"Serius dan formal—adakah hal di dunia ini yang lebih serius dan formal daripada 'pernikahan'?"
"Seandainya permintaan brengsek itu aneh dan mesum—Merlin bisa dengan sikap sok benar menolaknya, lalu memberikan pelajaran berharga pada makhluk itu, seperti mengubahnya menjadi katak atau kodok pohon, lalu melemparkannya ke sarang ular berbisa."
"Tapi... pernikahan, adakah hal yang lebih sakral dari ini?"
"Dan jelas, hal ini bagi Merlin terlalu tak masuk akal, terlalu tak terpercaya."
※※※
"Char merasa bola matanya hampir jatuh ke tanah—mungkin hanya kurang sedikit lagi."
"Kamu... kamu..." Char menelan ludah, mengerahkan tenaga besar, akhirnya bisa bicara: "Kamu setuju atau tidak?"
Sial! Benar-benar sialan!
Oh! Sial! Goblok!!!
Jika... meski kemungkinannya hanya satu dari sepuluh ribu, oh tidak, harusnya satu dari sejuta! Tapi jika, jika Merlin waktu itu menyetujui.
Maka... perempuan gila mengerikan ini, secara status, adalah...
Ibu angkat?!!!
"Kamu setuju atau tidak?" Char melihat Merlin diam, bertanya lagi.
……
"Aku kalah."
Meski dalam hati seratus ribu ketidaksukaan, saat itu, Grand Magister yang selalu angkuh, Ratu Penyihir Landis, akhirnya mengucapkan kalimat ini.
Kalimat yang sama, guild penyihir Kekaisaran Bizantium tak bisa memaksanya. Kaisar Suci Odin yang perkasa pun tak berhasil.
Tapi di tempat terpencil kecil itu, dalam sebuah hutan, pria berjanggut lusuh tak karuan bahkan tak serius ini, justru memaksa Merlin mengatakannya.
“Kau pasti sangat puas diri sekarang. Si licin, aku sangat ingin melemparkan banyak sekali kata-kata ke dirimu - bajingan, preman, licik, licik...” Merlin mengawasi pria di hadapannya: “Kau pasti sudah memikirkan, aku tidak mungkin menerima permintaan konyol seperti ini! Ini memang syarat yang licik, dan tidak pernah terpikir olehku. Hmph... karena aku perempuan dan kau laki-laki! Jika aku laki-laki, kau tidak mungkin menemukan syarat mustahil seperti ini. Jadi, ekspresimu sekarang membuatku sangat jengkel. Apa kau sudah siap, sangat menantikan melihat ekspresi kekalahanku yang frustasi?”
Sulit diungkapkan dengan kata-kata suasana hati Merlin saat itu. Mungkin dia sudah gila - atau mungkin sejak awal dia memang perempuan gila. Tapi kata 'kalah' tetap tidak bisa diterimanya.
Dia tidak kalah dari Serikat Sihir Bizantium, tidak kalah dari Keluarga Kerajaan Landis, bahkan Kaisar Suci Odin pun tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itulah dia semakin tidak bisa mentolerir dirinya menundukkan kepala pada pria ini.
“Kau pikir aku akan menolak, ya?”
Perempuan itu tertawa dengan aura aneh.
※※※
“Jujur saja, apa waktu itu kau setuju atau tidak?” Char mengejar jawaban untuk kesepuluh kalinya saat makan siang telah usai.
Tapi Merlin tetap tidak menjawab. Seperti sembilan kali sebelumnya, dia melototi Char lalu berkata dingin: “Sudah kesepuluh kali, nak. Jika kau tanya sekali lagi, kau akan bernasib sama seperti penyihir pengawal sampahmu itu - berubah jadi katak. Kau tahu, aku tidak main-main.”
Akhirnya Char menutup mulutnya, tapi rasa penasaran di hatinya tak bisa ditahan. Duoduo Luo di sampingnya buru-buru menarik lengannya: "Tuan, sebaiknya Tuan diam saja... Jujur saja, sensasi berubah jadi katak itu sangat tidak menyenangkan."
Char mengangguk, tersenyum pahit: "Sebenarnya pertanyaanku ini berlebihan. Jelas-jelas dia tidak menyetujui. Setidaknya orang tua yang hidup bersamaku itu tidak punya istri. Yang kupedulikan adalah, kalau Merlin tidak menyetujui, pasti dia memberikan kompensasi lain... Dan aku ingat ucapannya - si tua itu akhirnya tidak menagih taruhan yang dia menangkan! Jangan lupa, dia adalah Grand Magister! Sedangkan aku adalah penerus si tua itu..."
Wajah Duoduo Luo berkerut canggung: "Tapi Tuan, Tuan harus pahami dulu nilai dari taruhan ini sendiri, apakah sepadan dengan risiko diubah menjadi katak."
Selanjutnya, Merlin memamerkan sihirnya.
Pertama-tama dia mengeluarkan kantong aneh, lalu memasukkan semua barang: meriam sihir yang sudah dibongkar, "Api Iblis", serta berbagai zirah dan senjata goblin ke dalam kantong itu.
Kantong ajaib itu tampaknya tak pernah penuh. Barang yang dimasukkan sudah setinggi gunung, tapi kantong itu sendiri ukurannya tak lebih besar dari karung tepung biasa.
“Akhirnya, Merlin menarik sapu tangan dari lengan bajunya. Sapu tangan itu dilemparkannya ke lantai. Dia hanya menggerakkan jarinya, dan sapu tangan itu berubah menjadi karpet bulu domba yang tebal.”
“Ini bukan karpet biasa, melainkan 'Karpet Terbang'!”
“Melihat peralatan sihir ini, Char mungkin hanya terheran-heran. Tapi Duoduo Luo langsung bersinar matanya, begitu bersemangat sampai hampir terkena serangan jantung!”
“'Tas Ruang Sihir! Ya Tuhan! Dia benar-benar menciptakan barang asli! Astaga, penguasaannya atas sihir ruang sudah mencapai tingkat yang tak terbayangkan!!' Duoduo Luo menggenggam kedua tinjunya, suaranya parau: 'Dan ada Karpet Terbang ini...'”
“'Cuma karpet yang bisa terbang,' Char tampaknya tak paham nilai benda ini.”
“'Karpet terbang?' Duoduo Luo tiba-tiba berteriak, menghadap Char dengan kasar: 'Ini terobosan dalam menerapkan sihir angin ke benda nyata! Sudah terkenal, material terbaik untuk memberi berkah sihir adalah perak mistis atau kristal ajaib dan permata! Tapi lihat karpet ini! Tak ada perak mistis atau permata! Hanyalah bulu domba! Apalagi, dia menambahkan sihir transformasi! Bisa mengubah volumenya!! Tahukah kau betapa sulitnya ini?! Dia jenius! Jenius sejati!!!'”
“Lebih baik kita khawatirkan takdir kita sendiri dulu.” Xia Ya menghela napas, dia memindahkan Sharba dan tentara bayaran lainnya ke atas selimut lalu berbisik: “Kita masih tawanannya! Apa rencananya terhadap kami?”
Setelah mengucapkan itu, Xia Ya berseru keras: “Hei! Merlin... Tuan Merlin.”
Merlin yang sedang duduk di bawah pohon menaikkan kelopak matanya: “Ada apa lagi? Masih ingin bertanya hal yang sama? Atau kau sudah memutuskan ingin merasakan bagaimana jadi seekor katak?”
“Tidak.” Xia Ya mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum: “Jelas kau tidak pernah hidup bersama ayah angkatku, jadi jawabannya sudah jelas. Yang ingin kutanyakan... Berapa lama lagi kami akan ‘dipakai’ olehmu? Kami masih punya pekerjaan lain, sudah terlalu lama di sini, aku...”
“Aku perlu membangun laboratorium di sini untuk meneliti reruntuhan di jurang itu.” Merlin langsung menyahut: “Kerangka-kerangka itu, kalian para tolol, sudah mengacaukan semuanya! Tian tahu berapa banyak petunjuk penelitian berharga yang sudah kalian hancurkan. Jadi aku akan membangun rumah dan tinggal di sini sementara, laboratorium penyihir. Meski hanya tempat tinggal sementara, aku butuh banyak persediaan seperti makanan, alat-alat...”
Sampai di sini, Merlin menatap Xia Ya: "Jadi, sebelum kamu membantu menyelesaikan semua pekerjaan ini, aku akan terus mempekerjakanmu. Kamu tidak berharap menyuruh Grand Magister seperti aku yang turun tangan membangun rumah sendiri, kan? Sejak aku mulai paham, aku tahu ratusan formula paling rumit untuk membuat ramuan sihir, tapi bahkan merebus air pun tidak bisa. Jadi…"
Xia Ya sudah terbelalak.
Membangun sebuah rumah… di tempat yang bahkan hantu pun tidak terlihat?!
"Selain itu, aku tidak suka rumah kayu polos. Aku perlu perapian dan dinding yang cukup kuat. Jadi rumah harus dibangun dari batu bata kokoh. Jangan coba-coba membuat gubuk kayu sederhana untuk menipuku. Aku juga perlu ruang perpustakaan, ruang tamu, dan laboratorium sihir dari granit terkuat untuk memastikan ramuan beracun tidak bocor. Terakhir… aku ingin taman kecil." Merlin mengusap hidungnya: "Biar kuingat-ingat lagi… Oh, aku suka makan ikan. Aku orang Landis, orang Landis suka ikan. Tapi di sini tidak ada makanan favoritku. Jadi, aku perlu membuat kolam ikan di sini…"
Wajah Xia Ya semakin pucat mendengar perkataan Merlin.
Jika semua permintaan Ratu Dukun ini harus dipenuhi, diperkirakan selama tiga tahun ke depan dia tidak bisa ke mana-mana, hanya akan menjadi budak Grand Magister di tempat ini.
“Hmm, ini... Aku punya saran.” Char berpikir keras sejenak, lalu tersenyum dipaksakan: “Lihat, permintaanmu sangat rumit, setidaknya di sini tidak ada alat sama sekali. Aku juga tidak yakin ada granit atau batu bata yang kau butuhkan, soal ikan... Aku juga tidak melihat...”
“Makanya aku kasih karpet terbang ini, Si Bodoh.” Merlin menyeringai dingin tanpa sopan santun: “Aku menyampaikan permintaan, lalu kau yang menunaikannya! Barang yang tidak ada di sini, kau harus mencarikannya untukku! Karpet terbang ini bisa menghemat banyak waktumu. Semua kebutuhan, beli dan bawa kemari! Satu-satunya syaratku adalah melihat laboratorium yang memenuhi kriteria!”
Char merasa bahkan menangis pun tidak bisa.
“Aku tahu tempat terdekat untuk mendapatkan barang, yaitu perkampungan orang suku Zhaku. Konon ada kafilah Bizantium yang berdagang di sana. Mungkin di sana kita bisa dapatkan beberapa kebutuhan.” Duoduo Luo berseru penuh semangat.
“Diam!” Char melototi makhluk ini dengan tajam.
Duoduo Luo malah membelalakkan matanya: “Kenapa, Tuan? Berada di dekat salah satu penyihir terhebat di zaman ini! Meski hanya sebagai asistennya... Tahukah kau, jika ada kesempatan ini, mungkin 90% penyihir di benua ini akan bersimpuh memohon untuk ini!!”
Merlin tersenyum mendekat, menunjuk karpet terbang itu. Senyumnya bahkan terkesan jahat: “Sekarang, bersiaplah bekerja keras, budak-budak kecilku. Oh ya, jangan coba lari...”
"Dia mengeluarkan sebuah gelang kecil dari pelukannya, Char langsung terbelalak begitu melihat gelang itu!"
Gelang itu, dia pernah melihatnya!!
Karena Sang Kakak Jago yang bernama Nenei itu, di tangannya juga mengenakan gelang yang hampir identik!
"Perempuan bernama Nenei itu tidak berbohong. Semua ini nyata." Char memandang gelang itu dengan rasa takut, jika memakai benda ini, seperti apa dirinya nanti? Berubah menjadi goblin? Atau malah...
Ya Tuhan! Jangan-jangan dia akan mengubahku menjadi wajah tampan seperti Bonfret?!
Char tidak bisa melawan, karena saat Merlin memasangkan gelang itu, seluruh tubuhnya lumpuh seolah terkena mantra pengunci. Dengan mata kepala sendiri, gelang itu melingkari pergelangan tangannya lalu menyusut otomatis, melekat erat di kulitnya.
Syukurlah, sihir yang digunakan Merlin jelas berbeda dengan Kutukan yang diberikan ke Nenei dulu, penampilan Char tetap sama...
"Gelang ini hanya bisa kulepas olehku. Di mana pun kau berada, aku bisa merasakan keberadaanmu... Oh ya, jangan coba-coba melepasnya, mustahil bagimu. Jika kau kabur, aku akan muncul di hadapanmu dalam waktu singkat—percayalah, lebih cepat dari bayanganmu!"
Saat Char sedang murung, Duoduo Luo malah berjingkrak-jingkrak di depan Merlin sambil menggelengkan kepala, wajahnya penuh antisipasi.
“Apa yang kau inginkan？Makhluk menyedihkan？”Merlin melirik Duoduo Luo.
Duoduo Luo melihat gelang sihir di pergelangan tangan Char dengan mata berbinar, menelan ludah.
Merlin segera mengerti, dia menghela napas dengan ekspresi kasihan：“Oh makhluk malang, jangan-jangan kau pikir semua orang berhak memakai gelang sihir buatan Merlin Yang Agung？Barang-barang ini kelas tinggi, bukan sembarang sampah tak berguna yang layak memakai milikku. Untukmu...kau boleh pergi kapan saja, Sayang, ucapkan selamat tinggal pada hidup bebasmu.”
Namun wajah Duoduo Luo justru muram, dipenuhi kekecewaan.
Char dengan frustasi merangkak naik ke karpet, duduk bersebelahan dengan Duoduo Luo.
“Sial, Duoduo Luo, aku benar-benar iri! Penyihir tua itu malah membebaskanmu！”
“Percayalah, Tuan...aku lebih iri pada-Mu. Andai bisa tetap di sisinya, hidupku dikurangi sepuluh tahun pun kumau.”
Kemudian Char membacakan mantra mengontrol karpet terbang yang diajarkan Merlin padanya.
Mantra ini membuat Duoduo Luo hampir bersimpuh menyembah Merlin di tempat！！！
Karena...mantra sihir ini BUKAN Bahasa Magik！！！！！
“Dia bisa menggunakan sihir TANPA Bahasa Magik！！！Ini sungguh ajaib！！”
Sementara wajah Char terlihat sangat suram...
Karena isi mantranya adalah：
“Oh! Yang Agung dan tertinggi Merlin, engkau adalah jenius terhebat, penyihir terbesar, aku memujimu, izinkan pelayanmu yang hina meminjam kekuatan magismu, biarkan karpet ajaib ini membawaku ke tempat yang kuinginkan!”
——Inilah keseluruhan isi mantra tersebut.
“Perempuan ini bukan hanya orang gila, tapi juga narsis.”
※※※
Melihat Char dan yang lain pergi dengan karpet terbang, Merlin berdiri di sana, menatap bayangan yang menjauh, senyum di wajahnya perlahan menghilang sambil bergumam pelan:
“Brengsek terkutuk, aku menunggumu sepuluh tahun, tapi kau tak pernah muncul... sekarang putramu ada di tanganku, hē hē, takdir terkutuk, puji keajaibannya.”
