Departemen logistik di Kota Danzeer adalah tempat paling unik di seluruh kota.
Disebut khusus karena departemen logistik ini terletak di dekat gudang, dan karena setiap kali Kekaisaran berperang dengan orang Odin, County Moore pasti menjadi lokasi sementara wilayah operasi. Sebagai kota kecil terdekat dari perbatasan, Kota Danzeer yang dibangun dengan sistem pertahanan kota menurut standar benteng militer, secara alami menjadi pos komando sementara wilayah operasi sekaligus membawa tugas pengangkutan perbekalan militer.
Oleh karena itu, gudang di sini dibangun dengan ukuran yang sangat besar. Jika diisi penuh, mampu menyimpan persediaan makanan dan persenjataan untuk konsumsi energi pasukan sebesar seratus ribu.
Yang lebih unik, markas departemen logistik juga dibangun dengan kekuatan luar biasa, bahkan... megah.
Benar, megah dan mewah.
Seperti yang terkenal, departemen logistik selalu menjadi tempat paling "gemuk" dalam sistem militer Kekaisaran Bizantium. Terutama saat perang, ratusan juta peralatan militer, logistik, rumput kuda dll harus melewati tangan mereka, ditambah pekerjaan mengumpulkan pekerja sipil, kuda, ternak, dan berbagai tugas lain - semuanya merupakan sumber uang suap yang besar.
Dari generasi ke generasi, berbagai posisi di logistik perbekalan militer, entah diisi oleh orang kepercayaan tertinggi yang dikirim dari jajaran pimpinan (untuk membantu bos atas mencari uang bersama), atau diisi oleh orang-orang dengan latar belakang sangat kuat dan pengaruh luar biasa yang diturunkan ke pasukan untuk 'melapisi emas' pengalaman mereka. Orang macam ini tentu tidak mungkin ikut berperang, apalagi garis depan terlalu berisiko. Umumnya mereka ditempatkan di departemen logistik yang aman, bersembunyi di garis belakang, mengenakan seragam macan di kantor logistik, sekadar numpang lewat sampai perang usai. Dengan begitu mereka bisa dapat gelar 'paham strategi militer', plus catatan mentereng di CV seperti 'ikut serta dalam Perang XX, bertugas di logistik dengan alokasi terukur'. Setelah itu mereka bisa banting setir ke politik dan melanjutkan pendakian karier.
Karena pos-pos logistik di Bizantium selalu dikuasai orang-orang seperti ini, bahkan komandan dan atasan sebenarnya di wilayah operasi pun biasanya enggan menyinggung para tuan besar yang tak terjamah ini. Para rombongan ini, entah anggota kelompok Taizi yang sedang 'melapisi emas', atau kaki tangan pejabat berkuasa yang turun mencari cuan, sudah dari sananya punya latar belakang luar biasa. Masuk ke kemiliteran saja sudah sulit, apalagi tahan hidup susah ala tentara?
Makanya, para penanggung jawab logistik dari generasi ke generasi yang bertugas di Kamp Logistik Perbekalan Kota Militer Danzeer, selalu mencari cara agar hidup mereka senyaman mungkin.
Jadi, kamp logistik perbekalan ini dibangun semakin megah, terutama barak komandan dan aula urusan resmi yang begitu nyaman sampai membuat orang ngiler. Di dalam ruangan dipasang lantai kayu berkualitas tinggi, dijamin tidak lembap saat musim panas maupun dingin menusuk saat musim dingin. Dindingnya menggunakan struktur/ganda berongga, di luar dibangun tungku tinggi yang menyala berkobar saat musim dingin, mengalirkan udara panas melalui pipa tembaga ke celah dinding, memastikan meski di luar berhawa dingin dan lembap, di dalam ruangan tetap hangat seperti musim semi. Bahkan ketika putra sulung seorang Marquis yang sangat terhormat datang untuk pelapisan emas dulu, demi kenyamanan musim panasnya, mereka menggali tanah beberapa meter di area terbaik kamp ini untuk membuat gudang es raksasa khusus menyimpan balok es, agar bisa menikmati makanan/minuman dingin saat musim panas.
Sejak Char tiba di Kota Danzeer dan mengambil alih wilayah ini, dia menunjuk Cato - orang paling kompeten di sekitarnya untuk urusan logistik - sebagai kepala logistik perbekalan. Meski Cato juga berasal dari pasukan Kavaleri Rodrian, berbeda dengan Sharba si Maskulin yang temperamental, karakter Cato licik dan tak terduga. Selama di Kavaleri Rodrian dulu, dia terkenal sebagai ahli mengakses berbagai barang terlarang. Pengalamannya berinteraksi dengan divisi logistik membuatnya menguasai semua seluk-beluk kotor di setiap bidang perbekalan militer.
Dengan persahabatan Cato dan Char yang sudah melewati batas hidup mati - saat Pertempuran Albaqert dulu, Cato dan Sharba hampir dibunuh Pendeta Odin untuk dijadikan prajurit jiwa, tapi Char yang bersembunyi di pohon mengorbankan nyawanya menyelamatkan mereka. Hubungan yang pernah mengalami situasi hidup-mati dalam militer lebih dalam dari saudara kandung sekalipun. Dengan ikatan seperti ini, saat Char menempatkan Cato di posisi logistik, pasti tidak akan ada korupsi, malah bisa mengendalikan semua 'tikus' di departemen itu dan mencegah permainan kotor dari bawahan.
Penyendup ini saat diangkat Char jadi kepala logistik, hampir terbahak-biak sampai giginya copot - dia memang tidak berniat korupsi di posisi gemuk ini. Tapi Cato tahu, di seluruh Kota Danzeer, kamp logistik adalah tempat paling nyaman: tidur enak, makan enak, seratus kali lebih baik dari kantor walikota Char. Saat pelantikan, hampir-hampir dagunya jatuh ke tanah karena terlalu senang.
Untunglah dia masih punya kewaspadaan, tidak memberi tahu Char si orang awam ini... Kalau tidak, mungkin besoknya Char sudah mengemasi barang dan pindah ke kamp logistik.
Begitu dengar ada masalah di logistik, Char langsung naik darah. Dia buru-buru menunggang kuda ke sana, sampai-sampai melampaui perwira pembawa kabar. Kudanya menderap cepat menuju departemen logistik.
Dibawa ke kamp logistik utama, langsung menerobos masuk. Penjaga di kamp ini mana ada yang tidak mengenal atasan tertinggi ini. Melihat kedatangannya, banyak yang menunjukkan senyum aneh.
Char juga tidak ambil pusing, langsung menyerbu ke aula kantor logistik perbekalan pasukan. Turun dari kuda dengan lincah, lalu bergegas masuk. Belum sempat melangkah, sudah terdengar teriakan-teriakan kemarahan dari dalam. Saat masuk ke aula, tak terlihat satu bayangan manusia pun, hanya beberapa perwira logistik yang berdiri dengan ekspresi aneh. Char melirik ke kiri-kanan: "Mana orangnya?"
Seorang perwira menjawab dengan tertawa pahit: "Bupati County, mereka semua ada di pelataran belakang..."
Char mengangkat alis, lalu langsung berlari ke belakang.
Pelataran luas di belakang ini dibangun oleh mantan kepala logistik terdahulu. Agar bisa merasa nyaman di musim panas, bahkan dibangun kolam ikan besar yang bisa untuk memancing maupun berenang, sungguh menyenangkan.
Baru sampai di luar pelataran belakang, Char sudah mendengar suara penuh amarah dari dalam: "Beranilah kau naik ke atas!"
Disusul teriakan Glenscher dari Divisi Keenam yang berhidung bengkok besar: "Beranilah kau turun ke bawah!"
"Beranilah kau naik!"
"Beranilah kau turun!!"
Char menerobos masuk, melihat pemandangan di dalamnya hampir membuat hidungnya melintang karena marah.
Sekelompok perwira dan serdadu penjaga dari Korps Ketujuh. Pemimpinnya adalah seorang Juru Bendera regu bendera bertubuh besar, sedang berdiri sambil memegang batang besi. Satu tangan menopang pinggang, tangan lain memegang tongkat. Namun wajahnya babak belur, benjolan besar di dahi. Hidungnya miring ke samping, jelas balok hidung patah.
Sementara itu Glenscher dari Divisi Keenam berdiri di kolam ikan, hanya di bagian dangkal. Satu tangan menyilang di pinggang, wajah penuh sikap angkuh dan meremehkan.
Keduanya saling teriak: "Naiklah kau ke sini!" dan "Turunlah kau ke sini!", saling memaki dengan penuh semangat.
Dari situasi ini langsung jelas: Di pihak Glenscher hanya ada satu orang dari Divisi Keenam, sedangkan lawannya dari Korps Ketujuh ada tujuh delapan orang. Jelas Glenscher bukan tandingan. Anak buah lama si gemuk Ruhr ini berhasil membuat lawan sedikit dirugikan dengan akalnya, lalu kabur ke kolam.
Meski Korps Ketujuh punya jumlah pasukan besar, tak satu pun bisa berenang. Mereka hanya bisa berdiri di tepi kolam mengepung sambil memaki. Ada yang ingin melempar batu, tapi Cato yang tinggal di sini sudah menyuruh orang membersihkan area ini dengan baik - tidak ada setengah batu pun di pelataran.
Char melihat, Cato berdiri di samping, di tangannya ternyata masih memegang sebuah piala yang mengeluarkan uap putih sejuk, jelas minuman dengan es. Satu tangan di belakang punggung, satu tangan memegang piala, sesekali meneguk kecil lalu berpura-pura baik hati sambil berseru: "Kita semua rekan sejawat pasukan, jangan sampai melukai keharmonisan ya..."
Tapi makhluk licik ini hanya pandai bicara manis, sambil menyaksikan dari jauh tanpa sedikit pun niat melerai.
Char langsung berlari mendekat, menyentak lengan Cato: "Apa yang kau lakukan? Sebenarnya apa yang terjadi di sini?!"
Cato melihat Char, matanya langsung berbinar. Ia mengulurkan pialanya: "Arak madu plus es. Cuaca panas begini minum ini, sensasi sejuknya langsung dari mulut sampai jantung. Mau coba?"
Char kesal menghalangi tangan Cato: "Yang sebenarnya terjadi apa?"
Cato mencibir: "Biasa lah, berebut barang, bagi-bagi gak adil, ya akhirnya berantem."
Char mengerutkan kening: "Kenapa tidak kau larang?"
Cato tersenyum licik, menarik Char ke tepi sambil berbisik: "Aku cuma level komandan garnisun. Tuan-tuan itu mana mau dengar? Lagi pula..."
Suaranya semakin direndahkan: "Tuan Green diam-diam di belakang sudah bicara denganku... Menciptakan sedikit kontradiksi di kedua pihak ini, ada untung bagi kita."
Sambil berkata, ia memandangi Xia Xia dari atas ke bawah: "Yi? Kau datang lebih cepat dari yang kubayangkan. Kukira utusan yang kukirim harusnya butuh seperempat jam lagi untuk memanggilmu."
Wajah Xia Xia terlihat semakin aneh, namun Cato menghela napas pelan: "Baiklah, karena kau sudah datang, pertunjukan ini selesai. Bupati County-ku, cepat naik untuk menenangkan situasi."
Sambil berseru dengan suara keras, ia berpura-pura gembira: "Sudah cukup! Berhentilah bertarung, Bupati County sudah tiba!"
Teriakannya dua kali disertai dorongan halus ke Xia Xia yang segera melesat ke depan. Meski masih bingung, tak ada waktu untuk merenung saat ini. Ia mengerutkan kening sambil mendekat: "Hentikan! Semuanya berhenti!"
Menarik seorang perwira Korps Ketujuh yang sudah tak sabar ingin melepas sepatu masuk air, mendorongnya lalu berbalik menghadap Juru Bendera regu bendera: "Apa yang terjadi? Ini area logistik perbekalan militer yang vital, bukan tempat kalian berkelahi! Apakah disiplin Korps Ketujuh sudah sedemikian longgar?!"
Dia adalah teman lama Divisi Keenam. Ucapan pertamanya tentu ditujukan kepada sang teman lama, lalu menatap Glenscher di dalam air dengan ekspresi datar: "Anjing hidung besar ini, ternyata bisa menggali di dalam air. Aku tidak tahu! Cepat naik! Lihat dirimu, mana lagi sikap seorang perwira!"
Glenscher tetap berdiri di air dengan senyum lebar. Dihujat dua kali oleh Char tidak dianggapnya serius, malah berteriak: "Tuan Char, aku bisa naik. Tapi Anda harus jamin mereka tidak akan menyerang lagi! Bukan takut, tapi tujuh delapan orang melawan Laozi sendiri. Kalau duel satu lawan satu, Laozi sampai takut, mulai sekarang ganti nama jadi 'Anjing Hidung Besar'! Gimana?"
Char melirik orang-orang Korps Ketujuh di belakangnya. Suaranya rendah tapi secara alami berwibawa: "Karena aku sudah berdiri di sini, tentu tak ada yang berani bertindak lagi. Naiklah untuk bicara!"
Kekuatan Char sekarang berbeda dengan dulu. Dia telah naik level menjadi jago Top-Tier level sembilan. Hanya akan kecolongan saat bertemu monster-monster tua level yang kuat ke atas. Di sebagian besar situasi lain, hampir bisa leluasa beraksi. Apalagi setelah lama bergaul dengan monster kelas berat seperti Merlin dan Hasting, aura wibawanya semakin kuat. Dengan mendengus dingin seperti ini, meski masih ada yang tidak tunduk, orang-orang Korps Ketujuh di belakangnya semuanya menutup mulut patuh.
Glenscher baru dengan patuh naik ke atas, namun sengaja berdiri di samping Char, menjauh dari beberapa orang Korps Ketujuh itu.
"Sebenarnya kenapa sampai bertarung?" Char menyipitkan matanya: "Benar-benar menganggap departemen logistik perbekalanku sebagai arena pertarungan? Kalian begitu suka bertarung, lain hari akan kubuat arena di luar kota, biar kalian naik dan bertarung sepuasnya, biar saudara-saudara kita taruhan di luar, sekalian bisa dapat untung kecil."
Kedua pihak mendengar ini, wajah sama-sama memerah. Orang Korps Ketujuh itu mulai mengeluh: "Tuan Char, kami ke sini untuk menyelesaikan prosedur serah terima beberapa rumah, tapi tikus-tikus Korps Keenam ini bersaik dengan kami! Hmph, bukan aku bermaksud menjelekkan, orang Korps Keenam cuma bisa kabur, buat apa minta peralatan sebanyak ini! Zirah bagus yang diberikan ke kalian, akhirnya juga dibuang saat kabur! Lebih baik berikan ke Korps Ketujuh kami, orang Korps Keenam seperti kalian cukup diberi sepasang sepatu boot lari yang bagus saja."
Mendengar ejekan ini, Glenscher tidak marah, hanya menyipitkan mata: "Bilang aku cuma bisa kabur, tadi siapa yang satu lawan satu tidak bisa mengalahkan Laozi, sampai balok hidungnya patah? Masih mengandalkan jumlah pasukan yang banyak?"
Orang Korps Ketujuh langsung kembali mengumpat.
Char mendengar beberapa kalimat, berteriak: "Cukup! Diam semua!"
Auman kerasnya langsung memancarkan medan energi yang dahsyat, membuat kedua pihak menutup mulut rapat-rapat.
“Pulang semua! Kalian semua adalah perwira berlevel tidak rendah! Bertarung semrawut seperti ini, seperti apa tampilannya!” The Shire mendengus: "Orang dari kedua pihak, hitung satu per satu! Semua dipotong gaji satu bulan!!"
Begitu dia menunjukkan wibawa, kedua pihak masih tidak tunduk. Juru Bendera Divisi Ketujuh itu berseru: "Dewasa, tapi...tapi bagaimana pembagian persenjataan ini? Kami meminta seratus set zirah untuk berganti pakaian...Divisi Keenam ini bersikeras mengambil separuh..."
Char mendengar, hatinya berdesir. Peralatan di gudang kotanya sendiri masih berapa, dia kurang lebih tahu. Seratus set zirah infanteri bukan tidak ada, bahkan lebih bisa dikeluarkan. Memikirkan ini, dia tak tahan melirik Cato. Melihat penyelundup ini tetap tanpa ekspresi, Char sengaja mengerutkan kening: "Berisik apa? Kali ini situasi kita kalian kan sudah tahu! Begini...Divisi Ketujuh ambil enam puluh set, Divisi Keenam ambil empat puluh set. Kedua pihak hentikan pertarungan!"
Setelah keputusannya, kedua pihak tak bisa berkomentar lagi. Hanya saling melototi dengan sengit sebelum akhirnya frustasi berpamitan. Sebelum pergi, Char menatap Glenscher: "Hmph, katanya kamu jago berenang ya?"
Glenscher tersenyum tipis: "Tuan Char, kami yang berasal dari Divisi Keenam ini, saat pertama kali masuk divisi, Jenderal Ruhl sudah melatih kami dengan keras. Harus bisa panjat gunung, lari cepat, bahkan berenang... Seperti yang dikatakan Pak Ruhl, dalam situasi seperti ini, baru bisa mencapai Tak Tergoyahkan."
Char mengangguk, dalam hati berpikir: Memang gaya khas si Gendut itu...
Khawatir mereka akan berkelahi lagi di luar, Char menyuruh mengirim beberapa prajurit untuk "mengikuti" kedua pihak sampai keluar gerbang.
Setelah semua pergi, Char menatap Cato dengan wajah tenang: "Yang sebenarnya terjadi?"
Cato terkekeh: "Hm, maksudmu tentang zirah itu?"
"Meski caraku agak kasar, tapi aku masih paham berapa banyak aset yang kumiliki. Zirah berat infanteri di gudang, setidaknya masih ada enam ratus lebih set."
Cato mengangguk: "Lebih. Tujuh ratus lebih. Sekarang kami hidup hemat, beberapa zirah tua sudah kuserahkan ke pandai besi di kota untuk diperbaiki, masih bisa dipakai."
Char tersenyum: "Lalu mereka..."
“Adalah perintah Tuan Green, beliau menyuruhku sengaja tidak memberikan persediaan yang cukup... Setiap kali hanya melemparkan sedikit, biar kedua pihak berebut.” Cato tertawa pelan: “Tuan Green bilang, situasi di sini sekarang, pasukan Korps Keenam dan Ketujuh jika digabung, jumlahnya melebihi pasukan kita sendiri. Situasi ini kurang stabil—hehe, untuk mempertahankan posisi kita, jangan sampai kedua keluarga ini bersatu! Minimal harus ada tembok tak kasat mata dan gesekan kecil di antara mereka, kita cukup menjaga keseimbangan. Kalau tidak...”
Xia Ya mengangguk, mengusap dagunya dengan senyuman aneh: “Benar, dulu Green dan aku pernah berdiskusi, memang begitu maksudnya. Tapi tak kusangka kau bisa sekejam ini... Seratus set zirah pun enggan kau berikan, haha!”
Cato mencibir: “Sekarang kan tidak perang, buat apa kasih mereka banyak perbekalan? Menurutku Korps Keenam masih baik, setiap hari latihan. Tapi orang Korps Ketujuh sudah terlalu nyaman, diberi senjata zirah juga cuma ditiduri sampai berkarat. Sayangnya, mereka belum resmi jadi pasukan kita, belum saatnya kita ikut campur urusan militer mereka.”
Cato menghela napas: "Tuan Char, kapan kita bisa benar-benar mengendalikan mereka? Prajurit Korps Ketujuh semakin tak terkendali. Bukan prajurit sejati, bukan pula perwira sejati. Para perwira itu setiap hari hanya makan, minum, main kartu, dan buat onar. Petugas keamanan kota sampai pusing tujuh keliling. Latihan pun terbengkalai... Andai ini pasukan kita, hah! Dalam sebulan pasti mereka sampai mengelupas kulitnya!"
Wajah Char berubah muram: "Aku sudah menyuruh Philip mengurus hal penting... Masih belum ada kabar. Sulit juga untuknya, harus menempuh ribuan li melewati wilayah pendudukan musuh. Entah sudah berhasil atau belum, tapi menurut perhitunganku, bahkan jika berhasil, dia baru bisa kembali setengah bulan lagi."
Perhitungan Char memang akurat, tapi itu hanya untuk waktu tempuh Philip sendirian——dia tak menyangka Philip tidak hanya sukses, tapi juga membawa kejutan besar. Bahkan kecepatan Kavaleri Rodria yang berjumlah ribuan itu jauh melampaui perkiraan Char...
※※※
Orang-orang dari Korps Keenam dan Ketujuh keluar dari markas logistik besar. Dengan pengawalan prajurit, mereka berpisah di persimpangan jalan. Baru setelah itu para pengawal kembali.
Orang-orang dari Korps Ketujuh berjalan sambil terus mengumpat. Setelah beberapa saat, tiba-tiba seorang perwira menepuk kepala dan berteriak: "Tidak! Ini tidak benar!"
Juru Bendera yang hidungnya miring itu mendengarnya lalu melototi sang perwira: "Apa maksudmu tidak benar?"
Perwira itu berbisik: "Tuan Bupati Char bilang akan memotong gaji kita selama satu bulan... Tapi dia bukan atasan langsung kita! Secara hierarki, posisinya paling setara dengan Anda. Pasukan penjaga daerah bahkan lebih rendah satu tingkat dari Anda. Atas dasar apa dia berhak memotong gaji kita?"
Juru Bendera berhidung miring itu awalnya tertegun, lalu setelah berpikir sejenak menghela napas panjang dan berbisik: "Jangan pernah mengulangi ucapan itu lagi."
Dia menengok ke kiri-kanan lalu menekan suaranya: "Ingat baik-baik. Jangan bahas hal ini lagi... Sekarang kita menumpang hidup di wilayah kekuasaannya. Makan-minum dan gaji kita semua bergantung padanya. Memang seharusnya kita tidak berhak menerima gaji darinya - kita bukan pasukannya. Tapi keadaan sudah begini... Hehe, Kurasa Korps Ketujuh ini mungkin akan berganti marga suatu saat nanti."
Seorang perwira lain mengangguk paham: "Kudengar Putri dan Permaisuri Taizi kabur ke kota ini. Katanya tinggal di kediaman bupati... Tuan Char punya backing yang sangat kuat."
“Diam! Hal seperti ini bisa sembarangan diucapkan?!” Ekspresi Juru Bendera itu berubah, hampir membuat hidungnya yang patah semakin miring. "Aduh!" teriaknya kesakitan sebelum berusaha menahan penderitaan: "Berani kau bicara sembarangan, aku rasa nyawamu tak lagi kau hargai!"
Beberapa orang sedang berjalan tiba-tiba melihat di depan jalan, derap kaki kuda yang mendesak disusul debu beterbangan. Sekelompok prajurit berkuda kota datang berlari kencang. Dari pakaiannya terlihat mereka adalah pengintai patroli. Kuda-kuda ini melaju kasar, menabrak apa saja di jalan. Para penunggangnya tampak berkeringat dengan wajah tegang bahkan bersemangat.
Dari kejauhan, terdengar teriakan prajurit: "Minggir! Minggir! Cepat minggir! Kabar darurat dari pasukan! Kabar darurat!!!"
Melihat situasi ini, para pejalan langsung menyingkir. Orang-orang dari Korps Ketujuh mana berani bersikap sok? Menurut hukum militer Bizantium, pengintai berkuda yang membawa kabar darurat berhak menunggang kuda di jalanan. Sekalipun menginjak orang sampai mati... itu mati sia-sia!
Wajah orang-orang Korps Ketujuh ini pucat menyaksikannya.
"Apakah orang Odin menyerang?"
"Tidak mungkin... Kabarnya di selatan, Mannings dan orang Corsica sedang bertempur sengit."
"Bisa saja... Di timur masih ada Hasting... Bukankah Divisi Keenam diusir Hasting ke sini? Sial! Hasting sangat membenci Divisi Keenam, mungkin mengejar sampai kemari!"
“Hasting？Andai saja dia datang, kita... pasti akan dibunuh oleh mereka dari Divisi Keenam！！”
Sang Juru Bendera itu juga wajahnya muram, menyaksikan pasukan berkuda berlari melewati sekelilingnya, berteriak dari kejauhan: “Saudara, ada apa ini！”
Pasukan berkuda menerjang seperti angin, mana ada yang menghiraukannya？
Tapi setelah pasukan berkuda, dari kejauhan muncul sekelompok prajurit pertahanan kota yang buru-buru berlari ke luar kota. Melihat ini, Juru Bendera Korps Ketujuh ini segera menerjang, bertanya keras: “Saudara, ada apa ini？”
Sebagian besar infanteri penjaga kota ini adalah rekrutan. Seseorang menoleh sambil tertawa dan berteriak: “Di luar ada pasukan berkuda, kita dapat bala bantuan！”
“Bala bantuan？” Perwira Korps Ketujuh ini mencibir: “Mana mungkin ada bala bantuan di sekitar sini？Mungkin cuma pasukan cacat yang kalah dari tempat lain, seperti kita dulu.”
Sambil berpikir demikian, tanpa sadar dia mengucapkannya. Beberapa penjaga kota yang berlalu mendengar, langsung berteriak: “Jangan asal bicara！Itu pasukan berkuda！Kami dapat kabar, di luar kota tiga puluh li ada pasukan berkuda！Katanya membawa lambang, meniup terompet militer, itu Rodria！Rodria！！”
Setelah mengucapkan, meninggalkan orang-orang Korps Ketujuh yang tercengang ini, para infanteri itu berlari kencang menuju gerbang kota.
Rodria？！
Wajah orang-orang Korps Ketujuh membeku.
“Bukannya Kavaleri Rodrian pergi ke Osgilia? Kenapa mereka sampai di sini?”
“Tuan, mari kita juga periksa gerbang kota...”
“Bodoh!!” Juru Bendera ini menampar orang yang berbicara hingga terjatuh, melotot dengan ekspresi wajahnya tampak rumit. Akhirnya menarik napas panjang dan menghela: “...Pergi! Kembali ke kamp!!”
“Ke, kembali ke kamp?”
“Kembali ke kamp!” Perwira Korps Ketujuh ini tertawa pahit: “Kembali! Kumpulkan pasukan! Kalian semua bubar dan cari seluruh anggota kita, kumpul di kamp! Cepat! Ini perintah militer!”
“Me... Mengapa, Tuan?”
“Mengapa?” Juru Bendera ini mengernyit: “Kavaleri Rodrian datang... Kurasa, nomor resmi kita sudah hampir tamat!”
“...Hampir tamat?” Bawahannya masih bingung.
“Kalian tolol semua.” Juru Bendera menggeleng: “Pasukan Rodria itu seperti apa? Ingat dari mana Tuan Char dan para perwiranya berasal... Hah... Pulanglah! Kumpulkan semua orang, jangan sampai ada kekacauan... Kalian belum pernah berurusan dengan Kavaleri Rodrian, tapi gue pernah... Mereka itu...”
Dia terdiam sejenak, menutup matanya dan menggeleng kuat: “Kita tidak bisa melawan! Dan sama sekali tidak berani melawan!!”
※※※
Di luar kota, Philip menatap Rhinehardt, memandang pemuda kurus yang sudah kehilangan bentuk tubuhnya: "Kita tidak masuk kota, tapi mengapa mengerahkan pasukan di luar kota? Apa kau ingin membangun wibawa dulu?!"
Menghadapi tuntutan Philip, Rhinehardt tersenyum tipis: "Aku tidak punya niat seperti itu... Dengan tindakanku ini, Tuan Char kalian pasti sangat senang di dalam hati. Aku... sedang membantunya membangun wibawa!"
