Si kakek tua ini tak lain adalah Santo Pedang Aura Perang Yaslan yang pernah "menyandera" Char dulu. Mendengar ucapan Si Menyedihkan, sang kakek langsung tertawa: "Yi? Tak kusangka kau mengenaliku? Apa kau pernah mendengar nama besar beliau ini? Ah iya... Kudengar kau adalah putri dari... si itu. Jangan-jangan, dia yang menyebutkan namaku?"
Si Menyedihkan memandangnya dengan heran sambil menggeleng: "Tidak... Beberapa hari lalu Char buru-buru pulang. Saat bertemu, dia bercerita tentang seseorang yang ciri-cirinya mirip sekali dengan Bapak. Katanya, nama orang itu Yaslan."
Yaslan tertawa terbahak: "Oh? Si nakal itu benar-benar membicarakanku? Apa yang dia katakan?"
Si Menyedihkan menahan tawa, berbisik pelan: "Dia bilang, kehilangannya beberapa hari itu karena ulah seorang kakek tua bernama Yaslan. Jika tubuhnya sudah pulih dan mereka bertemu lagi, dia akan mengangkat tangan langsung membelah dengan satu tebasan pedang!"
Yaslan tertegun sejenak, tapi tak marah. Malah tertawa terpingkal: "Nak baik, ambisimu tinggi! Kalau mau membelahku Sang Santo Pedang Aura Perang, mungkin butuh puluhan tahun lagi baginya untuk berlatih keras!"
Perlahan ketakutan di hati Si Menyedihkan menghilang... Selama ini tinggal di kediaman Char, setiap hari bergaul dengan monster-monster tua seperti Merlin sudah menjadi kebiasaannya. Meski orang di hadapannya ini agak aneh, tapi mengingat dia temannya Merlin, keanehan itu tak lagi berarti baginya.
Dengan senyuman tipis, ia maju dan memberi hormat terlebih dahulu, lalu berkata perlahan: "Tuan Merlin saat ini juga tidak berada di kota, Char pun telah memimpin pasukan pergi berperang. Tidak tahu ada keperluan apa gerangan yang membuat Yang Mulia datang ke sini?"
Wajah Yaslan langsung kaku, kemudian terlihat agak canggung. Ia tertawa pahit: "Aku tahu Merlin tidak ada di sini... Jika dia ada, tentu aku tidak berani datang. Terakhir kali aku membawa pergi anak itu, Merlin sudah tahu. Bisa jadi kami langsung berkelahi begitu bertemu—bukan berarti aku takut padanya, hanya saja dalam hal ini posisiku memang lebih lemah. Lagi pula aku masih butuh bantuan si anak itu, jadi tidak pantas berkelahi dengan ibu angkatnya. Jika Merlin ada di sini, mustahil aku muncul. Hanya karena dia tidak ada, aku berani menampakkan diri untuk berbicara dengan kalian."
Si Menyedihkan mendengarkan, berpikir sejenak lalu berkata perlahan: "Karena Yang Mulia sudah datang, dan merupakan sahabat lama Tuan Merlin, maka tamu kehormatan kami. Ada keperluan apa, silakan sampaikan. Apa yang bisa kulakukan pasti kukerjakan. Jika di luar kemampuanku, akan kusampaikan pada Char atau Tuan Merlin setelah mereka kembali."
Ucapan itu terdengar persis seperti seorang nyonya rumah. Setelah mengatakannya, pipi Si Menyedihkan sendiri memerah karena malu. Ini pertama kalinya dia berbicara dengan sikap seperti itu di hadapan orang luar, membuatnya masih terlihat agak kikuk.
Siapa sangka, si Menyedihkan terlihat malu-malu. Di depan mata, orang tua Yaslan ini mendengar ucapan itu, wajah keriputnya tiba-tiba juga menunjukkan ekspresi malu yang canggung.
Duduk di sana, seolah ada rasa canggung di udara. Terbata-bata beberapa saat, akhirnya ia menghela napas: "Aku memang punya urusan... Awalnya ingin menunggu si nak itu membantuku, tapi karena dia pergi berperang, mungkin tak akan pulang dalam waktu dekat. Aku orang tua ini menunggu dan menunggu, hatiku sudah sangat gelisah. Sudah tua, kesabaran tentu tak seperti dulu. Urusan ini, tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Tapi pasti bisa kau lakukan. Jika kau mau membantuku, tentu aku akan membalasmu dengan baik! Di dunia ini, hampir tak ada hal yang tak bisa kulakukan! Asal kau memenuhi keinginanku, aku akan melakukan satu hal untukmu. Bagaimana?"
Si Menyedihkan dan Dafeny tertegun sejenak.
Sebagai Permaisuri, Dafeny jelas lebih berpengalaman. Dalam sekejap, beberapa pikiran melintas di benaknya.
Orang ini teman Merlin, dan dari nada bicaranya, sepertia ia setara dengan tokoh top seperti Merlin. Pastilah orang besar yang sangat berwibawa! Coba pikir, bagaimana mungkin Merlin yang sangat selektif itu mau berteman dengan orang sembarangan?
Monster-monster tua zaman sekarang seperti ini, masing-masing memiliki kemampuan yang sangat kuat. Jika bisa mendapatkan janji darinya, bagaimanapun dihitung di masa depan, pasti akan menjadi kekuatan yang hebat!
Sebelum Si Menyedihkan sempat berbicara, Dafeny berkata dengan suara tegas: "Tidak tahu urusan apa yang Tuan minta, tolong jelaskan terlebih dahulu."
Yaslan menyipitkan matanya, menyapu pandangan ke arah Dafeny. Wajah cantik Dafeny ternyata dianggap biasa-biasa saja oleh si kakek tua ini. Ia tersenyum tipis: "Dilihat dari garis wajahmu... Aku sudah mendengarkan percakapan kalian berdua selama setengah hari di sini... Kau adalah permaisuri Bizantium sekarang? Hmm, penampilanmu terlihat agak familiar. Kau dari keluarga Minas? Begitu melihat alis dan matamu, langsung terlihat siluet si nak itu! Hehe, marga Minas memang mewarisi kewaspadaan dan otak si nak itu. Tenang, aku bilang tidak akan membahayakan orang, tentu bukan datang untuk menyakiti. Urusan yang kuminta pasti bisa kalian lakukan, dan tidak perlu usaha besar. Hanya saja bagiku, ini adalah pekerjaan terpenting seumur hidupku."
Sampai di sini, Yaslan akhirnya kehabisan napas, nada suaranya terdengar seperti merasa bersalah: "Aku... aku ingin memintamu menemani aku menemui seseorang... Hmph, akan kujelaskan lebih jelas. Aku ingin bertemu dengan orang itu, tapi tidak ingin orang itu tahu. Aku ingin mencari seseorang yang mengenal orang itu, memancingnya ke suatu tempat. Aku bersembunyi di bayangan, melihatnya sebentar, sudah cukup. Karena si nakal itu mengenalnya, dan kau adalah istrinya, tentu kau juga mengenalnya. Karena si nakal itu pergi berperang, dan aku sudah tidak sabar menunggu, terpaksa aku datang meminta bantuanmu."
Setelah mengucapkan itu, orang tua ini justru berdiri, dengan sikap sopan membungkuk memberi hormat kepada Si Menyedihkan, suaranya serius dan tulus: "Ini adalah impian seumur hidupku. Jika kau mau membantuku mewujudkan keinginan ini, sebutkan satu hal saja! Langit dan bumi, aku orang tua ini akan bertarung habis-habisan untuk mewujudkannya! Bahkan jika kau minta tongkat komando Paus, mahkota Kaisar, akan kucuri untukmu!"
Melihat si kakek tua ini dengan ekspresi serius dan memberi hormat lagi padanya, hati Si Menyedihkan melunak, wajahnya agak memerah. Dia cepat-cepat menghindar dan berbisik: "Katakanlah, siapa yang ingin Bapak temui melalui bantuanku?"
Wajah Yaslan memerah: "Itu... Wildfire Town, Sofie... Eh, seharusnya namanya sekarang Sofia ya."
Melihat Si Menyedihkan dan Dafeny menunjukkan ekspresi aneh, Yaslan segera batuk pelan: "Aku tahu kalian tidak mau pergi jauh, tapi jarak Kota Wildfire dari sini sebenarnya tidak terlalu jauh. Dengan bantuanku, hanya perlu sekali hentakan kaki, dalam sekejap kita sudah bolak-balik belasan kali. Kita berangkat sekarang, ketemu orangnya, langsung kuantarkan kalian pulang. Jika cepat, cuma sekejap. Paling lama satu dua jam."
Melihat kedua gadis itu diam, Yaslan menghela napas: "Sudah puluhan tahun aku menunggu hari ini. Si Char itu pergi berperang, aku terus menunggu... sampai hari ini, benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Jika tidak segera bertemu dengannya, aku sungguh akan jadi gila."
Dafeny masih bingung, tapi Si Menyedihkan yang sedang dimabuk asmara itu menangkap kilatan kegilaan tersembunyi di sorot mata si kakek. Sebagai orang yang sedang jatuh cinta, hatinya tergerak oleh simpati pada sesama penderita cinta. Tanpa menunggu Dafeny bicara, ia mengangguk pelan: "Baiklah... aku... akan menemanimu."
Wajah Yaslan langsung berseri, tapi Si Menyedihkan teringat sesuatu: "Tapi ada syaratnya."
Yaslan tertawa terbahak bak pejuang: "Sebutkan!"
"Aku temanimu menemui Bibi Sofia. Setelah pulang, kau harus cari Char. Aku tahu kau punya kemampuan besar. Tidak perlu yang lain, cukup lindungi dia sampai selamat!"
Yaslan terdiam sejenak, memandangi Si Menyedihkan, lalu setelah ragu beberapa detik, tertawa pahit: "Permintaan ini sebenarnya tidak sulit, tapi, aku yang tua ini tidak ingin membohongi gadis kecil sepertimu. Pekerjaanmu ini memang bisa kulakukan, tapi kamu tidak perlu memohon padaku, hanya akan membuang-buang satu kesempatan ini."
Setelah jeda sebentar, Yaslan tersenyum tipis: "Baru saja Char si nak itu berangkat ekspedisi, Merlin juga langsung meninggalkan kota. Kalian pikir kemana perempuan gila itu pergi? Tenang saja, mulutnya memang keras, tapi sebenarnya di dalam hati dia sangat memperhatikan si nak itu. Diam-diam dia sudah mengikutinya. Dengan perlindungan diam-diam darinya, Char pasti akan pulang ke sini tanpa kehilangan sehelai bulu kuduk pun."
……
※※※
"Huuush！！"
Char menghembuskan asap panas sekuat tenaga, duduk di punggung kuda dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup oleh keringat.
Diterpa angin dingin, seluruh tubuhnya gemetar lagi. Kemudian dia melihat sebuah pohon besar yang melayang melewatinya, langsung meraih segenggam salju abadi dari dahan dan menggosokkannya dengan kasar ke wajahnya.
Salju dingin yang digosokkan ke wajah membuat seluruh mukanya memerah, salju pun mencair menjadi air es. Char baru melemparkannya dengan kasar, langsung terlihat lebih segar.
Di belakang, rombongan kuda panjang melaju sunyi. Dalam rombongan, masih ada satu orang dengan tiga kuda, melesat melewati tepi hutan yang jarang ini!
Cuaca semakin hari semakin dingin, tapi jantung Char saat ini bagaikan arang yang dipanggang membara!!
Kelegaan! Hanya kelegaan!!
Pertempuran pertama dua hari lalu, delapan ratus pasukan berkuda yang dibangun sendiri ini berhasil menghabisi seribu pasukan elit Odin dalam sekali serangan. Kemenangan luar biasa ini membuat Char langsung menyadari kekuatan sebenarnya dari pasukan berkuda ini. Dalam dua hari berikutnya, delapan ratus pasukan berkuda ini melesat bagai belati tajam yang menancap di jantung County Siltan!
Menempuh ratusan li dalam sehari, secepat kilat!
Dalam dua hari, tiga basis orang Odin lagi dihancurkan! Tiga pertempuran dengan skala berbeda, menghancurkan tiga pasukan penjaga Odin yang bermarkas. Setiap kali, kemenangan luar biasa tanpa sedikit pun suspens!
Demonstrasi kekuatan tempur yang begitu dahsyat ini bahkan membuat Char - perancang rencana ekspedisi ini - mulai menyesal!
Andai tahu pasukan berkuda ini begitu hebat, kalau saja diatur strategi lain lebih awal, mungkin hasil pertempuran kali ini akan lebih gemilang!
Setelah beberapa kali pertempuran, Char selalu memerintahkan untuk tidak berlama-lama. Hanya mengumpulkan kuda dan ternak dari basis Odin yang dihancurkan untuk mengganti kuda biasa yang rusak dalam perjalanan, lalu seluruh pasukan langsung bergerak menuju jantung County Siltan.
Tapi Char telah mengubah rencana awalnya, melakukan sedikit "modifikasi"!
“Rencana awal adalah menggunakan kartu truf tak terduga ini untuk menerobos jantung County Siltan, mengacau habis-habisan, membuat keributan, lalu memaksa pasukan Odin yang sedang mengepung 'pasukan utama' Anjing Gila Green di depan untuk tidak berani menekan terlalu ketat, bahkan mungkin memaksa Mannings mundur. Asalkan situasi bisa dikacaukan, kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk melahap satu dua pasukan Mannings, merebut beberapa kota besar, itu sudah dianggap kemenangan.”
“Tapi sekarang, dengan pedang tajam seperti ini di genggaman... Kalau tidak dimanfaatkan baik-baik, apakah itu masih sifat Char?”
Char sudah mengubah rute pergerakan pasukan. Saat ini, pasukan berkuda sedang melesat ke selatan sepenuh tenaga.
Targetnya hanya satu!
Ibukota County Siltan! Sarang Pasukan Salju Merah pimpinan Mannings!!
“Cepat! Cepat! Lebih cepat lagi!”
Char menghembuskan energi dari dadanya, berteriak pelan. Pasukan pengawal di sekitarnya segera berpencar mengantarkan perintah panglima.
Char duduk di punggung kuda, tubuhnya hampir remuk. Namun api di hatinya membara, gigi terkunci menahan sakit. Sudah beberapa kali mencapai batas, hampir pingsan, dia menggigit lidahnya sendiri hingga berdarah, menggunakan rasa sakit untuk menjaga kewarasan. Jika belum cukup, dia menyekop salju dan memasukkannya deras-deras ke dalam kerah bajunya!
Tindakan seperti ini, para pengawal pribadi di sekelilingnya melihatnya, seluruh 800 pasukan berkuda juga menyaksikan!
Awalnya kondisi tubuh Char belum pulih sepenuhnya, dalam ekspedisi kali ini dia terlihat agak rapuh, tidak seperti keperkasaannya saat bertugas di Resimen Kavaleri Rodrian. Tapi semangat yang ditunjukkannya saat ini cukup kejam: bisa bertahan dan tahan banting!
Bila panglima bersikap demikian, tentu anak buah di bawahnya akan meniru.
Pasukan selalu menghormati pahlawan yang perkasa. Reputasi Char memang dibangun dari keberaniannya, terkenal karena prestasinya mengalahkan Hasting dalam duel satu lawan satu di medan perang.
Dalam ekspedisi kali ini, karena kondisi fisiknya tidak normal, tugas-tugas tempur seperti memimpin charge pasukan dan menghabisi jenderal musuh sepenuhnya diambil alih oleh Nenei si perempuan perkasa. Char justru berperan sebagai "panglima" yang duduk di belakang.
Jika terus begini, kewibawaan militernya yang dibangun sejak dini mungkin akan merosot.
Tapi semangatnya yang kejam terhadap diri sendiri selama perjalanan justru memberi efek lebih baik.
Mengenai kemampuan bertarung fisik Char saat ini mungkin masih dipertanyakan, tapi untuk kata "keberanian" - dia pantas menyandangnya!
Orang yang kejam terhadap diri sendiri, biasanya akan lebih kejam lagi terhadap musuh!
Orang seperti ini lebih mampu menimbulkan rasa hormat!
Awalnya, dia begitu menyiksa dirinya sendiri, meskipun membuat orang menghormati, tapi para pengawal pribadi di sekelilingnya benar-benar khawatir sang panglima ini tidak bisa bertahan... Jika pemimpin ini jatuh di tengah jalan, itu akan menjadi situasi yang menyedihkan.
Tapi justru keajaiban terjadi!
Padahal dua hari sebelumnya Char sudah terlihat sangat lemah, bahkan harus mengikat dirinya dengan tali di punggung kuda agar bisa mengikuti rombongan maju. Namun dengan gigih dia bertahan siang-malam, menggunakan rasa sakit dan hawa dingin untuk menstimulasi tubuh dan semangatnya.
Tubuhnya yang rapuh itu sebenarnya sudah beberapa kali mencapai batas maksimal dalam beberapa hari terakhir, tapi secara ajaib dia berhasil bertahan melewatinya!
Bahkan belakangan dua hari ini, Char sudah bisa menunggangi Mercedes tanpa perlu diikat, meskipun masih terlihat kikuk dan lamban, tapi kondisinya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Char sendiri pun tak bisa memahami fenomena ini.
Rasa sakit mencapai puncaknya, kelelahan fisik sampai pada titik tertinggi, semangat yang terkepung sampai batas ekstrem - tapi setiap kali mengira dirinya akan jatuh dan tak bisa melanjutkan, begitu berhasil melewati fase itu, tubuhnya terasa lebih ringan seketika.
Tubuh yang awalnya berat, seolah sedikit demi sedikit, perlahan-lahan merasakan kembali kepekaan dan ketajaman seperti masa lalu, sehelai demi sehelai. Perasaan kikuk itu seolah semua tulang di tubuh seperti besi berkarat, tapi setelah terombang-ambing di punggung kuda siang malam tanpa henti, bertahan mati-matian, seiring guncangan kuda yang terus maju, sedikit demi sedikit, seolah karat dalam tubuhnya sendiri berjatuhan satu persatu.
Bagai roda gigi berkarat yang melepaskan karat busuk, perlahan mulai berputar lagi. Awalnya masih tersendat-sendat, tapi kemudian semakin lancar.
Dalam tubuhnya, seolah ada sesuatu yang redundan, tak berguna, belenggu yang sebelumnya menghambat fungsi normal tubuh ini, perlahan-lahan menghilang, meleleh, menguap.
Mengalir bersama tetesan keringat yang deras, lalu pergi, lenyap!
Perasaan ini, penderitaan sampai puncaknya, kelelahan sampai puncaknya, tapi... juga kenikmatan sampai puncaknya!!
（Lari! Terus lari! Lari sekuat tenaga!）
Di dalam hati Char, seolah hanya tersisa satu pikiran ini!
Mungkin, saat jarum jam mencapai titik ini, diriku yang penuh kekuatan itu akan kembali!
Membungkuk di punggung kuda, tiba-tiba Char meraba masuk ke dalam kantong kulit panjang yang tergantung di pelana kuda.
Sensasi tentakel yang dingin, keras, dan tajam!!
Ini adalah garpu api milikku sendiri! Garpu api yang pernah menemaniku setengah langkah pun tak pernah berpisah!
Sejak terluka parah waktu itu, tubuhku yang hampir lemah sampai ke puncak, aku tak lagi bisa menggunakan garpu api ini! Senjata seberat ini, bahkan sekadar digantung di badan, bagi tubuh lemah sebelumnya, sudah menjadi beban raksasa.
Diriku sebelumnya, bahkan mengayunkan sebatang tongkat kayu ringan beberapa kali saja sudah terengah-engah.
Bagi seseorang yang pernah berotot dan pemberani, bagi Char yang pernah berani membawa seratus prajurit berkuda langsung menyerbu Pasukan Bendera Hitam Odin, perasaan seperti ini sudah membuatnya kecewa sampai puncaknya!!
Mengusap garpu api dalam kulit manusia, api dalam hati Char semakin bertambah beberapa jari!!
Lari!
Terus lari!
Lari sekuat tenaga!!
Di ujung jalan ini, aku akan membelah semua duri yang menghalang di depanku dengan garpu api ini!!
Derap kuda semakin cepat, ksatria di depan dan belakang dengan tegang menundukkan badan di punggung kuda, memacu kendaraan sekuat tenaga.
Tak ada yang menyadari, di tempat tangan Char menyelusup ke dalam kulit manusia, segumpal cahaya api samar-samar muncul dan menghilang!
Hancurkan! Hancurkan!! Pada akhirnya harus menghancurkan belenggu ini!!
Dalam hati Char, sebuah suara mengaum keras.
