Char memutar matanya, menarik A Cai: "Seberapa besar jam pasir yang kalian lihat, seberapa cepat kecepatan pengukur waktunya?"
Wajah A Cai berubah pucat, kedua tangannya menggerakkan isyarat: "Kira-kira sebesar ini... Kecepatannya... Menurutku, jam pasir sebesar itu membutuhkan waktu sekitar satu waktu yang ditentukan sampai pasirnya habis. Hmm... Kami membutuhkan sekitar seperempat jam untuk merangkak naik dari bawah..."
"Artinya waktu yang tersisa sudah tidak banyak." Ekspresi Char tiba-tiba menjadi tegas: "Bagaimana rute merah di map itu digambar? Katakan, kamu hafal kan peta itu! Lebih baik kamu memang menghafalnya!"
“Tentu! Tentu! Aku sudah mencatatnya!” A Cai diguncang-guncang Xia Ya yang terus mencengkeramnya, rasa gelisah di hatinya semakin menjadi. Xia Ya melepaskannya, dan segera A Cai mengeluarkan belati yang disembunyikan di tubuhnya lalu mulai menggores lantai. Harus diakui, ingatan A Cai memang luar biasa. Peta berhasil digambarnya dengan cepat meski agak berantakan, tapi pada dasarnya masih bisa dikenali.
Xia Ya langsung melotot memperhatikan dengan seksama di sampingnya. Setelah mengamati sejenak, dia berbisik: “Bagaimana menurutmu, Dora?”
Di benaknya, suara Dora terdengar berat: "Arah rute merah tepat mengarah ke gua ini. Lalu kita harus berbalik arah, kembali melalui jalan yang baru saja kau lewati. Tapi di sini ada garis merah penanda - arah itu aku ingat, kita sudah melewati area itu sebelumnya. Tapi pintu besi di lorong itu dalam keadaan tertutup."
Xia Ya berpikir sejenak. Tepat di saat itu, dari bawah kaki kembali terdengar suara dengungan. Perlahan lantai mulai bergetar lembut.
Xia Ya langsung mengambil keputusan: “Aku putuskan, kita berbalik arah! Ambil rute merah ini.”
※※※
"Jalan pulang tidak sulit ditemukan, tapi baru bisa keluar dari gua ini ketika bertiga pergi bersama!" Yang mengejutkan Char, lorong di luar telah berubah total! Lorong itu tampaknya rusak akibat gempa sebelumnya, dipenuhi bebatuan berserakan yang jatuh dari atas kepala, dan terus terdengar suara "gemerisik-gemerisik" yang menegangkan. Serpihan batu kecil masih terus berjatuhan, memenuhi lorong dengan debu yang membuat sesak napas.
Ketiga orang berlari kencang sepanjang jalan, Su Ling langsung mencengkeram tangan Char. Dalam kepanikan, Char tidak melepaskan genggaman pada gadis ini. Setelah melewati lorong tersebut, mereka tiba di persimpangan jalan. Awalnya ada dua jalur di sini, salah satunya - saat Char lewat sebelumnya - pintu besinya tertutup, persis seperti posisi yang ditandai di jalur merah.
Kini kembali ke tempat ini, jantung Char berdebar kencang: Pintu besi itu sudah terbuka! Lorong ini duduk tak terhalang di depan mata!
"Jalur ini!" Char bergegas masuk terlebih dahulu.
Pada saat itu, dari bawah kaki kembali terdengar suara gemuruh, lalu tiba-tiba seluruh lorong menjadi gelap gulita. Permata-permata bercahaya yang sebelumnya tertanam di dinding gua tiba-tiba berjatuhan dengan suara pup-pup. Kegelapan mendadak membuat Su Ling menjerit. Char hanya merasa matanya berkunang-kunang saat tubuh lembut seorang gadis tiba-tiba menyelinap ke dalam pelukannya, kedua lengan kecilnya melilit lehernya.
Char secara insting berusaha melepaskan Su Ling, namun tiba-tiba merasakan tubuh gadis di pelukannya gemetar halus. Hatinya luluh, "Ikuti aku, jangan sampai terpisah!" ujarnya sambil menghela napas.
Meski lorong menjadi gelap, dari kejauhan terdengar gemericik air yang jelas. Mengikuti petunjuk suara tersebut, ketiganya berlari menelusuri lorong. Setelah berlari sekitar satu jam makan, tiba-tiba cahaya muncul di depan mata. Ujung lorong mengantarkan mereka ke sebuah gua kapur bawah tanah yang sangat luas, dihadang oleh sungai bawah tanah lebar yang membentang di depan mereka.
Dasar sungai memiliki kemiringan setinggi empat hingga lima meter. Airnya tampak deras, permukaannya diselimuti kabut tebal yang berputar-putar, udara penuh bau menyengat.
Lebar sungai ini mencapai lima puluh hingga enam puluh meter. Di seberang sungai, terlihat sebuah lorong lain berupa tangga batu yang menanjak ke atas.
“Di permukaan sungai awalnya ada sebuah jembatan batu, tapi saat ini dengan aliran air yang semakin deras, sepertinya permukaan air terus naik! Ketiga orang ini baru saja sampai di tepi sungai, permukaan air masih berjarak sekitar 10 cm lebih dari permukaan jembatan. Tapi setelah mereka mengamati sebentar, permukaan air sudah menyentuh jembatan!”
A Cai hendak buru-buru maju, tapi Char tiba-tiba menyentak lengannya: "Tunggu dulu!"
Sorotan mata Char berkilat tiba-tiba. Dengan gerakan kasar, ia merobek jubah kulit dari tubuh A Cai dan melemparkannya ke sungai...
"Decit-decit…"
Suara ini membuat wajah ketiganya langsung berubah pucat! Jubah kulit itu jatuh ke air sungai, langsung mengeluarkan gelembung-gelembung. Saat gelembung berguling-guling, jubah yang tadinya utuh langsung terkikis menjadi penuh celah!
"Sifat korosif yang hebat!" A Cai terbelalak. Kalau tadi Char tidak menahannya, mungkin dia sudah menjadi tulang busuk terkikis di sungai.
"Sungai ini tercemar," suara Dora terdengar di benak, "Ini sungai bawah tanah. Kucurigai lava bawah tanah muncul ke permukaan, bercampur dengan air sungai sehingga menjadikannya sangat korosif."
Harus cari cara menyeberang!
Char mengatupkan giginya dengan keras. Permukaan sungai selebar lima puluh enam meter ini tidak bisa diseberangi dengan terbang, sementara jembatan sudah hancur oleh air sungai. Jika ingin menyeberang... tubuh tidak boleh terkena air sungai, karena tubuh daging akan meleleh menjadi serpihan tulang jika terpapar.
Matanya menyapu ke kedua sisi, tiba-tiba meraih dua tombak terakhir di tubuhnya. Ini adalah senjata besi murni terakhir yang dibawanya. Dengan cepat ia melepas sabuknya dan merobeknya menjadi dua, mengikat kedua mata tombak di pergelangan kaki kedua kakinya, lalu melompat... seolah menginjak egrang, membuat tubuhnya langsung terangkat lebih dari satu meter dari tanah.
Kemudian ia membungkuk, dengan masing-masing tangan mengangkat A Cai dan Su Ling: "Dekatkan dirimu!"
A Cai dan Su Ling langsung memahami maksud Char. A Cai menempel di punggung Char, sementara Su Ling dalam pelukannya seperti gurita yang erat merangkul dadanya. Kedua lengannya melilit leher Char, sedangkan kakinya menjalin di pinggangnya.
Posisi yang sangat ambigu ini membuat Char langsung merasakan tubuh gadis yang lembut dan elastis, lekuk tubuhnya yang kontras tanpa ampun "menyatu" erat dengannya. Hatinya berdebar tak karuan, menarik napas dalam-dalam ia berusaha tenang, bergumam berat: "Jangan bergerak sembarangan! Jatuh berarti jadi tulang belulang!"
Setelah mengucapkan, dia melompat masuk ke permukaan jembatan di sungai.
Pada titik ini, aliran air sudah menenggelamkan jorsan jembatan melebihi jarak sekitar setengah meter. Char melompat ke permukaan jembatan, mengandalkan sepasang tombak besi murni sebagai egrang yang menopang di permukaan jembatan. Tubuhnya masih menjulang sekitar 1 meter di atas permukaan air.
Keterampilannya benar-benar luar biasa! Dengan menginjak egrang seperti ini sambil memanggul dua orang, terhuyung-huyung melompat ke sungai, di tengah derasnya arus air, dia justru bisa menjaga keseimbangan!
Tombak besi murni yang masuk ke air langsung mengeluarkan asap hijau berdecit-decitan. Air sungai yang sangat korosif menyebabkan kerusakan pada tombak berbahan besi murni. Char tahu meski besi murni keras, namun mungkin tak akan bertahan lama. Dia segera mengumpulkan semangat dan berlari gagah ke depan.
Dengan susah payah berjalan terhuyung di permukaan sungai, meski egrang membuat tubuhnya lebih tinggi dari air, jembatan batu di bawah permukaan mulai tidak stabil. Terendam dalam air sungai yang sangat korosif, jembatan batu menjadi rapuh. Baru setengah jarak yang ditempuh Char dan dua orang itu, tiba-tiba terdengar suara gemerisik dari bawah kaki - jembatan batu itu mulai hancur dengan cepat!
Hatinya dipenuhi kepanikan. Tiba-tiba ia berteriak kencang, seketika cahaya merah menyala di matanya! Begitu aura mengerikan merah itu melepaskan diri, kekuatan dan kelincahannya langsung berlipat ganda. Char melompat beberapa kali berturut-turut, hampir sampai di seberang sungai—jaraknya tinggal beberapa meter dari tepian!
Tepat pada saat itu, terdengar suara boom! Jembatan di bawah kaki mereka akhirnya benar-benar runtuh! Ledakan keras disusul derasnya aliran sungai, pilar batu di bawah air patah menjadi beberapa bagian dan tersapu arus. Char tubuhnya terguncang hebat, hampir terjungkal ke dalam air! Kehilangan keseimbangan, Char mengatupkan giginya dan melompat ke udara, berhasil melepaskan diri dari permukaan air! Saat tubuhnya meninggalkan air, sepasang tombak besi murni muncul ke permukaan yang sudah terkikis parah, penuh celah-celah!
“Pergilah!”
Melayang di udara, Char meraih Su Ling dengan satu tangan dan menangkap A Cai di belakangnya dengan tangan lainnya. Kedua lengannya mengayun kuat melemparkan mereka berdua!
Kedua tubuh itu melayang dan mendarat di tepian sungai. Begitu Su Ling menyentuh tanah, terdengar suara plung—Char telah jatuh ke sungai dan menghilang dari pandangan!
“Ahh!!” Su Ling menjerit panik. A Cai di sampingnya juga berteriak, “Tuan Char!!”
Melihat Char menghilang di dalam sungai, mereka berdua saling memandang sejenak. Su Ling langsung menangis histeris sambil berlari kencang ke tepi sungai. A Cai yang di belakang segera berlari dan memeluk Su Ling erat-erat, menariknya mundur dengan kasar. Su Ling melompat-lompat sambil berteriak, kedua kakinya menghentak tak karuan, suaranya melengking penuh kepanikan.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Dia jatuh! Dia……"
A Cai mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan Su Ling. Persis saat Su Ling menangis meraung-raung, tiba-tiba permukaan air menyemburkan cipratan besar. Sosok Char muncul berjuang keras dari dalam air, seluruh tubuhnya mengeluarkan asap hijau berdesis. Satu tangannya mencengkeram garpu api yang dihunjamkannya ke pilar jembatan yang belum terkikis di bawah air. Dengan berpijak pada itu, tubuh Char melesat keluar dari gelombang air dan terhempas ke tepian dengan gerakan kacau-balau. Begitu mendarat, dia langsung berguling-guling menjauh dari tepi sungai!
Saat ini, baju Char sudah habis terkikis, membuatnya hampir telanjang bulat. Rambutnya pun telah terkikis sebagian besar. Yang lebih parah, sekujur tubuhnya penuh luka menganga, beberapa bagian terlihat seperti terbakar api, dengan bercak-bercak hitam hangus di mana-mana. Di beberapa titik masih mengepul asap hijau berdesis!
Di tangan-nya masih menyentak erat garpu api, gigi terkunci rapat, seluruh tubuh-nya menggelepar tak henti-henti.
Su Ling sudah menerjang ke sisi Char, awalnya hendak menggendong-nya, tapi A Cai di belakang berteriak panik: "Jangan sentuh dia! Sekarang tidak boleh menyentuhnya!"
Mendengar suara ini, Su Ling langsung terdiam, A Cai menyambar kesempatan menarik Su Ling: "Luka-nya parah! Sentuhanmu akan memperburuk luka-nya!"
Wajah Su Ling basah oleh air mata: "Harus bagaimana? Harus bagaimana?" Dia bersimpuh di samping Char, melihat tubuh Char yang panggang hingga penuh luka, suara tangisannya pun gemetar.
A Cai menggigit bibir keras, melepas kantong air dari pinggang-nya. Dengan perlahan dia menuangkan air ke tubuh Char, membersihkan sisa air sungai yang korosif. Air dalam kantong air akhirnya habis, A Cai menyisakan sedikit lalu menatap Su Ling: "Baju!"
Su Ling terdiam sejenak, segera melepas jubah-nya dan memberikannya ke A Cai. A Cai melilit kedua tangan-nya dengan jubah itu, lalu dengan hati-hati mengangkat tubuh Char. Sisa air sungai langsung mengikis jubah hingga asap hijau mengepul. A Cai memeluk erat Char, mendekatkan kantong air ke bibir-nya: "Buka mulut, minum sedikit..."
Char dengan susah payah membuka matanya, wajahnya juga penuh darah dan daging hancur terlihat mengerikan. Kelopak matanya terkulai, hampir separuh wajahnya sudah menjadi gumpalan daging berdarah. Dengan susah payah membuka mulut, dia meneguk sedikit air lalu berkata dengan suara parau: "Tak apa... Aku tidak akan mati."
Setelah berkata begitu, dia rebah kembali.
Benar kata Char. Tak sampai beberapa menit setelah merebahkan diri, Su Ling yang semula masih menangis di sampingnya perlahan berhenti tersedu.
Tubuh Char mulai menunjukkan perubahan.
Luka-luka di tubuhnya mulai sembuh sedikit demi sedikit. Kulit dan daging yang hangus terbakar otomatis mengelupas perlahan, sepotong demi sepotong bagai ular yang sedang berganti kulit. Di baliknya, daging dan darah baru mulai tumbuh sambil bergerak-gerak!
Wajahnya adalah yang pertama pulih. Kulit wajahnya membaik dengan cepat dalam beberapa menit. Setelah berbaring sebentar, Char bangun sendiri. Bahkan dengan menahan sakit, dia merobek kulit hangus di tubuhnya sendiri. Proses yang menyiksa ini mempercepat penyembuhan lukanya.
Meski wajahnya masih tampak mengerikan, setidaknya tidak semenakutkan saat baru keluar dari air. Bahkan alis dan rambutnya mulai tumbuh perlahan.
Melihat pemulihan ajaib Char, Su Ling telah berhenti menangis. Senyum kejutan kembali merekah di wajahnya.
Char justru terlihat tidak sedikitpun santai, sementara luka di tubuhnya sembuh semakin cepat, sorot matanya malah semakin gelisah dan serius. Dengan susah payah dia berdiri: "Bahaya! Cepat! Kita harus pergi! Cepat!!"
"Kamu, jangan bergerak sembarangan, lukamu parah. Berbaringlah lagi. Kamu... bagaimana bisa sembuh? Apakah ini sihir?" Su Ling berusaha menarik lengan Char tapi ditolak dengan kasar. Char menggeram kejam: "Jangan cerewet, cepat pergi! Kita harus pergi!! Sudah terlambat! Makhluk itu mengejar!!"
"Tuan Char, kamu..." A Cai menangkap kegelisahan Char.
"Cepat pergi! Atau akan terlambat!" Char menggunakan garpu api untuk menopang tubuhnya, pincang dan aneh berjalan menaiki tangga...
Tepat saat itu, kegelisahan di hatinya akhirnya menjadi kenyataan!
Senyuman sinis yang mengerikan bergema dari belakang!
"Hmph, buruan kecil yang malang. Tampaknya kecepatan lari-mu masih kurang! Oh... lihatlah, kau malah menemukan dua teman baru?"
Char menoleh keras, melihat di seberang sungai di belakangnya berdiri dua bayangan. Salah satunya tegak di tepi sungai, postur ramping, sepasang telinga runcing, rambut panjang berkibar, wajah tampan penuh aura jahat. Tak lain adalah Darmandellas dalam bentuk spirit!!
Di belakang Darmandellas, dengan ekspresi lesu dan dingin, tentu saja Ada.
Darmandalas tersenyum sinis, menggenggam rambut Ada dengan kuat, tubuhnya melompat ringan ke udara, Syuuu! Suara itu menandakan lompatan spektakulernya, dengan mudah mendarat di depan Char!
Ia mengangkat kaki dan menendang pinggang Char, sang pemuda terlempar ke belakang, berguling lima-enam langkah!
Char terbaring sambil terengah, tertawa pahit: "Baiklah, akhirnya kau menyusul... Sudah kuduga kedatanganmu... Hmph, saat lukaku mulai sembuh, kusadar kau mendekat... Ah, tetap saja tak bisa kabur..."
Sorot mata Darmandalas berkilat amarah, melangkah mendekati Char yang terbaring. Tiba-tiba Char bangkit serang dengan garpu api! Darmandalas mendengus, menghindar gesit lalu menendangnya hingga terjatuh. Kali ini kakinya menginjak tangan Char yang memegang garpu - krak! krak! Tulang tangan remuk! Char menjerit kesakitan.
Su Ling yang berada di samping langsung menerjang, tapi Darmandalas hanya mengedipkan mata - BAM! Gadis itu seolah menabrak dinding tak kasat mata, terlempar ke belakang. A Cai berusaha menangkapnya, tapi mereka terjatuh berdua. A Cai jadi bantalan, muntah darah sambil erang.
“Oh, baru seperti ini yang menarik! Aku suka buruan yang berjuang, perjuangan itu yang bikin seru.”
Darmandalas perlahan membungkukkan tubuhnya, sorot matanya penuh amarah: "Kau brengsek! Kau berani menyalakan perangkat penghancur diri!!! Kau hancurkan sarangku! Apa kau tidak tahu!!"
"Penghancur... diri?" Char terbaring di sana, meski wajahnya mengerut kesakitan, tiba-tiba tertawa gila: "Hahahaha! Ternyata penghancuran diri? Hahahaha! Bagus! Bagus sekali!! Hahaha!"
Bang!
"Bagus? Kau bilang ini bagus?!" Darmandalas kembali menginjak dadanya, tawa Char langsung tercekat berubah jadi jeritan, beberapa tulang rusuk di dadanya patah, rongga dada ambruk sebagian.
Tatapan Darmandalas liar: "Menderita ya? Tenang, kau takkan mati! Akan kubuat kau merasakan penderitaan ini perlahan! Sedikit demi sedikit kau mencicipinya!!"
Ia menengok ke sungai itu, tiba-tiba menyeringai: "Oh, luka bakar di tubuhmu ini karena terkikis? Kalau begitu, mau kucoba lagi? Aku penasaran, saat daging dan darahmu terkikis habis lalu tumbuh kembali perlahan, pasti rasanya sangat nikmat!"
Setelah mengucapkan, dengan satu tendangan, tubuh Xia Ya melayang ke udara! Melihat tubuh Xia Ya melayang di udara dan hendak jatuh ke sungai, Su Ling di tanah langsung menjerit...
Tepat pada momen itu, tiba-tiba saat tubuh Xia Ya hampir menyentuh air, seberkas cahaya putih menyambar dan melilit tubuhnya di udara, lalu menariknya dengan lembut!
Grooaaak! Xia Ya langsung meluncur ke tepian, tubuhnya berguling dua kali di tanah persis di samping Su Ling. Su Ling berteriak dan memeluk erat Xia Ya sambil menangis bercucuran air mata.
“！！！？？”
Darmandallas tiba-tiba berubah ekspresi. Kedua telinganya tegak, wajahnya penuh keseriusan: "Apa ini manusia?!!"
Ia menatap ke seberang dan melihat dua sosok berdiri di mulut lorong tepi sungai!!
Seorang perempuan berjubah panjang berdiri di tepian. Wajahnya tertutup kain hitam, hanya menyisakan sepasang mata berkilau bagai bintang. Tangannya terlipat di belakang dengan sorot mata dingin.
Di sampingnya berdiri Duoduo Luo yang berpenampilan mesum dan kurus.
Mendengar teriakan Darmandellas, perempuan itu menyeringai dingin lalu menyepak pantat Duoduo Luo dengan ujung kakinya.
Duoduo Luo segera membusungkan dadanya, dengan ekspresi bersembunyi di belakang: "Pendengar di seberang, dengarkan baik-baik! Tuanku adalah sang penggempar benua, termasyhur di seluruh kerajaan, dewa pun akan dibunuhnya jika menghalangi, hantu pun akan ditumpasnya jika merintangi, jenius terhebat sepanjang masa, gadis tercantik nomor satu, penyihir agung pertama, nama-Nya membuat iblis gemetar, membuat para dewa menghormati, Beliau adalah kabar gembira dunia ini, pemandu dunia sihir, perintis peradaban magis generasi baru... Hei! Segeralah bersimpuh menyambut Yang Mulia Merlin!!!"
Setelah meneriakkan semuanya dalam satu tarikan napas, Duoduo Luo menegakkan kepala dan dada, sengaja mengeluarkan "Hmph" keras, lalu berbalik dengan ekspresi wajah yang sangat menjilat dan rendah hati: "Yang Mulia... apakah ucapanku tadi sudah tepat?"
Merlin memutar matanya: "Kau memang pandai bersanjung, tapi kata-katanya terlalu basi."
"Benar benar benar..." Duoduo Luo mengangguk seperti anak ayam mematuk: "Aku sudah memikirkan beberapa frasa baru, performaku pasti akan lebih baik di kemudian hari, Yang Mulia..."
Di seberang, Darmandellas: "......"
※※※
Merlin sudah mencengkeram rambut Duoduo Luo, melompat sambil menggerakkan cahaya. Bayangan mereka lenyap dari tempat semula, kemudian muncul kembali tepat di hadapan Darmandellas!
Gerakan teleportasi ini membuat sudut mata Darmandallas berkedut halus!
“Merlin dengan lemparan ringan, langsung melemparkan Duoduo Luo yang menyedihkan ke luar: “Minggir, jangan menghalangi.”
Duoduo Luo yang malang berguling menjauh, tapi masih menunjukkan senyuman wajah menjilat: “Ya ya ya, Dewa, aku segera menjauh.”
Darmandellas dengan ekspresi serius, mengawasi Merlin dengan seksama, wajah penuh keseriusan: “Kau? Apa ini manusia?”
Itu sudah mulai merasakan aliran energi kuat yang samar-samar terpancar dari tubuh perempuan di depannya, dan tingkat kekuatannya sudah cukup menjadi ancaman bagi dirinya.
Darmandalas mundur dua langkah dengan hati-hati, menarik napas dalam-dalam: “Kau pemenang dari luar? Kenapa datang ke sarangku?”
“Sarangmu?” Sepasang mata Merlin menyipit, tatapannya penuh ketertarikan, menatap Darmandellas lama-lama: “Spirit? Tidak mirip... Manusia? Juga tidak... Hmph, masih ada aroma aneh lainnya... Hmph, kau bilang ini sarangmu? Tempat yang cukup baik, aku suka di sini, kau menyerahkannya padaku, ya?”
“Hah!” Darmandellas tertawa gila: “Makhluk sombong! Manusia rendahan, berani bersikap arogan padaku yang mulia!”
Merlin mengangkat tangan, sorot mata perempuan ini dipenuhi tawa – ini adalah aliran energi berbahaya! Duoduo Luo langsung mengenali, setiap kali Tuan Merlin akan marah, matanya selalu menunjukkan senyuman kesombongan ini!
“Kau bilang 'rendahan'?” Nada suara Merlin terdengar aneh, namun terkesan sangat serius: “Siapakah makhluk rendahan yang sebenarnya, sebentar lagi akan ketahuan.”
Darmandellas menyipitkan matanya: “Oh, rupanya kau bala bantuan yang dipanggil buruan-buruanku ini? Kau memang kuat! Hmph...”
Merlin menghela napas, api di matanya perlahan padam, digantikan kilatan bunga api samar.
“Bala bantuan? Jangan bicara omong kosong. Aku tak berminat jadi penyelamat orang lain. Tapi, melihatmu mengintimidasi orangku, benar-benar membuatku jengkel.”
“Orangmu?”
Merlin mengangguk, mencondongkan dagunya ke arah Char yang terbaring: “Ya, si pecundang ini. Kebetulan, makhluk tak berguna yang kau tindas ini, secara tidak langsung... bisa kubilang aku adalah... ibu angkatnya!”
I-ibu angkat?!
Begitu kata Merlin meluncur, mata semua orang di sekitarnya—termasuk Duoduo Luo—melotot bulat.
Bahkan Char yang terbaring langsung menutup mulutnya rapat-rapat, memandang Merlin dengan tatapan menyala.
Merlin menggeleng, lalu mengangkat tangan kanannya yang tersembunyi di punggung. Dengan gerakan mencakar udara, kilat menyambar dan terkondensasi di tangannya menjadi sebatang tongkat pendek.
“Disebut senjata? Benda ini terlihat bulat dan tumpul, sama sekali tidak punya sergapan maut. Kalau disebut tongkat sihir, terlalu pendek, hanya sedikit lebih panjang dari pena angsa.”
“Tapi begitu Merlin memegang benda ini, Darmandelas langsung merasakan aliran energi berbahaya!”
“Perasaan ini adalah insting bawaan para yang kuat! Hanya muncul saat bertemu kekuatan setingkat atau yang cukup mengancam diri sendiri!”
“Merlin menggoyangkan tongkat kecil di tangannya, tubuhnya langsung memancarkan cahaya perak. Dalam cahaya itu, matanya menyipit seperti garis.”
“Aku sebenarnya tidak suka berkelahi. Tapi makhluk aneh separuh manusia-ular-spirit ini, kau mengganggu anak angkatku, jadi aku harus membalasmu.”
“Merlin tersenyum manis: ‘Sekalian tanya. Hmph, hei... kau suka katak?’”
