"Tuan, sepertinya sang Kepala Suku tidak terlalu antusias menyambut kita. Padahal merekalah yang mengundang kita ke sini." Di dalam tenda tempat mereka diinapkan, Duoduo Luo langsung mengeluh.
Char berputar dua putaran di dalam tenda. Tenda yang terbuat dari kulit sapi ini terletak jauh dari tempat tinggal Kepala Suku Besar, dekat dengan kolam ikan, dan penuh dengan bau mesiu. Char menatap Duoduo Luo lalu menggeleng: "Aku tidak peduli dengan semua ini. Sebenarnya, menurutmu aku mau bertarung habis-habisan dengan ular suci mereka itu?"
"Darmandellas." Suara Dora segera menyela di benaknya.
“Ya, Darmandellas.” Char mendengus: “Kami diundang oleh orang Zhaku, tapi... lebih baik tidak perlu bertarung habis-habisan. Ular Suci orang Zhaku itu, Tian tahu seberapa hebatnya. Yang kami inginkan hanya emas mereka. Asal mereka setuju bertransaksi dengan kami, semuanya akan baik-baik saja...” Sampai di sini, Char menghela napas, berkata dengan suara pelan: “Tapi setidaknya aku akan mencoba, berusaha melihat apakah Kepala Suku Besar akan mendukung kita untuk membantai ular itu... Bagaimanapun juga, A Zuo yang melindungi kita sampai gugur, aku berhutang pada orang Zhaku ini!”
Duoduo Luo menghela napas, sang penyihir terlihat frustasi. Ia menatap Char seolah sedang berpikir sesuatu.
Tak lama kemudian, beberapa orang Zaku mengantar makanan dan air untuk mereka berdua. Yang datang bersama adalah remaja Zaku bernama A Cai. Remaja berkulit gelap ini termasuk minoritas di suku orang Zhaku yang bisa berbahasa Bizantium, sehingga dikirim untuk menjaga Char dan Duoduo Luo – atau bisa juga disebut mengawasi.
"Jelas terlihat, meski Kepala Suku Besar tidak terlalu antusias dengan urusan membantai ular, tapi sangat ramah tamah. Hidangan lezat kelas atas dihidangkan bertumpuk-tumpuk ke tenda mereka berdua - ada truffle premium, aneka kacang kering berbumbu rempah rahasia, ayam hutan gemuk dan daging babi hutan, ditambah dua guci besar minuman beralkohol hasil fermentasi buah yang rasanya sedikit asam manis dengan tekstur lembut dan sangat menyegarkan."
Memandangi tumpukan makanan mewah di depannya, Char terlihat termenung - apakah sang Kepala Suku mengira orang lain memiliki kapasitas makan sebesar dirinya?
Tiba-tiba terdengar suara "krrrk-krrrk" dari sampingnya. Ketika menoleh, terlihat remaja suku Zaku bernama Ah Cai yang berusaha menjaga ekspresi datar, tapi sorot matanya tak bisa lepas dari hidangan tersebut. Jelas suara itu berasal dari perutnya yang keroncong.
Menyadari ekspresi setengah tertawa Char, Ah Cai berkata pelan dengan malu: "Aku... belum makan malam."
"Ya udah jangan sungkan, ambil sendiri yang kamu mau." Char tertawa terbahak sambil melemparkan potongan siku babi panggang keemasan ke arah Ah Cai. Ia lalu memberikan kode mata ke Duoduo Luo yang segera menuangkan anggur buah ke mangkuk dan menyodorkannya ke tangan remaja itu.
Anak muda tetaplah anak muda. Di bawah bujukan tak henti kedua Orang Bizantium itu, A Cai akhirnya makan sedikit - nampaknya minuman buah itu efeknya jauh lebih kuat daripada rasanya. A Cai hanya minum satu mangkuk, tak lama kemudian wajahnya memerah seperti pantat monyet, sorot matanya mulai tak fokus dan berkunang-kunang, bahkan berdiri pun limbung.
Char menarik anak muda itu untuk duduk: "Namamu A Cai, A Zuo adalah pamamu, benar? Bisakah kau ceritakan lebih banyak tentang dirimu pada kami?"
A Cai membusungkan dada, bergumam tak jelas: "Aku! A Cai, pemburu muda terhebat! Aku sudah dewasa... tepatnya, lusa... Paman, mengajarku teknik tombak... Aku... berburu, juga sunat..."
Ia mengoceh tak karuan dalam keadaan mabuk, Char tak menyelanya, membiarkan remaja itu terus berteriak. Setelah sekian lama, ketika A Cai mulai terlihat lelah dan mengantuk, Char baru menepuknya pelan: "Ngomong-ngomong, soal Snake Girl di sukumu... sebenarnya apa yang terjadi?"
Mendengar pertanyaan Char, ekspresi A Cai langsung berubah. Sepasang bola matanya yang hitam legam memancarkan kewaspadaan, tapi tak lama kemudian, di bawah pengaruh alkohol, sisa kewaspadaan yang berhasil dikumpulkannya pun buyar. Dengan lemah ia merebahkan diri di tanah...
“A Cai sepertinya ingat dirinya mungkin mengatakan sesuatu, seolah-olah dirinya sedang mabuk, seolah-olah ada orang di sebelahnya yang menanyakan beberapa pertanyaan padanya, dirinya sepertinya menjawab... sepertinya tidak menjawab...”
Singkatnya, dia tidak terlalu ingat jelas.
※※※
Tak lama setelah membuat pemuda Zhaku mabuk, Char bertanya sampai jelas hal-hal yang ingin diketahuinya, lalu pemuda Zhaku itu sudah berbaring telentang dan tertidur pulas.
Kemudian beberapa orang Zhaku masuk, orang Zhaku yang datang ini bahasa Bizantiumnya lebih buruk, tapi sambil berbicara sambil menggerakkan tangan, akhirnya berhasil menyampaikan maksudnya: Kepala Suku Besar mengundang mereka berdua ke pesta api unggun malam ini.
“, kami akan ganti baju dan segera keluar.” Char tersenyum mengembang menyetujui.
Saat tirai tenda ditutup, Char memandangi A Cai yang tertidur pulas, lalu melihat Duoduo Luo: “Bangunkan dia.”
Sebotol air terciprat ke wajah A Cai, pemuda ini langsung tersentak, lalu Duoduo Luo memasukkan akar licorice yang dikumpulkan dari gunung ke mulut A Cai. Setelah air liur melelehkan sebagian akar itu, akhirnya pemuda Zhaku ini perlahan bangun.
“Aku... tertidur...” A Cai terlihat tertegun, ada kekhawatiran dan penyesalan di wajahnya.
“Tidak, kau hanya sedang mabuk, jangan terlalu heran, setiap pria pasti pernah mabuk.” Char tertawa terbahak-bahak: “Hanya saja kemampuanmu menenggak alkohol payah sekali. Eh, sekarang Kepala Suku Besar mengundang kita ke pesta api unggun, jadi aku harus membangunkanmu... Pesta api unggun itu apa sebenarnya? Bisakah kau jelaskan?”
Cai memandang Char dengan setengah percaya setengah ragu, dia merasa orang asing ini agak mencurigakan, tapi bagian mana yang salah, remaja Zaku yang masih muda ini tak bisa menjelaskannya.
Namun kemudian, remaja Zaku itu pun menjelaskan pertanyaan Char.
Pesta api unggun adalah kegiatan hiburan wajib dalam kehidupan sehari-hari orang Zhaku. Di sebidang tanah kosong luas di belakang suku, didirikan beberapa pilar totem. Pesta api unggun itu sendiri adalah acara dimana beberapa tumpukan besar api unggun dinyalakan di sana, hampir seluruh anggota suku baik tua muda berkumpul untuk bernyanyi dan menari, bersuka ria. Selain itu, ada juga arak dan hidangan lezat yang bisa dinikmati.
Pesta api unggun sering diadakan, sekaligus memiliki fungsi penting: hampir semua pemuda-pemudi Zaku mencari pasangan di acara ini. Semua peserta akan menghias diri dengan cat minyak terindah, menampilkan tarian terbaik untuk menarik perhatian gadis-gadis Zaku di sekitar api unggun. Ada juga permainan seperti gulat adu kekuatan untuk memamerkan kekuatan dan keberanian, guna mendapatkan perhatian lawan jenis, dll...
Akhirnya, A Cai menyebutkan waktu penyelenggaraan Api Unggun Besar, dan informasi terakhir ini langsung mengubah ekspresi Char secara drastis!
"Api Unggun Besar sering diadakan. Biasanya digelar setiap bulan pada Hari Bulan Sabit dan Hari Api. Eh, kadang juga diadakan pada Hari Bulan Merah... Ini adalah acara besar yang tak terpisahkan dari kehidupan kami orang Zaku."
Hari Bulan Sabit, Hari Api, Hari Bulan Merah...
Mendengar beberapa istilah familiar ini, apa yang terlintas dalam pikiran Char?!
Di dalam hatinya, Dora langsung berteriak: "Buku harian itu!!! Kalender penghitungan waktu suku Zaku ini sama persis dengan sistem goblin kuno!!"
※※※
Fakta membuktikan, apakah A Cai benar-benar pemburu ulung seperti klaimnya sendiri, Char tidak tahu. Tapi setidaknya, A Cai jelas-jelas seorang "pelukis" hebat - ini sudah terbukti.
Sebelum berangkat ke Api Unggun Besar, sesuai adat Zaku, A Cai menawarkan bantuan untuk melukis cat minyak di tubuh mereka - menurutnya, mustahil ada orang Zaku yang menghadiri acara besar tanpa cat tubuh, sama seperti manusia yang tidak mungkin datang ke pesta tanpa gaun resmi.
Anak ini sepertinya punya bakat melukis luar biasa. Dengan cepat dia mencampur delapan warna cat berbeda menggunakan dua mangkuk tanah liat, lalu mengambil beberapa tongkat bulu dan mulai "menghias" tubuh Char.
Setengah jam kemudian, penampilan Char sudah persis seperti orang Zaku asli.
“Dia memang berasal dari daerah pegunungan, kulitnya lebih gelap dibanding Orang Bizantium, sementara rambut hitamnya lebih mendekati warna coklat rambut orang Zaku.”
“Menurut adat orang Zaku, Char melepas baju bagian atas, hanya mengenakan rok kulit. Ah Cai melukis garis-garis seperti binatang buas di wajahnya dengan cat minyak putih dan kuning, membuatnya terlihat seperti harimau... atau mungkin singa?”
“Baiklah, wajah Laozi ini mirip persilangan singa dan harimau...” Char mengeluarkan senyum pahit.
“Tubuhnya dihiasi pola aneh: di bawah tulang rusuk, Ah Cai melukis lingkaran-lingkaran mirip sisik. Menurut legenda Zaku, hanya Orochi sakti yang memiliki sisik. Pola ini dimaksudkan untuk menyerap kekuatan ular raksasa itu.”
“Di punggungnya bahkan dilukiskan dua pasang sayap oleh seniman muda Zaku ini.”
“Akhirnya, Char yang berdiri di sini sudah sangat mirip orang Zaku asli—selama dia diam. Tubuh berototnya memancarkan aroma keganasan khas suku tersebut.”
“Tapi Duoduo Luo tampak menyedihkan... Penyihir kurus kering yang telanjang dada ini mirip iga panggang yang dilumuri berbagai rempah...”
Lokasi pesta api unggun berada di belakang desa. Char yang ditemani Ah Cai dan lainnya berjalan ke sana, dari kejauhan melihat cahaya api di kegelapan malam dengan bayangan manusia berkerumun berkumpul di sana. Genderang kulit orang Zaku mengeluarkan suara berirama dahsyat.
Dibimbing Ah Cai dan lainnya, Char segera menyusup ke kerumunan. Dengan Ah Cai membuka jalan, mereka dipaksakan masuk ke bagian dalam.
Di bagian terdalam terdapat tanah lapang berbentuk lingkaran. Di lantai berdiri enam pilar batu raksasa - pilar totem orang Zaku setinggi 7-8 meter yang tertancap di tanah, membentuk pola hexagram dengan sangat sempurna.
Char mengamati dengan seksama: setiap pilar totem terukir pola-pola aneh. Yang paling mencolok adalah ukiran ular raksasa di setiap pilar! Ular itu melilit tubuhnya di pilar, dengan kepala mengangkat di puncak pilar sambil menjulurkan lidah...
Dentuman belasan genderang kulit di sekelilingnya membuat semakin banyak orang Zaku berkumpul mengelilingi enam pilar ular totem raksasa. Mereka berdiri dengan tangan terkulai, tubuh bergetar dalam posisi hormat - jelas ini adalah tarian ritual pemujaan.
Kedatangan Char dan yang lain tidak menarik banyak perhatian. Char menyadari bahwa di antara kerumunan orang yang hadir, ternyata ada cukup banyak orang dengan pakaian dan penampilan yang mirip Orang Bizantium——setelah bertanya pada Acai, baru diketahui bahwa di permukiman suku ini terkadang datang kafilah dagang dari luar. Kafilah-kafilah ini umumnya telah menjalin hubungan baik dengan suku orang Zhaku dan diundang untuk menghadiri perayaan api unggun seperti ini.
"Tapi kenapa mereka tidak memakai cat minyak? Aku malah dicat seperti merak yang dilumuri minyak." Char merasa sangat frustasi.
"Orang asing tidak disambut baik di sini." Ucapan Acai ini membuat Char memperhatikan beberapa detail.
Beberapa orang berpakaian ala Bizantium di kejauhan, meski berdiri santai menyaksikan keramaian, jelas terlihat bahwa orang-orang Zaku di sekitarnya menjaga jarak dan tidak ada yang mendekati atau berbicara dengan mereka.
Tidak seperti dirinya yang berkostum lebih mirip orang Zaku daripada orang Zaku asli, berdiri di sini tanpa ada yang menyadari bahwa dia adalah barang palsu.
Dan segera, Char merasakan "antusiasme" orang Zaku.
Lebih tepatnya, antusiasme para perempuan muda Zaku.
Seperti dijelaskan Acai, perayaan api unggun ini juga merupakan ajang terbaik untuk para pemuda-pemudi Zaku mencari pasangan. Jelas terlihat bahwa gadis-gadis suku Zaku memiliki sifat berani dan spontan, tidak seperti gadis-gadis di dunia luar yang cenderung malu-malu dan menjaga martabat.
Menurut adat orang Zaku, jika seorang gadis menyukaimu, untuk menunjukkan simpati dan cinta diam-diam, dia akan menangkapmu lalu mencekik dengan kuat beberapa kali di lengan atau tubuhmu, meninggalkan jejak yang jelas terlihat sebagai penanda: Pria ini sudah ada yang menyukai.
“Biasanya, seorang pria Zaku muda yang berotot dan unggul yang mengikuti pesta api unggun seperti ini, pada akhirnya akan dipilih oleh banyak perempuan muda Zaku, menunjukkan cinta secara aktif, lalu meninggalkan banyak bekas cekikan di tubuhnya.”
“Dan yang lebih penting... Rupa Xia Ya sepertinya sangat memenuhi kritera perjodohan perempuan-perempuan Zaku.”
“Postur tubuhnya tinggi besar dan berotot, menunjukkan dia memiliki tenaga yang cukup untuk melindungi perempuan dan keluarganya, juga membuktikan dia bisa menjadi prajurit atau pemburu yang hebat. Otot-otot berototnya membuatnya terlihat penuh dengan keindahan liar. Selain itu... Tampilan Xia Ya juga sepertinya cukup sesuai dengan standar estetika orang Zaku: wajahnya berbentuk persegi, alis tebal dan mata besar, terlihat sangat beraura kejantanan.”
Dan hasilnya adalah, di tengah kerumunan orang, Char tidak sengaja dengan cepat menarik perhatian perempuan muda Zaku pertama. Perempuan muda Zaku pertama itu tersenyum riang dengan malu-malu, namun penuh semangat menggenggam tangan Char, membawanya menyusup ke dalam kerumunan. Mereka melompat riang mengikuti irama kerumunan, hingga akhirnya gadis itu mencubit lengan Char dua kali keras, meninggalkan sehelai bulu yang ditancapkan di kepala Char——Sebelum acara, Ah Cai telah mengikat rambut Char di dahinya dengan seutas tali.
Setelah menancapkan bulu di tali pengikat rambut Char, gadis itu tersenyum dan menghilang dalam kerumunan.
Masih bingung, Char segera ditarik oleh perempuan muda Zaku kedua. Gadis berjulukan gigi putih ini penuh energi, menarik Char melompat-lompat dalam lautan manusia hingga seluruh tubuhnya basah keringat. Terakhir, dia menggenggam tangan Char, meninggalkan bekas cubitan dalam di lengan bawahnya sebelum lenyap dalam kerumunan.
Kemudian datang yang ketiga... keempat... kelima...
Sepanjang malam, Char ditarik-tarik bergantian oleh berbagai perempuan muda Zaku. Kedua lengannya sudah penuh memar——Jelas, tubuh yang diperkuat darah naga ini, meski memiliki kemampuan pertahanan kuat terhadap serangan pedang-pisau, seolah tak berdaya menghadapi jari-jari para gadis ini.
Di kepala Char, tertancap setidaknya dua puluh lebih bulu berwarna-warni. Dia kelelahan hingga penuh keringat dari kepala hingga tubuh—bagi Char, menari dengan para perempuan muda itu lebih melelahkan daripada bertarung melawan binatang buas di hutan pegunungan.
Memanfaatkan kepergian salah satu gadis di sekitarnya, Char buru-buru menyelamatkan diri dari kerumunan sambil memeluk kepalanya, kabur sekuat tenaga hingga membuat beberapa gadis Zaku yang sudah mengincarnya sejak tadi sore merasa kecewa.
※※※
Su Ling yang masih muda berada di puncak kecantikannya di usia enam belas tahun. Putri bungsu Kepala Suku Besar ini sekaligus menjadi objek cinta diam-diam hampir semua pemuda Zaku di suku.
Namun malam ini, Su Ling berdiri di pinggir perayaan api unggun, memandang kerumunan riang yang bergerak mengikuti irama genderang di bawah cahaya api raksasa.
Su Ling justru merasa jantungnya berdebar kencang.
Memang ada alasan baginya untuk takut... Karena malam ini dia harus menemukan suami untuk dirinya sendiri!
Usianya sudah enam belas tahun—bagi semua gadis Zaku, ini adalah masa tercantik sekaligus tergelap!
Terutama Su Ling!
Karena tahun ini adalah tahun kembali dipilihnya Snake Girl oleh Ular Suci!!
Sekalipun sebagai putri bungsu Kepala Suku Besar, dia tak bisa menghindar. Tapi semua orang tahu—proses pemilihan Snake Girl adalah tragedi paling mengerikan!
Su Ling yang muda memiliki rambut coklat, kulitnya berwarna gandum muda yang halus sehalus sutra. Postur tubuhnya tinggi tegak, terlihat elegan dan lincah seperti rusa kecil. Setiap kali dia berada di sawah tembakau, selalu ada anak-anak muda dari klan yang mengintipnya diam-diam dari kejauhan.
Harus mencari suami untuk diri sendiri malam ini! Asalkan sudah punya suami, bukan lagi gadis, maka bisa lolos dari takdir kejam terpilih menjadi Snake Girl!
Tapi... siapa yang harus dipilih menjadi suaminya? Di klan, adakah pria yang bisa menjadi pria beruntung itu? Menjadi laki-laki pertamanya?
Namun dalam hati Su Ling belum juga memutuskan kandidat.
Dalam hati Su Ling yang bangga, para pemuda di klan semuanya terlalu mentah dan kekanakan. Mereka selalu suka membual tentang proses berburu mereka, bahkan saat berburu seekor rubah pun dibesar-besarkan seolah berhadapan dengan singa atau harimau——tapi Su Ling justru paling meremehkan hal ini. Dia adalah putri Kepala Suku Besar, di sekitar ayahnya ada begitu banyak prajurit tangguh sejati dari klan. Dia sudah terbiasa melihat daya tarik karismatik para pejuang sejati, mana mungkin menganggap serius anak-anak muda pembual ini?
Hmph... Setelah dipikir-pikir, si Acai itu masih lumayan menarik. Dia tidak seperti yang lain yang suka membual, tapi terlalu pendiam, sama sekali tidak menghibur... Lagipula, Acai terlihat bodoh, bukan tipe pria yang disukai Su Ling.
Dia menyukai pria berotot dan lepas, bicaranya penuh energi, tertawanya berkilau seperti matahari.
Idealnya memiliki tatapan tajam seperti elang, fisik perkasa seperti harimau, dada lapang bagai gunung, dan... WAJIB tampan! Sebagai putri kepala suku, Su Ling tak mau dicemooh karena punya suami monster jelek.
Malam ini, di pesta api unggun, inilah kesempatan terbaik dan terakhirnya.
……
Saat Su Ling menyendiri di pinggir kerumunan, matanya murung memandangi orang-orang, tanpa sadar beberapa pasang mata mesum dan jahat telah mengintainya.
Su Ling menghindari keramaian pesta. Sendirian ia menuju tepi kolam. Cahaya bulan malam ini terang, memantulkan bayangan bulan di air - pemandangan favoritnya yang selalu dianggap indah.
Tapi malam ini, baru saja dia sampai di tepi kolam, tiba-tiba beberapa bayangan manusia melompat keluar dari samping. Sebuah kantong kulit raksasa jatuh dari langit, tiba-tiba menyelimutinya. Su Ling bahkan belum sempat berteriak, sudah diterjang ke tanah.
"Bos! Tertangkap! Pekerjaan ini terlalu mudah!" Suara yang sengaja diredam berteriak dengan emosi.
"Pelankan suara! Periksa orangnya, jangan sampai salah! Yang kita mau adalah putri kepala suku!" Kantong kulit dibuka sedikit. Mulut Su Ling ditutupi tangan. Dia berjuang mati-matian, tapi dihadapkan beberapa pria berotot, sungguh tak ada dasar perlawanan. Cepat mulutnya disumpal kain.
"Dia! Ternyata benar dia! Haha! Sekarang kita jadi kaya." Empat bayangan manusia di kegelapan memandangi Su Ling dengan curiga: "Target sudah didapat, cepat kita pergi! Pesta pora orang Zaku ini akan berlangsung sampai besok! Dalam waktu sehari kita sudah jauh! Haha!"
Su Ling melotot ketakutan melihat empat senjata ini——mereka berbicara bahasa Bizantium, dia mendengar sangat jelas.
"Gadis malang, jangan terlalu takut." Seorang bayangan mendekati Su Ling, terkikik: "Kami tidak akan menyakitimu, tenang, kami bukan perampok, hanya pemburu hadiah. Seorang pemimpin besar serikat dagang yang pernah datang ke sukumu, secara kebetulan melihatmu sekali, langsung terus memikirkanmu, terpaksa menyewa kami dengan harga mahal untuk 'mengundangmu', hehe!"
"Orang ini mendekat, Su Ling melihat jelas penampilan lawannya, wajah penuh jenggot dan berperut buncit... Sepertinya dia ingat samar-samar bahwa ini adalah salah satu pengawal kafilah dagang yang datang ke klan kami... Lawannya tersenyum lebar, menunjukkan ekspresi mesum."
"Ah ha! Ternyata benar-benar seorang gadis yang menggoda... Haha, mungkin selama di perjalanan, kita bisa bersenang-senang dulu denganmu... Bagaimanapun yang mereka mau hanya tubuhmu, tidak bilang kita tidak boleh menyentuhmu, haha!"
Tertawa itu membuat Su Ling panik, tapi tepat saat itu, wajah yang berada sedepa darinya tiba-tiba menunjukkan bola mata melotot, menonjol tinggi, mulut terbuka, tenggorokannya mengeluarkan suara "kreek-kreek", lalu terhuyung-huyung jatuh menimpa tubuh Su Ling.
Su Ling melihat jelas, di kepala orang itu muncul benjolan besar, sebuah batu sebesar tinju jatuh ke tanah.
"Siapa ini!!" Beberapa Pemburu Hadiah berteriak panik serempak.
Dari tepi kolam, perlahan muncul bayangan manusia yang seluruh tubuhnya penuh dengan cat minyak. Dalam cahaya bulan, orang ini terlihat seperti baru dipukuli habis-habisan, leher dan lengannya penuh memar, di kepalanya diikat tali dengan lebih dari sepuluh bulu yang mencolok.
Ini adalah kostum standar orang Zhaku, tapi senjata ini tersenyum lebar sambil meregangkan pergelangan tangan, bergumam pelan: "Astaga benar-benar baik padaku... Belum ada cara berteman dengan suku Zaku... Kalian malah memberikan kesempatan emas ini padaku——Hmph, menyelamatkan putri kepala suku, persahabatan seperti ini seharusnya cukup besar."
Tiga Pemburu Hadiah tersisa saling pandang, setelah kontak mata, serempak berteriak pelan: "Bunuh dia!"
Tiga pedang pendek berkilauan segera terhunus, tiga bayangan manusia melompat bersamaan...
Tapi, hasilnya sudah jelas.
Keterampilan tiga Pemburu Hadiah ini cukup bagus, tapi sayangnya mereka bertemu si kampungan. Char menghantam hidung seorang dengan satu pukulan, membuat hidung malang itu ambles ke dalam, lalu menyepak perut bawah lawan lainnya... Area ini membuat orang merinding. Senjata itu terjatuh sambil memeluk selangkangan dan tak bisa bangun lagi.
Goblin ketiga akhirnya menyadari fakta, hendak kabur saat Char membungkuk meraba-raba tanah, akhirnya mengambil sebuah batu, lalu melemparkannya...
Bang! Di kejauhan, tubuh itu terjatuh kaku ke tanah.
Saat Char mendekati gadis dalam kantong kulit yang tergeletak, Su Ling juga melihat jelas senjata yang telah menyelamatkannya.
Dan begitu melihat ke arahnya, Su Ling tiba-tiba merasakan debar jantung yang tak tertahankan di dalam hatinya!
Di bawah cahaya bulan yang samar-samar, pria yang mendekat ini tampak tegak dan berotot, rambut hitamnya yang liar nan megah bergelombang, ditambah otot-otot berisi yang penuh keganasan dan cat minyak di sekujur tubuhnya, membuatnya terlihat seperti macan tutul jantan yang gagah!
Dan kedua mata itu... bahkan dalam kegelapan malam, tatapannya tetap tajam bagai elang...
Ya Tuhan!!
(Jangan-jangan cewek ini bengong ketakutan? Kok melototin Laozi terus?) Penasaran, Char berjalan mendekat dan berjongkok melepas kain penutup mulut Su Ling.
"Huuush!!" Setelah menarik napas dalam beberapa kali, Su Ling langsung memberanikan diri melototi Char, lalu tiba-tiba mengucapkan kalimat yang sama sekali tak terduga:
"Kamu... sudah punya perempuan?"
