Semakin jauh menyusuri lorong ini, jalannya semakin menyempit. Medan terus menurun ke bawah, aroma lembab dan dingin memenuhi lorong hitam legam. Namun syukurlah, udara di sini tidak terlalu pengap. Char menduga mungkin ada ventilasi tersembunyi di gua bawah tanah ini.
Liao Liao berjalan di barisan terdepan rombongan, berdampingan dengan Char. Tongkat sihir sang dukun perempuan ini memancarkan cahaya.
Dengan penerangan itu, mereka bisa melihat lingkungan sekitar sementara tebakan dalam hati Char semakin bertambah.
Pertama, lorong ini jelas menunjukkan jejak pahatan buatan manusia. Kedua sisi dinding lorong sangat rapi. Meski tertutup tanah, debu zaman, dan jaring laba-laba, keseluruhan ruang yang persegi ini memiliki lantai datar, dinding dan atap yang terstruktur rapi. Sepanjang perjalanan Char memeriksa dengan cermat – lorong ini dibangun dari batu raksasa berukuran luar biasa besar.
Batu-batu ini jelas telah diasah secara manual dengan bentuk persegi dan permukaan halus. Char memeriksa celah antar batu – semuanya sangat rapi dengan sudut-sudut yang tajam dan tegas.
“Apakah kalian orang Zaku tahu atau tidak, di sini ternyata ada gua buatan di bawah tanah?” Char tertawa kepada mereka: “Mungkin tempat ini dibangun oleh leluhur kalian orang Zaku?”
Terhadap tebakan ini, dukun perempuan Zaku segera membatalkannya: “Tidak mungkin.”
Kemudian dukun perempuan ini menjelaskan: Menurut semua Kitab kuno suku Zaku yang tersisa, sama sekali tidak ada catatan tentang orang Zaku kuno yang pernah membangun gua rahasia bawah tanah.
Dan... “Orang Zaku, tidak bisa menggali lorong, kami, bukan kurcaci.”
Panjang lorong ini melampaui perkiraan semua orang. Menurut kalkulasi dalam hati Char, rombongan mereka setidaknya telah berjalan lebih dari dua waktu yang ditentukan. Dan dari medan yang terus menurun sepanjang lorong ini.
“Kita mungkin sudah mencapai kedalaman setidaknya seratus meter di bawah tanah.” Char menghela napas.
“Tuan, bukan aku bermaksud jadi Mulut Gagak, tapi aku punya firasat sangat tidak baik.” Duoduo Luo mengikuti dekat di samping Char, dengan suara pelan: “Aku selalu merasa kita akan bertemu dengan sesuatu yang di luar perkiraan.”
Penyihir itu melihat ke sana kemari, ekspresinya menunjukkan kepanikan.
Akhirnya, ujung lorong depan tiba. Tapi setelah sampai di ujung, yang membuat semua tertegun adalah jalan di depan ternyata tersumbat seluruhnya!
Ujung lorong adalah jalan mati, sebuah dinding persegi menghadang di depan mata, batu besar yang keras bagai besi penuh kotoran debu.
“Tidak ada jalan?” Char mengerutkan kening, ia menatap Liaoliao. Dukun Perempuan itu bertukar pandangan dengan Galin di belakangnya. Setelah berbisik-bisik sebentar, Liaoliao menatap Char: “Harus bagaimana?”
Char membuka mulut, keningnya berkerut keras. Ia menggeleng: “Tidak masuk akal, ini tidak masuk akal. Lorong sepanjang ini, ujungnya tidak mungkin dinding... Secara logika, penggalian lorong bertujuan untuk dilalui manusia. Kalau memang untuk dilalui, ujungnya pasti bukan dinding. Jadi... yang di depan kita ini seharusnya pintu, pintu batu yang tertutup.”
Yang lain mengakui penjelasan Char, tapi cara melewati pintu batu ini tetap menjadi teka-teki yang mengganjal.
“Eh, mungkin kita bisa kembali ke tempat awal, pilih lorong lain untuk dicoba.” Proposal Duoduo Luo langsung dibatalkan oleh Char.
Menurutnya, bahkan jika kembali ke tempat turun tadi dan memilih lorong lain, belum tentu lorong tersebut tidak tertutup.
“Coba bongkar paksa.” Dukun Perempuan mengajukan pandangannya. Gagasan ini jelas lebih sesuai dengan selera Char.
“Kita tidak tahu seberapa tebal pintu ini.” Duoduo Luo mengerutkan kening memandangi pintu batu: “Bagaimana kalau ketebalannya dua tiga meter...” “Semua orang mundur sedikit.”
Char menarik napas, sorot matanya berkilat. Melihat ekspresi ini, Duoduo Luo yang sudah familiar dengan temperamen sang tuan segera menyadari: Majikan ini berniat bertindak kasar.
Setelah prajurit Zaku mundur belasan langkah, Char sendirian berdiri di depan pintu batu. Ia menyimpan pedangnya dan mengeluarkan garpu api.
“Kamu benar-benar nekat?” Di benak Dora mencemooh: “Tempat ini kan dibuat manual, kalau nekat mungkin malah bikin konsekuensi tak terduga! Maksudku, bisa-bisa terjadi hal buruk.”
“Kalau nggak mau bantu, diamlah.” Char bergumam pelan.
Ia menarik napas dalam-dalam, kilatan merah menyala di matanya.
Cahaya merah segera menyelimuti kedua tangannya, merembes masuk ke garpu api. Garpu hitam legam itu mulai memancarkan sinar merah samar.
Aura Mengerikan Merah · Tusukan Naga!
Char menghembuskan napas, berteriak pendek sambil menikamkan garpu api ke dinding batu di hadapannya!
Boom! Garpu api menghunjam pintu batu dalam sorotan merah. Gemeretak batu pecah menggema di lorong sempit, mengguncang gendang telinga sampai perih. Debu beterbangan mengepul...
Seluruh lorong bergetar. Batu-batu runtuh dari langit-langit dan dinding yang retak.
Dengan daya rusak Aura Mengerikan Merah plus guncangan sekuat ini, Char yakin: pintu batu setebal 1-2 meter pun pasti hancur kena Tusukan Naganya!
Debu yang beterbangan membuat semua orang batuk, namun saat suara gemuruh perlahan mereda, Char mengayunkan lengannya mencoba mengusir debu di depannya. Saat matanya fokus, dia tercengang.
Semua orang berkerumun di belakang Char, menatap pintu batu di depan mereka...
Garpu api Char menusuk ke dalam pintu batu. Tapi yang mengecewakan, senjata yang biasanya menghancurkan segala halangan ini hanya menembus kurang dari sepertiga ketebalan pintu. Hanya serpihan sebesar telapak tangan yang jatuh dari bagian yang tertusuk, sementara keseluruhan pintu tetap utuh!
Meski kekuatan "Tusukan Naga" yang perkasa membuat lorong bergetar, pintu batu ini ternyata memiliki daya tahan yang jauh lebih hebat!
Ini pertama kalinya Char mengalami hal seperti ini! Kombinasi aura mengerikan merah-nya, Tusukan Naga, plus ketajaman garpu api yang tak tertandingi—tiga elemen ini selalu bisa menghancurkan apapun! Batu biasa? Bahkan armor baja kelas atas pun akan tembus dengan sekali tusuk!
Char terdiam sejenak. Tak lama, efek samping setelah menggunakan Tusukan Naga mulai terasa. Tenaganya terkuras habis. Dia mundur beberapa langkah, seluruh tubuhnya menggelepar. Nyeri otot yang hebat membuatnya gemetar. Kakinya lemas. Duoduo Luo di sampingnya segera menyangga tubuhnya.
"Ini benar-benar seperti melihat hantu..." Char menghela napas lemas.
Liao Liao memandang Char dengan ragu. Dukun perempuan ini melihat penderitaan Char, sorot matanya menunjukkan kebingungan sesaat sebelum mengulurkan tangan ke depan Char. Di telapak tangannya ada sepotong salep hitam: "Makan ini. Isi stamina, redakan sakit."
Char tak ragu-ragu mengangguk. Duoduo Luo mengambilnya dan memasukkannya ke mulut Char. Rasa pahit langsung menyusuri tenggorokan, seolah salep itu meleleh begitu terkena air liur. Di balik kepahitan, rasa segar yang menyebar di dada seketika meringankan beban penderitaan di seluruh tubuh Char.
Galin dan prajurit Zaku lainnya memeriksa pintu batu itu dengan cermat. Beberapa saat kemudian, Galin menoleh ke Char dan berkata sesuatu pada Liao Liao.
"Dia bilang, kamu kuat, melebihi dugaan dia. Kamu prajurit hebat."
Sorot mata Galin penuh penghormatan yang tak coba disembunyikan, tapi Char hanya tersenyum getir.
Kuat... Kehebatan Tusukan Naga tentu dia pahami. Tapi pintu batu sialan ini...
"Tuan, pintu ini aneh." Setelah menuntun Char duduk, Duoduo Luo menerobos prajurit Zaku lain dan mendekati pintu. Setelah memeriksa celah kecil hasil tusukan garpu api Char, dia berteriak: "Ini bukan terbuat dari batu!"
“Bukan batu？”
Bukan batu？
Char tersenyum lebar sambil menarik napas: "Tunggu sebentar, aku butuh istirahat... nanti akan kucoba lagi."
Dalam hatinya tersimpan satu pemikiran: jurus Tusukan Naga tadi belum mencapai batas kemampuannya. Masih ada kristal besar pemberian Kavhill yang bisa dipasang pada garpu api. Dengan itu, kekuatan aura mengerikan merah dan Tusukan Naga bisa meningkat beberapa kali lipat.
Tapi konsekuensinya juga berat: sebelumnya dia pernah mencoba serangan seperti ini dan selalu membuatnya pingsan setidaknya satu hari lebih.
Duoduo Luo dan Liao duduk di ambang pintu, masing-masing memegang fragmen yang terlepas dari pintu batu. Fragmen yang dipegang Duoduo Luo hanya sebesar ruas jari. Sang penyihir cepat-cepat mengeluarkan botol dari pelukannya, menuangkan cairan obat ke batu itu, lalu mengamatinya dengan saksama bahkan menjilatnya dua kali. Dia juga menggunakan kaca pembesar untuk meneliti lebih detail.
Sementara Liao hanya membolak-balik fragmen di tangannya, tiba-tiba sang dukun perempuan menjerit kaget.
"Ada apa?" Char memaksakan diri untuk duduk tegak.
“Tuan, aku punya kabar baik dan kabar buruk... mana yang ingin Tuan dengar dulu?”
Duoduo Luo menunjukkan ekspresi aneh.
“Yang baik dulu.” Char mendengus.
“Tuan, kita jadi kaya!” sang penyihir tampak bersemangat: “Ini adalah 'besi murni'! Harta karun yang didambakan semua pandai besi! Dengan teknologi pembuatan besi saat ini, hanya grandmaster pandai besi terhebat yang bisa membuat 'besi murni'! Biaya pembuatannya sangat mahal! Tiga ratus kati besi kualitas terbaik hanya bisa menghasilkan kurang dari satu kilogram besi murni! Proses pembuatannya sangat rumit... Benda ini adalah barang impian semua prajurit! Jika besi murni digunakan untuk menempa senjata, cukup tambahkan sedikit di bilahnya, senjata biasa langsung berubah jadi senjata suci penghancur segalanya! Pengetahuan yang kumiliki mengatakan, nilai besi murni ini tidak kalah dengan perak mistis!!”
Char terbelalak: “Kalau begitu, kabar buruknya...”
“Kabar buruknya... pintu ini seluruhnya terbuat dari besi murni! Kecuali serangan Tuan tadi bisa mempertahankan intensitasnya terus-menerus, dan kita menyerangnya lagi ratusan kali, mungkin baru ada separuh kemungkinan untuk meledakkannya!”
Ratusan tusukan Long?!
Char membuka mulutnya dengan lesu.
Jangan main-main!
Dengan kekuatan si kampungan sekarang, membuatnya menggunakan Tusukan Naga, dalam kondisi normal dia hanya bisa menggunakannya sekali saja. Jika menggunakan dua kali, otot seluruh tubuhnya akan kejang, pori-pori retak, darah mengucur deras, lalu dia harus berbaring di tempat tidur selama beberapa hari sebelum bisa turun berjalan.
Ratusan Tusukan Naga?
Menurut penjelasan Dora, bahkan Ksatria Naga sejati dari era kuno pun tidak mungkin bisa menggunakan jurus andalan Tusukan Naga secara berulang ratusan kali!
Perkataan Duoduo Luo langsung membuat Char patah semangat, tapi tak lama kemudian Liaoliao datang menghampiri.
"Sangat spesial." Dia menunjuk kualitas pintu: "Makhluk seperti ini, aku pernah melihatnya." Nada suara dukun perempuan itu serius. Dia lalu menghabiskan banyak waktu menjelaskan pada Char: Di suku Zaku mereka, ada beberapa relik suci yang telah terpelihara selama tak terhitung generasi, yang kualitas materialnya mirip dengan pintu ini. Benda-benda ini keras sampai tingkat yang tak terbayangkan.
Char sempat kecewa sesaat, tapi segera mengumpulkan kembali keberaniannya.
"Pasti ada caranya!" Si kampungan meremas-remas rambutnya, matanya berkilau: "Ini adalah pintu! Selama itu pintu, pasti ada metode untuk membukanya! Kalau tidak, para pembangun di sini tidak perlu membuat lorong ini - lebih baik mereka buat tembok saja! Selama ini disebut 'pintu', berarti ada cara membukanya!"
Lele memahami maksud Char, sang dukun perempuan segera mengerahkan semua prajurit Zaku untuk melakukan pencarian teliti di sekitar pintu ini. Para prajurit membersihkan tanah dan debu dari dinding, memeriksa setiap kemungkinan jejak dengan saksama titik demi titik.
Akhirnya, setelah sibuk beberapa lama, mereka menemukan sesuatu.
Seorang prajurit Zaku berteriak memanggil temannya. Di sisi sebelah pintu, setelah mengetuk-ngetuk lapisan debu yang mengeras seperti gumpalan padat di dinding, potongan batu dan tanah berjatuhan, memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan.
Di dinding terdapat batu berbentuk oval yang tertanam dalam-dalam, hanya menyisakan sedikit tonjolan di permukaan. Karena tertutup debu tebal, awalnya tidak ada yang menyadari keberadaannya.
Di sekitar tonjolan oval tersebut, terdapat rangkaian pola yang terukir rapi di dinding, membentuk kontur-kontur persegi yang terdistribusi secara merata.
"Bentuknya seperti... semacam skala?" Duoduo Luo mengamati sejenak lalu menoleh ke Char.
