Seberkas cahaya merah bergulung-gulung melesat, langsung menghantam bagian depan kepala raksasa itu. Makhluk ini masih membuka mulutnya lebar-lebar untuk mengaum, cahaya merah itu langsung menyusup masuk melalui rongga mulutnya dalam sekejap!
Dengan jelas, serangkaian suara letupan bertubi-tubi terdengar dari dalam tubuh raksasa. Suara itu persis seperti suara kacang digoreng oleh koki yang pernah didengar Char waktu kecil di restoran, bunyi prak-prak terus bergema tanpa henti.
Seketika, tubuh raksasa itu tiba-tiba mengembang. Pembengkakan ini hanya terjadi dalam sekejap, lalu kembali ke volume semula. Namun kulit hitam mengkilapnya yang mirip zirah jenderal tebal itu segera dipenuhi retakan halus berjalin. Dari setiap celah retakan itu, samar-samar terpancar titik cahaya kemerahan.
Akhirnya... Boom! Seberkas cahaya merah meledak langsung dari ujung ekor Gigi Raksasa! Ledakan dahsyat itu melontarkan kedua kaki belakang panjangnya jauh dari tubuh, membuat ekornya terkoyak lubang mengerikan yang menghilangkan hampir seperempat badannya! Kehilangan dua kaki belakang, Gigi Raksasa tak bisa lagi berdiri. Tubuh besarnya yang sebesar gunung itu akhirnya ambruk ke tanah dengan suara gemuruh. Enam kaki yang tersisa masih menggeliat seperti jerit terakhir, tapi tak mampu lagi menopang tubuhnya.
Mulutnya sudah hancur. Dari dua gigi panjang yang dulu menakutkan, satu sudah terlempar ke tanah saat cahaya merah masuk, sementara yang satunya hampir copot. Bahkan sepasang mata menjijikkan yang menonjol itu - salah satunya membengkak hampir copot separuh. Gigi Raksasa mengaum penuh amarah dan penderitaan, tapi suaranya tak lagi seperkasa dulu, lebih mirip rintihan sekarat.
“Xia Ya berdiri di sana, perlahan menurunkan kedua tangannya. Si kampungan ini, berdiri di sana, setelah menarik napas tiba-tiba tubuhnya jatuh terdorong ke belakang dengan kepala mendongak. Setelah terbaring di tanah, dengan suara "wah", semburan darah langsung muncrat dari mulutnya. Segera, pori-pori di kulit yang terbuka di tubuhnya mulai menyerap butiran-butiran mutiara darah satu per satu!!
Rasa lelah yang hebat menerpa. Xia Ya merasa semua kekuatan dan semangat di seluruh tubuhnya hampir terkuras habis dalam serangan tadi. Saat terbaring di tanah, bahkan rasa sakit di tubuhnya tidak begitu terasa, malah agak kebas. Dengan susah payah memelintir tubuhnya, dia hendak berkata sesuatu.
Gigi Raksasa tiba-tiba menjerit kencang. Kepalanya yang sudah rusak itu tiba-tiba menegak, mulut yang terkoyak itu tiba-tiba menyemburkan lendir ke arah Xia Ya di kejauhan! Xia Ya yang sedang berdiri langsung tersiram lendir itu, terkunci tak bisa bergerak.
Gigi Raksasa bergulat beberapa kali. Bagian ujung tubuhnya yang rusak terus mengalirkan lendir aneh berwarna-warni, juga beberapa benda yang jelas merupakan organ dalam. Tubuh raksasanya meski tak bisa bangun, masih berusaha merayap maju. Tanah di belakangnya tercoreng jejak mengerikan.
"Cepat! Duoduo Luo..." Bibir Xia Ya bergetar, napasnya terengah-engah.
(Duoduo Luo saat ini sudah penuh keringat di kepala, wajahnya pucat seperti kertas. Akhirnya, ia melemparkan gumpalan cahaya di tangannya dengan kasar. Tiga butir tulang berputar cepat di atas kepalanya. Duoduo Luo dengan panik membaca mantra, tapi tiba-tiba Gigi Raksasa melakukan gerakan yang tak terduga semua orang!)
Tiba-tiba ia memalingkan kepala, sisa setengah gigi itu menyapu dengan keras. KHEK! Kepalanya sendiri terpotong dari tubuh yang terlalu berat itu!!
Kepala itu berguling di tanah, tapi belum mati. Dengan gerakan-gerakan menggeliat dan terdistorsi, perlahan merayap mendekati Char! Ukurannya mengecil, geraknya jadi lebih cepat! Terutama di mata yang tersisa, sorotan penuh kebencian menatap tajam Char!
(Ia ingin membunuhku! Ia rela mati asalkan bisa membunuhku!)
Char segera menyadari: monster ini ingin mati bersamanya!!
"HAAAA!!!!!!"
Duoduo Luo tiba-tiba mengaum. Tiga tulang berputar kencang di kepalanya, akhirnya satu terlempar! Tulang yang terpental itu... berwarna hijau.
Wajah Duoduo Luo tiba-tiba berubah aneh. "Ah!" teriaknya kaget.
Tulang hijau yang berputar-putar seketika memancarkan cahaya hijau lembut. Cahaya hijau yang menyejukkan itu seperti giok, membawa nuansa hangat yang samar.
Cahaya itu merembes keluar dan membesar dengan cepat. Meski warnanya memudar, jangkauannya tiba-tiba melebar hingga puluhan meter.
Char merasakan dirinya terbungkus cahaya hijau. Kekuatan yang sebelumnya terkuras mulai terasa segar kembali, seolah tubuh keringnya disiram mata air jernih. Seluruh tubuhnya terasa nyaman.
Di belakang Duoduo Luo, A Zuo yang sebelumnya hanya bisa bersimpuh sambil terengah-engah tiba-tiba berhenti mengeluarkan darah dari lukanya. A Zuo merasakan suntikan kehidupan baru di tubuhnya yang sekarat. Setelah menarik napas dalam, dia terkejut menemukan bisa menggerakkan tubuhnya lagi!
"Sial! Sialan!!" Char mengumpat keras, "Bu*ngsat kau pakai sihir penyembuhan untuk apa?! Bunuh laba-laba itu sekarang juga!!"
Duoduo Luo mengeluarkan ekspresi putus asa: "Aku... aku... aku... aku..."
"Kau! Apa lagi yang kau-!"
“Jangan memfitnahnya, bukan salahnya.” Suara Dora di benak sangat lemah: “Inilah... yang tak pernah kukatakan padamu... kelemahan terbesar mantra kehidupan... Pengaktifannya, penyihir sendiri tak bisa mengontrol, menggunakan... mungkin！”
Mungkin, mungkin？？？？
Sialan！！Sialan！！！
Char baru saja memaki, tiba-tiba melihat situasi horor, bahkan tak bisa mengutuk lagi.
Karena... cahaya hijau itu tak hanya membungkusnya！Bersamaan, juga membungkus kepala taring terkutuk itu！！
Kepala taring raksasa, sudah berjarak lebih dari sepuluh meter dari Char, terbungkus cahaya hijau, tiba-tiba suara aumannya menunjukkan kegembiraan, dibasahi cahaya hijau, luka mengerika di mulutnya justru perlahan sembuh, meski tidak terlalu banyak, tapi cairan kental seperti darah itu berhenti mengalir.
Lebih menakutkan lagi, di kepala bulat itu, sekelilingnya tiba-tiba bersuara prak-prak, tumbuh beberapa akar tipis yang merayap sebentar lalu tegak, menopang kepala itu terangkat dari tanah！
Akar-akar tipis itu tampak ringkih menopang kepala besar, tapi berkat jumlah yang banyak...
Satu, dua, tiga... tujuh, delapan！！！
Delapan, delapan sebatang!!
Char benar-benar ！
Delapan batang akar?!
Kepala Gigi Raksasa ini justru menumbuhkan delapan "kaki" sendiri! Setelah membuang tubuh besarnya, yang tersisa hanya sebuah kepala yang justru menumbuhkan delapan kaki baru! Artinya, "kepala" yang menyendiri ini telah berevolusi menjadi seekor laba-laba, meski tubuhnya jauh lebih kecil.
Dengan dukungan delapan kaki tipis, kecepatan maju Gigi Raksasa jauh lebih cepat, langsung berlari kencang mengejar Char!
Char mengumpat marah: "Brengsek! Duoduo Luo, pekerjaan sialan apa yang kau lakukan!!! Cepat bunuh itu! Bunuh!!!"
Duoduo Luo bahkan tak bisa menangis lagi, duduk lemas sambil menjerit: "Aku tidak sengaja! Tuan! Saya tidak bisa mengontrol sihir!! Itu, itu menggunakan sihir penyembuhan sendiri!! Setelah satu kali penggunaan sihir ini, tenagaku habis! Aku... aku sekarang tidak bisa berdiri..."
Sialan!
Dalam hati Char berteriak putus asa, melihat versi mini Gigi Raksasa yang hampir menyentuh kakinya, gigi raksasanya bagai sebilah pisau raksasa!
Persis saat Char sudah pasrah, tiba-tiba terdengar auman dari belakangnya. Dring! Sebatang tombak tulang putih tertancap keras di depan kakinya!
Bayangan Azuo melompat keluar dari belakang Char, dua langkah besar langsung berdiri di depan Char. Dia hanya menyisakan satu lengan, namun mencabut tombak tulang dari tanah dan mengayunkannya dengan gigih. Dengan auman terakhir, tombak tulang itu menancap keras di kepala Gigi Raksasa!
Dor! Kepala Gigi Raksasa jelas lebih rapuh dibanding tubuhnya. Mungkin karena energi hidupnya terlalu lemah setelah bereinkarnasi, cangkang kerasnya telah hilang. Tombak tulang itu justru menembus tubuhnya!
Tepat di saat itu, Azuo menjerit kesakitan. Gigi Raksasa yang masih memiliki satu taring depan mengayunkan senjatanya. Kreeek! Dengan jerit pilu, Azuo mundur terhuyung sebelum akhirnya terjatuh duduk. Kedua tangannya menutupi perutnya, darah mengucur deras dari mulutnya.
Gigi Raksasa tertancap oleh tombak tulang Azuo, terpaku di tanah. Meski delapan kaki barunya yang ramping menggelepar-gelepar, tak bisa bergerak sedikitpun. Perlahan tenaganya habis, darah mengalir deras dari luka tusukan tombak. Auman Gigi Raksasa semakin melemah.
Char berjuang mati-matian, tapi tubuhnya yang terperangkap lendir tak bisa melepaskan diri. Ditambah baru saja menggunakan "Tusukan Naga", benar-benar kehabisan tenaga.
Azuo terbaring di samping Char. Pendekar suku Zaku ini sudah sekarat.
Char melihat dengan jelas, perut Azu terluka! Sebuah luka mengerikan yang hampir membelah perutnya! Meski dia berusaha menutupi lukanya dengan kedua tangan, luka itu terlalu besar, usus-usus gemuk yang berlemak mencuat keluar dan terjulur panjang!
Napas Azu tersengal-sengal dan lemah, darah mengalir deras dari mulut dan hidungnya, matanya tertancap tajam pada Char.
"Sebenarnya, aku, aku menebak... Perempuan Ular mengundangmu... Kau... Kau harus... Tolonglah..."
Char terdiam sejenak: "Kau..."
"Aku... Perempuan Ular menyuruhku... harus melindungimu, sampai, sampai ke suku." Azu tersedak darah yang membuatnya sulit bicara, tapi tetap memaksakan kata terakhir: "Takdir seluruh klan Zaku... kuserahkan padamu..."
Begitu sampai di situ, Azu tak bisa melanjutkan lagi. Matanya tiba-tiba melotot, dia menghela napas panjang, lalu tewas seketika.
※※※
Char terbaring lama di dalam lendir dingin yang amis itu, hanya bisa pasrah menyaksikan Azu tewas di sampingnya. Sementara Duoduo Luo yang baru saja menggunakan mantra kehidupan, kondisinya bahkan lebih buruk dari Char dan tak bisa bergerak sama sekali.
Setelah waktu yang lama, lendir yang menempel pada tubuh manusia ini sebenarnya merupakan degenerasi dari kemampuan laba-laba memuntahkan benang. Akhirnya setelah beberapa waktu, lendir tersebut mulai mengeras secara bertahap karena tiupan angin, menjadi semakin kental, dan pada akhirnya berubah menjadi kristal yang rapuh dan keras.
Yang pertama berhasil melepaskan diri dari dalam adalah Sharba. Dengan auman keras, dia merobek lapisan kristal yang menempel di tubuhnya. Setelah merangkak keluar, dia mengaum dua kali sambil mengumpulkan senjata-senjata yang rusak dari tanah, lalu memecahkan kristal rapuh yang membungkus rekan-rekannya satu per satu. Tiga tentara bayaran yang tersisa bersama-sama mengangkat Char ke sisi jalan.
Saat ini Char telah pingsan. Setelah menggunakan jurus Tusukan Naga ditambah dengan kristal besar pemberian Kavhill—perlu diketahui, saat di Kota Kekaisaran dulu, dia pernah mencoba menggunakan kristal ini dan akibatnya pingsan semalaman.
Kali ini waktu pingsannya relatif lebih singkat. Namun demikian, dia baru sadar setelah beberapa jam. Begitu membuka mata, Char langsung meneriakkan: "Azuo! Di mana siluman itu!!"
"Char!" Sharba mengepal gigi, menatap si kampungan itu dengan gumaman berat: "Dia sudah mati."
Char segera terdiam, lalu mendorong Sharba dan bangkit, berjalan mendekat, pertama-tama menendang Duoduo Luo yang berdiri di samping hingga terjungkal, berseru marah: "Kau brengsek! Sihir sialanmu itu buat apa?! Sama sekali tak berguna!!"
Duoduo Luo memelas dengan wajah menyedihkan, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Sharba cepat-cepat menahan Char: "Sebenarnya... tidak sepenuhnya tak berguna, luka di tubuhmu sudah membaik cukup banyak."
Wajah Char memerah padam, melototi Duoduo Luo dengan geram sebelum akhirnya menghela napas panjang.
"Orang Zaku ini semua pahlawan sejati," bisik Sharba pelan: "Mereka semua sudah mati."
Char menggerutu pendek, memandang Sharba dan tiga tentara bayaran tersisa.
Sekelilingnya berantakan penuh bangkai kadal dan gigantosaurus, sementara jenazah rekan-rekan sudah dikumpulkan oleh Sharba dan lainnya beberapa jam sebelum Char bangun.
"Kuburkan saja langsung orang-orang kita," Char ragu sejenak, lalu mendekati tumpukan mayat.
Jenazah A Zuo diletakkan paling depan, ususnya sudah dimasukkan kembali oleh Sharba, perutnya dibungkus kain. Wajah pucat keabu-abuan sang prajurit Zaku itu tetap membelalak, seolah enggan menutup mata, ekspresi perjuangan terakhir masih membeku di raut mukanya.
“Menurut adat orang Zhaku...” Char berbisik, “Lepaskan semua pakaian mereka, lalu kuburkan.”
