Teriakan Duoduo Luo ini sangat keras, didengar jelas oleh orang sekitar. Wajah Char langsung berubah, menoleh sambil melototi si penyihir dengan mata penuh amarah.
Justru Adeline, awalnya tidak mengenali si mesum yang menerjang di hadapannya. Setelah mengamati dengan seksama selama beberapa detik, barulah ia menyadari bahwa penyihir celaka inilah yang memanggilnya "Nyonya Pemilik Rumah". Panggilan itu membuat si betis jenjang itu benar-benar girang, merasa bahwa si wajah mesum ini ternyata agak enak dipandang. Hampir tak tahan, ia melirik Char dengan tatapan muram, namun ternyata si kampungan itu sudah buru-buru memalingkan wajah. Akhirnya ia menghela napas panjang penuh makna.
Urusan selanjutnya adalah masuk kota.
Jelas bahwa hilangnya panglima pasukan Char selama beberapa hari telah mempengaruhi semangat pasukan dan hati rakyat. Di bawah arahan Green, Char berjalan di depan diikuti para pengikut, masuk melalui gerbang kota dan berjalan kaki melintasi jalan-jalan utama hingga tiba di markas pertahanan di pusat kota. Ini memberi kesempatan pada Char untuk pamer di depan umum, sekaligus mengirimkan sinyal jelas ke seluruh tentara dan rakyat: "Laozi sudah pulang!"
Meski masa jabatan Char tidak lama dan tidak banyak kebijakan baik yang bisa dibanggakan, soal dukungan rakyat pun belum tentu banyak diperolehnya—namun satu hal pasti, dia adalah pejabat resmi daerah, pemimpin County. Di sisi lain, meski Green adalah senior di pasukan, secara resmi jabatannya sekarang hanya setingkat komandan kamp. Ditambah lagi, meski Char tidak punya kebijakan populis, sebelumnya saat merebut kembali Kota Mesta, dia secara resmi memimpin upacara penghormatan untuk mantan Administrator County Klinthia yang gugur. Kabar tentang tindakan ini tersebar luas, membuatnya mendapat simpati rakyat Moore County. Masyarakat merasa, meski kemampuan Tuan Char belum terlihat jelas, setidaknya dia terkesan sebagai orang yang baik hati.
Secara tersirat, Char telah menjadi tulang punggung kota—mengingat Kekaisaran telah berdiri seribu tahun, pola pikir birokratis ini sudah mengakar dalam diri rakyat. Bagaimanapun, si kampungan ini tetap seorang Administrator County yang sah.
Maka sepanjang perjalanan yang penuh kemewahannya, banyak warga biasa yang melihat dari jauh sang tuan yang telah menghilang beberapa hari ini kembali, menunjukkan senyum lega dan gembira. Beberapa bahkan langsung membungkuk dan melepas topi untuk memberi hormat dari kejauhan.
Berbeda dengan warga biasa, beberapa pasukan berkuda yang sedang patroli kota justru menyambut kedatangan Char dengan sorak-semarak riang.
Pasukan kavaleri ini sebenarnya mantan perampok berkuda yang direkrut ulang. Sebagian besar dari mereka pernah menyusup bersama Char ke County Siltan untuk memprovokasi ketegangan antara orang Odin dan Distrik Militer Korsika. Mereka telah mengalami tidur di alam terbuka, bertempur bersama, membunuh, membakar, menyaksikan pertumpahan darah, minum minuman keras, dan makan daging... Dalam hal persaudaraan antar prajurit, hubungan mereka dengan Char sudah sekuat baja. Karena itu, Char telah berhasil membangun reputasi yang solid di antara pasukan berkuda ini.
Melihat Char kembali, para prajurit berkuda itu bersorak gembira.
——Satu-satunya gangguan yang kurang harmonis adalah, di antara sorak-sorai pasukan, terkadang terdengar teriakan seperti "Tuan Muda sudah pulang!" yang membuat ekspresi Adeline yang duduk di kereta kuda di belakang langsung berubah dramatis...
Gadis berkaki jenjang ini segera mengamati Char dengan tatapan penuh kewaspadaan. Meski si "Menyedihkan" ini mungkin tidak terlalu cerdas——tapi perempuan dalam hal-hal seperti ini selalu memiliki kecerdikan bawaan. Gadis cantik berkaki panjang itu langsung menunjukkan ketegangan seperti hewan yang menjaga makanannya.
Kembali ke markas pertahanan——yang sekarang sudah diubah menjadi kantor sementara Administrator County. Char tidak punya waktu untuk istirahat. Atas isyarat Green, dia segera mengumpulkan semua perwira dan pasukan di kota untuk rapat.
Sebenarnya tidak ada masalah serius. Ini hanya masalah pemimpin mereka yang menghilang selama berhari-hari dan baru kembali sekarang, sehingga perlu memberikan penjelasan kepada anak buah yang setia mengikutinya.
Char buru-buru menempatkan Adeline dan Dafeny di halaman belakang kediaman, meminta Duoduo Luo memandu mereka masuk untuk sementara tinggal bersama Yulia, janda pria kepala plontos Kevin, lalu menyuruh orang menjaga bagian depan dan memulai rapat militer.
Di kantor sementara Administrator County ini sama sekali tidak ada pejabat sipil, ruangan dipenuhi para tentara kasar. Status Char sebagai Administrator County juga bersifat sementara—setelah Klinthia gugur dalam tugas, dia sebagai Komandan Penjaga County mengambil alih jabatan sesuai prosedur hukum kekaisaran.
Mereka berkumpul, Char menanyakan situasi selama kepergiannya. Green melaporkan—sebenarnya tidak banyak hal, hanya pemulihan pasukan dan pengungsian warga kota kembali ke desa untuk bertani. Persediaan makanan terbatas, jika tidak segera ditangani, masalah kelaparan akan muncul di paruh kedua tahun.
Namun mengingat jumlah pasukan, sementara hanya warga desa sekitar Kota Danzeer yang dipulangkan dengan pengawalan kavaleri bolak-balik, membuat tugas pasukan berkuda semakin berat.
Untungnya Green si licik memanfaatkan kesempatan ini untuk membubarkan formasi kavaleri lama, memasukkan banyak rekrutan baru. Dengan begitu, mantan perampok berkuda yang tersebar perlahan kehilangan nuansa kriminal mereka.
“Hal kedua adalah persenjataan. Senjata seperti pedang-pisau dan zirah untuk sementara tidak perlu khawatir kekurangan, lagipula Kota Danzeer juga merupakan kota militer, sebelumnya pernah menjadi markas besar wilayah operasi Perang melawan Odin, di gudang masih tersimpan cukup banyak persediaan.”
“Tapi Green mengajukan: Tampaknya panah mulai kurang mencukupi. Bagaimanapun panah termasuk kategori consumable, sebagian dari cadangan sebelumnya setelah mengalami beberapa pertempuran meski skalanya tidak besar, konsumsinya juga lumayan. Jika tiba-tiba terjadi pertempuran besar, dikhawatirkan tidak akan cukup. Untungnya Kota Danzeer adalah kota militer, ada juga pengrajin, hanya saja proses pembuatannya masih agak lambat.”
“Pasukan kita sekarang total sudah mencapai 20.000 personel, tetapi cadangan anak panah hanya bisa menopang kebutuhan pertempuran skala kecil. Meski saat ini sudah mengerahkan pengrajin untuk segera memproduksi, setidaknya sebelum musim gugur tiba, sebaiknya tidak ada pertempuran besar. Jika tidak, pemanah kita terpaksa harus bertarung tangan kosong melawan musuh dengan pisau.”
Nada suara Green terdengar matang, berhenti sejenak: “Hal ketiga menyangkut penataan ulang pasukan. Maksud saya, karena kita semua sudah berkumpul di sini, harusnya bersatu padu. Kekuatan kalau tercerai-berai akan melemah, kalau menyatu akan kokoh. Pasukan di kota ini hanya sistem logistik saja sudah ada tiga, koordinasi antar mereka bermasalah. Latihan harian, logistik, serta penempatan markas dan barak, semuanya perlu diformulasikan ulang...”
Sambil berkata demikian, Green menatap Char.
Char mengangguk, seketika memahami keberatan yang dirasakan Green.
Di kota sekarang total ada 20.000 pasukan. Dari jumlah itu, kalau bicara tentang pasukan inti milik sendiri, jumlahnya sangat menyedihkan. Awalnya pasukan penjaga Danzeer hanya ratusan orang. Belakangan Nenei memimpin pasukan bergabung, menyumbangkan 2.000 prajurit kuda perampok. Saya juga merekrut sementara dari pengungsi - di tengah kekacauan ini, para pemuda berotot di antara pengungsi yang ingin mempertahankan kampung halaman dari pengepungan pasukan asing cukup antusias mendaftar, sehingga bisa menambah jumlah pasukan.
Tapi pasukan pendatang justru lebih banyak. Divisi Keenam yang diusir Hasting dari County Norse datang dengan sisa pasukan 8.000-an orang. Sebagian pasukan Korps Ketujuh yang lolos dari pembantaian Mannings di selatan juga tiba, sekitar 4.000 orang.
Sejujurnya, dari hampir 20.000 pasukan di bawah komandoku ini, dua per tiga bukanlah pasukan milikku sendiri.
Baik Divisi Keenam maupun Korps Ketujuh, meskipun datang dalam keadaan darurat, mereka tetap pasukan resmi pusat Kekaisaran. Dalam hati mereka memandang rendah pasukan penjaga desa seperti kami. Dari segi jabatan militer, Komandan Penjaga County seperti Char ini hanya setingkat regu bendera. Tapi di Divisi Keenam dan Ketujuh yang datang itu, perwira level regu bendera bertebaran.
Mengatakan akan mendengarkan komando Char, belum tentu benar-benar tunduk. Hanya saja Divisi Keenam dan Ketujuh, mereka sekarang berada di wilayah kekuasaan Char. Seluruh logistik pasukan bergantung pada Char, sehingga terpaksa merendahkan kepala padanya.
Awalnya semua masih sopan-santun, tapi seiring waktu, kedua pihak perlahan pulih kekuatan, lalu muncul beberapa masalah.
Divisi Keenam dan Ketujuh adalah pasukan pusat resmi Kekaisaran. Militer punya sistem logistik militer sendiri. Sebelumnya Green, untuk menghindari antipati, tidak langsung ikut campur terlalu dalam. Semua perbekalan logistik diserahkan ke Kepala Logistik Char saat ini, Cato, untuk dikirim ke markas besar kedua pihak dan ditangani oleh petugas logistik mereka sendiri.
Tapi ini menciptakan masalah: sekarang ada tiga departemen logistik militer dengan sistem berbeda di kota.
Di bawah Char ada satu departemen, dipimpin Cato yang bersama Char berasal dari Kavaleri Rodrian sebagai Kepala Logistik.
Divisi Keenam dan Ketujuh masing-masing punya satu departemen.
Beberapa hari terakhir, Char tidak ada di kota. Lama-kelamaan, kedua pihak mulai punya pikiran sendiri. Saat Char ada, dengan jabatan dan posisinya, mereka masih mau mendengarkan Char. Tapi begitu Char pergi... Green hanya berlevel batalion, sementara kedua pihak bisa mengeluarkan perwira tingkat resimen bendera.
Hasil pertandingan di bidang logistik, kedua pihak telah mengalami beberapa ketidaknyamanan. Dengan pertimbangan Green, peralatan terbaik tentu diprioritaskan untuk pasukan kavalerinya sendiri, namun kedua belah pihak terus berdebat untuk memperoleh suplai tambahan.
Bahkan dalam keributan ini, orang-orang dari Divisi Ketujuh mengucapkan kata-kata yang kurang enak didengar, secara implisit menyatakan: Di masa perang, pasukan pusat yang ditempatkan di daerah berhak menyita kekuasaan administratif lokal! Ancaman terselubung itu bermakna: Aku bisa saja mencaplok kalian semua!
Anggota Divisi Keenam yang merupakan anak buah lama Ruhr, memiliki hubungan persahabatan lama dengan Char, tidak terlalu membuat keributan namun tetap mengambil posisi netral, tidak memihak kedua belah pihak.
Setelah Char kembali, sebelumnya saat rapat Green telah berbicara singkat padanya. Kini dengan sengaja mengangkat isu ini secara tersirat sambil menatap Char...
Dalam hati Char langsung berkobar kemarahan!
Sial! Kalian ini, kalah perang lalu lari ke sini mengemis. Aku beri makan dan tempat tinggal! Sudah menggelandang di sini berbulan-bulan, sekarang perut kenyang, mulut dicuci bersih, berani-beraninya melawan aku?
Mau main akal-akalan dengan si kampungan seperti aku? Jangan harap ada pintu, jendela pun takkan kau temui!!
Tatapan tajam Char membuat beberapa perwira Divisi Ketujuh yang merasa bersalah ini semakin tak berkutik. Apalagi mengingat Tuan Char ini adalah "sahabat semasa hidup" dengan Jenderal Mayor mereka, suasana pun menjadi canggung.
Ekspresi wajah Char menjadi sangat tidak enak dipandang, namun dia memalingkan pandangan ke arah seorang perwira Divisi Keenam yang berhidung bengkok besar - orang ini adalah Juru Bendera regu bendera Divisi Keenam bernama Glenscher. Dulu ketika Divisi Keenam datang dari County Norse dan masuk kota untuk menghubungi Char, orang inilah yang melakukannya.
Char menatap Glenscher: "Logistik perbekalan harus disatukan. Bagaimana pendapat kalian? Apakah sama dengan keinginan Korps Ketujuh?"
Wajah Glenscher memerah. Dia merasa kelompok mereka yang telah menikmati jamuan makan selama beberapa bulan ini sekarang melakukan tindakan tidak profesional. Tapi... masalah perekrutan ini, mereka adalah pasukan pusat! Bagaimana mungkin pasukan pusat direkrut oleh pasukan penjaga daerah? Ini memalukan!
Dengan mengepal gigi, dia berkata: "Char, puluhan ribu orang yang berkumpul di kota ini belum ada kesimpulan. Sekarang kita harus mengatur... Bagaimana jika orang Odin menyerang? Siapa yang akan memimpin puluhan ribu pasukan? Siapa yang berwenang menggerakkan pasukan? Jika tidak, beberapa kelompok ini akan berantakan dan saling tarik ulur. Sebelum orang Odin tiba, kita sendiri sudah kacau..."
Di tengah ucapannya, di bawah tatapan penuh ejekan dari mata Char, Glenscher merasa hatinya kosong. Wajahnya memerah-merah dan dia mulai terbata-bata melanjutkan pembicaraan.
bergumam sejenak, memandangi rombongan ini, lalu bertukar pandangan dengan Green. "Baiklah, sebelumnya kami sibuk dengan pekerjaan lain. Karena kedua pihak punya kekhawatiran ini, hari ini mari kita selesaikan masalahnya."
Dia mendengus: "Kalian pasukan pusat, pasti meremehkan pasukan penjaga daerah... Aku orang kasar, bicaranya blak-blakan. Satu pesan: kesombongan pasukan pusat itu, lebih baik jangan ditunjukkan di hadapanku Char – Kalian pasukan pusat? Laozi ini mantan Kavaleri Rodrian!"
Kalimat terakhir ini langsung membuat aura beberapa orang melemah.
Benar, soal asal-usul. Meski sama-sama pasukan pusat, tapi dia lulusan unit elit Rodrian. Korps Keenam dan Ketujuh masih kalah jauh dibanding Rodrian.
"Soal formulasi, terang-terangan saja. Aku Komandan Perlengkapan Militer County Moore, sementara menjabat sebagai Administrator County... Di daerah lain, pasukan pusat berhak mengontrol wilayah saat perang. Itu benar. Tapi di sini, tak berlaku." Char berdiri tegak, memandangi mereka dengan dingin, sorot matanya bak kilat menyambar: "Sebelum ke Moore, Yang Mulia Kaisar sudah berpesan padaku: County Moore ini dipercayakan padaku! Siapa pun tak bisa merebutnya!"
“Mengeluarkan nama Kaisar, semua orang hanya bisa terdiam sambil menutup hidung... Bagaimanapun, ketika Char masih di Kota Kekaisaran dulu, janji-janji yang diucapkan Kaisar Cantos Agung dalam keadaan mabuk sudah tersebar luas. Semua tahu Tuan Char yang muda ini adalah orang yang diprioritaskan Sang Kaisar untuk dibina.”
“Dalam hal jabatan, kita semua setingkat. Tapi soal identitas, setidaknya aku masih punya gelar Baron Kekaisaran.” Char berkata datar: “Wilayah ini milikku, logistik dan persenjataan juga milikku. Yang mau bertahan di sini, kita akan hadapi kesulitan bersama. Yang tidak mau... Aku akan membuka pintu dan memberikan persediaan makanan. Yang mau pergi, tidak akan kutahan.”
Sikap keras Char yang tanpa tedeng aling-aling ini justru membuat para provokator dari Korps Ketujuh terpaku.
Pernyataan sejelas ini sudah menegaskan batas bawah: Hanya ada dua pilihan. Tetap di sini dan patuh pada Char, atau... minggir!
Soal rencana kudeta dengan kekuatan fisik... Sejujurnya, anggota Korps Ketujuh juga merasa malu mengakui. Lagi pula, mereka tidak yakin bisa menang.
Pasukan terkuat di kota saat ini adalah Divisi Keenam yang memiliki lebih dari 8.000 personel.
“Char.” Glensher memerah wajah: “Kalau kau mau kami mengikuti perintahmu seorang diri, secara pribadi, aku tidak keberatan. Dulu di Dataran Alabaster saat berperang, kau juga pernah memimpin. Tapi sekarang berbeda, pasukan daerah merekrut pasukan pusat, belum ada presedennya, juga tidak sesuai sistem. Kalau begitu, aku punya ide…”
Setelah jeda, dia ragu sejenak: “Kota Mesta masih kosong, lebih baik Divisi Keenam kami pindah ke sana. Bisa sekalian membantu menjaga pintu masuk selatanmu. Jika Mannings menyerang dari selatan, kami bisa membantumu bertahan sebentar…”
Char mendengar ini, hampir hidungnya melintang karena marah.
Bagus! Korps Ketujuh mau memberontak! Divisi Keenam masih agak berperikemanusiaan, tapi malah mau membagi wilayah kekuasaanku?
Mau aku menyerahkan Kota Mesta untuk kalian?!
Makan minumku, eh mau pergi malah minta satu kota lagi?
Di kerajaan mana ada keberuntungan seperti ini?
Bantu menjaga pintu selatan, berjaga-jaga dari serangan Mannings?
Omong kosong! Mannings sedang sibuk berperang dengan orang Corsica, mana sempat ke sini?
Bicaranya manis, tapi diam-diam menggali sudut ruanganku?
Sial, benar-benar pemimpin seperti apa pasukannya seperti apa! Anak buah si gendut sialan Ruur, liciknya minta ampun.
Wajah Char dipenuhi kemarahan, bahkan Green pun langsung hitam wajahnya.
Tapi sebelum keduanya sempat bicara, suara marah terdengar dari luar pintu, berteriak keras: "Bajingan! Glenscher, kepalamu kejatuhan roda mobil ya? Sudah numpang makan berbulan-bulan, sekarang mau merampas wilayah kami?"
Usai berkata, pintu kamar ditabrak hingga terbuka dengan suara Bang. Bayangan tinggi besar menerobos masuk, melangkah gesit ke depan, langsung mencengkeram kerah baju Glenscher di dada, mengangkatnya seperti anak ayam.
Yang masuk tak lain adalah Nona Besar Nenei!
Nenei melototi Glenscher, wajah merah padam tapi malah tersenyum sinis: "Hah! Mau kabur begitu saja? Boleh! Tapi kalian jangan mimpi dapat Kota Mesta! Kalau mau pergi, muntahkan kembali semua yang kalian habiskan selama ini! Dan kau Glenscher, baju dan zirah yang kau pakai itu dari gudang Kota Danzeer kami - copot semuanya sebelum pergi!"
Tangannya yang besar meraih, suara Decit-Decit, jaket Glenscher langsung terkoyak berantakan.
Meski Glenscher seorang Letnan Jenderal, di hadapan Nenei mana ada kemampuan melawan. Mukanya memerah padam, berjuang mati-matian sebentar lalu lari tunggang langgang ke samping - kalau tidak kabur, dipermalukan di depan umum dengan ditelanjangi monster perempuan ini, benar-benar aib tingkat dewa!
Begitu Nenei masuk, sorot matanya yang tajam menyapu ke sekeliling. Tangannya dengan sengaja atau tidak sengaja menekan gagang pedang di pinggangnya. Setiap orang yang terkena pandangannya, baik perwira jenderal dari Korps Keenam maupun Ketujuh, buru-buru menghindari kontak mata.
Char justru agak bingung, tak menyangka Nenei memiliki reputasi yang begitu kuat di hadapan rombongan ini?
Sebenarnya tidak aneh. Pasukan dari tiga pihak berjejal di kota kecil Danzer. Dengan begitu banyak prajurit di kota yang kekenyangan setiap hari, wajar jika terkadang terjadi gesekan di antara para pria sejati ini. Bagi tentara, berkelahi sesekali adalah hal biasa.
Namun dari tiga kelompok di kota, pasukan berkuda perampok pimpinan Nenei-lah yang paling solid dan ganas. Saat terjadi perkelahian, begitu ada yang mengusik pasukan berkuda ini, mereka langsung berhamburan maju tanpa ragu-ragu. Ditambah lagi dengan Nona Besar Nenei yang bertugas sebagai prajurit garang, siapakah di seluruh kota ini selain Char yang bisa mengalahkannya?
Layak disebutkan, dari begitu banyak perwira Korps Keenam dan Ketujuh di ruangan ini, hampir separuhnya pernah merasakan tinju Nenei.
Tatapan Nenei menyapu ke empat penjuru, melihat tidak ada yang berani menatapnya, lalu berteriak keras: "Kalian semua sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya ingin menyelamatkan diri. Hmph, kekuasaan segini saja masih mau berebut dengan kami! Belum lagi soal hati nurani, setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan makan minum kami, nyawa banyak orang pun kami yang selamatkan! Tapi kalian berani melakukan hal seperti ini, percuma bicara hati nurani! Aku mau ingatkan, kalau memang mau unjuk gigi dan berebut kekuasaan, silakan! Tapi jangan lupa identitas kalian! Pasukan pusat? Lelucon! Kalian ini pasukan pusat? Kenapa tidak berada di markas sendiri? Bilang pasukan pusat bisa mengatur daerah saat perang? Benar! Aturannya memang ada! Tapi aku mau tanya, dalam hukum militer ada pasal: Pasukan yang kehilangan wilayah pertahanan, hukumannya apa?!"
Matanya melotot penuh ancaman, suaranya mengandung aura mengerikan: "Markas Divisi Keenam di County Norse! Korps Ketujuh kan di County Syltan! Kalian yang kabur dari wilayah sendiri, malah mau 'mengatur' kami di sini! Berani-beraninya mengaku sebagai pasukan pusat? Kalian sudah jadi anjing kehilangan rumah! Kalau masih ngotot disebut pasukan pusat, lihat saja! Setelah perintah dari atas turun nanti, hukuman apa yang akan kalian terima karena gagal mempertahankan wilayah!"
"Aku ingat Korps Ketujuh sepertinya sudah kehilangan pasukan utamanya! Menurut tradisi Kekaisaran, jika panglima gugur dan pasukan inti hancur, formasi korps biasanya akan dibubarkan! Lucu sekali kalian masih berani menyebut diri sebagai pasukan pusat! Beberapa bulan lagi, status kalian mungkin bahkan lebih rendah dari kami!"
Ucapannya sungguh pedas, bahkan tak menyisakan sedikitpun muka bagi siapapun. Para anggota Korps Keenam dan Ketujuh yang ada di ruangan itu tersipu muka sampai merah padam, tak mampu membalas sepatah kata pun.
Namun, meski Nenei bebas mengeluarkan kata-kata kasar itu, Char sama sekali tak boleh menirunya. Jika Nenei menggerutu, masih bisa dianggap sebagai luapan emosi sesaat dari seorang bawahan.
Char menahan tawa sambil menyembunyikan jempol tanda pujian ke arah Nenei. Tapi Nenei sama sekali tak menghiraukannya. Saat Green batuk-batuk kecil, Char segera paham lalu berkata dengan wajah datar: "Yang Mulia Nenei, cukup!"
Dengan ekspresi tegas Char menegur: "Kita semua adalah rekan sejawat di pasukan Kekaisaran! Bagaimana bisa kau lancang berkata-kata seperti itu? Baiklah, kita semua sedang resah akan urusan negara... Cepat diamlah! Mundur ke samping!"
Green maju dengan senyum diplomatis: "Masalah selalu bisa diselesaikan dengan diskusi. Tak perlu saling tersulut emosi. Dalam situasi kacau-balau ini, kita semua berada di kapal yang sama. Lebih baik hindari ucapan yang merusak hubungan. Untuk hari ini, mari kita pause dulu. Pasti akan ada jalan keluar."
Keributan yang ditimbulkan Nenei membuat para hadirin merasa kehilangan muka. Tanpa sempat mengucapkan kata-kata penutup, mereka pun berpamitan dan berhamburan keluar.
Ketika hanya tersisa Char, Nenei, dan Green di dalam ruangan, Green melirik Char sebelum buru-buru keluar. Char merasakan ada yang tak beres dengan ekspresi Nenei, lalu tersenyum canggung: "Tadi terima kasih ya, kalau bukan karena kamu yang masuk mengacau, mungkin hari ini aku benar-benar kesulitan turun panggung..."
"Hmph! Tak perlu berterima kasih! Itu pria yang kamu bawa pulang yang menyuruhku masuk... Hmph, kamu juga bukan orang baik!" Nenei menatap tajam Char, tiba-tiba menghentakkan kaki sambil menggigit bibir: "Pria memang semuanya penipu sejati!", lalu berlari keluar sambil memalingkan wajah.
Char berdiri di sana, antara ingin tertawa dan menangis.
Saat itu, Popov Dax masuk perlahan dari luar pintu. Pria ini telah berganti baju bersih, rambutnya masih basah kuyup - jelas baru mandi. Masuk ke ruangan, melihat ekspresi kikuk Char, dia sengaja menghela napas: "Sejujurnya, aku mulai merasa kagum padamu."
"Apa?"
Dax menunjuk ke arah luar pintu, merendahkan suaranya: "Selera kamu benar-benar ekstrim, Saudara Muda!"
Wajah Char langsung memerah, lalu menyepak ke arah Dax yang gesit menghindar. Tapi Char sudah berdiri tegak, menatapnya sambil menghela napas: "Tadi... terima kasih. Nenei bilang kamu yang mengarahkannya masuk mengacaukan situasi."
Char berkata sampai di sini, terkikik: "Aku sudah tahu, Nenei sendiri tidak punya wawasan seperti itu. Kata-kata itu, plus waktu mengacau yang pas, pasti ada yang mengajarinya."
Memandang Dax dengan ekspresi aneh: "Kamu baru masuk kota sebentar, sudah bisa memahami situasi di sini. Jarang-jarang ada yang seperti ini."
Dax mencibir: "Perebutan kekuasaan, hal semacam ini di mana-mana sama saja. Tapi sepertinya, masalahmu di sini memang cukup pelik."
Memperhatikan ekspresi Dax, tiba-tiba hati Char berdesir, berbisik: "Kamu... punya akal?"
Dax terkikik Hehe, kilatan aura mengerikan terlihat di matanya: "Lagipula sekarang langit tinggi kaisar jauh! Di sini, bumi luas engkaulah penguasa! Pasukan bawahan itu ngerti apa? Kumpulkan para komandan pengacau, siapkan jebakan diam-diam, lalu sekaligus..." Tangannya membuat gerakan tebasan, suaranya dingin: "Habiskan semua pemimpinnya! Yang lain pasti takut dan diam. Lalu bubarkan dan rekrut pasukan mereka!"
Char langsung tertegun, lalu berseru marah: "Sial! Aku tanya baik-baik, malah sengaja kasih ide sampah untuk mempermainkan Laozi!"
Dia berkata dengan penuh kebencian: "Kau pikir Laozi benar-benar tak mengerti apa-apa? Membunuh beberapa bawahan mudah! Tapi para Perwira ini tetap adalah serdadu penjaga Kekaisaran! Jika kubunuh mereka dan rebut kekuasaan militer, itu sudah kejahatan berat! Lebih parah lagi, hampir sama dengan pemberontakan! Jangan lihat sekarang bawahan Green-ku masih menurutiku, tapi kalau berani memberontak, yang pertama berkhianat pasti Green!! Laozi benar-benar pakai cara seperti ini untuk merekrut pasukan, maka masa depanku di Bizantium akan kehilangan tempat persembunyian!"
Dax mendengarkan lalu tertawa kecil: "Tidak salah, masih punya otak. Rupanya kau bukan tolol yang ceroboh. Tapi setiap hari sengaja berlagak kasar, pura-pura lemah tapi sebenarnya harimau ya?"
Setelah tertawa, Dax menegakkan wajahnya: "Aku yang tadi di belakang juga dengar sebagian. Sekarang di kota, Divisi Keenam dan Korps Ketujuh sama-sama tak tunduk padamu. Tapi Divisi Keenam masih lebih baik, Korps Ketujuh yang paling liar. Untuk menyelesaikan ini, caranya tak sulit: tarik satu pihak tekan pihak lain. Hanya saja tak kusangka, modalmu terlalu sedikit... Pasukanmu sendiri cuma tiga ribu lebih, tapi ingin menelan pasukan sepuluh ribu lebih? Seleramu terlalu besar."
"Jangan omong kosong! Akhirnya ada akal atau tidak?" Char mengerutkan kening gelap.
Dax mengembangkan tangannya: "Aku baru masuk kota kurang dari satu jam, masalah yang tak bisa diselesaikan oleh begitu banyak bawahanmu, Green yang merupakan jenderal berpengalaman dari Pasukan Bizantium pun tak punya cara… Kamu tanya padaku, kau anggap aku sebagai apa? Kau pikir aku adalah Kavhill? Lagipula, aku bukan bawahanmu, tidak menerima sepeserpun gaji darimu, kalau mau aku bekerja keras untukmu, harus ada imbalannya dong?"
Melihat mata Char hampir mengeluarkan api, Dax yang takut si brengsek ini akan menyepak lagi buru-buru mundur selangkah: "Baiklah, aku menyerah! Aku akan memberimu satu ide gratis lagi! Bregodo ini awalnya datang padamu karena jalan buntu, sekarang mungkin sudah terlalu lama hidup nyaman, jadi punya pikiran kecil sendiri. Kalau mau mereka bersatu lagi di sekelilingmu, gampang… Ciptakan saja ancaman dari luar, begitu mereka takut, perselisihan internal pun terlupakan."
Mata Char berbinar: "Maksudmu…"
"Simpel saja. Kalau sekarang orang Odin menyerang, berani mereka ini melawan? Ancaman eksternal akan membuat mereka waspada dan panik."
Dax berpikir sejenak, lalu menambahkan: "Tapi cara ini cuma mengulur waktu, masalahnya tidak akan diberantas sampai tuntas. Untuk memberantas tuntas, aku juga tak punya cara… Kecuali jabatanmu jauh lebih tinggi dari mereka, lalu menelan mereka dengan legitimasi. Duh, kau cuma Administrator County kecil, level regu bendera saja, kurang sedikit, kurang sedikit deh."
Xia Ya mengangguk, namun di dalam hatinya muncul sebuah pikiran: Philip siluman itu, yang dikirimnya untuk mengerjakan urusan itu, entah sudah sampai mana kemajuannya.
Malangnya Xia Ya belum tahu, Philip yang dikirimnya untuk urusan penting justru bertemu dengan Dax di perjalanan dan dipukul hingga luka berat...
Tapi Xia Ya tentu tidak tahu soal ini, Dax sendiri tidak bicara, bahkan Adeline yang sebenarnya tahu pun selama perjalanan sengaja dihindari Xia Ya. Hampir tidak ada percakapan antara mereka, sehingga sampai sekarang tidak ada kesempatan membahasnya.
※※※
Nona Besar Nenei keluar dari tempat Xia Ya dengan perasaan pahit, amarah dan kekesalan yang menumpuk di perutnya tanpa tahu harus diluapkan ke mana!
Sejak keluar dari pelataran, hanya ada satu suara yang terus menderu dalam batinnya.
Dia membawa pulang seorang perempuan! Dasar brengsek! Dia benar-benar penipu sejati!!!
Katanya tidak keberatan dengan rupaku! Katanya tidak peduli wajah perempuan! Jelas-jelas itu kebohongan!
Perempuan yang dibawanya... Ah, perempuan itu begitu anggun! Sedangkan aku dengan wajah seperti ini, mana bisa menandinginya?!
Dalam amarah yang meluap, pikiran pertama Nenei adalah berlari ke halaman belakang dan menebas perempuan yang dibawa Xia Ya itu dengan satu tebasan pisau!
Dia sudah menjadi perampok berkuda selama bertahun-tahun, wajar jika memiliki sifat preman. Munculnya pikiran seperti ini sebenarnya tidak aneh. Namun segera sadar bahwa gagasan di bawah pengaruh kemarahan ini terlalu absurd, hanya perasaan tertekan yang tak punya tempat untuk diluapkan.
Tiba-tiba dia menunduk melihat gelang sihir di pergelangan tangannya... Semua karena benda ini, benda ini!
Membuat penampilannya begitu buruk rupa! Jika dirinya bisa kembali ke bentuk semula... Maka...
Setelah berlari penuh kemarahan sepanjang jalan, Nenei tiba-tiba melihat di depan pintu markas pertahanan beberapa penjaga sedang menghentikan seseorang.
Orang di ambang pintu itu mengenakan jubah putih tanpa noda. Saat mendekat, barulah terlihat seorang perempuan dengan rambut panjang seputih salju yang sama dengan jubahnya! Jubahnya tertarik turun, memperlihatkan wajah yang sempurna dan cantik. Penampilannya seperti berusia dua tiga puluh tahun, namun di antara alisnya tersirat aura misterius yang sulit diungkapkan... Bagai siluman tua berusia seribu tahun yang penuh lika-liku. Terutama senyum di sudut bibirnya yang mengandung nada mengejek.
Beberapa penjaga menghadang perempuan ini, sepertinya sedang menginterogasi sesuatu.
Perempuan ini berdiri santai di depan pintu, kedua tangan tersembunyi dalam lengan jubah dan diletakkan di belakang, bagai awan tipis yang diterpa angin sepoi-sepoi.
"Aku datang mencari putraku, suruh Char si bajingan itu keluar menyambut. Bilang ibu angkatnya datang minta uang tunjangan."
Begitu suaranya reda, sorot mata perempuan itu telah menembus beberapa penjaga, mendarat pada Nenei yang berdiri di ambang pintu.
Wajah perempuan ini jelas tak pernah kulihat sebelumnya, tapi saat tatapannya menyapu tubuhku, perasaan familiar yang membara dan tak terlupakan langsung membanjiri seluruh tubuhku!
Sorot mata mengerikan ini, entah berapa malam selama bertahun-tahun telah kualami dalam mimpi! Dialah pemilik tatapan itu yang memberikanku mimpi buruk selama lebih dari sepuluh tahun, dia, dia...
Tiba-tiba Nenei merasakan ketakutan luar biasa, lututnya gemetar, plung langsung terduduk di lantai. Terbungkus tatapan itu, seluruh tubuhnya menggigil, wajahnya pucat bagai melihat hantu.
Perempuan itu tak lain adalah Merlin. Dengan senyum tipis, tanpa terlihat melangkah, dia telah melewati penjaga yang masih termenung di pintu, berdiri di hadapan Nenei: "Yi? Kamu gadis kecil itu? Kok bisa ada di samping putraku? Hah, selama ini kamu semakin cantik dan menggemaskan ya."
Sambil berkata, dia tiba-tiba membungkuk, mengulurkan dua jari rampingnya, mencubit lembut pipi Nenei.
Para penjaga di sekitarnya langsung petrifikasi!!
Nenei... Nona Besar Nenei... DILELECEH?!
“Ah tidak! Bukan! Seharusnya, di dunia ini masih ada orang yang berani melecehkan Nona Besar Nenei?!”
“Apakah mata kita semua buta?!”
※※※
Garcia berdiri diam di aula besar ini. Ia menatap meja panjang di depannya, tiba-tiba tersenyum tipis dan berbisik pelan: “Ayah selalu suka duduk di posisi ini saat makan. Makanan favoritnya adalah otot betis sapi muda yang dipanggang sampai renyah di luar namun lembut di dalam. Masih kuingat waktu kecil, dia pernah menggendongku sambil makan, dan bilang padaku untuk banyak makan daging agar tumbuh kuat.”
Seolah sedang berbicara sendiri, tapi setelah ucapannya, dari sudut ruangan terdengar desahan pelan: “...Sang Kaisar.”
“Hm, sekarang aku memang sudah menjadi 'Sang Kaisar'.” Garcia menarik-narik sudut mulutnya, lalu menoleh ke bayangan di sudut: “Karena aku mewarisi segalanya dari ayah... tahta, tanggung jawab keluarga... apakah termasuk kamu juga ikut kuwarisi?”
Bayangan di sudut itu berkata dingin: “Aku tentu setia pada Sang Kaisar.”
Garcia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba melontarkan: “Ruhr membenciku.”
Ia tersenyum getir: “Dia membenciku karena telah menghabiskan Kavaleri Rodrian-nya, pasukan elit Kekaisaran ini. Sebenarnya... Kavaleri Rodrian tidak harus mati semua.”
Dia memalingkan wajah，mengawasi bayangan di sudut ruangan：“Ayah sepenuhnya bisa mengutusmu keluar kota，menjemputku masuk! Dengan kemampuanmu sebagai yang kuat，membawaku sendiri masuk kota，ribuan pasukan，tidak bisa menahanmu!”
Manusia di sudut terdiam.
Garcia meraba dahinya，dengan suara pelan：“Ayah tidak melakukannya，aku langsung mengerti maksudnya... Kavaleri Rodrian，harus mati... Divisi Ketiga Belas，tidak boleh terus ada. Pasukan ini，harus bertarung habis-habisan，mengalirkan darah hingga habis，punah total，baru bisa membuat ayah tenang!!”
Dia berbisik pelan：“Ayah mempromosikan Salemboniri，untuk menyeimbangkan faksi Adrik di masa depan. Tapi kekuatan terbesar bawahan Adrik adalah Kavaleri Rodrian，dia telah memimpin Kavaleri Rodrian selama sembilan tahun penuh!”
Berhenti sejenak, Kaisar baru dari Kaisar ini berbisik pelan: "Awalnya, rencana ayah sangat kumengerti. Dengan menggunakan Ruhr untuk memimpin Kavaleri Rodrian, mengingat kemampuan Ruhr, tentu bisa menaklukkan pasukan ini dan perlahan menghapus jejak Adrik! Tapi ayah salah hitung, tidak menyangka tubuhnya ambruk begitu cepat! Seandainya ayah masih hidup setengah tahun lagi, pasti dia tidak akan membiarkan pasukan itu hancur! Tapi dia mati terlalu cepat! Meski Ruhr cakap, ayah khawatir begitu dia tiada, kekuatan Adrik akan tak terbendung. Jadi... Rodrian harus dikorbankan. Ayah tak pernah benar-benar percaya pada Adrik. Memilihnya sebagai bendera baru pasukan adalah keputusan darurat! Reputasi Ruhr terlalu buruk untuk dipakai. Adrik satu-satunya kandidat... Tapi dia tidak setia pada keluarga kekaisaran. Senjata ini terlalu simpatik pada Senat, selalu memeluk ide-ide utopis. Ayah takut dia mengancam kekuasaan kekaisaran... Mengangkatnya, tapi juga harus membatasinya! Rodrian sebagai aset berharga anak buah langsungnya, tidak boleh dipertahankan!"
