Ketika menyebut Kaisar Suci Odin itu, para hadirin di ruang rapat menjadi sunyi sepi.
Philip juga menutup mulut, tidak lagi mengajukan pertanyaan apa pun.
Memang... Siapapun tidak akan meragukan sosok legenda paling kuat di dunia manusia yang jauh di Odin itu - semua orang tahu visi besar dan strategi brilian Kaisar Suci Odin, semua paham bahwa individu seperti ini pasti tidak mungkin kekurangan "ambisi".
Rhinehardt tetap dengan wajah dingin bagai air, melanjutkan: "...Yang kukhawatirkan tepat poin ini. Sebelumnya, mungkin orang Odin sendiri pun tidak menyadari fakta ini. Bahkan mungkin mereka sendiri tidak pernah membayangkan bisa memanfaatkan kesempatan untuk membinasakan sepenuhnya Kekaisaran megah di selatan ini. Rencana awal mereka mungkin hanya menduduki beberapa wilayah county, lalu mencari keuntungan. Untuk masa depan, bisa mengukuhkan posisi tentu lebih baik. Jika tidak bisa bertahan, mundur kembali ke Odin pun tidak masalah. Wilayah taklukan bisa ditinggalkan, yang penting sudah dapat banyak trofi perang - Bukankah selama seratus tahun ini, setiap perang dengan orang Odin selalu seperti ini? Tapi kali ini... Berbeda!"
Saat mengucapkan ini, Rhinehardt mengangkat kelopak matanya, sekali lagi menatap Char yang duduk di depannya.
Char tetap diam, bersandar lemas di kursi dengan sikap malas, lesu tak bertenaga. Sama sekali tidak ada sisa keganasan dan aura ksatria yang dulu dimilikinya. Penampilannya bagaikan lumpur tak berbentuk, seolah tulang-tulangnya telah dicabut.
Bahkan saat mendengarkan Rhinehardt berbicara, ekspresi Char terlihat sangat apatis. Sorot matanya pun melayang-layang - Orang ini ternyata kehilangan fokus.
Rhinehardt mengerutkan kening, menatap Char, melanjutkan: "Aku bahkan sudah membuat perhitungan matang. Jika aku jadi komandan pasukan Odin, mungkin aku pun takkan melewatkan kesempatan ini! Kekaisaran Bizantium sudah di ambang kehancuran, konflik internal sedang memuncak. Pasukan elit mereka sendiri sudah dihancurkan, sementara sisa puluhan ribu pasukan pilihan justru sibuk saling bunuh di Osgilia. Sepanjang sejarah, situasi negara Bizantium belum pernah terpuruk seburuk ini! Jika harus mencari momentum tepat untuk menghancurkan Bizantium sepenuhnya, maka saat ini adalah kesempatan terbaik dalam ribuan tahun! Sebelumnya orang Odin belum menyadari hal ini, dan kita juga secara refleks mengabaikannya - tapi setelah Mannings membasmi Distrik Militer Korsika dan berhasil menelannya... kelemahan Bizantium sudah sepenuhnya terekspos di bawah pengawasan Odin! Aku jamin, kalau Aliansi Pemberontak Meja Bundar Merah itu tidak bisa memberi reaksi tegas, orang Odin akan semakin diberi hati, minta jantung! Tapi setelah sekian hari berlalu, aliansi pemberontak masih belum bereaksi secara militer... Aku yakin, di internal mereka terjadi kekacauan, tidak ada kesatuan pikiran! Mereka tidak kompak, dan posisi masing-masing berbeda... Ini sama saja merobek kain penutup aurat terakhir, memamerkan kelemahan mereka ke hadapan Odin! Orang Odin pasti segera menyadari bahwa 'Meja Bundar Merah' yang terlihat punya puluhan ribu pasukan tangguh ini sebenarnya begitu tercerai-berai, ibarat pasir yang berantakan, masing-masing punya agenda sendiri, sama sekali tidak menakutkan! Maka hasilnya jelas: kelompok kerajaan sudah kehabisan tenaga, sementara pihak pemberontak juga tampaknya tidak punya nyali untuk terang-terangan bermusuhan dengan Odin. Lalu... siapa yang akan melawan Odin? Di saat seperti ini, jika Kaisar Suci Odin belum juga tersadar, maka dia tidak layak jadi kaisar Kekaisaran Odin! Bahkan bisa kukatakan, dua pasukan invasi Odin lainnya pasti segera bergerak! Bahkan, jika operasi militer mereka sukses, paling lambat musim semi depan, Kekaisaran Odin akan mengirim bala bantuan besar-besaran!"
Saat itu tiba... akan berubah menjadi perang menyeluruh! Perang... dengan tujuan menghancurkan Kekaisaran Bizantium dan menyatukan benua!”
Rhinehardt akhirnya selesai berbicara, wajah pucatnya memancarkan kemerahan emosional, bibirnya tampak kering, ekspresinya penuh kecemasan namun tersirat sedikit kegelisahan.
Namun ketika Rhinehardt melihat ekspresi Char yang tetap dingin, sorot mata muda sang perwira itu sempat mengkilap oleh kekecewaan samar.
Justru Green yang membuka mulut, sorot mata Anjing Gila Tua itu berkedip-kedip: “Rhinehardt, menurutku alasanmu untuk kehilangan fokus cukup masuk akal. Lalu strategi apa yang harus kita lakukan sekarang menurutmu?”
Rhinehardt kembali menatap Char, menemukan Char masih tetap diam, diam-diam ia menghela napas, lalu menegakkan postur tubuhnya menghadap Green: "Yang Mulia, menurut saya kita harus bersiap siaga! Untuk sementara, Pasukan Salju Merah telah mencaplok Distrik Militer Korsika. Untuk mencerna wilayah sebesar itu, ditambah puluhan ribu pasukan yang menyerah yang semangatnya belum stabil, Mannings saat ini sudah tidak mampu membagi pasukan untuk menyerang kita. Tapi... Saya memprediksi musim semi tahun depan akan menjadi krisis besar yang harus kita hadapi!! Dari sekarang hingga musim semi tahun depan, waktu ini cukup bagi Mannings untuk mencerna Distrik Militer Korsika yang ditelannya, dan pasukan yang menyerah itu juga bisa ditekan. Kemudian prioritas utamanya selanjutnya adalah harus menghancurkan kita! Karena posisi kita terlalu vital bagi Mannings. Selain itu, berdasarkan analisis saya, pada musim semi tahun depan, Kekaisaran Odin mungkin akan terus mengirim pasukan tambahan ke selatan untuk invasi! Yang akan kita hadapi adalah perang total."
"Posisi kita sekarang, meski berada di utara kekaisaran dan jauh dari Kota Kekaisaran sehingga terhindar dari bara perang saudara dan bisa bernapas lega sambil beristirahat, tapi begitu Kekaisaran Odin mengirim pasukan besar-besaran ke selatan tahun depan, posisi kita akan menjadi target serangan pertama mereka... Jadi dalam waktu dekat, kita akan menghadapi ujian berat!! Saya telah menyusun rencana persiapan perang, mohon para Yang Mulia melihatnya."
Setelah mengucapkan itu, Rhinehardt mengeluarkan gulungan kertas dari lengan bajunya dan meletakkannya di atas meja.
Green menatap Char, menyadari Char tidak bermaksud meraih dokumen tersebut. Green diam-diam mengernyitkan kening, terpaksa meraihnya sendiri. Setelah membuka dan memindainya sebentar, ia mengangguk halus: "Baik, rencana ini perlu didiskusikan dengan Tuan Char terlebih dahulu. Kami akan segera membuat keputusan final. Intinya... situasi di masa depan akan sangat menantang. Mari kita semua berjuang lebih giat untuk membela negara!"
Usai berkata demikian, Green diam-diam menyentuh lengan Char. Sorot mata Char yang tadia melayang-layang baru kembali fokus. Dengan nada datar ia berkata: "Oh, sudah selesai? Kalau begitu, bubarkan rapat."
Begitu kata "bubar" diucapkan, para perwira dan serdadu di ruang rapat segera berhamburan keluar. Rhinehardt menjadi orang terakhir yang pergi. Sebelum pergi, ia menatap Char dengan pandangan tajam penuh arti, keningnya berkerut keras, sebelum akhirnya berbalik pergi dengan ekspresi kehilangan.
Green baru berbicara setelah semua orang pergi. Si Anjing Gila Tua itu menatap Char di sampingnya dengan muka masam: "Char, sebenarnya apa yang terjadi padamu?! Kenapa selama beberapa hari ini kamu selalu terlihat linglung? Jika pemimpinnya terus menerus bengong seperti ini, bagaimana bawahan bisa tenang?! Ingat, kamu adalah tulang punggung pasukan kita!"
Char hanya menjawab "Oh", sorot matanya masih terlihat kosong dan tak fokus.
“Hah！”Green menghela napas panjang: “Aku tahu lukamu belum pulih sepenuhnya, kondisi tubuhmu memang tidak baik, seharusnya banyak istirahat. Tapi setidaknya di depan bawahan, kamu harus menunjukkan penampilan yang layak. Bahkan sekadar untuk menenangkan hati orang, kamu harus lebih bersemangat.”
Char tersenyum tipis: “Oh, aku mengerti——tidak apa-apa, bukankah masih ada kamu di sini. Aku... hanya merasa tubuh agak lelah.”
Setelah berkata demikian, Char berbalik dan perlahan keluar melalui pintu belakang ruang rapat.
Cara berjalannya masih terlihat aneh, langkah kakinya tampak kaku dan lamban, seolah tubuhnya belum sepenuhnya pulih dan pergerakannya masih terhambat.
……
※※※
Faktanya, keanehan Char telah berlangsung selama berhari-hari.
Bukan hanya anak buah dan para jenderal di sekitarnya yang curiga ada yang tidak beres dengan panglima——yang paling awal menyadari perilaku tidak normal Char, sekaligus melihat dengan paling jelas, tentu saja orang terdekatnya: Adeline.
Char sebenarnya sudah bisa turun dari tempat tidur dan bergerak sejak sepuluh hari lalu.
Teknik Perbaikan dan Teknik Regenerasi Merlin benar-benar ajaib, kecepatan pemulihan tubuh Char sangat luar biasa.
Tapi setelah bisa berjalan, Char menghadapi masalah baru: Saat pertama kali turun dari tempat tidur, dia tidak bisa melangkah tiga langkah sebelum jatuh tersungkur.
Bukan karena ada tulang yang belum sembuh——faktanya seluruh otot dan tulang-tulangnya telah tumbuh kembali sempurna.
Tapi... karena teknik regenerasi ini dilakukan pada dasar siklus tubuh dan keseimbangan Char yang sebelumnya telah hancur total.
Bisa dikatakan, setelah lukanya sembuh, Char hampir sama seperti bayi yang baru lahir.
Meski tulang-tulang dan otot tubuhnya telah pulih, namun dia secara tak terduga kehilangan semua sense keseimbangan dan penguasaan mahir atas tubuhnya.
Bahkan di dua hari pertama, berjalan pun harus dipapah orang - persis seperti balita yang sedang belajar berjalan.
Hampir segala aspek kehidupan harus dipelajari dan diadaptasi ulang. Butuh tiga hari dengan tak terhitung jumlah salto sebelum Char bisa berjalan tanpa bantuan.
Karena ini, banyak yang diliputi kecemasan, terutama Adeline yang semakin gelisah.
Kondisi Char yang bahkan berjalan pun tak stabil... berarti semua teknik bela diri garangnya sebelumnya telah musnah total!
Seorang jagoan pemberani yang dulu bisa sendirian menyerbu ribuan musuh, kini bahkan tak bisa memegang sendok tanpa menjatuhkannya - apa bedanya dengan sampah masyarakat?
Terutama bagi seorang prajurit, hidup dalam keadaan Sekarat Tersisa mungkin lebih buruk daripada mati.
Kekhawatiran orang sekitar dan kecemasan Adeline membuat banyak orang khawatir Char takkan mampu menahan pukulan berat ini.
Tapi sialnya... Char sendiri sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun kesedihan atau kepedihan!
Padahal dulu dia bisa sendirian menunggang kuda menyerbu ribuan pasukan musuh, kini beberapa langkah saja membuatnya terhuyung-huyung.
Tapi di wajah Char, dari awal hingga sekarang, sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun emosi ketidakpuasan atau kekecewaan dll.
Sepertinya, jika dipikir-pikir, setelah lukanya sembuh Char tiba-tiba memiliki kebiasaan baru yang sebelumnya tak pernah ada: termenung.
Ya, tepatnya "termenung".
Sekarang Char sering duduk sendirian sambil kehilangan fokus, matanya menatap kosong ke suatu objek, lalu masuk dalam keadaan mental terpisah dari ruang normal. Tak ada yang tahu apa yang dipikirkannya.
Bahkan saat diajak bicara, seringkali di tengah percakapan matanya tiba-tiba kosong dan kehilangan konsentrasi.
Selama berhari-hari, semua yang dilakukannya terkesan asal-asalan. Sikap malasnya bahkan lebih parah daripada sebelum lukanya sembuh.
Bahkan... menurut dugaan Adeline dkk, setelah sembuh Char pasti akan berlatig kungfu dengan gila-gilaan untuk memulihkan kekuatannya secepat mungkin.
Tapi faktanya... Setelah bisa turun dari tempat tidur, satu-satunya aktivitas fisik Char setiap hari hanyalah: jalan-jalan!
Awalnya dia hanya mencoba berjalan di pelataran, setelah lancar mulai mengelilingi seluruh area kediaman kepala kota.
Pada akhirnya, dia mulai keluar dari kompleks dan berjalan menyusuri jalanan sekitar kediaman kepala kota.
Dengan dua lengan tergoyang-goyang, kepala tertunduk, kaki terbuka lebar, terhuyung-huyung satu langkah tiga goyangan - persis seperti orang-orang kampungan yang sedang jalan-jalan setelah kenyang makan.
Yang paling krusial, saat ini di mata Char seolah ada sesuatu yang hilang - sesuatu yang disebut "semangat bertarung"!
Char di masa lalu, bahkan ketika terluka, sorot matanya tetap seperti binatang buas yang terluka, penuh keganasan dan kegelisahan, menyemburkan sergapan maut!
Tapi sekarang... sorot matanya begitu harmonis, bahkan lebih tidak berbahaya dibandingkan kok di kediaman kepala kota.
Bagai harimau yang dicabut cakarnya, landak yang dilucuti durinya.
……
Selain berkelana, aktivitas kedua favorit Char sekarang adalah berjongkok di sudut-sudut seperti anak kecil, mengawasi bunga-bunga rerumputan atau semut-serangga berjam-jam lamanya.
Adeline pernah mendapati suatu sore, dari setelah makan siang hingga sebelum makan malam, Char duduk di kursi di sudut pelataran, menopang dagu dengan kedua tangan, terpaku memandangi tembok - setelah dipanggil tiga kali barulah sadar, rupanya dia sedang mengamati semak liar yang baru tumbuh dengan dua-tiga kuntum bunga putih tak bernama.
Saat itu Adeline bertanya dengan bingung: "Apa yang kau lihat?"
Jawaban Char justru membuatnya semakin tak mengerti.
Jawaban senjata ini adalah: "Aku sangat ingin memberitahumu apa yang sedang kulihat—tapi aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya padamu, bagaimana menjelaskannya padamu. Faktanya, aku sendiri juga baru tiba-tiba menyadari hal ini belum lama, banyak bagian yang bahkan belum kupahami sepenuhnya. Jadi... aku tak bisa memberitahumu, penjelasanku tidak jelas, dan kamu pun tak akan mengerti."
...Sejak hari itu, duduk di kursi di pelataran sambil menatap satu objek sampai terpaku selama setengah hari telah menjadi aktivitas paling rutin Char.
Bahkan para penjaga di kediaman kepala kota diam-diam berspekulasi: jangan-jangan dewasa kita mengalami kerusakan otak akibat luka parah kali ini?
Seorang penjaga bahkan bercerita tentang sepupu jauhnya yang saat kecil terjatuh dari kuda hingga kepalanya terbentur tanah, sejak itu jadi lamban dan tolol sepanjang hari—mirip dengan kondisi dewasa kita sekarang...
Yang paling khawatir tentu saja Adeline.
Adeline juga curiga apakah Char yang menjadi sampah masyarakat ini mulai menyerah begitu saja. Ia pernah mencoba menyemangatinya, tapi baru beberapa kalimat, Char tersenyum lalu menyelanya.
"Percayalah, kondisiku tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku baik-baik saja... Hanya ada beberapa hal yang perlahan kupahami. Saat ini belum bisa kujelaskan, tapi ketika semuanya telah jelas, akan kuceritakan padamu. Untuk sekarang, bahkan aku sendiri belum sepenuhnya mengerti."
Mengerti……tidak mengerti……Pokoknya Adeline tidak paham.
Tapi, saat Char mengatakan ini, penampilannya terlihat sangat waras, sepertinya tidak ada masalah, membuat Adeline sedikit lega.
……
※※※
Setelah rapat militer berakhir, Char perlahan-lahan pergi di bawah pengawasan khawatir Green, lalu kembali ke belakang, dengan santai mengenakan jubah, dan keluar dari kediaman kepala kota melalui pintu belakang menuju jalanan di luar.
Saat ini sudah mendekati senja hari.
Char hanya mengenakan jubah linen biasa, berjalan limbung dengan malas di jalanan. Belakangan ini dia tidak merawat penampilan, rambutnya acak-acakan dan jenggot mulai tumbuh. Sepanjang perjalanan, tak seorang pun meliriknya atau mengenali bahwa pria besar berpenampilan biasa ini adalah panglima kota.
Char berjalan terus hingga dua blok jauhnya dari kediaman kepala kota, di mana terdapat alun-alun kecil dengan empat lima pohon poplar tinggi di sekitarnya, dan beberapa anak sedang bermain mengelilingi pohon-pohon besar itu.
Tempat ini tidak jauh dari gerbang timur kota, masih terlihat sesekali pasukan patroli berbaris rapi lewat.
Char berhenti, berjalan perlahan ke samping sebuah pohon, menemukan batu untuk duduk, menghela napas panjang. Tak lama kemudian, matanya terpaku pada gerombolan semut yang sedang bergerak-gerak di bawah pohon, terbenam dalam lamunan...
Begitu melihat, sampai matahari hampir terbenam.
Orang di alun-alun semakin berkurang, tapi Char masih tak menyadari, tetap duduk di batu dengan kedua tangan menopang dagunya, termenung.
Tiba-tiba suara tua dan keriput terdengar di sampingnya: "Menyuapi, apa yang kau lihat sambil termenung?"
Char tidak menoleh, sambil lalu berkata: "Apa?"
Suara tua di belakangnya mengandung tawa: "Aku sudah berdiri di sini dua seperempat jam. Orang lain sudah pergi, hanya kau yang masih memandang akar pohon... Sebenarnya apa yang kau lihat? Apa menariknya akar pohon ini?"
Char menarik napas, mengusap hidungnya yang mengeluarkan ingus sambil bergumam: "Semut... akar pohon... sangat menarik."
Suara tua di belakangnya seakan tersenyum. Char kemudian melihat kakek berambut abu-abu bertubuh tinggi tapi kurus kering berjongkok di sampingnya, berdampingan seperti cerminan posisinya: kedua tangan menopang dagu. Si kakek tua ini menoleh sambil tersenyum: "Benarkah semenarik itu? Aku akan menonton bersamamu. Nak, coba jelaskan, keindahan apa yang kau lihat?"
Char melirik orang ini... Penampilan si kakek tua ini memiliki aura spiritual yang kuat, mungkin di masa mudanya dulu dia adalah pria tampan yang bisa memikat banyak wanita. Tapi... seberapa tampan pun seseorang, di usia tujuh puluh delapan puluh tahun, pasti sudah keriput dan compang-camping. Sudut mata si tua ini dipenuhi kerutan berlapis-lapis, dagunya agak runcing, kulitnya tampak kusam dan tidak sehat.
Tapi kedua matanya justru bersinar terang secara mencolok.
Char hanya menatapnya sebentar lalu malas menarik kembali pandangannya, terus mengamati gerombolan semut yang bergerak-gerak di batang pohon: "Indah ya memang indah, perlu apa dijelaskan? Kalau kamu paham, otomatis akan merasa indah. Kalau tidak paham, penjelasanku cuma buang-buang ludah."
Si kakek terdiam sejenak, lalu malah tertawa: "Bagus bagus! Omonganmu ini ada logikanya! Paham ya paham, kalau tidak paham, dijelaskan juga tetap tidak ngerti. Benar, memang begitu prinsipnya."
Dia pun berhenti bicara. Bersama Char, mereka berdua menunduk mengamati akar pohon. Satu duduk di batu, satu lagi berjongkok di tanah, bahu-membahu terus mengawasi.
Hingga matahari terbenam dan malam tiba, alun-alun sudah sepi tanpa pejalan kaki. Hanya tinggal sepasang tua dan muda yang masih terus memandangi akar pohon dengan tatapan aneh.
Akhirnya Char menggosok matanya dan pertama kali berdiri.
Si kakek juga ikut bangkit, melirik Char: "Sudah selesai melihat?"
“Matahari sudah turun gunung, cahaya segelap ini, masih bisa melihat apa.” Char mencibir, seolah masih ada yang belum tersampaikan: “Sayangnya... Jika bisa bertahan sedikit lebih lama, mungkin aku bisa memahami lebih banyak lagi.”
Si kakek tua itu terkikik Hehe: “Kau ini, nak, sebenarnya berlagak supranatural atau benar-benar mengerti sesuatu?”
Char melirik lawan dengan ekspresi merendahkan, seolah meremehkan pertanyaan bodoh yang diajukan.
“Apa yang kau lihat tadi?” Tiba-tiba si kakek berubah serius.
“Kami... melihat diri kami sendiri.” Char menjawab dengan sikap serius.
“Diri sendiri?” Si kakek tertawa terbahak: “Omong kosong, kami berdua memandang pohon besar dan semut sepanjang sore, mana mungkin melihat diri sendiri?”
Char menggeleng: “Justru diri sendiri.”
Mata si kakek menyipit, seolah berkilau cahaya misterius: “Oh? Coba jelaskan lebih detail?”
“Aku... tak tahu cara mengungkapkannya, baru paham sebagian, belum sepenuhnya.” Char menghela napas, berpikir sejenak lalu perlahan berkata: “Semut hidup di pohon besar, kami hidup di dunia ini. Jadi, kami adalah semut, dunia ini adalah pohon besar.”
“Hmph... Hanya itu? Tak ada yang istimewa.” Si kakek berkomentar datar.
Char mengusap hidungnya, merenung sejenak lalu melanjutkan: “Di pohon ada semut, di tubuh kami ada bulu. Semut mengalami hidup-mati, bulu pun tumbuh dan rontok... Jadi, diri kami sendiri juga adalah pohon besar.”
Sambil berkata, Char mengangkat tangannya dan menunjuk ke sekeliling: "Lihat, semua pohon di sini, semua rumput, semua bunga... lumut di rumah itu, sulur hijau, bahkan anjing liar itu... tikus di tumpukan sampah di sudut, serangga busuk... bahkan hutan di luar kota, pegunungan, sungai... segalanya... kita adalah semua ini, semua ini adalah diri kita. Sebenarnya, semuanya sama. Hmm, benar, semuanya sama, semua sama. Jadi... pohon besar adalah aku, semut juga aku, segalanya, semuanya adalah 'aku'. Hah... kira-kira segitu yang kupikirkan."
Char menatap orang tua di depannya dengan wajah tenang dan berbicara perlahan.
Tiba-tiba orang tua itu matanya bersinar terang, wajahnya berubah drastis, lalu tertawa terbahak-bahak: "Bagus! Ucapan yang bagus! Ternyata kau memang mengerti! Haha! Awalnya kupikir kau hanya anak gila, jadi kuantarkan saja tingkah lakumu... Ha ha ha ha! Bagus sekali! Tian memberkati! Aku justru menemukan anak jenius sepertimu di tempat begini!"
Orang tua itu tiba-tiba menyambar bahu Char dengan kasar: "Berapa usiamu? Siapa namamu? Pernah belajar teknik bela diri? Punya guru? Siapa gurumu? Cepat katakan... Ah tidak! Tak perlu kutanya! Karena sekalipun kau punya guru, langsung saja kau tendang dia! Mulai hari ini, kau adalah muridku! Aku adalah gurumu! Hahaha! Keberuntungan! Sungguh keberuntungan! Aku justru menemukan anak penyimpang sepertimu di sini! Ha ha ha ha ha!!!"
Melihat si kakek tua ini tiba-tiba bersemangat dan gembira, Char yang bahunya dicengkeram lawan tidak bisa melepaskan diri, hanya bisa menggosok matanya sambil tertawa pahit, lalu berkata dengan tenang: "Itu... sekarang giliranku untuk mengajukan pertanyaan padamu..."
Dia mengawasi si kakek tua ini dengan serius bertanya: "Bolehkah aku bertanya... apakah kau mengalami gangguan mental?"
Kakek tua: "..."
Kedua orang ini saling menatap diam-diam, saling memandang lama sekali, tiba-tiba si kakek tertawa terbahak: "Sudahlah! Aku benar-benar terlalu senang, sampai-sampai bisa mengabaikan kata-katamu yang membantahku. Nak... Aku sudah memilihmu, kau ingin kabur pun takkan bisa... Hmm, apakah kau tinggal di kota ini? Kebetulan, aku ke sini untuk urusan bodoh yang membosankan, setidaknya butuh beberapa hari sebelum bisa pergi..."
Si kakek tiba-tiba tersadar di tengah perkataannya, menatap langit gelap gulita sambil menepuk kepalanya keras-keras: "Aduh sial! Sudah larut sekali!! Sial! Aku terlalu terhanyut sampai menunda-nunda pekerjaan! Buruk sekali... Hah..."
Ia menarik lengan Char dan berjalan cepat di jalanan: "Aku datang dari jarak 10.000 li ke sini untuk menemui teman lamaku... Temanku itu seorang teman wanita gila yang berwatak aneh, tapi kemampuannya sangat hebat... Bisa dibilang seimbang dengan gue! Kali ini dengar dia mengadopsi anak angkat, dan anaknya mau menikah, mengingat pertemanan lama, dia malah mengirimiku undangan. Meski kami biasanya tak akur, tapi karena sudah lama kenal, harus tetap memberi muka. Ah, sebenarnya ini urusan kotor yang membosankan. Kalau bukan karena pertemanan lama, gue malas jauh-jauh ke sini. Tapi harus berterima kasih padanya, kalau gue tidak datang, takkan bertemu anak jenius penyimpang sepertimu! Ha ha ha ha!"
Char yang sedang ditariknya berlari, ekspresinya semakin aneh mendengar perkataan si tua ini. Tiba-tiba dia berhenti dan menuding si tua: "Kau... yang kau sebut 'urusan kotor membosankan' itu pernikahan anak temanmu? Temanmu itu wanita gila berwatak buruk tapi berkemampuan hebat?"
Si tua melototinya: "Benar... Ngapaian kau tanya?"
Char menghela napas, lalu menunjuk hidungnya sendiri: "Kebetulan sekali, 'urusan kotor membosanan' yang kau maksud itu pernikahanku. Dan aku kebetulan adalah anak dari teman wanitamu yang gila itu..."
