Char tiba-tiba menyadari, Ada sama sekali tidak berubah – senjata ini selalu punya akal untuk membuatnya terdiam, dan wajah tampannya yang selalu memicu amarah, tapi anehnya ia tak punya banyak cara untuk menghadapinya.
Setelah gerombolan semut bubar, semua orang akhirnya tiba di tepian sungai, namun demi keamanan, tak seorang pun berani menjauh dari pinggir sungai.
Para hadirin menyalakan api unggun——setelah mengetahui bahwa semut pemakan logam yang mengerikan ini takut pada semua cahaya, menyalakan api menjadi pilihan paling aman.
Mengelilingi api unggun yang hangat, semua orang mengeringkan pakaian mereka. Kehangatan api dan cahaya api memberikan perasaan aman.
Gaa Lin dan dukun perempuan Liaoliao terlibat debat sengit. Terlihat jelas emosi Gaa Lin sangat meluap. Pemimpin prajurit Zaku ini bersuara keras dengan nada tidak puas dan kemarahan, namun Liaoliao tetap terlihat dingin. Char tidak mengerti Bahasa Zaku mereka, tentu tak tahu isi perdebatan. Tapi dari tatapan Gaa Lin yang terus mengarah ke Ada saat berteriak, bisa dipastikan: perdebatan orang Zaku berkaitan dengan Ada!
Jelas sekali orang Zaku punya pandangan negatif tentang kehadiran Ada di sini.
Meski Char tahu Ada adalah tamu kehormatan di suku Zaku, dan sepertinya Ada memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Kepala Suku Besar: Su Ling pernah bilang, Ada adalah gurunya yang setiap tahun tinggal di klan Zaku untuk suatu periode. Dari sini terlihat hubungan Ada dengan suku Zaku sangat dekat.
Meskipun memiliki hubungan yang sangat dekat, kemunculan Ada di tempat ini - Wilayah Terlarang orang Zaku - tetap menimbulkan kecurigaan mendalam di antara orang Zaku. Hal ini bisa dilihat Char dari sorot mata dukun perempuan Liao Liao, yang tampak tidak terlalu antusias terhadap Ada. Bahkan terkadang tatapannya ke Ada mengandung aura dingin.
Pertengkaran Galin dengan dukun perempuan tidak membuahkan hasil. Char kemudian menyela perdebatan mereka. Atas permintaan Char, Galin menceritakan pengalaman rombongannya setelah berpisah dengan kelompok utama.
Narasi Galin tetap diterjemahkan oleh Liao Liao. Menurut penuturan Galin, mereka tidak mencapai tempat penyimpanan "spesimen" yang pernah dikunjungi Char saat memasuki pintu tertutup misterius itu.
Rombongan Galin memasuki sebuah "gudang" setelah melewati pintu dengan kenop.
Istilah "gudang" berasal dari Galin. Dalam deskripsinya, itu adalah gua bawah tanah raksasa yang dipenuhi berbagai benda - ruangan tertutup besar berisi tumpukan benda-benda logam. Deskripsi ini langsung membuat Char bersemangat!
Berdasarkan penuturan Galin dan tebakannya sendiri, Char yakin "gudang" itu menyimpan senjata-senjata ras Goblin kuno!! Senjata era purba!!
（Meriam Sihir？Api Iblis？Ada hal lain？）
Selain itu, Garin menjelaskan bahwa di tempat itu juga menumpuk banyak batu aneh yang tidak bisa dia kenali jenisnya. Namun melalui deskripsinya, Duoduo Luo mengajukan satu kemungkinan.
"Mungkin semua itu adalah kristal magis." Penyihir itu mengernyitkan kening sambil berpikir keras: "Dari deskripsi, sepertinya itu banyak kristal magis - dalam kondisi setelah kekuatan magisnya habis terkonsumsi."
Penyihir itu segera mengeluarkan sesuatu dari pelukannya, yaitu sebuah cincin sihir angin yang kekuatan magisnya telah habis, dengan sepotong kecil kristal di atasnya. Setelah melihatnya, Garin langsung mengkonfirmasi: "Persis seperti benda ini!"
Menurut deskripsinya, di "gudang" itu, kristal-kristal yang telah kehabisan kekuatan magis ini menumpuk seperti gunung!
Reaksi Garin dan anak buahnya setelah memasuki gudang tersebut hampir sama dengan reaksi Char dan yang lain. Karena tidak bisa keluar melalui jalan yang sama, mereka terpaksa mencari jalan keluar lain. Di dalam gudang itu mereka menemukan pintu lain (pintu itu dalam keadaan terbuka.), lalu melalui pintu tersebut mereka melanjutkan perjalanan keluar melewati sebuah terowongan bawah tanah yang sangat panjang.
Akhirnya ujung terowongan itu runtuh, mungkin karena gempa bumi atau perubahan situasi lain selama waktu yang sangat lama, intinya setelah terowongan itu runtuh mereka menemukan retakan di reruntuhan, jatuh melalui retakan itu, dan langsung terdampar di tempat hantu sialan ini.
“Aku tak mengerti, kedua kelompok kita awalnya melewati pintu yang sama, tombol putar itu sama-sama diputar ke tanda 'Bulan Merah', tapi kenapa rute yang kita tempuh berbeda?”
Char berpura-pura menghela nafas sedih, namun si kampungan yang licik ini menyelipkan sorot mata ke arah Ada.
Ada mendengus, dia menatap Char dengan dingin: "Kalau mau bertanya, bicara langsung. Aku tak akan memberitahu alasan kehadiranku di sini - selain itu, tak ada salahnya berbagi informasi lain."
Seketika semangat Char berkobar.
Bagaimanapun, dia sangat yakin pada naga humanoid ini: Kehebatan Ada telah dirasakannya saat pertemuan pertama.
Ada mengambil sebatang tongkat kayu dan menyalakannya di api unggun, lalu berjalan ke tepi sungai mulai menggores tanah.
"Pertama, pahami bahwa kita berada di gua bawah tanah yang dibangun ras kuat zaman kuno..." Ada melirik Char: "Kau tak terkejut, rupanya sudah tahu?"
"...Ya, goblin kuno?" Char mengangguk.
"Benar." Ada menarik kembali pandangannya: "Sekarang bisa kujawab pertanyaan pertamamu. Pintu-pintu di pinggiran tempat ini memiliki perangkat khusus. Tombol putar di pintu itu bisa mengatur teleportasi ke lokasi berbeda sesuai tanda yang dipilih."
“Tapi... kami semua dipindahkan ke 'Chi'...” Char segera menceritakan pengalamannya.
Ada menatap Char, lalu menghela napas: “Hah... Aku benar-benar tak bisa mengerti kebijaksanaan terbatas kalian manusia ini...”
Tapi dia tetap menjawab pertanyaan Char.
“Tebakan awalmu benar, takaran 'Chi' itu adalah unit catatan goblin kuno. Menurut kalender ras Goblin kuno, hari ketiga setiap bulan disebut 'Hari Bulan Merah'. Jadi, Chi dalam pandangan ras Goblin kuno mewakili angka 'tiga'. Pertama kali kamu memutar kenop ke 'Chi', artinya membuka pintu menuju 'Gudang Nomor Tiga'! Dengan kata lain, Gaa Lin dan yang lain masuk ke 'Gudang Nomor Tiga'. Kamu mengerti?”
Char mengangguk.
“Tapi saat kamu memutar kenop ke 'Chi' untuk kedua kalinya, kamu melakukan kesalahan! Kamu tidak menghapus angka ke nol! Jadi saat kamu memutar kenop kembali ke posisi awal lalu memutarnya ke takaran 'Chi' lagi, kamu sebenarnya membuka pintu 'tiga-tiga'! Dua angka tiga! Paham?!”
Char terbelalak: “Menghapus ke nol? Bagaimana caranya?”
“Sederhana. Setelah membuka pintu, jangan sentuh kenop itu. Setelah beberapa saat, dia akan otomatis kembali ke posisi semula. Itu sudah dianggap menghapus ke nol.”
Char membelalakkan mata: “Bagaimana kamu tahu hal-hal ini...”
“Aku memang tahu.” Ada membalikkan tatapan putihnya, jawabannya masih menggunakan nada yang membuat orang geram.
“Char menahan dorongan untuk menghantamkan tinju, menarik napas dalam-dalam, menatap makhluk di depannya: ‘Jadi, seberapa jauh kamu mengenal tempat ini?’”
“Ada tersenyum, senyumannya penuh teka-teki: ‘Lebih dari yang kamu bayangkan.’”
“Kedua orang itu berdiri di tepi sungai. Saat itu Ada menoleh melihat orang Zaku di sekitar api unggun di belakangnya. Ada tampak ragu sejenak, meredam suaranya: ‘Baiklah Char, meski bertemumu di sini tak ada dalam rencanaku, tapi kurasa kamu bisa memberiku bantuan.’”
“Hah?”
“Hmph, kamu dan orang Zaku datang ke sini untuk ‘Ular Suci’ mereka, bukan?” Senyum Ada bernada mengejek: “Ini mudah ditebak. Aku paham sikap orang Zaku terhadap ular mereka. Sepertinya... terakhir kita bertemu, kamu masih Pemburu Iblis. Kini jadi tentara bayaran? Kamu terima perjanjian mereka untuk membunuh Orochi?”
“Tebakan ini hampir tepat. Char tidak menyangkal, menatap Ada: ‘Apa maksudmu?’”
“Kita bisa kerja sama.” Senyum Ada berkilau, tapi sorot matanya membuat bulu kuduk Char merinding: “Jika kalian mengembara sembarangan di sini, aku jamin bahkan berbulan-bulan tak akan menemukan Orochi – tapi aku bisa tunjukkan jalan.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Telur ular.” Ada berkata sambil tersenyum manis: “Sepuluh telur ular, permintaanku tidak tinggi.”
Pekerjaan sampai di sini, Char memiliki dua pilihan.
Pilihan pertama, ikat si sialan ini lalu interogasi habis-habisan, paksa buka mulutnya langsung untuk dapatkan semua yang ingin kuketahui!
Tapi...
Bayangkan pengalaman Ada sebelumnya! Naga humanoid ini pasti termasuk dalam tiga besar karakter paling bijak yang pernah Char temui sepanjang hidupnya!!
Pertama kali bertemu, dia dikubur hidup-hidup oleh beberapa penyihir di bawah tanah! Hasilnya? Penyihir-penyihir itu dibimbingnya masuk ke gunung untuk membantai naga, hingga seluruh pasukan musnah.
Lagipula, ingatlah Dora yang punya dendam padanya! Dora jauh lebih kuat darinya, tapi Ada menahan diri bertahun-tahun, bersembunyi di gunung persembunyian Dora, memetakan semua sekitar, lalu sengaja membocorkan info tentang Dora untuk menjadikan beberapa penyihir sebagai umpan meriam...
Akhirnya, Dora mati. Sedangkan Ada ini masih lincah!
Jadi, Char langsung mengurungkan niat untuk berkhianat pada Ada.
Maka pilihan kedua pun jelas...
“Baik, kita kerja sama.” Wajah Char tidak antusias: “Tapi kuperingatkan, kalau kau mengakaliku lagi seperti terakhir kali - saat kau menipuku melewati rawa yang menyemburkan api... Jika kau berani ulangi, akan kuremukkan lehermu lebih dulu.”
“Percaya, aku pasti akan membuatmu dalam keadaan hidup dengan aman.” Ada melihat para orang Zaku, seolah tersenyum: “Aku masih butuh perlindunganmu. Meski para orang Zaku belum bertindak terhadapku sekarang, aku jamin begitu kita keluar dari sini, mereka akan langsung menangkapku kembali ke suku. Bagaimanapun, aku telah melanggar wilayah terlarang mereka. Saat itu, aku butuh perlindunganmu.”
Mata Char berkedip-kedip: “Deal!”
Kedua wajah mereka menunjukkan senyuman, namun di balik senyuman itu tersimpan kecurigaan tersembunyi.
※※※
Setelah istirahat sekitar dua shichen, Char mengumumkan perjalanan dilanjutkan.
“Kita punya pemandu baru.” Char menunjuk Ada: “Dia bisa membawa kita menemukan Orochi Suci.”
Ada berdiri di samping Char dengan wajah tenang, tak peduli sorot mata penuh tanya orang Zaku. Dengan bahasa Zaku yang dingin dia berkata: “Aku tak mau buang waktu menjelaskan keraguan kalian. Hanya bisa jamin satu hal: Aku bisa bantu kalian temukan ular besar itu. Soal lain, bicarakan setelah kita keluar.”
Garin tak bicara. Dia melirik Dukun Perempuan, menatap Ada lama sebelum akhirnya mengangguk: “Baik, setuju.”
“Langkah pertama: Bersihkan semua barang bawaan! Buang semua peralatan besi! Semuanya!” Char terutama berbicara kepada Garin dan kawanannya.
"Hal ini tidak mendapat keberatan, karena Liao Liao telah memberitahu Galin dan yang lain, di tempat ini, membawa logam di tubuh akan memicu serangan semut pemakan logam itu."
"Lagipula di dalam hutan, orang Zaku tidak akan kekurangan senjata. Dengan cepat kami membuat tumpukan tombak kayu. Bahkan Galin menemukan beberapa pecahan batu berbentuk mirip di tepi sungai, mengikatnya dengan tali pada tongkat kayu untuk membuat beberapa kapak batu."
"Setelah semua benda besi dibuang ke sungai, kami menunggu sebentar lagi."
"Akhirnya, ketika tiga jam yang ditentukan tiba, di langit-langit gua muncul kilatan cahaya merah yang segera terkumpul di dalam bola kristal raksasa. Seketika kristal itu menyala terang bak bola api yang membara, menerangi seluruh gua!"
"Baik! Sekarang sudah subuh! Kita berangkat, arahnya... melewati bukit kecil itu." Char menunjuk ke depan, membuat wajah semua orang berubah.
"Jangan khawatir. Di sini sekarang 'siang hari'. Semut pemakan logam tidak akan keluar dalam kondisi terang kecuali ada umpan logam. Selama kita sudah membuang semua besi, meski mendekati kaki bukit, makhluk itu tidak akan muncul. Kecuali... kau sendiri yang masuk ke sarang semut, hah!"
Char tertawa terbahak-bahak dengan sengaja menunjukkan keberanian.
Dia "Tadi malam" baru saja menyelamatkan nyawa sekelompok orang Zaku termasuk Gaa Lin, jadi semua orang punya rasa berbaik hati pada senjata ini. Dibawah hasutan Char, para Zaku ini mengumpulkan keberanian dan membuat keributan keras beberapa kali.
Berjalan di semak tidak sulit, tapi saat mendekati bukit kecil itu, para hadirin masih merasa tegang. Bahkan Char yang paling berani pun wajahnya terlihat tidak normal. Saat ini, justru Ada yang berjalan paling depan - senjata ini ternyata benar-benar punya persen peluang.
Saat berhasil melewati bukit kecil itu, semua orang menyaksikan pemandangan yang membuat bulu kuduk merinding!
Bukit kecil setinggi puluhan meter ini ibarat sarang Semut raksasa. Char bahkan curiga mungkin seluruh gunung ini sudah dikeroposi Semut!
Di permukaan bukit, terlihat gundukan tanah besar satu per satu. Setiap gundukan setinggi 1-2 meter, dengan jarak sekitar sepuluh langkah antar gundukan. Seluruh permukaan bukit dipenuhi benda-benda ini secara berjejal.
Atas ingatan Char, semua orang sengaja menghindari tumpukan tanah itu saat berjalan, tidak berani menyentuh benda-benda ini. Bahkan setiap orang refleks melangkah dengan ringan.
Saat akhirnya berhasil melewati bukit itu, semua orang serentak menghela nafas lega - tak terkecuali Char sendiri.
“Melewati hutan, tiba di ujung lain gua ini. Tebing gunung di sini licin seperti kristal, memancarkan cahaya lembut, seolah ada aliran cahaya bergelombang seperti riak air yang samar.”
“Tepat di bawah tebing ini, ternyata ada sebuah lorong!”
“Sayangnya, lorong ini sudah tertutup sama sekali. Bebatuan berserakan yang tak terhitung jumlahnya telah runtuh, menyumbat lorong ini tanpa celah sedikit pun.”
“Jalan di mana?” Char menatap Ada di sampingnya.
“Di bawah air.” Ada terlihat sangat yakin: “Meski lorong di sini tertutup, jangan lupa ada sungai di gua ini! Tidakkah kau berpikir? Air ini adalah air hidup, karena kalau air mati, setelah sepuluh ribu tahun ditambah penerangan elemen api dari lava bawah tanah yang dipicu setiap tiga waktu yang ditentukan, air pasti sudah mengering seluruhnya! Satu-satunya alasan air ini bisa bertahan sepuluh ribu tahun tanpa mengering adalah: air ini hidup. Di bawahnya ada arus bawah air.”
Sambil berkata, Ada menunjuk ke sungai di depannya: "Aliran air di sini memiliki dua bukaan, satu pintu masuk, satu pintu keluar. Ini adalah pintu masuknya, tapi hati-hati. Menurut yang kuketahui, di bawah pintu masuk ini ada formasi magis yang dikendalikan. Setiap tiga jam waktu tradisional akan memicu sihir untuk memompa air dari aliran bawah tanah luar ke dalam, menjaga volume air di gua ini. Saat air dipompa masuk, tekanan di bawah air sangat kuat. Jadi kita harus menghitung waktu dengan tepat, hanya saat aliran tenang kita bisa menyelam keluar dari arus bawah tanah ini. Hmm... Sudah kuhitung, butuh sekitar seperempat jam untuk menyelam keluar dari sini ke pintu keluar lain."
Char marah: "Seperempat jam? Sialan! Kau pikir kita apa? Ikan? Menurutmu mungkin kita bisa menyelam seperempat jam tanpa bernapas?!"
Ada tersenyum, menatap Char dengan sabar menunggu amukannya reda. Pria ini sepertinya memiliki kesabaran luar biasa: "Kau pikir aku akan melakukan hal sia-sia? Mengapa tak kau pikirkan, jika aku bisa menghitung waktu penyelaman seakurat ini, pastilah aku sendiri yang pernah mencobanya."
"Hah?" Mata Char langsung berbinar!
Dia tahu betul, meski tak tahu seberapa kuat Ada sebelum berubah wujud humanoid, setidaknya sekarang Ada berwujud manusia biasa tanpa kekuatan berarti.
Jika bahkan tubuh manusia biasa itu bisa menyelam lebih dari seperempat jam, maka...
Ada mengeluarkan sesuatu dari pelukannya, itu adalah mutiara bundar yang terlihat seperti mutiara biasa, tapi warnanya agak keruh dan tidak terlalu mencolok. Namun begitu Duoduo Luo melihat benda ini, dia langsung berteriak kaget: "Mutiara Penghindar Air! Ya Tuhan! Apakah ini Mutiara Penghindar Air?!"
"Lihat, Char. Pelayanmu lebih berwawasan darimu." Ada tetap tenang menyindir Char. Char kesal melirik Duoduo Luo, si penyihir langsung menundukkan lehernya: "Itu...Saya pernah melihat harta karun serupa saat kuliah di Akademi Sihir! Direktur sendiri yang memamerkan barang ini! Ini adalah item sihir air tingkat tinggi!! Sungguh aneh, Tuan Darwin, mutiara di tanganmu ini ukurannya persis sama dengan yang saya lihat dulu!"
Ada tersenyum: "Tuan Duoduo Luo yang baik, Anda tidak salah lihat. Ini memang mutiara yang sama."
Mulut Duoduo Luo menganga lebar. Dia menelan ludah: "Bagaimana mungkin? Direktur menganggap benda ini sebagai koleksi premium! Kenapa ada di tanganmu?"
"Bagaimana jika saya bilang ini hadiah darinya, percaya?" Ada tampak tak berminat melanjutkan percakapan dengan Char. Dia berdiri di tepi sungai sambil membuat gerakan mengundang: "Siapa yang mau ikut saya turun?"
※※※
Meski terlihat biasa, efek Mutiara Penghindar Air benar-benar membuat Char terpana saat menyaksikannya langsung.
Begitu rombongan mengikuti Ada terjun ke air, mereka sama sekali tidak merasakan "basah"!
Begitu mutiara penghindar air ini menyentuh cairan, gelombang air langsung dipisahkan oleh kekuatan tak kasat mata. Berpusat di sekitar Ada, terbentuklah ruang kering berdiameter sekitar lima enam meter di bawah air! Seolah ada dinding tak kasat mata di sekelilingnya yang menahan seluruh air di luar. Saat Char berdiri di samping Ada di bawah air, ia menarik napas dalam-dalam dan memandang sekelilingnya dengan penasaran selama setengah hari.
"Ajaib ya?" Ada mengangkat kelopak matanya.
"...Hmph."
"Suka?"
"...Err."
"Mau?" Ada menghela napas.
"...Ha?"
Ada tersenyum memandang Char: "Setelah kita keluar, akan kuberikan ini padamu. Lagipula aku tak butuh benda ini lagi nanti."
Char segera waspada memandangi orang ini: "Apa maksudmu?!"
Ada menghela napas dengan ekspresi tak puas: "Char, bukankah kita ini teman lama? Coba ingat-ingat, selama kerja sama sebelumnya, pernahkah aku menyakitimu?"
"Tentu saja pernah."
Ada mendengus: "Oh? Aku menyakitimu? Luka apa yang kau dapat? Kau memperoleh tulang-tulang Long, sisik naga, bahkan darah naga! Segala keuntungan itu bukankah hasil petunjukku?"
Char terdiam membeku.
Ruang kering selebar lima enam meter ini nyaris bisa menampung rombongan sekitar dua puluh orang. Mereka berdesakan mengelilingi Ada, perlahan bergerak maju di dasar air.
"Ternyata seperti yang dikatakan Ada, di bawah permukaan air memang ada lorong arus bawah. Saluran air bawah tanah ini sangat luas, dinding gua di sekitarnya menjadi licin karena erosi air selama bertahun-tahun. Meski cahaya sangat redup, setelah dukun perempuan Liaolia menyalakan tongkat sihirnya, itu cukup untuk menerangi jalan ke depan."
"Medan di bawah saluran air sangat berliku, berkelok-kelok sepanjang jalan. Kami berjalan di bawah air selama lebih dari seperempat jam (Ada menghitung waktunya dengan presisi luar biasa!). Ketika waktu habis, saluran air di depan tiba-tiba terbuka lebar!"
"Setelah semua muncul ke permukaan, kami langsung melihat bahwa kami memang telah meninggalkan gua sebelumnya dan tiba di tempat yang sama sekali baru!"
※※※
"Kerangka!"
"Seluruh lantai gua ini dipenuhi tumpukan tulang belulang yang mengerikan!!"
"Udara di gua ini pengap, dipenuhi bau busuk yang tak terkatakan! Saat muncul ke permukaan, hampir semua tak tahan menutup hidung!!"
"Sebelum sampai ke tepi, beberapa orang Zaku sudah muntah-muntah sambil menunduk di permukaan air! Wajah Char pucat, dadanya mual, rasa mual terus naik yang susah payah ditahannya."
"'Sial! Bau apa ini!!'"
"'Kau tidak melihat?' Ada menyeringai, menunjuk kerangka di seluruh gua: 'Ini sumbernya!'"
“Liao Liao mengangkat tongkat sihirnya dan berjalan ke tepi. Dengan cahaya dari tongkatnya, para hadirin yang melihat bentuk kerangka-kerangka di tanah itu langsung berubah pucat!”
“Jelas terlihat, semua kerangka ini adalah manusia! Tidak diragukan lagi manusia!! Bentuk tulang-tulangnya, terutama tengkorak kepala, sangat membuktikan hal ini!”
“Yang paling membuat Char terkejut adalah kerangka-kerangka ini tampaknya tidak terlalu tua usianya! Banyak tulang yang bahkan belum sepenuhnya membusuk!”
“Selain itu, semua kerangka terlihat ramping dan kecil...”
““Snake Girl.””
Liao Liao yang masih mengangkat tongkat sihirnya tiba-tiba berbicara dengan suara rendah.
“Snake Girl?!”
Jantung Char berdebar kencang!
Dia teringat takdir kejam para Snake Girl di suku Zhaku!
““Mereka yang gagal dalam proses seleksi akan menjadi makanan Ular Suci dan ular-ular kecil! Bahkan yang terpilih sebagai Snake Girl pun, setelah merawat bayi ular yang menetas, pada akhirnya akan dimakan juga...””
““Semua waspada!” Char mengingatkan dengan suara berat.”
“Dengan banyaknya kerangka di sini, kemungkinan besar...”
“Tidak perlu lagi diingatkan oleh Char!”
Berkat cahaya di tangan Liaoliao, semua orang telah melihat dinding di sekeliling! Di dinding gua ini, terdapat banyak lubang gua besar dan kecil! Begitu para hadirin melangkah ke permukaan air, suara "sssst" segera terdengar dari lubang-lubang tersebut!
Dalam cahaya redup, terlihat samar-samar puluhan lubang di dinding. Dari banyak lubang, muncul kepala-kepala segitiga! Ular-ular menjulurkan kepala dari lubang, ada yang membuka mulut, ada yang menjulurkan lidah bercabang, dengan mata hijau menyala yang mengintai kerumunan di bawah gua!
Tak lama kemudian, banyak ular merayap keluar dari lubang, perlahan-lahan meluncur turun di sepanjang dinding. Jumlahnya setidaknya mencapai dua tiga puluh ekor!
Ukuran ular-ular ini bervariasi. Syukurlah, tidak ada yang sebesar ular yang pernah Xia Ya lihat di perkampungan goblin.
Ular terbesar di sini panjangnya hanya sekitar lima enam meter. Yang terkecil... Xia Ya memperhatikan, ular terkecil berukuran sama seperti ular biasa, ada yang hanya sebesar pergelangan tangannya.
Pemandangan puluhan ular yang tiba-tiba bermunculan ini langsung memicu teriakan panik.
Garlin berseru memberi komando. Di bawah arahan sang komandan, orang-orang Zaku segera membentuk formasi lingkaran sambil mencengkeram tombak, waspada mengawasi gerombolan ular yang mulai mengepung.
Tombak-tombak berjejer seperti hutan, ular-ular ini sepertinya juga merasakan niat jahat manusia-manusia ini, untuk sementara tidak langsung menyerang, melainkan mendekat perlahan satu per satu di sekeliling. Beberapa mengangkat kepala untuk menguji, tapi sebelum tombak orang Zaku menusuk, mereka sudah menyusut kembali.
Pengepungan kawanan ular semakin ketat, Char berdiri di sana memegang garpu api, geram berteriak: "Ada, kau punya akal apa?"
Ia menoleh ke belakang, baru menyadari Ada entah sejak kapan sudah kabur.
Mengangkat kepala melihat, langsung menyaksikan pemandangan yang membuatnya berang!
Si brengsek Ada ternyata tidak berada dalam lingkaran orang Zaku, dia malah sudah pergi duduk di tepi dinding! Duduk tenang di samping kawanan ular, senjata ini bersandar santai di dinding sambil memandangi Char. Dia menghela napas: "Tolol, ngapain tanya aku, bukannya kalian datang untuk membunuh makhluk-makhluk ini? Apa kalian tidak punya rencana sendiri?"
Kawanan ular berenang-renang di sekitar Ada, tapi sepertinya sama sekali tidak berniat menyerangnya. Tiba-tiba Char tersentak, mengingat satu hal penting!
Sesama mayat!!
Ular-ular ini adalah Darmandellas level rendah! Karena meskipun Ada berwujud manusia, tapi dasarnya adalah jiwa seekor Long! Jadi Darmandellas level rendah yang tidak memiliki kebijaksanaan ini hanya mengandalkan insting dan penginderaan, salah mengira Ada sebagai sesama jenis!
Bukankah dulu dirinya juga pernah mengalami pemandangan serupa?!
“Gaa Lin！！” Char meneriakkan: “Jangan bertindak dulu! Semua mundur! Mendekat padaku! Semua orang mendekat padaku！！”
Liaoliao segera memanggil Gaa Lin beberapa kali. Gaa Lin yang sudah bermandikan keringat, langsung memerintahkan prajurit Zaku untuk berkumpul di sekitar Char, formasi semakin tertekan hingga menyerupai lingkaran pipih.
“Tidak bisa! Membunuh ular-ular kecil di sini akan membuat Ular Suci cepat bangkit！” teriak Liaoliao gugup di telinga Char. Dukun perempuan itu mengangkat tinggi tongkat sihirnya. Tiba-tiba tangan satunya dengan gesit mengangkat ujung jubah panjangnya, memperlihatkan paha bundar nan mulus! Dalam cahaya redup, lekukan kaki dukun itu penuh keindahan, tapi dia sendiri tak peduli betapa menggoda pemandangan ini bagi orang lain. Di pahanya terikat kantong kulit berisi tabung bambu sebesar jari.
Liaoliao cepat-cepat mengambil satu tabung bambu, menggigit tutupnya, lalu menuangkan setetes cairan hijau zamrud di ujung tongkat sihirnya!
Dukun itu menghentakkan tongkatnya ke tanah dengan keras—Bang!—langsung muncul bola api hijau!
Boom! Cahaya hijau menyebar. Seketika ular-ular sekitar seperti sangat ketakutan, berhamburan mundur!
Dukun Perempuan mulai melantunkan sesuatu dengan keras, Bahasa Zakunya berirama naik turun seolah sedang membaca mantra. Seketika, cahaya hijau itu berubah menjadi lingkaran cahaya hijau, lalu dalam sekejap berubah menjadi cahaya api meteor hijau yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke segala penjuru!
Banyak bunga api hijau terciprat ke sekeliling, jatuh di tubuh ular-ular itu. Para ular langsung terdistorsi berguling-guling, membuka mulut mengeluarkan desisan "sssst" sambil mengaum, terlihat sangat menderita, lalu langsung meringkuk menjauh. Beberapa ular lainnya langsung berbalik arah dan berenang menjauh.
Sorot mata Dukun Perempuan mulai menunjukkan ekspresi kesakitan. Dengan cepat ia mengambil tabung bambu lain lalu menggigitnya. Kali ini yang tumpah adalah setetes cairan merah menyala. Ia menggigit jarinya sendiri dengan kasar, darah merah pekat mengalir deras bercampur dengan cairan merah terang itu...
Boom!!
Tongkat sihir kembali ditancapkan ke tanah, cahaya di puncaknya berubah menjadi kilau unik - cahaya hijau yang meresap merah, bagai segumpal darah giok!!
Cahaya siluman dua warna itu segera menyebar. Ular-ular terdistorsi yang terbungkus di dalamnya banyak yang merundukkan tubuh dengan patuh. Beberapa bergulat beberapa kali, lalu diam tak bergerak.
“Sorot mata Dukun Perempuan semakin menderita, napasnya juga menjadi tersengal-sengal, Char melihat dengan jelas lehernya dipenuhi keringat, keringat itu mengalir seperti aliran air dari bawah topeng menyusuri wajah hingga ke leher!”
Cahaya semakin besar, menyebar hampir membungkus seluruh gua!
Akhirnya, para ular di sekeliling itu seakan tenang di bawah kekuatan ajaib Dukun Perempuan. Ular-ular ini tidak mati, melainkan terlihat memasuki kondisi hibernasi atau koma, tapi semua merangkak tak bergerak di tanah.
“Cepat! Ramuan saya hanya bertahan seperempat jam.” Setelah berkata demikian, tiba-tiba tubuhnya lunglai duduk di tanah. Ia menarik napas dalam-dalam, menatap Char dengan suara serak: “Untukmu! Sudah kulakukan bagianku! Sekarang, giliranmu!”
Char memandang dukun perempuan ini. Sorot matanya terlihat kosong. Char berbisik: “Kau...”
“Bunuh ular terbesar itu!” Liao Liao menggeleng: “Aku akan duduk di sini! Kalau kalian tidak kembali, aku juga mati di sini.”
Ada berdiri. Ia melirik aneh ke arah Dukun Perempuan, tiba-tiba berbisik: “Menarik... Sihir orang Zaku ini sepertinya menggunakan kehidupan sebagai pengorbanan, semacam sihir kehidupan ya?”
Telinga tajam Duoduo Luo menangkap ucapan ini, membuatnya memandang lama ke arah Dukun Perempuan.
Ada segera menatap Char: "Baik, rintangan pertama sudah kamu lewati dengan mudah. Tapi sekarang giliranmu bekerja... Ular Besar yang kamu cari itu... Lihat lubang-lubang ular di dinding itu? Panjat dan masuklah, maka kamu akan sampai ke sarangnya."
Char melirik deretan lubang ular yang berjejal di dinding. Ia mengatupkan gigi, dengan tekad bulat segera berlari ke kaki dinding. Dengan lincahnya ia memanjat menggunakan tangan dan kaki, tubuh gesitnya dengan cepat mencapai lubang terdekat, lalu menjejalkan kepalanya masuk.
Meski agak sempit, lubang ular itu masih bisa dimasuki seseorang dengan susah payah. Melihat gerakan Char, orang-orang di bawah pimpinan Gaa Lin pun mulai memanjat satu per satu.
"Aku sementara tidak bisa bergerak." Liao tiba-tiba menatap Ada: "Tuan Darwin, jika kau benar teman orang Zaku, saat ini tunjukkanlah posisimu!"
Perkataannya menggunakan Bahasa Zaku. Ada tersenyum pada dukun perempuan itu: "Aku bisa jamin, setidaknya aku bukan musuh orang Zaku."
Sambil berkata demikian, Ada mendekati Duoduo Luo dan menepuk pantat penyihir itu: "Tidak bisa memanjat? Bukannya kau punya karpet sihir? Terbang saja... Hmm, aku juga malas memanjat. Bawalah aku ikut."
