Jangan terkecoh oleh pidato heroik Char yang penuh kesetiaan ksatria. Sebenarnya karakter ini sedang mencuri konsep dengan cara tak tahu malu.
“Tanah di bawah kaki mereka! Adalah milik kita!! Udara yang mereka hirup sekarang, juga milik kita!! Persediaan makanan yang mereka makan tadi malam, awalnya juga milik kita!!”
Meski pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, dari posisi Char, mengganti "milik kita" menjadi "milikku"lah yang benar-benar ada di dalam jantungnya.
Jangan lupa, si kampungan kita bukan orang Bizantium, bajingan ini sama sekali adalah seorang gelandangan tanpa kewarganegaraan yang tumbuh besar di Padang Api Liar... Dia sama sekali tidak punya apa yang disebut rasa patriotik terhadap Bizantium.
Hanya saja, setelah menjadi Komandan Perlengkapan Militer County Moore, dalam hati si kampungan ini sudah lama menganggap County Moore sebagai taman belakangnya sendiri, kekasih gelapnya.
Sekarang orang Odin menyerang, merebut tanah Char, menghirup udara Char, memakan persediaan makanan Char, memperbudak rakyat Char... Sial, ini masih bisa ditahan?!
Kalau bicara kejahatan, si kampungan jelas bukan tipe penjahat kejam tak termaafkan. Tapi soal kekejaman... Seorang yang tumbuh besar di hutan dan pegunungan, bergaul dengan harimau dan serigala, sama sekali bukan tipe yang punya kebajikan wanita.
Apalagi, kebencian Char terhadap orang Odin, mengingat bagaimana hari itu Kevin si kepala plontos mati dalam pelukannya...
Jadi, ketika memerintahkan eksekusi lebih dari seribu tawanan Odin ini, Char sama sekali tidak berkedip.
Bawahan-bawahannya yang dulunya perampok berkuda ini, meski juga bukan orang yang ragu-ragu, namun situasi seribu lebih manusia hidup tak bersenjata berdiri di depan mata menunggu pembantaian, pengalaman seperti ini belum pernah mereka alami.
Meski Char sudah memberi perintah, para bawahannya sempat ragu beberapa detik, akhirnya setelah pidato penuh semangat Char ditambah sorot mata tegasnya yang tak terbantahkan...
Pisau pembantaian menyambar!
Di luar tembok kota, seribu kepala berguling-guling jatuh, lautan darah mengalir!
Algojo yang bertanggung jawab atas pembantaian telah berganti Enam kelompok, dua kelompok pertama belakangan tak tahan dan lari ke belakang memegang tembok sambil muntah-muntah. Char justru berdiri di atas tembok kota memandang segala yang terjadi dengan dingin, ekspresinya tajam menusuk. Seolah yang disembelih di bawah bukan manusia hidup, melawan sekawanan ternak sapi dan kambing.
Performa dinginnya ini meninggalkan kesan mendalam di hati para prajurit berkuda bawahannya. Mereka merasa bos baru mereka yang juga atasan langsung ini bertarung dengan jurus maut tak kalah dari nona besar Nenei dulu, sementara terhadap musuh menunjukkan sikap Predator yang kejam. Untuk sementara, semua pikiran meremehkan dan protes sebelumnya disimpan rapat, digantikan rasa hormat yang dalam.
Pembantaian habis-habisan terhadap orang Odin ini justru disambut tepuk tangan riang warga Kota Mesta.
Sebelum menyerang Kota Mesta, pasukan Odin telah menyapu desa-desa sekitar melakukan pembakaran, pembunuhan, dan perampokan. Administrator County Klinthia yang populer juga gugur sebagai martir, memicu simpati mendalam rakyat. Kini para penjajah ini dibasmi sampai habis, sangat memuaskan hati orang banyak. Meski sebagian orang bijak di kota merasa sang jenderal Kekaisaran ini terlalu kejam dalam pembunuhan, tapi di saat seperti ini tak ada yang berani bersuara.
Setelah memerintahkan orang untuk secepatnya menggali lubang dan membakar serta menguburkan mayat-mayat itu, Char segera mempublikasikan pengumuman di alun-alun dalam gerbang kota. Dia juga mencari beberapa penduduk lokal untuk memahami situasi, menanyakan apakah masih ada sisa pejabat Kekaisaran di kota. Dari interogasi, baru diketahui bahwa sejak hari tembok kota hancur dan Bupati County Klinthia gugur, para pejabat di kantor komandan county sudah menguap bagai asap. Orang Odin yang menduduki sini hanya membunuh satu kelompok, sementara yang selamat bersembunyi di rumah. Orang Odin sama sekali tidak memperhatikan daftar pejabat di kantor komandan county, juga tidak melakukan operasi pencarian besar-besaran, sehingga cukup banyak yang berhasil tetap hidup.
Char segera mengirim orang untuk mencari ke segala penjuru, menemukan beberapa mantan pejabat kantor komandan county yang tersisa. Hanya saja Bupati County dan para pejabat tinggi sudah mati semua, yang tersisa hanyalah orang-orang dengan jabatan rendahan. Setelah dicari kemana-mana, hanya menemukan tujuh delapan orang.
Char langsung meminta mereka untuk menghubungi beberapa keluarga kaya terkemuka di kota, lalu mengirim orang untuk mengerahkan warga kota berkumpul di alun-alun. Urusan pertama yang penting adalah merekrut pekerja sipil kota, meminta bantuan semua untuk memperbaiki bagian barat laut tembok kota yang rusak dalam sistem pertahanan kota.
Semula orang Odin menduduki sini, warga secara alami hanya bekerja setengah hati. Meski terpaksa tunduk di bawah ancaman pedang pembantaian Odin, kebanyakan hanya pura-pura patuh sengaja menunda-nunda pekerjaan. Tapi kini pasukan Kekaisaran sendiri merebut kembali kota. Dan dari maksud Sang Jenderal, sepertinya tidak bernarik untuk mundur dan menyerahkan kota ini. Warga tentu berharap pasukan Kekaisaran bisa berjaga di sini, menahan serangan orang Odin agar bangsa biadab itu tak kembali menguasai daerah ini. Seketika, semangat massa langsung berkobar-kobar. Pekerja sipil dan pengrajin yang mendaftar memenuhi kuota dalam sekejap.
Setelah membagikan berbagai peralatan, Char mengirim unit kavaleri kecil patroli keluar kota sambil sendiri duduk mengawasi pertahanan kota, memimpin anak buahnya memperbaiki tembok kota secara darurat. Para pengrajin dan pekerja ini adalah penduduk lokal. Dulu bekerja untuk orang Odin tanpa upah, sedikit lalai langsung dipukuli dan dicambuk. Kini bekerja untuk pasukan sendiri, ditambah Char memberikan upah, semangat kerja mereka melonjak seratus kali lipat, mengerahkan seluruh tenaga. Meski hujan masih turun terputus-putus yang cukup mengganggu konstruksi, warga kota berbondong-bondong mendaftar - yang punya uang menyumbang dana, yang kuat menyumbang tenaga. Hanya dalam dua hari, di bawah tembok kota yang semula berlubang lebar itu, tumpukan tanah hasil galian sudah mulai membentuk struktur. Meski mustahil menyelesaikan seluruh tembok dalam waktu singkat, menambal lubang itu bukan masalah besar.
Pejabat di dalam kota tersisa sedikit, para pejabat tinggi semuanya menjadi korban jiwa. Sekarang Char bisa dianggap sebagai orang dengan jabatan tertinggi di seluruh County Moore. Sebagai mantan Komandan Penjaga County, dia awalnya adalah orang kedua di County Moore. Setelah kematian Klinthia, secara alami dia menjadi penentu kebijakan. Ditambah di tengah kekacauan perang, dia menguasai komando pasukan. Setelah merebut Kota Mesta, secara alami perintahnya berlaku mutlak, dipatuhi tanpa syarat.
Kota Mesta berhasil direbut kembali oleh Char, namun karena semua tawanan perang dibantai habis tanpa satu pun yang lolos. Informasi terputus, Mannings yang berada jauh di selatan sama sekali tidak menerima kabar apapun.
Keadaan tenang berlanjut selama sepuluh hari berikutnya. Dari arah Kota Danzeer, Sharba membawa Dua ribu bala bantuan. Pekerjaan renovasi pertahanan kota masih berlangsung dengan tegang. Char mempersiapkan pasukan di dalam kota, merapikan persenjataan, juga menghitung populasi pria berotot di kota. Dia merekrut lebih dari dua ribu pria berotot sebagai pekerja sipil, membagikan beberapa senjata. Bagaimanapun juga senjata orang Odin telah disita. Setelah mempersenjatai kelompok pria berotot ini, dia mengirim orang untuk melatih mereka setiap hari. Meski tidak bisa mengajarkan taktik militer sejati, setidaknya jika musuh menyerang, mereka bisa sedikit membantu dalam pertahanan kota.
Lebih dari sepuluh hari kemudian, cuaca perlahan mulai cerah. Musim hujan yang berlangsung terus-menerus selama berhari-hari membuat orang merasa tulang-tulang mereka hampir terkikis dan berkarat oleh uap air.
Justru Char, berdiri di atas tembok kota, memandangi langit yang mulai cerah, awan yang akhirnya bubar memperlihatkan langit biru kehijauan, sinar matahari pun semakin terang, perlahan mulai merasakan hawa panas...
Ekspresi Char justru menjadi sangat suram.
Karena dia sangat paham, setelah musim hujan berlalu dan cuaca cerah, orang Odin tak akan lagi terhambat cuaca. Pasti akan ada gerakan lebih lanjut di bawah!
Tepat di siang hari itu, tiba-tiba dari luar kota beberapa penunggang kuda datang berlarian kencang. Mereka adalah para pengintai yang dikirimnya sendiri, terlihat sangat buru-buru. Baru saja masuk gerbang kota, Char yang berdiri di atas tembok langsung mendengar teriakan dari bawah: "Di mana Tuan Char?! Ada kabar darurat dari pasukan!"
Char mendengar jelas, alisnya langsung terangkat, hatinya serasa dihantam palu!
Jangan-jangan Mannings membawa pasukan kembali untuk membunuh? Kok bisa secepat ini?! Cuaca baru saja cerah, dan bagaimana mungkin Mannings sudah mengetahui kabar direbutnya Meista oleh kita?!
Dia buru-buru turun ke gerbang kota, beberapa pengintai langsung menyambutnya. Yang paling depan adalah mantan perampok berkuda bawahan Nenei, saat ini kepalanya penuh keringat, langsung berkata: "Kakang ipar... eh, Sang Jenderal! Barat, dari barat datang ribuan orang menuju sini!"
Mendengar ini, wajah Char langsung dipenuhi keraguan: "Ribuan?"
“Baru beberapa ribu orang? Bahkan jika Manning mengetahui bahwa Meista jatuh dan ingin merebut kembali, tidak mungkin dia hanya mengirim beberapa ribu orang saja kan?”
“Jangan-jangan pasukan kavaleri perintis? Pasukan utama masih di belakang?”
Dia segera maju dan mencengkeram bahu perampok berkuda itu: “Apa yang terjadi?”
“Menyedihkan! Sungguh menyedihkan!” Perampok berkuda ini terus menggeleng dan menghela napas, wajah penuh belas kasihan, lalu cepat-cepat berkata: “Memang ribuan orang, rombongan mereka sangat panjang, aku menyuruh orang menyambut mereka, lalu aku sendiri berlari kembali untuk melapor ke Tuan, itu...”
Menyambut? Melapor?
Char kebingungan: “Apa maksudmu? Ribuan orang? Menyambut? Jangan-jangan pasukan kita?”
“Ya, pasukan Bizantium kita.” Perampok berkuda ini menghela napas: “Ribuan orang, datang dari barat, mereka benar-benar menyedihkan, sepertinya kabur dari kekalahan...”
Sebuah pertanyaan besar muncul di hati Char.
Pasukan kita, ribuan? Masih ada pasukan kita di County Moore?!
Meski ragu, demi kehati-hatian, dia segera memerintahkan untuk menutup gerbang kota dan mempersiapkan pasukan di atas tembok.
Saat sore hari, di padang terbuka jauh di luar kota, terlihat kerumunan gelap bayangan kepala manusia datang dari barat.
Di depan adalah beberapa pengintai berkuda yang dikirimnya sendiri memimpin jalan, di belakang kerumunan gelap yang berantakan itu jumlahnya memang tampak ribuan, tapi begitu Char melihatnya, dia tak bisa tidak menghela napas.
Seperti yang dikatakan perampok berkuda pembawa kabar tadi.
Menyedihkan! Benar-benar menyedihkan...
Ribuan pasukan yang datang dari jauh itu memang adalah tentara resmi Kekaisaran.
Sebagian besar dari mereka mengenakan seragam tentara resmi Kekaisaran, bahkan Xia Ya bisa mengenali bahwa itu adalah seragam standar Pasukan Reguler Pusat Kekaisaran!
Namun, ribuan pasukan ini tiba dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Banyak seragam mereka sudah compang-camping, penuh lumpur dan noda darah. Beberapa bahkan sudah robek menjadi berkeping-keping. Mereka saling berpegangan dengan susah payah, mayoritas terhuyung-huyung dengan wajah penuh lumpur hitam. Lebih dari setengah dari mereka tidak hanya kehilangan zirah, tapi bahkan senjata. Beberapa bahkan terpaksa menggunakan tongkat kayu yang mereka temukan sebagai alat bantu jalan, berjalan pincang dalam formasi.
Hampir semua dari mereka terlihat kurus kering dengan sorot mata kosong, hanya tersisa sedikit harapan yang sudah mulai mati rasa...
Bendera tentu sudah lama hilang. Beberapa orang di barisan depan bahkan sudah kehilangan sepatu bot - ada yang bertelanjang kaki, ada yang membalut kaki dengan sobekan kain dari baju.
Ribuan pasukan ini berjalan berkelok-kelok dari kejauhan, formasi mereka tertinggal panjang dengan beberapa orang terjatuh di tengah jalan.
Ketika mereka akhirnya melihat tembok kota Meista dengan bendera elang Kekaisaran berkibar di atasnya, tiba-tiba banyak yang langsung bersimpuh sambil menangis histeris memeluk kepala.
“Ada satu yang menangis, langsung memicu reaksi berantai! Semakin banyak orang yang terjerembab ke tanah, suara rintihan dan tangisan langsung memenuhi area!!”
Gerbang kota telah dibuka atas perintah Xia Ya. Dia mengirim dua regu untuk menyambut, menghabiskan lebih dari satu jam untuk memandu rombongan ini masuk ke dalam kota. Begitu masuk, banyak yang langsung pingsan menangis histeris, ada yang duduk limbung lalu kolaps. Bawahan Xia Ya pun kalang kabut, buru-buru memberi pertolongan.
Xia Ya menyuruh menggelar tumpukan makanan dan air. Begitu melihat hidangan panas, para pengungsi langsung serbu seperti hantu kelaparan. Xia Ya buru-buru memerintahkan regu bersenjata tongkat untuk mengusir, baru bisa mengendalikan kekacauan.
“Antre! Atur formasi sesuai regu masing-masing!! Yang macam-macam langsung ditahan!” teriak Xia Ya dari podium dengan muka sangar.
Seragam level regu bendera Kekaisaran plus Zirah Gunung berkilatannya membuat statusnya sebagai perwira tinggi jelas terlihat. Banyak prajurit langsung meringkuk ketakutan.
Xia Ya berdiri di tangga tembok kota mengawasi rombongan ini.
"Mereka ini sama sekali tidak seperti pasukan resmi Kekaisaran! Lebih mirip sekumpulan pengungsi." Banyak di antara mereka yang kurus kering seperti tengkorak berbalut kulit, wajah pucat dan tubuh menyusut. Char menyuruh semua dokter di kota datang, namun beberapa orang yang kelaparan sebelumnya malah hampir tersedak saat mendapat makanan, sementara yang lain kehabisan tenaga dan butuh berhari-hari untuk pulih.
Char menyuruh orang mencari selama setengah hari di antara kerumunan itu, akhirnya menemukan seseorang yang terlihat seperti perwira. Saat dipanggil, seragam perwira Kekaisaran yang compang-camping di tubuhnya dan satu sepatu boot yang hilang membuatnya tampak memprihatinkan.
"Dari mana kalian berasal?"
Orang itu merangkak di tanah, tangan mencengkeram setengah roti pipih yang baru diterimanya, mulut penuh sesak berusaha menjawab: "Tuan... kami dari... Korps Ketujuh..."
Char terkejut: "Korps Ketujuh?! Bukankah kalian sudah dihancurkan total oleh orang Odin?!"
Mendengar itu, pria itu tiba-tiba menjerit pilu, rotinya terjatuh. Tangisannya yang menyayat hati membuat orang-orang sekitar tak tega memandang.
Char menahan rasa kesal, mengangkatnya sambil mencium bau asam menyengat dari tubuh lawan. Entah sudah berapa hari orang ini tidak mandi—rambut kusut, wajah kotor, bahkan kuku penuh lumpur hitam: "Jangan nangis dulu! Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan detailnya!"
"Orang Odin! Kejam sekali! Jenderal Rostock... gugur... mengerikan... Jenderal Muda dia..."
Baru dua kalimat diucapkan, tiba-tiba kelopak matanya berkedut dan langsung pingsan.
Dengan frustasi, Char menyuruh pengawal segera membawa orang itu untuk pertolongan. Setelah memanggil saksi lain, akhirnya diperoleh cerita terpotong-potong.
Rupanya pasukan yang kocar-kacir ini adalah sisa Korps Ketujuh.
Awalnya Korps Ketujuh melakukan breakthrough, terbelah jadi dua grup: Rostock memimpin pasukan inti, sedangkan grup sampingan ini berisi 4.000 tentara pendukung.
Rostock yang licik itu bermaksud seperti cicak memutus ekor—menjadikan regu bendera dan sebagian besar pasukan pendukung sebagai umpan untuk mengalihkan pengejar Odin, sementara pasukan utamanya kabur.
Tapi Mannings yang tua licik tidak tertipu. Dia kejar habis pasukan utama Korps Ketujuh Rostock, akhirnya dalam satu pertempuran menghancurkan seluruh pasukan. Rostock tewas dalam pertempuran, seluruh pasukannya musnah. Mannings membantai semua tawanan, tak menyisakan satu pun!
Dan 4.000 pasukan yang awalnya bertugas sebagai pengalih perhatian orang Odin ini justru bertahan hidup. Meskipun Mannings mengirim putranya Molkar dengan pasukan pengejar, hujan deras membantu mereka dengan menghalangi pengejaran Molkar.
Malangnya 4.000 orang ini, membuang perlengkapan perang dan lari tercengkang-cengkang sepanjang jalan tanpa makanan/minuman, dicekam ketakutan akan pengejaran orang Odin, sama sekali sudah tidak mirip pasukan militer.
Komandan tertinggi aslinya di pasukan adalah keponakan Ross Tock dari Korps Ketujuh. Tapi kebetulan orang itu jatuh sakit di tengah jalan, mengalami trauma hingga tak bisa bangun. Tanpa pemimpin, nasib pasukan mungkin akan bubar berantakan di tengah jalan seperti kawanan binatang.
Fakta bahwa mereka bisa sampai ke sini harus disebut sebagai keajaiban.
Ternyata ada alasan mengapa mereka tetap bersatu: Di wilayah yang sepenuhnya dikuasai orang Odin, jika tercerai-berai akan mudah dibantai pasukan kecil Odin. Dengan tetap berkumpul, mereka bisa saling membantu mencari makanan dan menghindari kematian.
Hanya dengan berpegang pada pemikiran sederhana ini, ribuan orang ini bertahan tanpa tercerai-berai. Mereka lari pontang-panting di wilayah musuh, akhirnya tersesat dalam kebingungan.
Untungnya Tian melindungi Char, tim ini secara misterius bergerak ke barat laut, menghindari kota-kota pendudukan orang Odin. Tak berani mengambil jalur sempit, mereka berkeliaran seperti lalat tanpa kepala dan akhirnya tiba di Kota Mesta!
Beruntung Char berhasil merebut kembali Mesta. Seandainya kota ini masih dikuasai orang Odin, bisa dipastikan beberapa ribu orang ini akan menemui jalan buntu.
Bahkan tanpa bertemu pasukan Odin, mereka mungkin sudah mati kelaparan.
※※※
Setelah setengah hari mengisi perut di tepi sungai, akhirnya mereka bisa mengatur diri. Begitu kenyang, mereka memasuki kota yang sudah dikuasai pasukan sendiri, seolah terlepas dari jurang maut. Semangat pasukan perlahan pulih.
Char mengamati dengan cermat para prajurit ini. Meski berasal dari militer resmi Kekaisaran, kekalahan telak telah menghancurkan moral tempur mereka. Dengan penataan ulang yang tepat, kekuatan ini bisa menjadi aset berharga.
Setelah kenyang dan terbebas dari kehidupan penuh ketakutan, sebagian besar mulai menunjukkan perbaikan kondisi. Meski masih compang-camping, energi vital mereka sudah berbeda.
Banyak prajurit secara refleks berkumpul sesuai jajaran organisasi lama mereka.
Char akhirnya membawa pasukan ke tengah-tengah prajurit tercerai-berai. Di setiap tempat yang dikunjunginya, dia menerima sorot mata penuh rasa terima kasih yang tak terhitung. Kemudian dia menemui seorang perwira di antara prajurit yang kocar-kacir: "Siapa komandan tertinggi kalian? Di mana dia berada?"
Tak lama kemudian, Char dibawa masuk ke kerumunan prajurit yang tercerai-berai...
Di bawah sebuah pohon kecil, beberapa prajurit dengan baju compang-camping sedang menjaga seseorang. Orang itu terbaring di atas papan pintu yang telah dilepas, tampaknya diangkut sepanjang perjalanan sampai ke sini. Tubuh pria terbaring itu sudah tak lagi mengenakan zirah, namun jubah perangnya masih utuh. Jenggotnya tidak terurus, kedua matanya tertutup rapat dengan rongga mata yang amblas ke dalam, seolah masih dalam keadaan koma.
Di sudut mulutnya tersangkut selembar kain hitam yang sudah penuh bekas darah.
Yang lebih penting, saat Char melihat sosok ini dari kejauhan, langsung terasa ada kesan familiar - sepertinya pernah bertemu di suatu tempat.
Saat Char mendekat, para prajurit di sekitarnya membuka jalan. Seorang yang tampak seperti perwira menemani: "Jenderal Mayor terjatuh dari kuda selama perjalanan, menderita luka internal. Setiap hari dia memuntahkan darah dalam keadaan tak sadar. Tanpa dokter, kami terpaksa menggotongnya sampai ke sini dengan susah payah..."
Begitu Char sampai di depan, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada tangan "Jenderal Mayor" itu. Jantungnya berdebar kencang - akhirnya dia mengenali sosok ini!
Tangan kiri pria itu terputus sampai pergelangan, digantikan oleh kait besi yang melekat di bekas lukanya!
“Char langsung mengenali senjata ini... Dan ngomong-ngomong, tangan terputusnya ini hasil karyaku sendiri!”
Dulu di Wildfire Town, aku pernah menemukan sekelompok perwira yang sedang melecehkan keponakan Bibi Sofia di kedai minum si bermata satu. Setelah kuberi hukuman, bahkan kupotong salah satu tangan lawan... Ingat, orang itu menyebut diri sebagai keponakan jenderal Korps Ketujuh...
Hanya saja sudah terlalu lama, Char sendiri hampir lupa.
Begitu teringat, Char langsung mengumpat dalam hati: Sial, kenapa ketemu orang ini? Lagi pula sebagai pemimpin ribuan prajurit tercerai-berai?! Kalau mau menyerap ribuan orang ini, dia pasti jadi masalah...
“Jenderal Muda Redley kami lukanya terlalu parah, sudah tiga hari tidak membuka mata. Barusan dokter memeriksa, bilang dia... mungkin... mungkin...” Perwira Korps Ketujuh di samping itu menunjukkan ekspresi frustasi.
Hmm?!
Mata Char tiba-tiba berbinar, dalam hati muncul ide gila. Tiba-tiba wajahnya menunjukkan ekspresi tertegun dan sedih, berteriak: “Aduh! Redley!! Ini kan Saudara Redley!! Saudaraku!! Kenapa jadi begini!!”
Usai bicara, Char melangkah gagah beberapa langkah, menerobos kerumunan orang, lalu memeluk Redley yang terbaring di sana sambil menangis tersedu-sedu...
Kedua tangannya meliliti leher Liddell, namun diam-diam mencelupkan sedikit ludah dan mengusapkannya ke sudut mata. Saat dia berdiri tegak, perwira dari Korps Ketujuh di sampingnya bertanya dengan keraguan: "Yang Mulia, apakah Anda mengenal Jenderal Mayor kami?"
"Tentu! Tangan ini adalah hasil potonganku sendiri!"
Char bergumam dalam hati, namun dengan wajah berduka berkata: "Bagaimana mungkin tidak! Dulu kami bertemu di Wildfire Town, minum-minum dan merayu cewek bersama. Kami langsung akrab seperti teman sejati, persis seperti saudara sendiri!!!"
"Minum alkohol dan merayu cewek bersama?"
Mengingat gaya hidup Jenderal Mayor sebelumnya, orang-orang Korps Ketujuh ini langsung percaya.
Seketika hati para hadirin tenang. Tampaknya mereka tidak hanya memasuki wilayah sekutu, tapi panglima lawan ternyata sahabat lama pemimpin mereka. Tentu mereka akan mendapat perlakuan istimewa.
Char tetap memeluk Liddell sambil terisak. Di antara isakannya, dia pura-pura menepuk tubuh Liddell - si kampungan ini ingin sekali membunuhnya dengan satu tepakan telapak tangan.
Setiap tepukan itu diselipkan energi tersembunyi. Mulutnya terus meneriakkan "Saudara!", sementara orang-orang mengira sang Jenderal sedang berduka atas kepergian sahabat karibnya. Seorang perwira Korps Ketujuh pun maju untuk menghiburnya.
Char merasa puas diri, namun tak menyangka setelah beberapa kali menepuk, Radley dalam pelukannya tiba-tiba mendengus lemah. Mulutnya memuntahkan darah kotor, kedua matanya yang awalnya tertutup perlahan terbuka. Erangan halus terdengar, dan dia secara mengejutkan mulai sadar kembali!
"Aduh, akhir... akhirnya napasku lancar lagi... Aku, di... tempat apa..."
Char memeluk Radley dengan mata terbelalak: "......"
……
Sang Jenderal Mayor yang baru sadar ini, tatapannya yang kosong perlahan menemukan fokus. Akhirnya sorot matanya terkumpul dan tertuju pada wajah Char... Seketika wajahnya berubah dari bingung menjadi terkejut, ekspresinya langsung berubah drastis!
Wajah Char ini, mana mungkin dia lupa? Bukankah orang jahat yang dulu memotong tangannya sendiri itu tepat di hadapannya sekarang?!
Begitu sadar, Radley langsung mendapat stimulasi hebat. Wajahnya pucat pasi, tiba-tiba napasnya tersendat. Dia mengangkat tangan menuding Char: "Ah! Ka... kamu, kamu, kamu, kamu, kamu..."
Jarinya gemetar halus, tenggorokannya mengeluarkan suara berderak. Setelah kata "kamu" itu, tak ada satu katapun lagi yang bisa diucapkannya!
Char kaget setengah mati. Tak disangka upayanya malah berbalik - bukannya membunuh, malah menyadarkan musuhnya ini. Dia pun membelalakkan mata sambil melototi Radley.
Wajah Radley yang semula pucat tiba-tiba memerah. Tangannya menuding Char sambil terengah-engah putus asa, namun tak mampu menarik napas sama sekali. Setelah mengeluarkan suara "gege" dari tenggorokannya, darah menyembur keluar sambil teriakan "Ah!" Lengan yang terangkat tiba-tiba terkulai, kepalanya miring, dan nyawanya pun melayang seketika.
Char terdiam di situ, menyaksikan Saudara Kebajikan dalam pelukannya bangun, muntah darah, lalu tewas. Jantungnya berdebar kencang. Tangannya menyentuh hidung mayat itu, memastikan tak ada nafas lagi. Perasaan aneh merayap dalam hatinya.
Sial! Apakah kematian makhluk ini harus kuhitung sebagai tanggung jawabku?!
