“Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!”
Di atas padang terbuka, hamparan hutan yang awalnya jarang telah ditebang habis. Padang luas yang semula terlihat semakin suram dan penuh ketegangan.
Gemuruh genderang yang menggelegar langsung bergema hingga jauh ke kejauhan.
Dua puluh genderang besar yang berjajar rapi, masing-masing ditutupi kulit sapi pilihan dan dipasang di rak tinggi setinggi orang dewasa. Di samping tiap genderang, dua pria berotot telanjang bulat dengan palu raksasa di tangan sedang menabuh dengan keras di tengah deru angin!
Formasi pasukan hitam berkerumun telah menyusun formasi persegi rapat. Zirah besi hitam membentang bagai awan gelap di atas bumi, memancarkan kilau dingin berkilauan dari kejauhan!
Di belakang formasi, platform tinggi dari kayu besar dengan roda raksasa di dasarnya perlahan didorong maju oleh lebih dari 200 pria berotot berbaju zirah kulit yang mengerahkan tenaga.
Langit suram, lapisan awan hitam seolah makin merendah. Di atas platform tinggi itu, Gubernur Hughes berdiri bagai berada di antara awan.
Hughes yang mengenakan zirah emas tampak penuh semangat. Di bawah helm emasnya, sorot matanya berapi-api sambil memegang cambuk kuda, berpegangan pada tiang pagar platform sambil menatap tajam ke kejauhan...
Di depan, sebuah sungai panjang membentang seperti pita air. Di seberangnya berdiri tembok kota perkasa yang berkelok-kelok, menara kemenangan yang menjulang dengan bendera-bendera berkibar. Namun di bawah awan kelam, semuanya terlihat agak suram.
Hughes berdiri di atas menara pengawal, tiba-tiba mengayunkan cambuknya sambil tertawa: "Itulah ibu kota kerajaan masa depanku!"
Di belakangnya, di atas platform tinggi, beberapa penjaga berzirah besi berjaga. Di antara mereka, Adeline dan Dafeny berdiri dengan wajah pucat.
"Kota perkasa nomor satu di benua ini akan menjadi hadiah berharga pertama yang kuberikan untukmu!" Hughes menoleh, kilatan tajam di matanya menyapu wajah Dafeny sebelum tersenyum angkuh: "Aku akan menjadi penguasa baru di sini... Dan engkau, ratu masa depanku, kota ini akan merangkak di bawah kakimu."
Formasi pasukan singa besi puluhan ribu yang terbentang di padang terbuka benar-benar menutupi langit! Distrik Militer Armenia terkenal dengan persenjataan Rare-nya. Zirah pasukan Hughes dibuat tanpa menghitung biaya, terutama resimen infanteri berbaju besi di belakang formasi - hampir setiap prajuritnya dipersenjatai dengan zirah berkualitas tinggi produksi Daerah Armenia sampai ke gigi. Zirah besi tebal, helm penutup wajah, perisai sekuat tembok, tombak sebanyak hutan!
Genderang berbunyi sejenak, dari kejauhan di atas tembok kota Osgilia segera terdengar terompet militer yang mendesak. Dari jauh terlihat prajurit di menara kota bergerak seperti semut, bendera perang segera dikibarkan.
Bendera elang Kekaisaran yang berkibar tegak di atas menara kota, Hughes memandangi tembok kota yang perkasa itu sambil hanya tersenyum kecut.
Pada saat ini, beberapa pasukan berkuda dari kejauhan melintasi garis depan formasi pasukan, datang dari kedua sisi dengan cepat.
Formasi pasukan segera membuka jalur untuk membiarkan pasukan berkuda ini mencapai bawah platform tinggi Hughes.
"Gubernur! Resimen Pertama telah menguasai Kota Benteng Selatan, 400 musuh tewas, Kota Benteng Selatan telah jatuh ke tangan kita!"
"Gubernur! Resimen Kedua telah menguasai Kota Benteng Barat! 600 musuh tewas, Kota Benteng Barat telah jatuh ke tangan kita!"
"Gubernur, Resimen Ketiga telah menguasai Kota Benteng Utara, musuh membakar menara kota hingga menjadi reruntuhan!"
"Gubernur, Resimen Keempat..."
Beberapa prajurit berkuda satu per satu melaporkan dengan keras di bawah platform tinggi. Hughes di atas mendengarkan, mengangkat alisnya lalu tertawa terbahak-bahak: "Bagus! Semua paku di sekeliling telah dicabut bersih! Osgilia di hadapan kita ini telah menjadi kota terisolasi!"
Ia kemudian tersenyum perlahan: "Sampaikan perintahku! Rebut Osgilia, kibarkan panji kerajaanku di atas tembok kota! Penakluk pertama kota, apapun identitasnya, hadiah 100,000 koin emas dan naik tiga level!"
※※※
Di atas menara kota kemenangan Osgilia, Jenderal Komandan Pengawal Kota Raja Si Pan berdiri dengan wajah sedingin air. Matanya dipenuhi garis-garis darah, jenggotnya tidak dicukur berhari-hari, bahkan ada beberapa luka ringan di tubuhnya dari pertempuran memberantas sisa pemberontak Zona Merah di kota yang belum sembuh.
Jenderal Pan sudah dua hari tidak tidur. Meski bukan jenderal terhebat di Kekaisaran, sebagai perwira yang telah setengah hidupnya di medan perang, dia sangat memahami situasi saat ini!
Terkurung di kota yang terisolasi!
Sejak hari Salvador melarikan diri dari Osgilia, Pan sudah tahu pasti bahwa tirai perang saudara telah terbuka!
Meski mendapat amarah halilintar dari Kaisar Cantos Agung, sebagai orang yang setia pada keluarga kerajaan, dia sadar sama sekali tidak ada jalan mundur maupun pilihan lain!
Hanya dalam dua hari setelah pelarian Salvador, Distrik Militer Armenia yang terdekat dengan wilayah administratif ibu kota langsung pertama kali mengibarkan bendera pemberontakan! Segera lebih dari sepuluh Gubernur Distrik Militer di seluruh Kekaisaran langsung menyatakan dukungan. Sedangkan yang belum ada kabar pun pasti sedang mengumpulkan kekuatan.
Pada titik ini, sebenarnya kabur atau tidaknya siluman Salvador itu sudah tidak relevan. Ledakan perang saudara ini sudah bukan lagi perkalian hidup-mati satu orang yang bisa mengubah keadaan.
Atau mungkin... Tirai perang ini sebenarnya telah terbuka sejak hari kematian Kavhill ditikam!
“Distrik Militer Armenia memiliki pasukan terlatih dan persediaan melimpah, persenjataannya bisa dibilang yang terbaik di Kekaisaran Bizantium! Jenderal Pan yang menghabiskan seumur hidup di dinas militer sangat paham tingkat elitisme pasukan di bawah komando Gubernur Armenia - kabarnya peralatan pemberontak Armenia ini sangat rare, bahkan mungkin melebihi Pengawal Senja di istana!”
Tiga hari yang lalu, sebuah pengumuman telah menyebar ke seluruh kekaisaran melalui formasi magis Serikat Sihir yang ada di berbagai wilayah kekaisaran.
Ini adalah surat tantangan yang disusun oleh Gubernur Armenia, Hughes.
Dalam surat ini, Hughes dengan nada menuntut mengecam Kaisar Cantos Agung yang mempercayai penjilat, mengkhianati militer, tidak berprestasi dalam pemerintahan selama bertahun-tahun, terus menekan militer hingga membuat para jenderal kecewa dan mulai menjauh. Kali ini tiba-tiba melancarkan operasi pembersihan terhadap militer. Hughes menuntut Kaisar Cantos segera turun tahta, mencabut status keluarga kerajaan Klan Krenma, mengembalikan sistem Senat ala kuno, memilih ulang anggota Komite Senat untuk bersama-sama memerintah kekaisaran.
“Apalagi negara telah bertahan ribuan tahun, penyakit kronis telah mencapai puncaknya sehingga harus diubah! Di momen ini, demi nasib kekaisaran dan kehormatan tentara, harus berani maju meski sembilan kali mati dan tulang remuk tak akan menyesal! Mantan Gubernur Distrik Militer Armenia, Hughes, dengan darah dan air mata mengajak para pahlawan seantero kerajaan untuk menggulingkan kaisar lalim, mengembalikan kejayaan kekaisaran seperti dulu!”
Si Pan teringat dua kalimat terakhir pada pengumuman itu, tidak bisa menahan desahan dalam hati.
Sungguh luar biasa "Mantan Gubernur Distrik Militer Armenia Kekaisaran, Hughes". Kejeniusan kalimat ini terletak pada karakter "mantan". Hughes ini telah bulat tekadnya, bahkan jabatan resmi kekaisaran pun sudah dia tinggalkan.
Bersama menggulingkan kaisar tirani, menghapuskan kekuasaan keluarga kerajaan Krenmar... Mendirikan Senat? Lelucon, mana mungkin warlord-warlord ini bermain-main dengan permainan Senat. Sekalipun benar-benar membentuk Senat, para anggota Senat baru di masa depan itu, pasti akan dibersihkan habis dan diganti seluruhnya oleh para gubernur distrik militer ini.
Pengumuman ini telah secara politis memutus semua hubungan dengan keluarga kerajaan kekaisaran. Tidak lagi mengakui status kekuasaan keluarga kerajaan, tidak lagi mengakui jabatan yang ditetapkan keluarga kerajaan, bahkan... tidak lagi mengakui keberadaan Kekaisaran Bizantium!
Pemberontakan Gubernur Hughes segera memicu respons dari jaringan pendukung warlord. Pada titik ini, di seluruh wilayah kekaisaran terutama distrik-distrik militer utara, bendera pemberontakan berkibar serempak. Dalam sekejap, separuh wilayah utara kekaisaran telah jatuh ke tangan pemberontak.
Distrik Militer Armenia adalah yang terdekat dengan Kota Kekaisaran. Hughes adalah yang pertama mengerahkan pasukan untuk menyerang Osgilia. Kekuatan militernya sejak awal sudah termasuk dalam tiga besar di antara kesatuan militer kekaisaran. Ditambah keunggulan persenjataan dan pengelolaan bertahun-tahun, tidak aneh jika dia bisa mengerahkan seratus ribu pasukan. Konon kali ini Hughes sudah membuat kesepakatan dengan gubernur distrik militer lainnya, di mana Salvador memainkan peran penting. Hughes segera mengerahkan semua pasukannya: dua resimen infanteri berat plus satu resimen campuran infanteri dan kavaleri, total 60.000 pasukan langsung bergerak ke Osgilia.
Dalam situasi ini, sebagai Jenderal Komandan Pasukan Penjaga Osgilia, Jenderal Pan terpaksa menerapkan taktik bertahan pasif.
Sebagai ibu kota kekaisaran, Osgilia awalnya dikelilingi oleh empat kota benteng dengan ukuran setara kota kecil biasa di kekaisaran. Ditambah desa-desa sekitarnya, membentuk Wilayah Metropolitan Osgilia yang dikelola langsung.
Menghadapi invasi pemberontak Armenia, Pan memilih mundur dari daerah sekitarnya dan memusatkan pertahanan di Osgilia.
Meski strategi ini sempat memicu perdebatan sengit dalam rapat istana, terutama dari kalangan birokrat yang sangat mencela taktik mundur sebelum bertempur, Pan tetap nekat bertahan pada pendiriannya.
Dalam hatinya, dia sangat meremehkan omongan para pejabat sipil itu.
Syukurlah, Kaisar tua Cantos yang berlatar belakang militer akhirnya memberikan dukungan penuh kepada Pan.
Alasan Si Pan sederhana: Pasukan Osgilia tidak mencukupi.
Awalnya, pasukan penjaga Osgilia hanya terdiri dari 20.000 Pengawal Kota Kekaisaran, ditambah sekitar 8.000 pengawal kerajaan. Bahkan jika menambahkan semua penjaga dari dinas keamanan kota dll, angka nominalnya tidak lebih dari 30.000.
Yang lebih penting, karena perang terakhir dengan orang Odin, dua korps reguler pusat Kekaisaran langsung hancur. Untuk membangun kembali sekaligus memastikan kendali keluarga kerajaan atas pasukan baru, setidaknya 8.000 orang telah ditarik dari korps pengawal ibukota untuk mengisi pasukan baru. Kekosongan di Pengawal Kota Raja kemudian diisi dengan memindahkan pasukan penjaga daerah tingkat dua dari berbagai wilayah.
Sebenarnya kekuatan tempur pengawal ibukota belum tentu sehebat itu—meskipun loyalitas mereka pada keluarga kerajaan tak diragukan, dan peralatan serta gaji tentara selalu mendapat perlakuan istimewa kerajaan. Tapi pasukan ini bertahun-tahun ditempatkan di ibukota, sebagian besar tentaranya bahkan belum mengalami banyak pertempuran sengit. Pasukan seperti ini, bahkan di mata korps reguler pusat lain yang masih satu kubu dengan kerajaan, dianggap remeh.
Sering terdengar ejekan dari anggota Divisi Keenam dan Ketiga Belas yang menyebut pengawal ibukota sebagai "tentara tuan rumah plus tentara bayi".
Tapi sekarang bahkan pasukan "tentara tuan rumah plus tentara bayi" ini telah kehilangan sebagian besar personel inti. Tambahan pasukan penjaga daerah tingkat dua yang masuk malah lebih buruk, membuat kekuatan tempur mereka turun tiga puluh persen.
Mengenai Pasukan Pengawal Kekaisaran... Jika pasukan pengawal ibukota dianggap sebagai pasukan rak hias, maka Pasukan Pengawal Kekaisaran ini... Mereka mungkin cocok sebagai pasukan upacara, tapi untuk bertarung... Gelengan kepala saja lebih cepat.
Kecuali "Pengawal Senja" yang misterius itu!
Tapi meski Pengawal Senja sekuat apapun, jumlah mereka hanya ratusan orang. Dalam pertempuran besar korps, apa yang bisa dilakukan ratusan prajurit?
Meski kekuatan 30.000 orang terdengar cukup, tapi Osgilia terlalu besar! Untuk mempertahankan kota megah sebesar ini, 30.000 prajurit yang tersebar di sepanjang tembok kota yang panjang terlihat sangat tipis.
Apalagi jika harus berpisah tim untuk menjaga empat kota benteng di pinggiran?
Itu benar-benar mencari mati!
Kota ini kekurangan pasukan berkuda... Meski Pasukan Pengawal memiliki banyak kavaleri, Si Pan tidak bisa mempercayai kekuatan tempur mereka.
Pasukan pemberontak di luar kota memiliki keunggulan jumlah. Begitu menyerang, pasti akan mencabut paku-paku di sekelilingnya terlebih dahulu. Jika pasukan dipisahkan untuk bertahan, ibarat kepalan tinju yang terbuka, membiarkan lawan memotong jari satu per satu.
Lebih baik kepalkan tinju, pertahankan Osgilia dengan seluruh kekuatan.
Osgilia adalah kota benteng perkasa dengan pertahanan alam. Ditambah persediaan melimpah dari kemakmuran bertahun-tahun, hanya soal makanan saja bisa mandiri selama tiga bulan.
Dan ada juga rute transportasi laut! Pemberontak baru datang, dan belum tentu mampu memblokir perairan. Dengan bertahan mati-matian di Osgilia, kita masih bisa terus mengisi perbekalan melalui laut. Mengandalkan kota perkasa ini, mungkin bisa bertahan lebih lama melawan pemberontak.
Dan... di hati Si Pan masih tersisa sedikit harapan.
Jenderal Adrik sudah pergi ke tenggara untuk memobilisasi pasukan penjaga daerah. Pasti akan datang dengan bala bantuan! Masih ada beberapa korps reguler pusat yang setia pada Kekaisaran... Sebut saja Resimen Kavaleri Rodria milik Ruhr. Jika mereka bisa datang, harapan kemenangan dalam perang ini akan bertambah satu menit!
Tapi meski Si Pan terus berpikir demikian, dia sadar harapan itu sangat tipis.
Beberapa korps reguler pusat tersebar di berbagai markas. Saat ini pemberontak ada di mana-mana. Untuk membantu Kota Kekaisaran, setiap korps harus menembus Wilayah Pendudukan Musuh terlebih dahulu.
Lagipula, bahkan jika mereka benar-benar mati-matian datang, berapa persen kekuatan tempur yang tersisa?
Apalagi dengan invasi pasukan Hughes, warlord pemberontak lain pasti akan bangkit. Katanya sekarang beberapa gubernur utara sudah mengerahkan pasukan menuju ibu kota.
Menurut Si Pan, dalam perang ini, keluarga kerajaan sama sekali tidak memiliki harapan untuk menang. Kekaisaran yang telah membusuk selama ratusan tahun, sistem kesatuan militer Thema telah menggemukkan serigala-serigala ini. Setelah beberapa generasi dikelola, kesatuan militer ini telah menjadi negara dalam negara - merekrut pasukan, menimbun logistik militer. Bahkan di masa damai, perbandingan kekuatan militer antara kedua pihak sudah menunjukkan kelemahan pihak kerajaan. Apalagi setelah pertempuran melawan Odin, beberapa korps reguler pusat yang loyal kepada kerajaan justru semakin dilemahkan.
Dalam kondisi yang jelas-jelas akan kalah, suasana panik melanda Osgilia belakangan ini. Berbagai rumor dan gosip pun terus bermunculan.
Sebagai perwira penjaga kota, Si Pan sendiri pernah mendapat bujukan dari pemberontak.
Pemberontak yang telah mengakar di Kekaisaran selama beberapa generasi ini memiliki kekuatan tersembunyi yang tak terhitung. Meskipun kota telah dalam status darurat militer selama beberapa hari, tadi malam seseorang secara mengejutkan datang menemui Si Pan, mengaku sebagai utusan pemberontak luar kota yang membujuknya untuk menyerah.
Entah melalui saluran rahasia apa para penyusup ini bisa menerobos pertahanan kota yang ketat!
Sang utusan menjelaskan: Jika Si Pan bersedia membelot di tengah pertempuran, mengubah haluan, dan membuka gerbang kota untuk memasukkan pasukan pemberontak saat pertempuran...
“Hughes telah berkata, jabatan Menteri Urusan Militer Kerajaan Armenia di masa depan telah disiapkan untuk Anda! Diangkat menjadi pangeran, dianugerahi seratus ribu koin emas! Dan kami mendengar Anda memiliki keponakan bernama Nygull yang Anda anggap seperti anak sendiri. Hughes menyatakan kesediaannya untuk menikahkan putri klannya dengan Nygull! Ke depannya, kami akan memperlakukan Anda dengan hormat seperti saudara!”
Tawaran ini sungguh luar biasa!
Masa depan sebagai Menteri Urusan Militer Kerajaan, gelar pangeran, hadiah seratus ribu koin emas, serta persekutuan keluarga melalui pernikahan dengan raja baru...
Dengan kewibawaan Si Pan yang telah bertahun-tahun membina pasukan penjaga kota, tentu ada sekelompok loyalis yang siap mati baginya. Membuka gerbang kota selama pertempuran mungkin bukan hal yang terlalu sulit.
Si Pan sangat paham, jika ia mau mengangguk dan menyerahkan gerbang kota, maka kemakmuran seumur hidup menantinya. Paling buruk, klannya bisa bertahan dan nyawanya terselamatkan.
Namun jika menolak, sekali kalah perang dan kota direbut, seluruh klannya akan ditumpas habis!
Dan saat ini, kami benar-benar tidak memiliki harapan yang terlihat.
※※※
"Saya sangat tertarik, sungguh sangat tertarik."
Saat itu Si Pan menatap utusan yang dikirim lawan, dengan santai menghela napas: "Aku setia mengabdi keluarga kerajaan, tahun ini sudah empat puluh tahun, namun hanya menjadi seorang jenderal komandan. Orang terdekat dan paling dipercaya Sang Kaisar, sampai 20 besar pun belum tentu ada aku. Keluarga berkuasa di Kekaisaran, aku bahkan tidak masuk 100 besar! Bahkan sebelum perang, Sang Kaisar masih menghukumku karena kasus Salvador lolos, hanya karena sekarang perang butuh orang, barulah aku diberi kesempatan menebus dosa dengan prestasi, tetap memimpin pasukan pengawal kerajaan.
Sedangkan aku Si Pan, aku tahu kemampuan sendiri, soal bakat, aku cuma kelas menengah saja, di Kekaisaran ini banyak jenderal hebat, baik Adrik maupun Jenderal Ruhl bakatnya sepuluh kali lipat melebihiku, bahkan Anjing Gila Green di masa lalu pun sepuluh kali lebih hebat!
Dengan kemampuanku, bahkan lima puluh tahun lagi pun tak mungkin bisa duduk di posisi Menteri Urusan Militer. Jadi... dibandingkan itu, syarat Tuan Hughes sudah menunjukkan itikad baik yang luar biasa.
Karena itu, kalau kukatakan aku tidak tertarik, itu bohong!"
Mendengar ini, sang utusan langsung berubah ekspresi: "Apakah Tuan menyetujui?"
Si Pan terus menggeleng: "Aku sangat ingin menyetujui, tapi sayang... aku tidak bisa!"
Ia berdiri, perlahan mengitari meja, memandang pedang di pinggangnya yang tergantung di dinding, tiba-tiba tersenyum tipis. Perlahan ia menoleh, kini nada suara Si Pan terdengar meremehkan, namun sangat serius:
"Manusia hidup sekali, selain kemakmuran tak terbatas, pasti ada hal-hal lain juga."
Setelah mengucapkan itu, moral di tangannya berkilat, ujung pedang telah menusuk tenggorokan sang utusan!
Utusan itu melotot, menutupi lehernya, mengeluarkan suara berderak, darah segar mengalir perlahan dari celah jarinya!
“Marsekal pendiri Kekaisaran, Adipati Tulip pernah berujar: Jika negara runtuh, menteri setia wajib mati! Aku Si Pan yang tak berbakat, manusia biasa, tak berani menyamai kehebatan Adipati Tulip. Namun hari ini, aku pun punya satu kalimat...”
Si Pan perlahan mengusap noda darah di ujung pedang, tatapannya tenang bagai air: “Jika Kekaisaran runtuh, aku Si Pan... wajib mati!”
