Char terus memandangi si tua bangka ini dengan tenang, mengamatinya yang termenung. Setelah menunggu sebentar dan si tua tetap tak bereaksi, Char menghela napas lalu melanjutkan memakan daging kelinci panggang di tangannya sambil mengunyah pelan.
Sampai daging kelinci di tangan Char berubah menjadi tumpukan tulang, bahkan dia membersihkan jari dan mulutnya yang penuh bubuk daging berminyak dengan air, lalu menyeka tangannya—orang tua ini masih belum tersadar!
Char melirik ke kiri-kanan—Eh, kalau aku kabur sekarang, mungkin si tua ini bahkan tidak akan mengejar?
Maka Char langsung pergi, berbalik menuju keluar hutan. Pertama berpura-pura berjalan lambat, setelah puluhan langkah, langsung lari terbirit-birit!
Char berlari ratusan langkah sekaligus, hampir tak tahan menoleh. Di samping api unggun dalam hutan, si tua itu masih berdiri kaku seperti patung.
Char menggeleng dalam hati: Keanehan terjadi tiap tahun, tahun ini istimewa—monster-monster tua ini semakin linglung.
Dia terus lari keluar hutan. Setelah keluar, Char melihat sekeliling dengan cemas...
Tempat ini jelas alam liar, pandangan ke segala arah hanya padang terpencil dan bukit—tak ada secercah lampu pun.
Char menghela napas, melihat posisi bintang di langit. Sebagai pemburu tua, arah mudah dikenali, tapi bagaimana menentukan lokasi Kota Danzeer?
Akhirnya, dia pun tak ingin terlalu banyak berpikir, asal mengambil sebatang dahan dan melemparkannya ke langit, melihat dahan itu jatuh, lalu menunjuk ke arah mana pun, dan langsung berjalan ke sana.
Berjalan dengan start-stop seperti ini, setelah sekitar setengah waktu yang ditentukan, Char berhenti untuk menarik napas, menoleh ke belakang—hutan itu sudah tak terlihat bayangan manusia lagi.
Di depan ada anak sungai kecil dengan aliran jernih—Char sedang kehausan (tubuhnya kini jauh lebih lemah dibanding dulu, baru berjalan sebentar sudah mulai terengah-engah). Dengan tergopoh-gopoh dia lari ke tepi sungai, membungkuk di sana, lalu menenggak air sepuasnya dengan suara "gluk gluk". Setelah mengangkat kepala sambil menarik napas lega, dia tertawa pahit: "Sial, tulang-tulangku ini entah kapan bisa pulih..."
Saat sedang berbicara sendiri tiba-tiba seluruh tubuhnya merasakan dingin menusuk dari tumit sampai tengkuk. Char gemetar kaget, langsung menengadah—di seberang sungai itu berdiri bayangan manusia!
Yaslan dengan wajah dingin, rambut abu-abu keputihannya melayang dalam angin malam. Di kegelapan malam, sepasang mata setajam listrik itu menyala-nyala mengawasi Char!
Char langsung membeku, lalu cengar-cengir kikuk: "Wah, beliau juga datang?"
Yaslan mengeluarkan "Hmph" keras.
Xia Fei bangkit perlahan, membersihkan noda air di mulutnya, melemaskan tangannya sambil tersenyum: "Kulihat Yang Mulia sedang termenung, tentu tak berani mengganggu. Air di sini cukup jernih dan manis, daging kelinci panggang tadi malam agak keasinan. Bagaimana kalau Yang Mulia mencicipi sedikit?"
Yaslan tetap membisu, hanya menyunggingkan senyuman sinis tanpa suara dua kali.
Xia Fei menghela napas: "Baiklah, karena tak bisa kabur, kuikhlaskan saja... Sebenarnya untuk apa kau menangkapku?"
Dengan gerakan lincah, Yaslan mengangkat ujung kaki dan melayang melintasi sungai kecil, mendarap tepat di depan Xia Fei.
Meski sepuh, postur tubuh pria tua ini ramping tak kalah dengan Xia Fei. Ditambah wajahnya yang tegas - alis pedang yang melengkung gagah, memancarkan aura ksatria. Jelas di masa mudanya pasti seorang pria tampan langka.
Membandingkannya dengan si bermata satu pemilik kedai minum di Wildfire Town - gigi emas berkilau, penampilan kampungan, mulut penuh umpatan, berantakan dalam bekerja, baju penuh noda minyak... Dibanding "Santo Pedang Aura Perang" ini, bagaikan langit dan bumi!
Dari segi penampilan, Santo Pedang ini sudah mengalahkan si bermata satu sepuluh li jauhnya! Jika bicara kemampuan... Seratus orang bermata satu diikat jadi satu pun, mungkin cukup dijulurkan jarinya untuk ditembus mati!
"Lagi-lagi teringat ekspresi penuh penderitaan dan kemelekatan si tua Aslan saat menyebut Bibi Sofia..."
Bahkan Char hampir tak tahan merasa kasihan pada orang tua ini.
Begini: dirinya yang seperti pangeran bintang keluarga, tapi orang yang dicintai malah memilih katak pohon yang bahkan lebih hina dari gelandangan - mana ada pria yang tidak mengamuk menghadapi hal begini?
"Di mana dia."
Nada suara si kakek terdengar dingin, tapi Char jelas merasakan aura mengerikan yang menyertai kata-katanya - ini aura pembunuh! Char langsung mengenalinya.
Ia mengerutkan kening: "Apa maksudmu?"
"Di. Mana. Dia?" Si kakek semakin menekankan setiap suku katanya.
"Aku mengerti, kau ingin membunuh suami Bibi Sofia... semakin tidak mungkin kuberitahu lokasinya." Char menggeleng: "Hubunganku dengan suaminya cukup baik, dulu sering berhutang minuman keras di sana. Pikirku kau akan dapat jawaban?"
"Dia! Di! Mana!" Tiba-tiba rambut dan janggut si kakeku mengembang!
Char terkejut melototi orang tua ini!
Dulu pernah dengar istilah "rambut mengembang" saat kemarahan memuncak, tapi itu hanya hiperbola... Tapi Aslan berbeda!
Rambutnya yang beruban itu, setiap helainya berdiri tegak, persis seperti seekor landak!
Pada detik ini, aura mengerikan yang meluap dari tubuhnya membuat Char yang berdiri di hadapannya mendengus keras. Seluruh tubuhnya seolah dihantam palu berat di dada, kakinya goyah, terhuyung-huyung mundur tujuh delapan langkah, lalu terjatuh duduk di tanah. Mulutnya terbuka mengeluarkan "Wah!" sembari memuntahkan darah!
Bahkan sebelum Aslan benar-benar bertindak, hanya dengan melepaskan aura mengerikannya saja, kekuatannya sudah sedahsyat ini!!
Setelah memuntahkan darah, Char masih merasakan dadanya sesak, jantung berdebar kencang, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang sedang mencabik-cabik paru-parunya! Ia terengah-engah menarik napas, tapi merasa sulit menghirup udara. Dada semakin sesak, bagai dicekik mati lemas...
Tiba-tiba, tubuhnya terangkat melayang! Aslan sudah berdiri di depannya, mengangkat tangan menyambar rambut Char, mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi!
Char lemas tak berdaya, tak bisa bergerak, bahkan tak punya tenaga untuk melawan.
Aslan memegang rambut Char dengan tangan kiri, telapak tangan kanannya terbuka. Dengan senyuman sinis, ia menyabetkan tangan ke arah jauh...
Seketika, Char melihat jelas helai tipis energi putih melesat! Di kejauhan sekitar puluhan langkah, beberapa pohon besar yang jarang-jarang itu, tanpa suara tersentuh garis putih tipis itu, langsung terbelah dua di bagian pinggang!
Beberapa pohon besar ambruk dengan gemuruh!
Kekuatan yang luar biasa!
Char merasakan gejolak dalam hatinya!
Bahkan saat dirinya belum terluka, saat menggunakan Aura Mengerikan Merah ditambah kekuatan Garpu Api dan mengeluarkan jurus "Tusukan Naga", kekuatan serangannya hanya setara ini!
Tapi untuk mencapai level seperti ini, satu kali penggunaan saja hampir menghabiskan setengah nyawanya!
Tapi Astlan ini hanya perlu menggerakkan tangannya dengan santai saja sudah bisa mencapai tingkat seperti ini!
Kekuatan monster-monster tua ini benar-benar tak terukur kedalamannya!
Astlan menatap Char. Si kakek tua itu menangkap sorot keterkejutan yang melintas di mata Char. Dengan senyum penuh kebanggaan, dia berkata: "Lihat! Ini adalah 'Energi Sepuluh Ribu Pedang' hasil kultivasiku! Dalam jarak seratus langkah, mampu membunuh tanpa wujud! Ketajamannya tak tertandingi, menghancurkan segala halangan! Barusan aku bahkan belum menggunakan separuh kekuatanku! Menurutmu, jika 'Energi Sepuluh Ribu Pedang' ini menyambar lehermu, apakah lehermu sekeras batang pohon itu?"
Rambut Char dicengkram sampai kepalanya sakit tak tertahankan. Namun dia mengerutkan alis sambil tertawa terbahak: "Tidak! Leherku memang tak sekeras batang pohon... Tapi tak usah kau mengancamku! Jika mau membunuhku, buat apa repot-repot pakai energi ribuan pedang? Ambil saja pisau sembarangan dan tebas leherku sekali sialan, aku pasti mati! Tak perlu dramatis begini cuma untuk menakut-nakutiku!"
Begitu dia selesai bicara, ekspresi aneh melintas di wajah Yaslan. Tiba-tiba ia melepaskan pegangannya, membuat Char terjatuh ke tanah dengan suara "Bang", pantatnya terasa pegal-pegal. Si kakek tua itu menatap Char dengan dingin, namun aura mengerikan yang menyelimutinya sedikit mereda. Dengan nada datar ia berkata, "Kau benar, orang selevel saya... mana mungkin menggunakan cara kekanak-kanakan seperti ini untuk menakut-nakuti orang sepertimu, Hmph..."
Ia menyipitkan mata: "Katakan pada saya di mana dia sekarang, jurus energi sepuluh ribu pedang yang baru saja saya gunakan ini akan saya ajarkan cara kultivasinya! Dengan pemahamanmu, paling lama tiga tahun kau sudah bisa menguasai dasarnya! Saat itu tiba, setelah kau memasuki tingkat pencapaian para kuat, barulah kau tahu seberapa dahsyat kekuatan jurus ini! Hmph, bahkan Kaisar Suci Odin pun dulu memuji jurus ini! Dia bahkan ingin menukarnya dengan 'Guntur Awan·Maha Cahaya Terang' tapi saya tolak mentah-mentah!"
Guntur Awan·Maha Cahaya Terang? Char tertegun, meski tak tahu pasti apa itu, tapi jurus andalan Kaisar Odin pastilah sesuatu yang luar biasa.
"...Tidak mau tukar." Char mengepal gigi, dengan tegas memuntahkan jawaban itu.
"..." Gigi Yaslan berderak-derak. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dingin: "Saya tambah satu syarat lagi! Bila kau menghadapi kesulitan atau musuh level tinggi, saya akan membantumu bertindak sekali! Hmph, di dunia sekarang, masalah yang tidak bisa saya selesaikan mungkin bisa dihitung jari!"
Char mengerutkan kening: "Aku tidak tertarik. Jika aku menghadapi masalah, Merlin..."
"Merlin tidak bisa membantumu!" Aslan tersenyum sinis: "Makhluk rendahan yang bego, kau mungkin belum tahu perjanjian 'yang kuat tidak boleh berebut pengaruh dengan urusan duniawi'! Dulu kami para orang tua bersumpah! Jika kami menggunakan kemampuan kami dalam urusan duniawi, pasti akan menimbulkan kekacauan besar! Jadi kami semua berjanji, kecuali dalam pertarungan antar kami, kami tidak akan ikut campur urusan dendam duniawi! Kalau tidak, dengan permusuhan antara Kekaisaran Bizantium dan Odin, sebagai pejuang terkuat ras manusia zaman sekarang, kenapa Kaisar Suci Odin tidak pernah bertindak dalam berbagai perang antar dua negara? Jika dia sendiri yang turun tangan, Hmph, sebanyak apapun pasukan Bizantium, bagaimana bisa menahannya?!"
Char terdiam mendengar ini!
Kaisar Suci Odin...
Kalau dipikir-pikir, memang benar... Meski belum pernah melihat langsung seberapa hebat Kaisar Suci Odin - tapi Char sudah menyaksikan kemampuan Merlin berkali-kali! Merlin yang sangat kuat dan angkuh sampai puncaknya saja mengakui kekalahannya pada Kaisar Suci Odin, berarti kekuatan Kaisar Odin itu mustahil terbayangkan?
Jika legenda seperti Kaisar Suci Odin benar-benar turun tangan... Mungkin...
"Bahkan jika Kavaleri Rodrian sehebat itu, tetap tidak bisa menahan invasi Kekaisaran Odin..."
"……Dulu sepuluh yang terkuat berkumpul, kita membuat perjanjian aliansi dan sumpah, tidak boleh ikut campur dalam perselisihan duniawi! Jika ada yang melanggar sumpah, yang lain akan bersama-sama menyerang si pelanggar! Hmph, nak, kau dengar baik-baik! Meski Merlin adalah ibu angkatmu, karena perjanjian ini, dia mungkin tidak benar-benar membantumu——Untuk urusan kecil, mungkin dia masih bisa membantu. Tapi untuk urusan besar… hehe! Bahkan jika musuhmu adalah Kaisar Bizantium, aku bisa membuat pengecualian, membunuhnya untukmu! Mau tidak?!"
Jantung Char berdebar kencang!
Membunuh Kaisar Bizantium tidak perlu… Sebenarnya tidak ada dendam besar dengan Putra Mahkota Garcia itu, dan untuk sementara juga tidak mengancam.
Justru… si Mannings itu…
Jika bisa membunuh si tua Mannings, Pasukan Salju Merah di selatan akan kehilangan pemimpin. Saat itu, bukankah itu kesempatan emas bagiku?!
"Kau… tidak takut para kuat lainnya menyerangmu bersama?" Char mengerutkan kening.
Aslan tertawa gila, tapi sorot matanya redup: "Takut? Hmph… Jika bisa bertemu Sofie lagi… di dunia ini tidak ada yang tidak mau kulakukan! Nak, sudah putuskan?"
“……” Char menutup mata, ragu sejenak, akhirnya mengangkat kepala dan memandang si orang tua: "Sangat menggoda... Memang saat ini aku punya musuh level tinggi, jika dia mati, akan banyak untung bagiku. Bagi temanku, pasukanku, tentaraku, rakyatku... semua akan lebih sedikit yang mati... Tapi, aku tidak bisa berjanji padamu."
“……” Pipi Athrun bergetar, sorot matanya semakin terang...
Akhirnya, dia menghela napas panjang lalu perlahan duduk di samping Char.
Lama sekali si orang tua tak berkata sepatah kata pun. Dia hanya terdiam sambil menarik napas pendek-pendek, seolah sedang berusaha menenangkan hatinya.
Setelah waktu yang lama, dia pun mengeluarkan helaan napas pelan.
Helaan napas itu panjang dan pilu, seolah semua depresi yang terpendam tumpah keluar dalam satu tarikan nafas.
"Nak..." Suara Athrun tiba-tiba menjadi sangat berat: "Aku... anggap saja ini permohonanku. Sepanjang hidupku, jarang sekali aku meminta sesuatu. Bahkan saat berhadapan dengan brengsek Hannigan dulu, tak pernah sekalipun aku mengeluarkan kata mohon! Anggap saja aku memohon... Katakan di mana dia! Aku... Aku takkan membunuh suaminya. Aku hanya ingin tahu di mana dia, lalu pergi ke sana. Aku hanya akan berdiri dari jauh, di tempat yang tak terlihatnya. Aku hanya ingin memandangnya sebentar, melihat wujudnya sekarang, apakah dia hidup bahagia, senyum di wajahnya, sorot matanya... itu sudah cukup untuk memuaskan hatiku, setuju?"
“Begitu katanya, dia mengambil sebuah batu, jarinya menggores perlahan, batu itu langsung terbelah dua. Orang tua itu berseru penuh keseriusan: ‘Aku, Yaslan, bersumpah! Perkataanku barusan semuanya benar! Jika aku berbohong, biarlah tubuhku seperti batu ini!’”
“Sumpah ini diucapkan dengan tegas seperti pedang memenggal. Setelah selesai, si kakek menatap tajam ke arah Char: ‘Di usiaku yang sudah senja ini, sebenarnya tak banyak lagi yang kukejar dalam hidup. Hanya penyesalan di hati yang masih tak bisa kulepaskan… Hah, aku hanya ingin memandangnya dari jauh sekali saja, mungkin hatiku akan lebih tenang… Nak, ketika kau mencapai usiaku nanti, mungkin kau baru akan mengerti perasaan yang kurasakan sekarang.’”
Kali ini, Char benar-benar ragu.
Melihat si kakek tua ini tiba-tiba menunjukkan kelemahan yang tak sesuai dengan statusnya, hati Char mendadak luluh.
……
“Kau… hanya ingin melihatnya dari jauh?”
“Ya! Hanya sekilas memandangnya.”
“Kau jamin tak akan menyakiti siapapun? Baik dia maupun suaminya!” Char bertanya.
“Kau bisa mengikatku dengan tali…” Si kakek tersenyum pahit.
“Diikat… Ah, percuma. Meski kau masukkan aku ke kandang besi, energi ribuan pedangmu itu pasti bisa merobeknya hanya dengan sentuhan.” Char menggeleng: “Sampai segitunya keinginanmu bertemu dengannya?”
“Kamu tidak akan mengerti.” Yaslan seakan tersenyum, senyuman orang tua itu penuh dengan nuansa kerinduan: “Jika di dunia ini ada satu orang yang bisa membuat Yaslan melakukan segalanya tanpa peduli apapun pengorbanannya——maka orang itu adalah Sofie!”
Char menghela napas: “…Aku mungkin tidak mengerti, atau mungkin sedikit mengerti.”
Tiba-tiba hatinya berdesir, di benaknya muncul bayangan sosok tinggi ramping yang memandangnya dengan penuh kelembutan.
Jika demi si kecil yang menyedihkan itu, mungkin… dirinya benar-benar akan rela melakukan segalanya untuknya…
“Orang tua, lihat kau linglung begini, tak kusangka kau ternyata benih cinta yang terobsesi.” Char tersenyum, tiba-tiba persepsinya terhadap Yaslan ini membaik, bahkan urusan tadi dibuat muntah darah olehnya tak lagi dipedulikan.
“Kau… tidak mengerti.” Si kakek menghela napas pelan, sorot mata Yaslan memancarkan penderitaan yang dalam: “Dulu… sebenarnya, Sofie seharusnya adalah istriku!”
Char: “……”
"Dia sendiri yang berjanji padaku, jika aku bisa mengalahkan Hannigan, atau membunuh Hannigan, dia mau menikahiku!" Ekspresi wajah Aslan tersenyum, tapi sorot matanya penuh penderitaan: "Sebenarnya aku tahu, permintaannya itu muncul karena hatinya masih sangat mencintai si brengsek itu! Tapi tetap saja aku menyetujui permintaannya... Karena di hatiku, tak ada lagi yang bisa menggantikan posisinya. Tapi yang menyedihkan... Aku sadar ini permintaan yang menyedihkan, tetap kukabulkan! Dan yang lebih menyedihkan, urusan ini... aku justru gagal!"
