"Kedua Ibu, kudengar sejak tadi malam kalian tidak menyentuh makanan. Apakah ada yang tidak memuaskan dari hidangan makan malam kami?"
Di pagi buta, Hughes muncul di hadapan Adeline dan Dafeny.
Ini berada di dalam Kantor Gubernur Kota Melika. Hughes sama sekali tidak memperlakukan dua tawanan perempuan ini dengan buruk, sebaliknya janjinya terpenuhi sehingga kedua gadis mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan status mereka.
Mereka tinggal di sebuah halaman terpisah dalam kompleks gubernur, dengan arsitektur klasik bangsawan Bizantium. Gedung utama berkubah dikelilingi tembok meruncing, dihiasi genteng berwarna dan kaca patri yang diimpor dari seberang lautan, serta pilar lampu berhiaskan emas dan kristal. Di sudut halaman, terdapat balkon besar berpuluh meter yang membentang sepanjang bangunan, menghadap ke timur.
Kedua gadis ditempatkan di sini tanpa mengalami kesulitan. Mereka mendapatkan perawatan yang baik, sandang pangan terjamin. Gubernur Hughes bahkan mengirimkan beberapa pelayan wanita khusus untuk merawat mereka, yang bahkan terlihat telah menerima pelatihan etika istana. Hughes mengirimkan hidangan lezat bergaya kerajaan, beberapa set gaun istana dari sutra mewah, serta perhiasan-perhiasan.
Tidak ada penahanan, tidak ada borgol, tidak ada sel penjara.
Satu-satunya pembatasan adalah mereka dilarang meninggalkan area halaman ini.
"Gubernur Hughes saat mengunjungi kedua gadis di pagi hari, ia berperilaku layaknya tuan rumah yang ramah. Mengenakan jubah longgar bergaya bangsawan, tanpa pengawal di sekitarnya, rambutnya terurai malas di kedua bahu, wajahnya bersemu merah, jenggotnya dipangkas rapi, bahkan tubuhnya menyemburkan wewangian asal Kerajaan Landis."
"Jika ada pertanyaan mengenai pola makan, silakan ajukan permintaan kalian tanpa sungkan." Hughes dengan santai mendekati kedua gadis, lalu di bawah tatapan bingung mereka, secara bergantian mencium tangan keduanya. Kesopanannya begitu sempurna, bahkan menurut Adeline dan Dafeny, sulit menemukan bangsawan di Kota Kekaisaran Osthia yang memiliki tata krama sebaik ini.
"Sudah kuperintahkan untuk mengganti koki kalian. Kubayangkan kalian kehilangan selera karena urusan terkini. Tapi tenang, kebetulan baru saja kudatangkan koki dari Kerajaan Landis yang pernah bekerja di Istana Landis. Ia ahli memasak hidangan laut autentik khas sana, semoga bisa mengembalikan selera kedua Ibu."
，，，，，，。
“，，，。”，，，：“，？”
Adeline melotot memandangi Gubernur Hughes ini, menggigit bibirnya tanpa berkata apa-apa. Justru Dafeny di sampingnya, sang putri mahkota, setelah sorot matanya yang luar biasa indah itu menyiratkan pandangan aneh, mulai mengamati Gubernur Hughes. Setelah beberapa saat, tiba-tiba Dafeny tersenyum. Saapabila dia tersenyum, cahaya merah mentari pagi menyinari wajahnya. Fitur wajahnya yang sempurna seolah memancarkan cahaya, terutama sorot matanya yang jernih dan transparan bagai kristal. Padahal sebelumnya Dafeny terlihat lembut, namun kini aura ketenangannya tiba-tiba berubah menjadi pesona yang menusuk, membuat Gubernur Hughes terpana sejenak.
Pada momen ini, kecantikan yang dipancarkan Dafeny begitu menyengat. Bahkan Adeline yang juga berparas sempurna di sampingnya, seolah tampak kalah bersinar.
Dafeny dengan lembut mengambil sebuah piala. Embun jernih di dalamnya masih membawa kelopak bunga yang baru dipetik, terlihat berwarna merah muda samar. Setelah menyentuhkannya ke bibir dan meneguk sedikit, barulah dia tersenyum halus: "Benar, aromanya memang enak."
"Oh, terima kasih atas pujiannya." Hughes tiba-tiba terlihat bersemangat. Dia melirik ke Adeline: "Bagaimana dengan Yang Mulia?"
"Tidak, aku tidak berselera." Adeline menggeleng sambil mengerutkan kening.
“Tuan Gubernur.” Dafeny duduk perlahan, tepat di seberang Hughes. Tubuhnya yang ringan condong sedikit ke depan, menatap mata Hughes: "Yang membuatku penasaran adalah, langkah apa yang akan Tuan ambil untuk kami berdua? Kami hanya dua perempuan lemah, sedangkan Tuan adalah gubernur pemimpin pasukan perkasa."
Saat mengucapkan ini, senyum mengembang di wajahnya. Di bawah cahaya merah fajar, kulit putihnya yang mulus terlihat hampir semi-transparan. Bahkan jari-jari rampingnya yang memegang piala seolah tak bertulang. Duduk santai dengan senyum tipisnya, namun pesonanya telah memancarkan ribuan daya tarik.
Gubernur Hughes merasakan kecepatan debar jantungnya meningkat. Pesona gadis muda di hadapannya tak lagi bisa diabaikan. Refleks ia memiringkan kepala, menghabiskan embun dalam pialanya dalam sekali teguk. Setelah menarik napas panjang, ia berdiri dan berjalan ke tepi balkon. Tangannya mencengkeram pagar, sengaja membalikkan badan untuk menghindari tatapan Dafeny——sorot mata lawan bicaranya itu telah menunjukkan daya pikat yang luar biasa.
"Kurasa ini bukanlah pertanyaan." Gubernur Hughes meratakan napasnya, berkata dengan santai: "Anda memiliki jaminanku. Kedua tamu terhormat akan mendapat perlakuan sesuai status. Di sini, kalian bukan tawanan, melainkan tamu istimewaku."
“Kita berdua sangat paham akan arti di balik semua ini.” Dafeny menggeleng perlahan, penampilannya terlihat lemah, namun nada suaranya semakin yakin: “Gubernur, maksud saya... Jika Yang Mulia hanya membutuhkan identitas kami, maka...”
“Apa saran Yang Mulia?” Hughes, bagaimanapun juga adalah seorang pahlawan ambisius, setelah terpana oleh pesona Dafeny, segera sadar kembali. Sorot matanya kembali jernih dan tenang, ia menoleh ke Dafeny: “Yang Mulia?”
“Sederhana saja. Yang Tuan butuhkan adalah identitas kami.” Dafeny menundukkan kepala sejenak, bulu matanya yang panjang membungkus matanya, menampakkan pesona menyentuh hati yang menggoda. Kemudian seolah telah mengambil keputusan dalam hati: “Tuan Gubernur, yang ingin saya jelaskan adalah alasan kami berdua bisa ditangkap oleh Tuan Salvador—tepat karena malam itu, kami juga berusaha melarikan diri dari Osgilia. Tuan tidak salah dengar, saya mengatakan ‘melarikan diri’.”
“Apa sebenarnya yang ingin Anda katakan?”
“Adeline, dia tidak memiliki nilai apa pun bagimu.” Dafeny memperberat nada suaranya, suara lembutnya terdengar seperti bujukan namun juga mengandung aroma permohonan, dipadukan dengan kecantikannya yang luar biasa, seolah memiliki daya magis yang tak bisa ditolak pria: “Anda mungkin tahu sedikit, posisi Adeline di keluarga kerajaan tidak sepenting yang dibayangkan orang luar, Yang Mulia Kaisar tidak menganggapnya penting. Jika Anda berencana menggunakan dia untuk memeras Kaisar Cantos, maka rencana ini sama sekali tidak mungkin berhasil. Jadi... jika Anda membutuhkan, Anda bisa menahan saya!”
Sampai di sini, Dafeny tertawa pahit, senyumannya penuh dengan kepahitan: “Meski status saya sebagai Putri Mahkota juga hanya lelucon, mungkin di mata keluarga kerajaan, posisi saya bahkan lebih rendah dari Adeline. Yang Mulia dan suami saya juga hanya membutuhkan saya sebagai bendera simbolis... Jika saya mati di tangan kalian, saya bahkan curiga suami saya akan sangat senang melihat hasil itu. Tapi... yang ingin saya katakan adalah, dalam marga saya masih ada 'Minas'!”
Hughes mengangkat alisnya.
“Mungkin gelar seperti permaisuri masa depan tidak berarti bagi Yang Mulia. Tapi, saya berasal dari Klan Minas. Identitas ini, saya yakin sangat berharga bagi Anda.” Dafeny mengakhiri ucapannya dengan membungkuk hormat kepada Gubernur Hughes: “Jadi, jika ada permintaan apapun, saya bersedia bekerja sama. Hanya… Tolong bebaskan Adeline. Dalam situasi sekarang, dia benar-benar tak berguna bagi Anda. Jika Anda melepaskannya, saya berjanji akan menulis surat kepada ayah dan saudara laki-laki saya, serta melakukan apapun yang Anda perlukan.”
“Dafeny…” Adeline yang berdiri di samping menutup mulutnya sambil berteriak panik. Ia meraih lengan Dafeny dengan gemetar, air mata mengalir deras: “Tidak! Tidak boleh! Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu sendirian!”
Hughes memandang Dafeny beberapa saat, lalu gubernur itu mengangkat kedua tangannya…
Prak. Prak. Prak. Prak…
Dengan perlahan ia menepuk-nepukkan telapak tangan, tersenyum tipis: “Luar biasa, Yang Mulia Dafeny. Anda membuatku melihat kilau kejayaan ayahanda pada diri Anda… Pantas disebut putri Klan Minas. Dalam kondisi seperti ini, performa Anda jauh melampaui perkiraanku.”
Tapi kemudian Hughes sengaja menghela napas: “Sayangnya, permintaanmu tidak bisa kukabulkan… Keberanianmu memang patut dipuji, tapi penilaianmu terhadap situasi masih kurang tepat.”
Sorot mata nya menunjukkan bau ejekan: “Kamu mencoba meyakinkan ku bahwa Yang Mulia Adeline tidak memiliki nilai apa pun? Tidak tidak, kamu salah, dan salah besar! Meski terdengar kurang ajar, tapi aku harus dengan penyesalan menjelaskan, di antara kalian berdua, sebenarnya... nilai Yang Mulia Adeline jauh melebihi perkiraanmu. Dengan kata lain, di antara Yang Mulia berdua, Anda, Yang Mulia Dafeny yang terhormat, justru pihak yang tidak relevan.”
“...” Kedua gadis itu tertegun memandangi Hughes.
“Kaget?” Hughes menggelengkan kepala, mengacungkan sebatang jari: “Tidak tidak, Yang Mulia Adeline, Anda terlalu meremehkan nilai diri sendiri! Ketahuilah, yang kuhargai bukanlah garis keturunan keluarga kerajaan Bizantium atau Klan Krenma di tubuhmu. Haha! Setahun lagi, Klan Krenma akan menjadi debu sejarah, siapa yang peduli? Yang kuhargai adalah separuh garis keturunan mulia lainnya dalam dirimu! Jangan lupa, secara hubungan darah, Anda harus memanggil Kaisar Suci Odin yang agung sebagai ‘Paman’!”
“Kalau begitu... lepaskan Dafeny!” Adeline tiba-tiba melepaskan diri dari pelukan Ed, melangkah gagah ke depan dan berseru: "Apa pun yang kau minta, pasti akan kulakukan! Tolong bebaskan Dafeny! Mengingat dia tidak begitu bernilai bagimu..."
Sorot mata Hughes terlihat tak berdaya, senyumannya bahkan mengandung belas kasihan saat menatap Adeline.
“Saya suka minum alkohol, juga menyukai hidangan lezat, pakaian mewah, musik yang elegan dan indah, lebih-lebih lagi perasaan berkuasa di tangan... Tentu saja, sebagai pria yang memiliki semua ini, saya juga tidak akan menolak kecantikan.” Ekspresi Hughes yang sedang tersenyum membuat kedua gadis itu merasakan kedinginan hingga ke tulang sumsum: “Yang Mulia Dafeny tentu memiliki nilai bagi saya, saya tidak menyangkal bahwa saya membutuhkan gelar Klan Minas, tapi yang lebih penting, nilainya terletak pada dirinya sendiri. Oh, kecantikan nomor satu di kekaisaran, pria mana yang tidak menginginkannya? Haha! Mungkin hanya Yang Mulia Putra Mahkota yang lebih menyukai pria, yang akan mengabaikan karya seni indah ciptaan langit ini. Oh, dan... saya pernah mendengar legenda menarik tentang Anda, kabarnya meskipun sudah menikah dengan idiot Putra Mahkota itu selama dua tahun, tapi... hehe.”
Saat dia tertawa, sorot matanya memancarkan cahaya jahat. Tatapannya yang menyapu membuat Dafeny merasa seperti digigit ular berbisa, tubuhnya meringkuk di balik selimut.
“Memang, sangat disayangkan, Anda mungkin tidak akan menjadi permaisuri di masa depan. Tapi... saya justru akan sangat senang. Karena saya sangat berharap, dalam waktu dekat, Anda bisa menjadi ratu... ‘Kerajaan Armenia’ saya di masa depan, membutuhkan nyonya rumah yang cantik.”
Wajah Dafeny pucat, dia mengatupkan gigi: "Ayahku tidak akan tinggal diam melihat kalian berhasil, juga kakakku, Rody tidak akan menyerah..."
"Oh? Mari kita lihat saja nanti." Hughes tertawa lebar: "Apakah Anda benar-benar memiliki keyakinan seperti itu? Sungguh kekanak-kanakan! Dibandingkan dengan keberanian yang Anda tunjukkan tadi, wawasan Anda benar-benar kekanak-kanakan yang menggemaskan. Tidak akan menyerah? Hmph, mari kita serbu Osgilia sekaligus, basmi Klan Krenma, bakar bendera kekaisaran menjadi abu sejarah... Saat itu, apa yang akan dilakukan Klan Minas? Adipati Minas, pilihan apa yang akan dia buat? Bersama Klan Krenmar dalam serangan bunuh diri? Atau terpaksa berkompromi untuk mempertahankan kelangsungan keluarganya?"
Sampai di sini, Hughes mengangkat jarinya, mengakhiri percakapan ini. Kalimat terakhirnya membuat para perempuan itu gemetar dalam hati.
"Percayalah, aku paham 'para bangsawan'. Bagi bangsawan, hal utama bukanlah 'kesetiaan', meski mereka suka mengumbar kata-kata itu setiap hari. Tapi bagi bangsawan sejati, dalam situasi apapun, menjamin kelangsungan keluarga adalah prioritas utama! Ketika Klan Krenmar benar-benar binasa, akankah ada banyak orang yang mau mati bersamanya? Aku sangat ingin melihat!"
