Kota Chuck.
Inilah kota pertama yang direbut oleh 800 pasukan berkuda Xia Ya setelah menyusup diam-diam ke County Syltan.
Pasukan penjaga Odin yang awalnya berjumlah ribuan di sini telah musnah dalam pertempuran hari itu. Setelah merebut kota kecil ini, pasukan Xia Ya tidak berlama-lama. Mereka menggeledah semua kuda dan ternak, mengisi persediaan, lalu segera bergerak ke selatan.
Awalnya ada 2.000 pasukan tambahan di kota, sebagian besar mantan tentara Distrik Militer Korsika yang menyerah, dan sedikit pasukan penjaga lokal County Syltan - setelah seluruh County Syltan dan Distrik Militer Korsika ditelan Mannings, pasukan-pasukan ini ada yang menyerah, ada yang dihancurkan, lalu dirombak dan dimanfaatkan oleh Mannings.
Pada saat ini di kota, dua ribu pasukan pendukung masih belum bubar. Hari itu ketika Char masuk dan keluar kota, waktunya sangat singkat. Saat itu, delapan ratus pasukan berkuda Char bagai bambu terbelah, dengan mudah menghabisi seribu prajurit Odin dan dengan gagah masuk ke kota. Pasukan pendukung ini sudah kehilangan nyali, tak hanya tidak berani melawan, bahkan pikiran untuk melarikan diri pun tak berani muncul setengah langkah. Namun setelah Char masuk kota, dia sama sekali tidak memerhatikan pasukan pendukung ini. Para perwira pasukan pendukung yang awalnya ingin menyerah secara sukarela, sayangnya Char tampaknya sama sekali tidak tertarik dan sama sekali tidak menghiraukan mereka. Setelah menggeledah perbekalan yang dibutuhkan, seluruh pasukannya langsung meninggalkan kota.
Meski sudah cukup hari berlalu, namun pertempuran di hari itu meninggalkan keterpanaan pada pasukan pendukung ini yang hingga hari ini masih belum bisa hilang!
Pasukan pendukung di kota hingga hari ini belum bubar, hanya karena setelah orang-orang Odin di kota dihabisi, gerombolan ini tiba-tiba menyadari mereka tak punya tempat tujuan!
Meski mereka mengklaim diri sebagai "pasukan pendukung", tapi saat para Tuan Odin masih ada, siapa yang benar-benar memandang mereka? Pasukan pendukung ini dulunya adalah mantan prajurit yang menyerah. Orang Odin sebagian besar memandang rendah gerombolan ini, sehari-hari diperlakukan seperti budak, dipanggil seenaknya, dipukuli dan dimaki semau hati.
Sekarang para majikan mereka tiba-tiba dibunuh semua, sementara si pembunuh para majikan Odin itu juga sudah pergi. Situasi ini membuat pasukan pendukung sama sekali kehilangan arah.
Di musim dingin yang membeku ini, County Siltan yang luas telah dihancurkan babak belur oleh orang Odin. Jika berjalan di alam liar, mungkin harus menempuh ratusan li tanpa menemukan permukiman manusia. Desa-desa itu hampir seluruhnya menjadi kosong. Dengan salju yang menyelimuti, jika benar-benar pergi meninggalkan kota, mungkin tak akan bertahan dua hari - bukan mati kelaparan, pasti mati beku!
Sebenarnya, di zaman kacau ini, bisa bertahan hidup saja sudah cukup syukur. Soal siapa yang jadi majikan - bagi pasukan tambahan ini sebenarnya tak terlalu dipedulikan. Bagaimanapun rumah mereka sudah hilang, diri mereka sendiri sudah kehilangan akar. Siapa yang kuat, bisa menunggangi kepala mereka sebagai majikan. Bahkan jika orang Odin kalah, datang tuan baru yang lebih garang, kita hanya perlu menunduk patuh, membiarkan diri diperintah.
Tapi masalahnya... Char pergi begitu saja tanpa ragu. Terhadap perekrutan pasukan tambahan ini, dia sama sekali tak menunjukkan miniat!
Ini benar-benar membuat orang bingung membaca strateginya.
Ternak di kota telah dijarah habis oleh Char, hanya menyisakan sedikit persediaan makanan. Tanpa hewan tunggangan, mengandalkan dua kaki untuk keluar kota mencari jalan lain, jelas jalan menuju kematian.
Dua ribu pasukan tambahan ini, beberapa hari terakhir hidup dalam ketakutan - yang terbiasa menjadi budak, tiba-tiba kehilangan majikan yang biasa meneriaki mereka, justru merasa tak tahu harus bagaimana.
Kekhawatiran terbesar dalam hati adalah kemungkinan orang Odin kembali bersaing. Bagaimanapun, pengaruh orang Odin sangat kuat di County Siltan. Orang Odin terkenal kejam, jika pasukan besar Odin datang lagi ke sini dan menemukan pasukan penjaga Odin telah dihabisi, sementara pasukan tambahan kita yang menyerah sama sekali tidak terluka, pasti kemarahan mereka akan dialihkan ke kita... Paling ringan akan dijadikan budak, paling berat mungkin seluruh pasukan kita dibantai habis, itu hal biasa!
Tidak ada jalan untuk pergi, tak ada tempat tujuan. Tapi tetap di kota ini dengan ketakutan setiap hari juga bukan solusi.
Dua ribu pasukan yang menyerah ini sudah beberapa hari terkurung di Kota Chuck, terus-menerus menanti - meski mereka sendiri tak tahu apa yang ditunggu.
Tembok kota sudah lama tak dijaga - kota ini toh tak bertuan. Pasukan yang menyerah juga tak punya semangat mempertahankan pertahanan kota. Entah Bizantium atau Odin yang datang, kita terima saja. Lebih cepat datang, kita bisa cepat menyerah pada majikan baru untuk numpang lewat.
Tepat di siang hari itu, gerbang Kota Chuck terbuka lebar. Tembok kota sepi, pasukan tambahan di kota bersembunyi di markas sambil menghangatkan diri. Bahkan penjaga patroli pun tak ada.
Gerbang besar itu terbuka begitu saja, salju abadi di jalanan tak ada yang membersihkan.
Di kejauhan luar gerbang kota, di hamparan salju, muncul bayangan pasukan berkuda.
Bayangan pasukan berkuda yang jauh itu hanya terdiri dari belasan penunggang kuda. Menurut sistem militer Bizantium, ini hanyalah satu tim kecil. Para penunggang kuda itu mengenakan mantel kulit berlapis di dalam dan zirah kulit di luar. Di pelana kuda mereka tergantung tombak berkuda standar tentara Bizantium. Tim kecil pasukan berkuda ini datang dari utara. Prajurit di barisan depan baru dengan tenang mengibarkan bendera militer ketika jaraknya sudah cukup dekat dengan pertahanan kota.
Saat pasukan berkuda kecil ini sampai di bawah tembok kota, beberapa prajurit menyerah yang sedang mengumpulkan salju untuk direbus menjadi air di luar gerbang kota baru menyadari kedatangan mereka. Mereka langsung terkejut dan berlari kencang dalam deru angin kencang, bahkan sampai menjatuhkan baskom pengumpul salju yang ada di tangan mereka.
Ketika pasukan berkuda itu memasuki kota, seluruh 2.000 lebih prajurit menyerah di dalam kota sudah terkaget-kaget. Mereka semua mengkerut di perkemahan militer bekas pasukan Odin di dalam kota, bahkan pintu gerbang perkemahan pun tidak berani ditutup. Dua ribu orang itu berkerumun di sana sambil menahan napas. Hanya beberapa perwira pemimpin dari pasukan menyerah yang berkumpul di sebuah tenda, saling memandang dengan bingung tanpa bisa mengambil keputusan.
Menunggu lama, diam-diam mengirim orang kepercayaan untuk mengintip dari ambang pintu kem, namun tak kunjung melihat kedatangan tim kavaleri Bizantium yang masuk kota. Hanya terdengar kabar bahwa pasukan berkuda itu setelah masuk kota langsung menuju gudang, lalu berpatroli keliling kota.
Akhirnya, setelah lebih dari satu shichen (2 jam) sejak masuk kota, mereka tiba di gerbang perkemahan militer.
Prajurit-prajurit yang menyerah yang tadi mengintip di ambang pintu, langsung berguling dan merangkak kabur ke dalam. Siapa berani tetap berdiri mengintip di pintu?
Membunuh? Menyerah? Berjaga?
Beberapa perwira, bukanlah orang-orang yang punya keputusan. Pasukan yang menyerah ini sudah mengalami penindasan orang Odin berhari-hari. Bahkan yang tadinya punya tulang punggung, pada titik ini sudah patah sama sekali. Mana mungkin ada sisa keberanian?
Waktu terasa berjalan sangat lambat. Orang-orang di dalam kem hampir gila menunggu, baru akhirnya terdengar terompet militer dari luar!
Suara terompet Bizantium itu menyentuh telinga para perwira yang menyerah. Awalnya membuat kaget, lalu diikuti napas lega.
Syukurlah... bukan terompet serangan. Mereka semua terbiasa dengan kode terompet Bizantium, bisa membedakan bahwa itu adalah ritme teromprot protokoler militer.
Tiba-tiba, terdengar derap kuda. Dua penunggang kuda langsung menerobos masuk ke dalam kem. Para perwira di dalam tenda mendengar teriakan keras dari pasukan berkuda di luar!
“Sang Jenderal memerintahkan! Seluruh kamp berkumpul! Tunggu instruksi Sang Jenderal! Satu menit terlambat, semua di kamp akan dipenggal!!”
“Sang Jenderal memerintahkan!...”
“Sang Jenderal...”
“Jenderal...”
Teriakan-teriakan itu menggema, dua penunggang kuda tersebut mengelilingi kamp sebanyak tiga putaran dan berteriak lebih dari sepuluh kali sebelum akhirnya keluar dari pintu gerbang kamp.
Para perwira pasukan yang menyerah itu saling berunding dengan keraguan. Hanya penyebutan kata "Jenderal" saja sudah membuat mereka gelisah.
Pangkat jenderal? Masak yang datang adalah pejabat tinggi Bizantium?!
Meski ragu, mereka tak berani menolak. Setelah beberapa saat ragu, para perwira akhirnya keluar barak, membagi personil dan mengerahkan pasukan dari setiap batalyon.
Mereka berbaris seadanya, berdesakan di tengah kamp yang kacau, lalu memilih dua orang yang agak berani untuk menyambut tamu.
Di luar pintu gerbang kamp yang terbuka lebar, akhirnya, setelah beberapa saat, lebih dari sepuluh penunggang kuda masuk dengan gagah!
Dua ribu pasukan yang menyerah itu berdiri dalam barisan kacau, membiarkan rombongan berkuda itu melintas perlahan. Para prajurit itu menahan nafas – kemampuan tempur pasukan Bizantium beberapa hari lalu memang mengerikan! Bahkan orang Odin yang garang pun kalah telak, apalagi kami yang sudah kalah dari Odin!
“Bagaimana pun, setelah keraguan selama berhari-hari, selama Orang Bizantium datang untuk mengambil alih kota, itu sudah baik! Bahkan jika mereka merekrut pasukan kita ini, tetap lebih baik daripada setiap hari tanpa harapan.”
Di antara pasukan yang menyerah, beberapa perwira yang berhati-hati menundukkan kepala, bahkan tidak berani menatap langsung para prajurit berkuda. Satu dua yang lebih berani hanya berani mengangkat kepala diam-diam, mengintip dengan sudut pandang tepi.
Sepuluh lebih prajurit berkuda itu berputar mengelilingi antrian, perlahan mendekati depan perkemahan namun tidak turun dari kuda. Mereka hanya berbaris membentuk satu garis. Dari antara mereka, seorang penunggang kuda berbaju zirah kulit maju beberapa langkah, sorot mata suramnya menyapu rombongan pasukan yang gelisah bagai anjing kehilangan rumah, diam-diam menghela napas.
“Angkat semua kepala kalian.”
Suara dingin itu menggema di tengah angin menusuk, memenuhi seluruh ruangan.
Setelah keheningan singkat, dua perwira di barisan depan tiba-tiba berteriak pelan: “T, Tuan Sogel?”
“Ini Tuan Sogel!”
“Jenderal Sogel!”
……
"Jenderal" yang memasuki kota ini tak lain adalah Sogel, komandan terakhir Distrik Militer Korsika yang berhasil ditaklukkan Char.
Sebagai satu-satunya perwira militer yang tersisa di Distrik Militer Korsika, dan pernah memiliki kewibawaan di pasukan Korsika, Char menghabiskan banyak tenaga dan pikiran untuk menaklukkan Jenderal Sogel ini. Bahkan demi mendapatkan Sogel, dia rela meninggalkan penerus Gubernur Distrik Militer Korsika, Gaiya.
Dengan orang yang sangat berguna seperti ini di genggamannya, mana mungkin Char tidak memanfaatkannya dengan maksimal?
Dalam rencana kali ini, Char membawa 800 pasukan berkuda masuk ke County Syltan untuk terus maju, tidak merekrut pasukan yang menyerah di sepanjang jalan. Bukan karena Char tidak tertarik dengan pasukan menyerah tersebut, tapi pasukan kavalerinya mengandalkan kecepatan dan serangan mendadak, tidak punya waktu untuk berhenti dan merekrut pasukan dengan tenang. Sebagai pelengkap dan cadangan rencana, Jenderal Sogel diperintahkan Char untuk bergerak perlahan di belakang, mengikuti rute serangan pasukan kavaleri Char, sambil mengumpulkan pasukan yang menyerah untuk dimanfaatkan Char.
Sogel sendiri adalah perwira tinggi Distrik Militer Korsika yang juga punya kewibawaan. Di antara pasukan bawahan besar orang Odin ini, sebagian besar adalah pasukan menyerah dari Korsika. Pasukan menyerah ini berjumlah lebih dari 2000 orang, pimpinannya adalah seorang perwira level regu bendera yang bisa dianggap masuk kategori perwira senior. Dulu di Distrik Militer Korsika, mereka pernah melihat perwira tinggi sejati seperti Sogel. Meski yang lain tidak mengenal wajah Sogel, mereka pernah mendengar namanya.
Sebagai orang yang merekrut pasukan menyerah ini, Sogel adalah kandidat terbaik!
“Dia pernah menjadi bagian dari Distrik Militer Korsika, familiar dengan situasi pasukan Corsica, dan memiliki kewibawaan. Dari sudut pandang maksud tersembunyi Char, Sogel memiliki karakter jujur tanpa ambisi pribadi. Karena sudah tunduk padanya dan sepenuhnya mengandalkan harapan balas dendam pada dirinya, maka tidak perlu khawatir Sogel akan berkhianat.”
“Benar saja, ketika nama 'Sogel' diteriakkan, rombongan pasukan yang tadinya membeku ketakutan langsung gempar. Banyak perwira dan prajurit yang awalnya panik atau kebas, wajah mereka langsung bersinar penuh harapan mendengar nama ini!”
“Terutama banyak yang terlihat jelas seperti baru melepaskan napas lega.”
“Melihat keributan di rombongan, sorot mata Sogel menjadi kompleks. Namun kilau kompleks itu segera berubah menjadi keras bagai besi!”
“Diam!!”
“Dia menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba berteriak tegas. Tatapan tajamnya menyapu para perwira di barisan depan: 'Di pasukan harus berbaris rapi! Berisik seperti apa ini! Yang masih ribut, ditahan dan dipotong!'”
“Begitu dia marah, lebih dari sepuluh tombak berkuda di sampingnya langsung dijulurkan horizontal. Ujung-ujung tombak berkilauan yang mengarah ke rombongan tawanan itu memancarkan kilau dingin!”
Sejujurnya, jika benar-benar memancing kekacauan, meskipun dua ribu tentara yang menyerah ini tidak punya tulang punggung dan sifat liar, jika benar memberontak, bukan berarti selusin lebih prajurit berkuda ini bisa benar-benar menekan. Dua ribu melawan sepuluh lebih orang, tak perlu bertarung, berhamburan maju, terhimpit pun sudah mati.
Tapi mengingat beberapa hari sebelumnya pasukan berkuda Char masih terasa, begitu melihat situasi tidak benar, para tentara yang menyerah langsung berhenti berbisik-bisik panik, satu per satu kembali diam, hanya memandangi Sogel di depan dengan panik, bahkan antrian pun diam-diam mundur beberapa langkah.
Sogel mendengus dingin, wajah penuh kemarahan: "Lihatlah kalian seperti apa! Tadinya juga adalah tentara yang serius! Tapi sekarang aku hanya melihat lumpur tak berbentuk!"
Dia menghela napas, mengangkat tangan menunjuk beberapa perwira di barisan depan: "Kalian yang jawab, yang lain diam!"
Beberapa perwira tawanan yang ditunjuknya saling pandang, akhirnya satu yang jabatannya tertinggi maju dua langkah, memberi hormat dengan nada hormat: "Yang Mulia Mudan..."
Begitu mendengar panggilan itu, wajah Sogel langsung menjadi muram!
Dulu saat bertugas di Distrik Militer Korsika, jabatannya memang Mudan. Sebagai pendukung militer putra sulung Gubernur, posisi Mudan di Distrik Militer Korsika termasuk peringkat atas.
Namun pada titik ini, jelas ini adalah perwira pasukan yang menyerah dari Distrik Militer Korsika yang sudah lama mengabdi yang menyebutkan jabatan ini, jelas berharap Sogel masih memiliki nostalgia. Namun Sogel tiba-tiba berubah pucat, menyela lawannya, mendengus dingin dan berteriak: "Panggilan masa lalu, tidak perlu disebut lagi!"
Setelah jeda sebentar, dia berkata perlahan: "Sekarang saya berada di bawah komando Marsekal Wilayah Utara Kekaisaran, Tuan Char, memegang jabatan Jenderal Divisi Korps Ketiga Komando Wilayah Utara! Kalian cukup memanggilku 'Sang Jenderal'! Jangan lagi menyebut panggilan lama!"
Perwira pasukan menyerah itu cukup lihai, langsung mengubah perkataannya: "Ya! Sang Jenderal!"
Wajah Sogel sedikit melunak, baru kemudian bergumam berat: "Berapa total personel resmi di batalyonmu? Berapa prajurit tempur, berapa pasukan pendukung? Laporkan dengan detail."
Perwira itu tampak pahit namun tetap sopan: "Paduka, jumlah pasukan tambahan terdaftar di kota saat ini adalah 2.336 orang... Kami sebelumnya bergabung dengan orang Odin, para barbar Odin itu mana paham sistem militer. Setelah direkrut, kami tidak dibedakan antara pasukan tempur dan pendukung, hanya dikelompokkan dalam satu batalyon... Sekarang tersisa 2.015 orang, semuanya ada di sini... Beberapa hari terakhir sejak kota jatuh, ada beberapa desertir yang kabur, sisanya semua di sini."
Sogel menyeringai sinis: "Desertir? Hmph, kota sudah jatuh berhari-hari, tanpa pengawasan, kenapa kalian tidak kabur?"
Perwira itu menjawab dengan jujur: "Pasukan Bizantium yang sebelumnya menghancurkan kota, menyita semua kuda dan ternak di kota. Yang bisa dibawa pergi dibawa, yang tidak bisa dibawa juga disembelih. Di cuaca bersalju dan beku ini, County Siltan yang sudah dirusak orang-orang Odin menjadi sepi. Tanpa kuda, sembarangan lari keluar kota, tidak sampai dua hari pasti mati beku atau kelaparan. Bukan kami tidak mau lari, tapi tidak berani..."
Sogel mengangguk, menatap perwira ini lebih lama: "Kau memang bicara jujur."
Ia berhenti sejenak, lalu bergumam berat: "Karena kota ini sudah direbut pasukan resmi Kekaisaran kami, aku diutus untuk mengambil alih! Kalian yang menempati sini, jika mau menyerah, akan kuterima sebagai bawahanku! Jika tidak... Hmph, pasukan Komando Wilayah Utara akan segera ke selatan, 8000 prajurit berkuda akan menyapu bersih. Bagi yang ingin mengorbankan nyawa untuk orang Odin, silakan cari kematian!"
Meski ucapan Sogel palsu, "8000 prajurit berkuda" itu benar-benar membuat mereka terdiam!
Beberapa hari lalu, hanya dengan ratusan prajurit berkuda saja, seribu lebih orang Odin sudah dibantai habis dalam sekali charge! Apalagi jika datang 8000...
Lagipula pasukan yang menyerah ini sejak awal tidak punya niat melawan, apalagi berjuang untuk orang Odin, sama sekali tidak mungkin.
Mendengar ini, perwira itu sama sekali tidak ragu lagi. Segera ia yang pertama menekuk satu lutut ke tanah, berteriak penuh energi: "Mau menyerah pada Dewasa!"
Begitu dia memimpin, beberapa perwira di belakangnya segera bersimpuh. Para prajurit di belakang mereka pun meniru, dalam sekejap, berkerumun gelap-gulita berlutut semua.
Sogel dengan wajah datar berkata perlahan: "Karena kalian menyerah, aku takkan memperlakukan pasukan seperti barbar Odin! Mulai hari ini, dua ribu orang kalian sementara dijadikan satu regu bendera." Dia menunjuk perwira pemimpin: "Posisi Juru Bendera regu bendera, kau pegang sementara!"
Wajah perwira itu berseri, tapi kemudian Sogel bergumam berat: "Setelah dimasukkan ke Divisi Ketiga Komando Wilayah Utara, kalian tunduk pada hukum militer Kekaisaran! Aku bukan barbar Odin yang mudah ditipu! Aturan pasukanku ketat. Siapa melanggar perintah, takkan kuhiraukan hubungan lama!" Menunjuk perwira itu: "Lakukan tugasmu baik-baik. Marsekal kami tegas dalam hadiah dan hukuman. Berprestasi, ada masa depan. Gagal..."
Tak perlu kata-kata lagi. Dua kali senyuman sinisnya cukup membuat mereka berkeringat dingin.
Tanpa pertumpahan darah, Sogel dengan kewibawaan merebut kota kecil ini. Dua ribu pasukan yang menyerah seluruhnya direkrut.
"Komando Wilayah Utara Divisi Ketiga" yang disebut-sebut itu ternyata bukan palsu. Sebelum keberangkatan Char dalam ekspedisi militer ini, Sogel benar-benar ditunjuk untuk jabatan tersebut. Namun, "Divisi Ketiga" ini sebenarnya hanya eksis di atas kertas. Meski Sogel menjabat sebagai Jenderal pemimpin pasukan, kekuatan di bawah komandonya hanyalah sepuluh lebih pengawal yang ikut dalam rombongan ini. Persoalan logistik, zirah, atau persenjataan sama sekali tidak ada bayangannya.
Rencana licik Char adalah memimpin penaklukan sepanjang perjalanan sementara Sogel perlahan menyusul dari belakang untuk merekrut pasukan yang menyerah dan bergabung. "Divisi Ketiga Komando Wilayah Utara" ini sejatinya dirancang Char sebagai strategi "menangkap serigala dengan tangan kosong".
Kalkulasi ini terbilang cerdik. Dalam skenario Char, jika berhasil maka dengan kewibawaan Sogel di masa lalu di Distrik Militer Korsika, mempersiapkan pasukan yang menyerah tersebut akan memberinya satu divisi lengkap secara gratis. Setelah direorganisasi, pasukan mantan Distrik Militer Korsika yang terkenal berkualitas ini - meski sempat kehilangan semangat usai kekalahan dan aneksasi oleh orang Odin - masih bisa diandalkan.
Sebagai opsi terburuk, jika gagal... Char toh tidak menginvestasikan modal apapun. Kerugian sama sekali tidak ada.
Sogel hanya tinggal setengah hari di kota ini, lalu meninggalkan lima ratus orang untuk mempertahankan kota, memerintahkan sisa pasukan yang menyerah untuk berkumpul, kemudian secara personal memimpin pasukan keluar kota menuju selatan - mengikuti rute pergerakan pasukan Char sebelumnya.
Beberapa pos terdepan sudah dihancurkan Char sebelumnya. Di dalam kota, masih ada pasukan tambahan yang menyerah menunggu Sogel untuk merekrut mereka!
Setelah kemenangan besar Mannings, semangatnya sangat tinggi. Pasukan Korsika semuanya direkrutnya, tapi tidak berani menempatkan mereka di wilayah asal. Mengingat risiko pasukan lokal menjaga tanah air bisa menimbulkan kekacauan, sebagian besar pasukan itu dibubarkan dan ditempatkan di County Siltan.
Menurut perhitungan Char dan Sogel, total pasukan menyerah dan tambahan di berbagai wilayah County Siltan mungkin mencapai 20-30 ribu! Dengan terus merekrut sepanjang perjalanan seperti bola salju, meski awalnya lemah, begitu terkumpul 10 ribu orang, reputasi mereka akan langsung berubah!
Nantinya, dengan kewibawaan Sogel yang bertugas dan intimidasi pasukan berkuda Char, mereka mungkin bisa menjadi kekuatan yang mampu mempengaruhi situasi pertempuran!
※※※
Sogel sedang menjalankan rencana Char merekrut pasukan kota demi kota di belakang, sementara di kota baru sebagai ibukota kabupaten County Siltan, pasukan berkuda Char sudah memasuki kota!
“Pertarungan sudah lama berakhir. Meski Morka masih menyisakan lima ratus prajurit Odin di kota saat berangkat perang, kekalahan di medan tempur luar, pasukan berkuda Char menerobos gerbang kota, dan pemimpin di dalam kota, putra sulung Mannings yaitu Morka sendiri juga dibunuh oleh Char di bawah gerbang kota! Keperkasaan seperti ini sudah membuat sisa pasukan penjaga di kota menggigil ketakutan.”
“Seluruh pasukan Char menerobos masuk ke kota. Orang-orang Odin di dalam kota juga sudah kehilangan semangat untuk bertahan mati-matian. Sejumlah kecil prajurit Odin yang masih percaya diri dengan kemampuan bela diri mereka mencoba bertarung habis-habisan, tapi dalam sekejap sudah dihancurkan berkeping-keping. Bahkan lebih dari seratus prajurit Odin menunggangi rusa kutub dan panik melarikan diri melalui gerbang lain!”
“Orang Odin tidak melakukan pertempuran jalan-jalan untuk mempertahankan kota, malah menyisakan banyak tenaga bagi Char. Pasukan berkudanya memasuki kota dan dengan mudah membersihkan sisa perlawanan. Setelah pertempuran kacau, ada sekitar seratus prajurit Odin yang terluka dan ditawan - mereka adalah pasukan elit dari klan inti Pasukan Salju Merah.”
“Tapi terhadap tawanan-tawanan ini, Char bahkan tidak berminat melirik sekalipun.”
“Potong semua kaki mereka, telanjangi, lalu buang ke tanah salju di luar gerbang kota!”
Suara Char dingin menusuk, sorot matanya penuh aura mengerikan: “Bukannya orang Odin ini selalu mengaku tidak takut dingin? Biarkan mereka bermalam di luar kota. Besok kirim orang untuk memeriksa, jika masih ada yang hidup tangkap kembali untuk diinterogasi.”
Perintahnya ini secara efektif memutus semua jalan keselamatan bagi tawanan Odin itu!
Orang Odin meskipun lahir di Utara dan tahan terhadap hawa dingin, di musim sekeras ini dengan kaki terputus, baju dilepas dan dilempar di luar kota, luka berdarah, ditambah telanjang bulat di salju semalaman - bahkan prajurit Odin paling berotot sekalipun pasti mati beku!
Mengenai ucapan "jika masih ada yang hidup..." jelas sudah hampir tidak mungkin.
Perintah Char seperti ini dieksekusi tanpa ragu oleh pasukan kavaleri bawahannya. Dalam sekejap, semua tawanan telanjang dilempar ke luar kota dengan masing-masing kaki terputus!
Di atas hamparan salju luar gerbang kota, seratus lebih tubuh telanjang dengan kaki terpotong, darah menggenang di mana-mana. Ratusan orang Odin bergulat di salju - yang berani mengumpat habis-habisan, yang malang merintih kesakitan.
Seketika, pasukan pendukung di atas dan bawah tembok kota semuanya berubah pucat, jantung berdebar ketakutan!
Char bahkan naik ke puncak tembok sendiri, berdiri di sana dengan pandangan dingin. Setelah mengamati sebentar, Nenei di sampingnya akhirnya tak tahan menghela napas: "Char, apakah ini terlalu..."
Sorot mata Nenei penuh belas kasihan, alisnya berkerut: "Di medan perang, mati biasa saja. Kalau kau tak mau mengampuni tawanan, bunuh langsung dengan satu tebasan - kenapa harus menyiksa begini?"
Xia Ya menatap Nenei, matanya tak lepas mengawasi Nenei sekian lama, baru kemudian perlahan menghela napas.
Dengan lembut, suara serius Xia Ya menyelinap ke telinga Nenei.
"Bukan karena aku kejam, atau doyan membunuh. Jumlah pasukan kita terlalu sedikit. Di kota masih ada lebih dari dua ribu tentara bawahan dan pasukan yang menyerah. Ini sarang Mannings, dikelolanya selama setengah tahun lebih. Pasukan kapitulan di sini adalah hasil konsolidasi terbaiknya, bahkan sudah disusupi orang-orang kepercayaan yang tulus menyerah... Kita pasukan pendatang yang merebut tempat ini. Meski pertarungan hari ini berhasil mengintimidasi mereka, pasti masih ada yang menyimpan niat jahat di hati! Caraku ini semata-mata untuk membangun wibawa! Biar pasukan elit Odin yang dulu angkuh itu meronta-raung dalam salju di depan mata mereka sendiri! Biar semua pasukan kapitulan di kota ini paham: Berani melawan kami akan menghadapi hukuman kejam seperti ini! Meski perjalanan ke selatan kita cukup mulus, bahkan sekarang pun kita masih berjalan di atas kawat baja! Dalam situasi normal, masih banyak cara untuk menarik kembali hati orang, selain intimidasi ada pendekatan lunak... Tapi sekarang, tak ada waktu untuk pendekatan sabar semacam itu! Dalam waktu sesingkat ini, hanya dengan membunuh aku bisa tegakkan wibawa! Dengan darah untuk mengguncang jiwa!"
Sambil berkata, Xia Ya diam-diam menunjuk beberapa perwira pasukan kapitulan di atas tembok kota: "Lihatlah wajah mereka."
Nenei hati berdesir, menoleh ke belakang. Ternyata, para perwira pasukan yang menyerah itu memandangi rintihan di hamparan salju bawah gerbang kota. Setiap wajah mereka pucat pasi, sorot mata dipenuhi ketakutan.
Nenei akhirnya menghela napas. Meski masih ada rasa tak tega, terpaksa mengakui bahwa cara Char memang efektif.
Char menarik napas perlahan, kembali memandangi Nenei: "Saat kita masuk kota, ada sekitar seratus prajurit berkuda Odin yang kabur lewat pintu samping. Sengaja kubiarkan mereka hidup! Pasti para saksi hidup ini langsung berlari memberi tahu Mannings di garis depan. Hmph..."
Ia menyeringai sinis, berbisik: "Begitu Mannings dengar sarangnya dihancurkan dan putranya kubunuh, dengan temperamennya, pasti menarik seluruh pasukan kembali! Pengepungan Pasukan Green di depan otomatis terpecah. Tapi kita akan menghadapi amarah dahsyat Mannings. Pasukan Salju Merah-nya adalah pasukan elit terlatih, ditambah duka kehilangan anak - mungkin dia akan menghabisi kita mati-matian. Meski ratusan prajurit kita handal, tetap tak sanggup lawan puluhan ribu korps besar. Pertempuran kemarin hanyalah pembuka! Di bawah tembok kota baru inilah pertarungan sesungguhnya akan terjadi!"
Sorot mata Char semakin tajam. Dengan tangan kanan terkepal erat, ia mengacungkannya tinggi-tinggi ke langit.
“Aku akan mengakhiri situasi di Utara dalam satu pertempuran di bawah kota baru ini! Pasukan Salju Merah tidak akan kuizinkan kembali ke Utara walau sehelai zirah pun! Pasukan Salju Merah adalah tentara dari Suku Barshak, salah satu dari lima klan besar Odin. Karena mereka berani menyerbu Selatan kali ini, maka aku akan membuat klan Barshak mereka dipenuhi puluhan ribu janda dan yatim piatu! Aku akan memastikan selama beberapa generasi ke depan, keturunan klan Barshak tidak akan berani memiliki secuil keinginan untuk melirik ke Selatan!”
Nenei menatap Char, mendengar suara dingin dan kejamnya, jantungnya berdebar tak karuan. Ia merasa sosok Char di hadapannya kini terasa berbeda dari sebelumnya.
Dalam hatinya, terbayang jelas klimaks pertempuran sebelumnya saat Char tiba-tiba melepaskan aura dewa, membunuh Morka dengan tangannya sendiri, lalu menghancurkan gerbang kota dalam satu serangan!
Kharisma supernatural yang begitu dahsyat itu masih segar dalam ingatannya.
"Dia sebelumnya begitu lemah, tapi bagaimana bisa dalam beberapa hari ini tiba-tiba memancarkan kegagahan sekuat ini?"
Seolah merasakan tatapan aneh Nenei, Char menunduk, menghela napas, lalu mengarahkan pandangannya ke teriakan ketakutan di bawah gerbang kota...
"Begitu sangkar telah terbuka, tak ada lagi belenggu! Biarlah pembantaian ini terjadi tanpa sisa belas kasihan! Ini pertarungan hidup dan mati tanpa kompromi! Hari ini mungkin kauanggap aku kejam, tapi jika aku kalah, yang tergeletak menjerit di salju itu akan menjadi diriku, Char, beserta rakyat dan tentaraku!"
