gong langsung membuat semua orang paham. Sharba tak tahan tertawa: 'Sialan, benar-benar satu jenis beras bisa memelihara seratus jenis manusia... ah salah, mereka ini bukan manusia... Tapi, sialan, kenapa saudara kandung bisa beda rupa begitu jauh? Tian Gong, apa adikmu bukan jelmaan babi?'"
"Tian Gong bergumam kasar: 'Suku, milikku, rebut kembali! Adik, milikku, tidak baik, bunuh!'"
"Xia Ya terkikik: 'Kalau begitu, tak perlu banyak bicara lagi. Langsung mulai pertarungan. Suruh Philip menggiring para goblin itu ke depan sebagai pasukan pelopor.'"
"Setelah jeda sebentar, Xia Ya berdiri di gerbong sambil melihat ke dalam, tiba-tiba mengeluarkan suara 'Hmm'."
"'Di dalam lembah... ada manusia?'"
"Mendengar ini, semua orang segera melompat ke gerbong dan berdiri di tempat tinggi untuk mengintip ke dalam."
"Ternyata!"
"Di dalam lembah, tepat di belakang para goblin, samar-samar terlihat sekelompok kecil makhluk! Mereka berdiri jauh di belakang gerombolan goblin, terpisah dan hanya mengamati dengan dingin. Meski jaraknya cukup jauh, namun dengan latar belakang penuh goblin di sekelilingnya, sangat jelas... mereka adalah manusia!"
“Para makhluk ini mengenakan jubah kulit binatang berwarna-warni, kulit mereka gelap kehitaman dengan semburat kemerahan yang mengkilap, postur tubuh gesit, sangat mencolok di antara para goblin yang bertubuh pendek. Meski jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar dua tiga puluh, setiap individu terlihat penuh semangat dan garang, masing-masing membawa tombak pendek di punggung dengan mata tombak tajam mencuat, sebagian juga memegang busur melengkung. Mereka berdiri di sana, tepat saat pandangan Char dan yang lain mengarah ke sana, lawan juga sedang melihat ke sini, kedua pihak saling bertatapan.”
“Char jelas merasakan, sorot mata aneh para manusia itu yang mengarah ke sini dipenuhi rasa ingin tahu yang jelas, hampir tidak ada niat jahat.”
“Mereka adalah orang Zhaku.”
“Suara Philip terdengar di telinga Char: ‘Aku pernah melihat orang Zhaku di masa lalu, persis dengan kostum seperti ini.’”
“Mendengar ini, hati Char justru merasa lega. Ternyata Tian Gong tidak berbohong, sukunya memang memiliki hubungan dengan suku orang Zhaku.”
“Hah! Hidup atau mati, tergantung pada penaklukan suku hari ini.” Char tersenyum: “Setelah menemukan orang Zhaku, emas pasti sudah dekat! Ah, dan juga Ubi Ajaib Iblis!”
“Bab 184 Perempuan Seperti Ular”
Para goblin di lembah terus-menerus berteriak, jelas terdengar suara fitnah dan ancaman. Ini juga menunjukkan bahwa untuk makhluk seperti goblin, sulit diharapkan memiliki sifat seperti "kesetiaan". Meskipun Tian Gong sebelumnya sangat dihormati, tampaknya hanya sedikit goblin di suku yang loyal padanya. Beberapa yang tadi bersiap membuka pintu, semuanya sudah dipenggal.
Para goblin tampak overconfiden. Meskipun konvoi ini semuanya manusia... tapi jumlah mereka terlalu sedikit, hanya sekitar seratus lebih... Padahal suku goblin memiliki populasi puluhan ribu! Jika mengesampingkan lansia, wanita, dan anak-anak, masih bisa mengumpulkan 1-2 ribu prajurit goblin berotot!
Tapi segera, goblin-goblin di atas tidak bisa lagi berlagak arogan!
Begitu Philip bersiul, sekumpulan goblin segera membanjiri area dari belakang konvoi!
Setelah melalui pelatihan Philip selama perjalanan, meski kemampuan tempur goblin-goblin ini masih berantakan, formasi mereka di mulut lembah terlihat cukup rapi! Meski masih gaduh dengan teriakan khas "Ook-Ook", barisan mereka dari segala sudut mulai terlihat bentuknya. Tentu tak bisa dibandingkan dengan tentara reguler, tapi di Padang Merah, ini sudah dianggap pasukan elit goblin!
Apalagi, jumlah goblin di sini mencapai enam tujuh ratus ekor! Itupun semuanya menggunakan senjata logam dan mengerti berbaris rapi... Kalau tidak tahu, bisa disangka seluruh klan suku goblin lain yang menyerang!
Suku goblin di Padang Merah umumnya berukuran kecil, jumlah seribu saja sudah bagus. Seperti suku Tian Gong yang bisa mengumpulkan lebih dari sepuluh ribu, selain mengandalkan keberanian dan reputasi Tian Gong sendiri yang bertugas, serta menelan beberapa suku lain, juga ada dukungan orang Zhaku untuk memenuhi kebutuhan pangan suku sebesar ini.
Tapi meski begitu, jumlah prajurit goblin di sukunya pasti tidak sampai dua ribu. Dalam kondisi normal, mempertahankan seribu prajurit yang bisa bertarung saja sudah sulit. Soalnya persediaan makanan selalu kurang.
Tapi di depan mata, di luar lembah justru berkumpul enam tujuh ratus goblin! Itupun semuanya bersenjata logam, terlihat cukup "elit", bahkan di belakangnya ada konvoi manusia sebagai sekutu...
Sifat alami goblin memang pengecut. Melihat situasi ini, aura mereka langsung melemah. Beberapa goblin bahkan panik berteriak-teriak.
Melihat moral para goblin di sukunya jatuh, Char melihat kesempatan. Ia langsung memerintahkan Philip memimpin ratusan goblin hasil rekrutan untuk menyerang!
Menurut Char, ini kesempatan emas. Musuh sedang kacau dan moral rendah. Saat seperti ini, dengan berlari sekuat tenaga mungkin bisa langsung menerobos garis pertahanan suku di dalam. Begitu masuk, urusan selanjutnya akan jauh lebih mudah.
Hanya saja... tak disangka, para goblin ini ternyata sangat mudah ditangani. Persiapan yang begitu banyak sebelumnya, malah jadi sia-sia.
Pemikiran Char ini sebenarnya tidak salah, bahkan rekan-rekannya baik Sharba maupun Hawk sepakat dengan pandangan ini: Musuh sedang moral rendah, menyerang di saat seperti ini memiliki peluang di atas tujuh puluh persen.
Tapi hasilnya... kondisi aktual yang terjadi justru membuat para hadiran langsung melotot!
Tian Gong bersama pasukan goblin bawahannya yang dikumpulkan Philip, meneriakkan "Ook-Ook" dengan lantang, berhamburan menyerbu ke depan. Momentum mereka terlihat sangat dahsyat, jumlah enam tujuh ratus seperti gelombang kecil yang menyapu ke arah tembok tanah di lembah suku...
Tapi secepat itu, gelombang serangan ini runtuh.
Atau lebih tepatnya... para goblin penyerang itu sendiri yang histeris!
Di dalam tembok tanah, para goblin suku telah jelas-jelas panik. Hanya beberapa goblin yang secara refleks melempar batu yang menumpuk di belakang tembok, ada juga yang membuka busur dan menembakkan panah secara sembarangan ke luar - Dan Char di belakang jelas melihat, banyak goblin suku setelah melempar batu atau menembakkan panah, langsung berbalik dan bersiap melarikan diri!
Tapi anehnya, hanya dengan segelintir batu dan belasan anak panah yang berantakan itu, momentum serangan kubu kami langsung runtuh!
"Para goblin penyerang itu, performanya bahkan jauh lebih buruk dibanding goblin suku di balik tembok tanah! Anak panah batu yang jatuh di tengah antrian sebenarnya tidak melukai banyak goblin, tapi para makhluk ini langsung mengeluarkan suara 'boom!', serentak berteriak histeris, berbalik arah dan berhamburan kocar-kacir!! Kerumunan yang berlarian panik itu bahkan membuat Tian Gong yang berada di tengah rombongan hampir terinjak-injak sekutu sendiri! Miris melihat gerombolan goblin berkerumun gelap berlarian kembali, sementara Tian Gong tertinggal di belakang. Seseorang dari balik tembok tanah melepaskan anak panah yang tepat menancap di pantat Tian Gong, membuatnya menjerit-jerit marah sambil melompat-lompat kembali."
Char nyaris memuntahkan darah melihatnya. Para hadirin di sekitarnya terdiam sejenak, baru Sharba yang pertama berbicara: "Sial! Ini namanya perang apa?!"
Philip kembali, melirik Char lalu Sharba dengan wajah suram: "Goblin memang selalu seperti ini. Dulu saat mencoba merampok kita, jumlah mereka berkali-kali lipat sekarang. Bukankah hanya dengan sekali tembakan panah kita sudah bisa mengusir mereka? Mustahil mengandalkan goblin ini untuk menyerbu masuk. Awalnya kuminta merekrut makhluk ini pun bukan untuk menggempur, hanya memberi Tian Gong momentum serangan. Mereka cuma umpan meriam, bukan pasukan penyerbu."
"Kalau begitu, lebih baik kita yang maju." Char mendengus sinis.
“Dewasa, Anda tidak perlu marah seperti ini.” Philip tersenyum sinis: “Berdasarkan yang kuketahui, perang antar goblin selalu seperti ini. Para makhluk ini tidak punya keberanian bertarung sampai mati, kecuali ada godaan yang cukup besar untuk memicu keserakahan mereka. Tanpa itu, mustahil membuat mereka benar-benar mengerahkan kekejaman untuk bertarung habis-habisan.”
“Begitu ya…” Char berpikir sejenak: “Pergilah bilang pada para goblin itu, siapa yang bisa menerobos tembok tanah akan kuberi sekarung persediaan makanan. Bukankah makanan yang paling mereka idamkan?”
Philip mengangguk: “Ini seharusnya cukup efektif.”
Tak lama kemudian, gelombang serangan kedua dilancarkan setelah seperempat jam.
Kali ini, dengan iming-iming hadiah makanan, para goblin ternyata jauh lebih bersemangat. Keberanian mereka pun bertambah.
Namun kesempatan emas telah terlewat… Runtuhnya gelombang pertama dengan mudah membuat moral suku goblin yang awalnya lesu langsung tersentak. Mereka seolah menyadari bahwa meski jumlah musuh di luar cukup banyak, tapi ternyata tidak terlalu menakutkan. Keberanian untuk melawan pun menguat. Dalam gelombang kedua, dinamika pertarungan kedua pihak mulai terlihat jelas: Batu dan anak panah di balik tembok tanah vs banjir goblin yang menyerbu di depannya. Pertarungan kali ini berlangsung lebih dari seperempat jam sebelum berakhir dengan hancurnya semangat para penyerang. Setelah mundur, para goblin terlihat jelas kecewa. Jelas bahwa untuk sementara mustahil membangkitkan keberanian mereka untuk menyerbu lagi.
Yang membuat para hadirin semakin mengerutkan kening adalah, di suku Tian Gong, pada serangan kedua siang itu, jumlah pemanah meningkat signifikan. Bahkan beberapa pemimpin goblin yang cukup tangguh menunjukkan kekuatan tempur yang membuat Char dan kawan-kawannya memalingkan wajah.
Ternyata suku Tian Gong, sang makhluk terkuat di antara para goblin ini, memang berbeda dari yang lain.
Terutama sang tuan tanah baru yang berbentuk seperti bola, adik Tian Gong. Meski terlihat gemuk, siang itu ia turun langsung bertarung! Makhluk obesitas ini, meski gerakannya lamban, memiliki tubuh kasar dan tenaga luar biasa! Dengan sebatang tongkat besi tebal di tangannya, satu hantaman saja mampu meremukkan goblin. Keperkasaan seperti ini pantas disebut adik Tian Gong.
"Kalau begitu, mari kita mulai." Char menggelengkan tangan dengan senyuman sinis, "Kita tak bisa mengandalkan goblin-goblin ini."
Philip menatap topografi di kejauhan, tersenyum: "Menyerang dari depan, meski kita tak takut panah... Tapi Tuan, tentara bayaran dalam rombongan ini nantinya akan jadi pasukanmu. Panah tak kenal ampun, kehilangan satu saja sudah merugikan. Aku pun ide: biarkan goblin menyerbu palsu di depan sebagai umpan, sementara kita menyusup lewat bukit samping. Bukit itu tidak tinggi, seharusnya mudah didaki."
Char mengangguk. Dalam perang, menghemat tenaga dan mengurangi korban jiwa selalu baik.
"Begitu saja diputuskan, aku sendiri yang akan bawa pasukan, masuk lewat bukit kecil di sebelah. Kau di luar pimpin para goblin ini. Aku dari dalam akan hancurkan tembok tanah pertahanan kota, lalu kau bawa senjata-senjata ini langsung serbu masuk. Serangan dari dalam dan luar, pertarungan di area ini bisa kita kuasai."
Char tiba-tiba teringat sesuatu, memanggil Tian Gong lalu menuding bukit kecil di samping lembah itu: "Di bukit itu ada jebakan berbahaya apa tidak?"
"Tidak ada."
Char heran: "Bukit ini tidak tinggi, masa waktu kalian berperang dengan suku lain dulu, tidak ada musuh yang masuk lewat bukit?"
Jawaban Tian Gong membuat Char melotot cukup lama.
"Ada pintu, ngapain repot-repot panjat bukit?"
Kalimat itu membuat Char hampir muntah darah.
Goblin... Ternyata memang cuma goblin.
※※※
Xia Ya meninggalkan Philip dan Sharba di luar untuk memimpin pasukan, sementara dirinya sendiri membawa Hawk dan dua puluh tentara bayaran, mengenakan baju zirah, diam-diam meninggalkan rombongan dari ujung akhir, memutar melalui sisi mulut lembah, lalu mendekati lereng bukit di samping lembah dengan perlengkapan ringan. Melihat lereng bukit yang tidak terlalu curam, Xia Ya menarik napas lega. Tanpa kesulitan berarti, mereka berhasil mendaki puncak bukit. Dari atas terlihat jelas sebuah desa suku di tengah lembah yang datar, dengan deretan rumah tanah kecil yang dibangun menempel di lereng bukit, serta beberapa gua yang digali langsung dari badan gunung. Rumah-rumah tanah itu terbuat dari tumpukan lumpur dan rerumputan, berjejal dalam pola menyilang yang tampak sangat berantakan.
Namun di bagian terdalam tepat di tengah, berdiri sebuah gedung kayu tiga tingkat yang menjadi bangunan tertinggi di lembah. Lantai dasar gedung kayu itu berlubang, ditopang oleh puluhan kayu besar yang membentuk lantai pertama. Sebuah tangga kayu panjang membentang ke bawah, memungkinkan akses langsung dari tanah ke lantai dua. Desain yang berbeda dari bangunan lain di lembah ini jelas-jelas merupakan kediaman kepala suku.
Xia Ya berpikir sejenak, lalu berkata: "Jumlah kita sedikit, sementara populasi suku ini mencapai sepuluh ribu. Kita harus mencari cara menciptakan kekacauan agar pasukan di luar bisa bertindak. Kita akan berpisah, berkelompok lima orang, mencari tempat masing-masing untuk membakar! Begitu api menyala, mereka pasti akan kacau di dalam! Hawk, kau dan aku akan berdua... Kita yang akan membakar gedung kayu terbesar itu!"
"Hawk juga melihat rumah kayu besar itu, tak bisa menahan tawa: \"Bagus! Kalau mau bakar, nyalain yang paling besar baru seru!\""
"Yang lain, begitu api berhasil dinyalakan, serbu bersama ke mulut lembah!"
Setelah membagi tugas, para tentara bayaran berhamburan menyusuri bukit menyelinap masuk ke lembah. Char dan Hawk saling pandang, lalu meluncur turun ke lembah. Mereka mendarat di balik tumpukan tembok tanah, merayap sambil menekuk pinggang sepanjang dinding. Saat itu di mulut lembah sedang terjadi serangan palsu. Banyak goblin berlarian di dalam lembah, mendengar keributan langsung mengalir ke pintu masuk. Char dan Hawk menyelinap sepanjang tebing, segera sampai di bawah rumah kayu terbesar.
Char mengamati struktur rumah kayu ini. Desainnya cukup cerdik, lantai bawah sepenuhnya terangkat. Ini mempermudah pekerjaan - tak perlu menyalakan api. Cukup tebang beberapa penyangga kayu tebal di bawah, pasti bangunan ini akan roboh!
Char tersenyum, menunjuk pilar kayu tebal di depan: "Kamu tebang di sini, aku ke sisi seberang. Kalau kedua sisi ditebang bersamaan, bangunan ini pasti runtuh!"
Usai bicara, dia menyambar garpu api dan lari ke sisi lain rumah kayu. Melewati beberapa pilar, hendak bersiul memberi kode ke Hawk untuk mulai bertindak. Tiba-tiba terdengar suara dari atas kepala.
Suara langkah kaki terdengar turun dari tangga kayu tinggi di atas, sepertinya ada seseorang yang turun dari pondok kayu di lantai atas. Bukan cuma satu pasang langkah kaki, tapi juga disertai suara obrolan dengan nada bicara aneh dan kaku, bergumam-gumam, namun tidak ada teriakan khas para goblin "Ook-Ook". Jelas yang turun bukanlah para goblin.
Suara itu segera turun ke bawah. Char langsung melompat ke balik sebuah pilar. Terdengar suara berat bergumam beberapa kali. Char mengintip sedikit dan melihat beberapa orang berotot berdiri di sana. Mereka semua mengenakan jubah kulit binatang dengan penampilan kasar. Empat orang membawa tombak pendek di punggung, ada juga yang menyelipkan kapak pendek atau pisau pendek di pinggang. Setiap orang berdiri tegak dengan wajah garang, beberapa bahkan melukis wajah mereka dengan cat minyak warna-warni.
Orang Zhaku?
Char beringsut di balik pilar, hendak menunggu mereka pergi. Tiba-tiba suara obrolan mereka semakin dekat. Lalu terdengar teriakan keras dan suara "Huuush!" - sebuah bayangan menyergap ke balik pilar! Orang itu mengangkat kapak dan langsung menghujam ke arahnya!
Char terkejut! Tak disangka orang-orang Zhaku ini begitu waspada, bisa menemukannya. Dengan cepat dia mengangkat garpu api secara horizontal untuk menahan serangan. Kapak lawan menghujam garpu, seketika setengah bilah kapak terpotong dan melayang ke udara. Char langsung menerjang ke depan, membungkukkan bahunya ke perut orang Zhaku itu hingga sang lawan terlempar jauh.
Saat menoleh ke belakang, Char baru menyadari dalam hati!
Rupanya meski tempat persembunyiannya tadi cukup tersembunyi, sinar matahari dari sudut yang justru memantulkan bayangannya dengan jelas di tanah sehingga terpapar oleh musuh.
Baru saja dia melemparkan seorang Zhaku, yang lain hendak berlari maju ketika tiba-tiba diteriakani oleh salah satu dari mereka.
Pria ini mengenakan mantel kulit macan tutul yang berwarna-warni, rambut merah kecokelatannya dikepang menjadi beberapa kuncir kecil. Dahinya dihiasi pola cat minyak, posturnya sama gagahnya dengan Char, jelas merupakan pemimpin suku Zhaku. Dengan sorot mata tajam, dia menatap Char lalu tiba-tiba tersenyum lebar menampakkan gigi putih berkilau yang kontras dengan kulit gelapnya, senyuman yang terkesan mengerikan.
"Manusia?"
Meski kaku, tapi merupakan bahasa Bizantium yang standar.
Char terdiam sejenak, lalu mengacungkan garpu apinya sambil berteriak: "Tentu manusia! Lalu kamu, bukankah juga manusia?"
"Kami orang Zaku adalah anak dewa, tentu bukan orang biasa!" Orang Zaku ini berekspresi tegas, memandang Char sambil tetap menggunakan bahasa Bizantium yang kaku: "Kalian yang menyerang suku kami kan? Manusia memang licik, tak bisa menembus dari luar, menyusup masuk untuk menyergap."
Char menggeleng: "Aku tak ingin bermusuhan dengan orang Zaku. Lebih baik kalian jangan ikut campur urusan ini!"
Lawannya menyeringai sambil mencabut tombak pendek di punggungnya: "Manusia, mulut keras tak berguna!"
Usai bicara, dia berteriak dan langsung menusuk! Begitu lawan bertindak, raut Char langsung serius. Tombak lawan menusuk hingga ujungnya mengeluarkan desiran angin! Saat tombak menyambar depan mata, energi dahsyat langsung tercipta! Char geser ke kiri, mencoba menotok tombak dengan garpu api. Tapi gerakan lawan super cepat, jelas sudah tahu garpu api Char sangat tajam. Tiba-tiba tombak diputar kencang, ditarik licik hingga garpu api Char meleset! Tombak teracung, cahaya berkilau menyambar wajah. Jantung Char berdebar, dia segera mundur cepat!
Sruuut!
Seberkas cahaya menyambar wajah Char. Ia mengangkat tangan dan mengusapnya, tak disangka beberapa tetes mutiara darah merah tergores di pipinya. Goresan tipis mulai muncul...
"Sial! Laozi tidak ingin bermusuhan dengan kalian orang Zhaku. Lebih baik jangan paksa aku!" Char melotot dengan garang.
"Manusia, pengecut!" Orang Zhaku itu menyeringai. Tiba-tiba ia menerjang turun seperti macan tutul ganas. Tombak pendek di tangannya menusuk cepat bagai kilat! Seketika Char melihat hamparan cahaya menyilaukan! Angin kencang menerpa wajahnya. Dengan hati membatu, matanya menyala merah darah - aura mengerikan merah pun berkobar, membuat segalanya jelas!
Mata tombak lawan melukiskan tujuh delapan bayangan. Tapi kali ini, di mata Char tak ada lagi keajaiban. Dengan senyuman sinis, ia memutar tubuh dan mengayunkan garpu api. "Dring-dring-dring-dring!" empat dentuman logam beruntun bergema.
Ketika orang Zhaku itu mendarat, yang tersisa di tangannya hanyalah gagang tombak. Beberapa fragmen berserakan di tanah. Barusan, dalam sekejap Char menebas tepat empat kali dengan garpu api di tombak lawan. Meski terbuat dari besi hitam berkualitas, tombak itu tak sanggup menahan sabetan garpu api yang tajam.
Wajah orang Zhaku itu pucat pasi, tapi Char sendiri juga tak santai!
Meskipun senjata lawannya telah dipotongnya, namun saat ini garpu api di tangannya terasa puluhan kali lebih berat dari biasanya! Tombak pendek lawan itu entah dilengkapi kekuatan macam apa, sepertinya mirip dengan aura tempur. Saat garpu apinya memotong tombak pendek lawan, dia jelas-jelas merasakan benturan dengan kekuatan yang dahsyat! Getarannya membuat lengan Char nyeri, bahkan jelas mendengar suara krek-krek dari tulangnya sendiri!
Diam-diam dia memindahkan garpu api ke tangan kiri, melirik orang Zhaku ini, lalu terbang melesat ke belakang sambil berlari. Tujuan awalnya adalah menyergap, bukan bertarung habis-habisan.
Di belakang, Hock yang sudah lama tak mendengar siulan tanda serangan Char malah mendengar suara pertarungan. Dia segera berlari membawa kapak untuk membantu. Melihat Char datang berlarian sambil dikejar beberapa orang Zhaku, Hock mengaum dan mengangkat kapaknya hendak menyerang. Tapi Char menariknya kasar siap berteriak, "Pergi!"
Hock yang ditarik-tarik Char berlari sambil bertanya, "Kenapa tidak bertarung!"
"Tidak bisa! Kita tidak boleh bermusuhan dengan mereka." Char juga frustasi dalam hati: Dia masih berharap bisa bertransaksi dengan suku Zhaku. Kalau dia membunuh orang mereka, pihak Zhaku pasti menolak. Tapi kalau anak buahnya yang terbunuh, dia juga tak mau dirugikan. Mending dihindari saja konfliknya.
Mereka berdua berlari di depan, orang-orang Zhaku di belakang mengejar tanpa henti, satu di depan satu di belakang, kedua pihak mengelilingi bangunan kayu ini sekali. Saat hampir mencapai bagian depan, tiba-tiba bayangan hitam menerjang dari depan - jas kulit macan tutul itu jelas milik jagoan orang Zhaku itu!
Hawk yang berada di depan mengangkat kapak dan langsung bertarung dengan lawannya. Orang Zhaku itu juga mengganti kapak. Keduanya sama-sama kejam, tanpa bicara langsung saling serang dengan PING PANG beberapa kali tebasan kapak. Hasilnya Hawk jelas kalah, dipukul mundur oleh beberapa tebasan kapak orang Zhaku itu. Char menarik Hawk ke belakangnya, mengangkat garpu api untuk menahan serangan. KRAK! Kapak lawan menghujam garpu api lalu terbelah dua. Orang itu mendengus, terpaksa mundur lagi. Saat ini mereka dikepung orang Zhaku dari depan-belakang. Char murka: "Benar-benar memaksa Laozi mengeluarkan jurus andalan?!"
Dia mulai benar-benar kesal. Meski jagoan Zhaku ini hebat, tapi dirinya masih punya aura mengerikan merah dan jurus rahasia Tusukan Naga! Kalau digunakan, takkan kalah dengan preman ini! Tapi kalau sudah merobek topeng, bagaimana bisa berharap transaksi emas dengan orang Zhaku nantinya?
Dalam sekejap menimbang-nimbang di hati, akhirnya memilih untuk bertahan. Melihat tangga ke lantai atas di samping, dia mengangkat Hawk dan melemparkannya ke tangga: "Naik! Berlindung di lantai dua!"
Keduanya secara bergantian melompat ke atas tangga, orang-orang Zhaku di bawah tiba-tiba berteriak riuh! Seolah sangat panik, beberapa orang kampung dengan gesit menyerbu, ditendang satu per satu oleh Xia Ya dari tangga. Yang di belakang tak peduli, seperti orang gila menerjang. Ahli Zhaku itu menghampiri, tombak pendek barunya diputus Xia Ya dengan garpu api dari posisi superior, dadanya ditendang hingga terlempar. Tapi orang itu terus menjerit, Xia Ya tak hiraukan. Ia menarik Hawk terbang ke atas tangga, melihat pintu kamar kayu lantai dua di depan mata, keduanya melesat masuk...
Memasuki ruangan, Hawk di depan Xia Ya di belakang. Tiba-tiba Hawk berteriak "Aah!" dan berhenti. Xia Ya menabrak punggung Hawk, memaki: "Berhenti untuk apa!"
Hawk oleng jatuh ke tanah, matanya melotot menunjuk ke depan, suaranya berderak-derak!
Xia Ya mengangkat kepala melihat ke dalam kamar kayu, langsung terpaku!!!
Ular!
Sial! Besar sekali ularnya!!!
Gubuk kayu ini bahkan cukup luas, di dalamnya terdapat sebuah ranjang kayu lebar, dan seekor ular raksasa sebesar tonggak air melilit di atas ranjang tersebut!! Tubuh ular itu dipenuhi pola kuning terang, dengan satu sisik ular sebesar telapak tangan manusia! Meliuk-liuk di atas tempat tidur, separuh tubuhnya menjulang tinggi, kepala segitiga berukuran satu meter terangkat, mulutnya menganga memperlihatkan dua taring tajam, lidah bercabang merah menyala! Sepasang mata kuning ular itu menatap tajam ke arah Char dan Hawk!!
Ruangan dipenuhi aroma harum yang aneh, baunya begitu kuat sampai membuat pusing!
Dan ini belum yang paling mengejutkan!
Yang paling mengagetkan adalah, di ranjang ruangan ini tidak hanya ada ular raksasa aneh, tapi juga manusia!!
Seorang gadis berambut hitam panjang meringkuk di ranjang, tubuhnya bersandar pada ular raksasa itu, kedua tangan memeluk badan ular sambil bersembunyi di belakangnya.
Gadis ini memiliki kulit putih bersinar, putihnya luar biasa! Seperti gumpalan salju yang meringkuk di sana, hanya mengenakan pakaian sederhana - korset putih dan rok kulit mini putih, kaki rampingnya yang putih bersinar hampir sepenuhnya terbuka.
"Gadis ini wajahnya pucat, tanpa sedikitpun cahaya merah darah, terlihat sangat lemah dan sakit. Melihat Char dan Hawk berlari masuk, dia langsung menjerit dan meringkuk di belakang ular, wajah pucatnya yang anggun terlihat sebagian, matanya penuh ketakutan, kemudian mengucapkan kata-kata panik."
"Kalimat ini terdengar jelas di telinga Char, namun terasa aneh yang tak bisa dijelaskan!"
"Ka-kamu-kamu-kamu siapa?! Jan-jangan-jangan mendekat! Aku-aku-aku akan panggil orang!"
"Suaranya agak melengking, gemetar."
"Char mencoba menenangkan diri, sementara Hawk di sampingnya sudah bangkit sambil mengangkat kapak berteriak: 'Kau siapa! Laozi nggak ngerti! Sial! Ular besar banget ini!!'"
"Tiba-tiba Char tersentak, menoleh tajam sambil menatap Hawk: 'Kau bilang apa? Perkataan dia... kau nggak ngerti?'"
"Hawk menatap ular besar itu sambil berteriak kesal: 'Sialan! Siapa yang ngerti omongan dia!'"
"Sebuah pikiran aneh mulai muncul di benak Char."
"Melihat keduanya tidak pergi, gadis itu akhirnya berteriak lagi: 'Ka-kalian ce-cepat pergi! Kalau nggak, a-aku akan lepas ularnya, ular ini akan menggigit kalian!'"
"Kalimat ini terdengar jelas di telinga Char, maknanya terpahami meski sang gadis bicara terbata-bata karena panik, tapi..."
"'Tolol! Kau sedang berhadapan dengan Snake Girl! Lawanmu bicara bahasa ular, temanmu wajar saja nggak ngerti!'"
Di benak, suara Dora terdengar.
"Perempuan Ular?" Xia Ya spontan berseru: "Bagaimana aku bisa mengerti?"
"Karena aku! Ular memiliki garis keturunan Long, walau sudah jauh dan tipis... Tapi kau memiliki jejak jiwaku, wajar saja bisa paham."
