Di luar kota baru, kamp Pasukan Salju Merah tetap sepi tanpa aktivitas selama dua hari berturut-turut.
Pasukan yang berada di luar kota baru sempat menyerang sebentar di hari pertama kedatangan. Namun sejak hari kedua, semua aktivitas tiba-tiba dihentikan tanpa jejak. Keanehan ini membuat pasukan penjaga di atas tembok diliputi keraguan.
Pasukan Salju Merah () Mannings yang termasyhur, sejak bergerak ke selatan, telah menghabisi Korps Ketujuh dan membumihanguskan Distrik Militer Korsika, semua ini adalah jasa perang dari strategi saling beradu kekuatan mentah! Reputasi tempur Pasukan Salju Merah dan kesan licik Mannings yang berpengalaman, tentu sudah berakar kuat dalam hati pasukan penjaga ini.
Orang Odin tiba-tiba berhenti menyerang kota... Apakah Mannings itu sedang diam-diam merencanakan ide licik lagi?
Kebakaran besar di kota baru berhasil dipadamkan setelah menyala selama satu hari satu malam.
Dari luar, kobaran api di kota ini tampak dahsyat dan tak terkendali, namun sebenarnya pengendalian kekuatan momentum api di dalam kota sangat ketat.
Untuk mengontrol kekuatan momentum api, Nenei telah memerintahkan pembersihan jalan-jalan di sekitarnya, dan mengerahkan ratusan orang siaga di sekitar puluhan sumur dekat lokasi kebakaran.
Kota baru ini adalah kota besar di County Syltan yang makmur, daerah penghasil pangan dengan ciri khas: kelimpahan sumber daya air. Banyak sungai mengelilingi kota, air tanah melimpah, terdapat puluhan sumur dalam dan dangkal di dalam kota, saluran air terbuka dan tertutup, ditambah musim dingin yang lembab pasca turun salju.
Karena itulah Nenei yakin saat membakar kota ini, tidak takut api menjalar, malah membakar seluruh kota.
Awalnya maksudnya membakar untuk mengintimidasi musuh. Jika sampai api tak terkendali malah membakar diri sendiri, itu baru akan menjadi lelucon yang sangat memalukan.
Taktik membakar untuk menakut-nakuti musuh ini adalah strategi yang diam-diam diberikan Char pada Nenei sebelum keluar kota. Saat Char memimpin pasukan keluar kota, dia pernah berbisik pada Nenei membahas rencana ini.
Logistik dan persediaan di kota baru adalah taruhan nyawa Mannings. Membakarnya berarti menghancurkan fondasi kekuatan Mannings! Moral Pasukan Salju Merah pasti akan merosot drastis!
Meski sangat disayangkan membakar tumpukan harta sebanyak ini — perlu diketahui, kondisi ekonomi Char sendiri juga sulit. Wilayah kekuasaannya kecil, basisnya lemah, memelihara lebih dari 20.000 pasukan saja sudah sangat melelahkan.
Tapi api ini HARUS dinyalakan!
Nenei pernah mengusulkan untuk membakar beberapa rumah kosong saja, mungkin bisa mengecoh pasukan di luar kota.
Char hanya tersenyum tipis.
Bukan karena ide Nenei dianggap aneh, tapi bagi rubah tua berpengalaman seperti Mannings yang mahir membaca situasi, trik kecil seperti ini mungkin sulit menipunya.
Perlu diketahui, jenis barang yang terbakar akan menghasilkan bentuk kepulan asap berbeda. Mannings yang berpengalaman setengah umur dalam perang pasti bisa membedakannya... Bahkan para pengintai veteran di pasukan pun bisa melihat perbedaannya!
Persis seperti saat Mannings menyadari ada yang aneh dengan kepulan asap dapur pasukan Green sebelumnya! Jika Mannings tahu ini hanya akting bakar-bakaran palsu, alih-alih melemahkan mentalnya, justru akan meningkatkan semangat tempurnya.
Persediaan makanan ini, terbakar ya sudah terbakar!
Namun, Nenei pada akhirnya masih memiliki perhitungan kewanitaan. Sebelum membakar, dia masih menyuruh orang mengeluarkan sebagian kecil persediaan makanan untuk disimpan terpisah.
Begitu api ini dinyalakan, Pasukan Salju Merah di luar kota tiba-tiba menjadi sunyi. Selama dua hari penuh, mereka hanya meringkuk di kamp luar kota tanpa melakukan penyerangan, bahkan serangan palsu atau gangguan pura-pura pun tidak ada——Menurut logika biasa, pihak penyerang kota meski tak berniat langsung melancarkan serangan, setidaknya akan mengirim orang untuk mengumpat atau membuat keributan di gerbang kota demi mengacaukan moral pasukan penjaga.
Tapi selama dua hari ini, tak ada bayangan orang Odin pun di gerbang kota. Kedua pihak saling memandang dari kejauhan, menciptakan suasana "aman-aman saja" yang aneh.
Meski Nenei bukan jenderal berpengalaman, setidaknya dia mengerti pengetahuan umum: Sikap Pasukan Salju Merah ini terlalu misterius!
Bahkan, ini seperti sengaja mencari masalah sendiri!
Pasukan Salju Merah kali ini turun ke medan perang sepenuhnya untuk menghadapi Green. Sudah cukup lama mereka berperang, selama ini pemborosan logistik di pasukan bergantung pada pasokan terus-menerus dari Kota Baru yang menjadi markas. Tapi setelah Kota Baru diserbu, selama perjalanan pulang memakan waktu tujuh hari, ditambah dua hari berhenti di gerbang Kota Baru.
Secara teori, persediaan makanan Pasukan Salju Merah mungkin sudah hampir habis!
Dalam perang, logistik adalah urusan terpenting bagi pasukan!
Pasukan Salju Merah dengan puluhan ribu prajurit, konsumsi hariannya mencapai puluhan ribu kati!! Dalam sepuluh hari, itu menjadi ratusan ribu kati!
Secara tradisional, para ahli strategi militer memahami bahwa ketika menggerakkan pasukan besar, mustahil membawa semua persediaan makanan sekaligus - jika tidak, bukannya berperang, para prajurit justru akan sibuk mengangkut logistik!
Cadangan makanan dalam pasukan biasanya dihitung per setengah bulan: membawa persediaan untuk konsumsi dua minggu, kemudian diisi ulang terus-menerus melalui jalur logistik dari belakang. Bagaimana mungkin pasukan puluhan ribu membawa bekal berbulan-bulan dalam ekspedisi perang?
Pasukan Salju Merah kehilangan markas mereka di Kota Baru, jalur logistik mereka terputus secara alami. Dengan waktu perjalanan pulang plus pengepungan saat ini, diperkirakan stok makanan mereka memang hampir habis!
Masalahnya, Nenei juga memahami pikiran Char. Dengan sengaja membakar cadangan di kota, dia pasti telah membuat moral Pasukan Salju Merah kacau-balau - siapa yang tidak panik kehabisan makanan?
Tapi sekarang, suasana sepi ini terasa... aneh!
Nenei membayangkan: Jika dia berada di posisi Mannings, hanya ada dua pilihan: Mengobarkan serangan habis-habisan, merebut kota dan membantai musuh meski persediaan terbakar, setidaknya untuk meluapkan amarah.
Atau, segera mundur mencari wilayah lain untuk memperoleh logistik!
Tapi apapun pilihannya, harus cepat! Berdiam diri seperti ini justru melanggar prinsip dasar strategi perang!
Apa sebenarnya rencana tersembunyi Pasukan Salju Merah di luar kota?
※※※
Sejujurnya, Pasukan Salju Merah sama sekali tidak merencanakan sesuatu.
Meskipun Char telah merencanakan sebelumnya, meskipun Nenei juga tidak bodoh, siapa sangka bahwa tulang punggung Pasukan Salju Merah, pemimpin inti Tuan Mannings, justru mati di momen krusial ini.
Sebagai kepala suku dan komandan, Mannings dikenal sangat berwibawa, perkataannya tak terbantahkan di dalam suku.
Namun kenyataannya... begitu dia tiba-tiba tiada, posisi pemimpin menjadi kosong, pasukan langsung kehilangan pemimpin! Meskipun ada banyak kepala suku lain, serdadu penjaga, dan tetua di pasukan, tak satu pun memiliki kewibawaan yang bisa menekan semua orang.
Seandainya Morka masih di pasukan, mungkin dia bisa menggunakan statusnya sebagai penerus sah untuk memaksa para hadirin mendengarkan perintah. Masalahnya... Morka sudah dibunuh Char dalam Pertempuran Kota Baru!
Komandan mati, penerus juga mati.
Sebelum meninggal, Mannings menitipkan yatim piatu. Meski menunjuk Fielding untuk memimpin situasi besar, setelah kematiannya... situasi justru berubah!
Semasa hidup, Mannings dikenal otoriter dan mengendalikan segalanya sendiri. Sebagai kepala suku, tak ada yang berani melawannya. Namun dia memiliki kelemahan: Terlalu otoriter! Seluruh kekuasaan digenggamnya sendiri tanpa melatih wakil yang kompeten. Mungkin ini sengaja dilakukannya untuk mempertahankan kekuasaan, namun kini justru menjadi kelemahan mematikan terbesar Pasukan Salju Merah.
Fielding tentu saja memimpin pasukan pribadi Mannings. Pasukan pribadi Mannings juga merupakan yang terkuat di antara berbagai kamp Pasukan Salju Merah (), seluruhnya terdiri dari prajurit elit klan mereka sendiri.
Namun Pasukan Salju Merah yang merupakan pasukan standar Odin ini, sejak dulu memiliki sistem militer internal yang kasar. Tidak seperti tentara Bizantium yang terorganisir rapi, sebuah pasukan seringkali menjadi miniatur suku. Setiap kali perang terjadi, kepala suku akan berteriak dari ketinggian, lalu berbagai suku di bawahnya akan memobilisasi pemuda berotot untuk membentuk pasukan.
Tanpa sistem militer yang ketat, pasukan seperti ini sebenarnya lebih mirip "kerangka pasukan gabungan". Puluhan ribu Pasukan Salju Merah berasal dari pasukan sekutu berbagai suku dalam klan Barshak. Saat Mannings masih hidup, sebagai kepala suku ditambah kekuatan pasukan pribadinya yang terkuat, ia bisa menekan seluruh pasukan dan perkataannya tak terbantahkan. Tapi begitu dia mati... yang muncul memberontak jadi banyak!
Suku Barshak adalah salah satu dari lima suku besar Odin. Dalam perkembangan bertahun-tahun, sejarah suku besar ini penuh dengan penggabungan berulang... Suku besar memangsa suku kecil, jalan untuk ekspansi dan penguatan.
Di negara liar dengan sistem seperti ini, tidak ada hukum yang patut disebut.
Suku besar menyerang suku kecil, setelah ditelan, nama suku kecil diubah menjadi bagian dari "Klan Barshak".
Setelah kematian Mannings, meskipun Fielding adalah tetua dalam suku, dan dia juga keturunan asli murni suku Barshak yang sebenarnya - bukan dari suku lain yang bergabung melalui ekspansi - namun kewibawaannya masih kurang.
Meskipun Mannings menyerahkan pasukan intinya kepada Fielding, masalahnya adalah... dalam pertempuran ini, pasukan inti Mannings justru menderita kerusakan terbesar!
Dua ribu pasukan elit yang ditugaskan menjaga kota baru, merupakan pasukan inti dari klan mereka sendiri, semuanya dibasmi oleh Char.
Ribuan pasukan berkuda yang berkumpul dan langsung menerjang kota baru, juga merupakan pasukan elit inti, ikut dihancurkan!
Pasukan Salju Merah-nya mengklaim memiliki puluhan ribu personel, namun sebenarnya pasukan inti Mannings tidak sampai setengahnya, bahkan dengan perhitungan maksimal hanya 15.000 anggota suku. Kerugian berturut-turut ini telah menghabiskan energi Langit-Bumi mereka! Terutama pasukan berkuda elit, benar-benar tersapu bersih!
Selain itu ada satu situasi lagi: Di antara Pasukan Salju Merah, prajurit klan inti yang saat ini berada di kamp hanya lima atau enam ribu orang!
Dari total 15.000 prajurit klan asli, sebenarnya sebelum perang ini Mannings telah membubarkan sebagian, menempatkan mereka di berbagai lokasi di County Syltan untuk berkemah.
Ini awalnya hanya taktik Mannings untuk mengendalikan bawahan. Pasukan inti dari klannya sendiri yang loyal, bisa dipercaya untuk ditempatkan di luar. Sementara pasukan non-klan dijaga dekat di bawah pengawasannya langsung, baru bisa membuatnya tenang!
Masalahnya adalah, itu semua berlaku saat Mannings masih hidup!
Saat Mannings masih hidup, jangan bicara soal apakah dia dikelilingi sejumlah besar prajurit kavaleri terdekat atau tidak! Bahkan jika dia sendirian, hanya membawa pasukan dari suku-suku lain, kewibawaan yang melekat padanya sudah cukup membuat tak seorang pun berani melanggar perintahnya!
Oleh karena itu, dalam ekspedisi kali ini, Mannings hanya membawa lebih dari 8.000 prajurit terdekat dari klannya. Pasukan elit lainnya diserahkan kepada Morka di Kota Baru sebanyak lebih dari 2.000 orang, disebar di berbagai wilayah County Siltan - ada yang ditempatkan ratusan, ada yang lebih dari seribu. Menempatkan pasukan di daerah terpencil jauh dari markas besar adalah sikap khas raja lokal, sekaligus memberi ruang untuk "bonus dan keuntungan" yang sengaja disiapkan Mannings untuk pasukan klannya.
Tapi situasi sekarang sudah berbeda!
Dari 8.000 lebih prajurit terdekat yang ikut dalam pasukan, setelah ribuan kavaleri dihabisi, hanya tersisa lima atau enam ribu orang. Sementara pasukan dari suku-suku lain hampir tidak mengalami kerugian.
Pergeseran kekuatan ini, ditambah kematian Mannings dan Morka yang seperti ayah dan anak!
Tanpa tekanan dari atas, pikiran bawahan mulai sulit ditebak!
Fielding, sesuai wasiat Mannings, mengambil alih komando pasukan terdekat. Rencananya, sehari setelah kematian Mannings, dia akan memerintahkan seluruh pasukan bergerak ke utara.
Tapi setelah perintah dikeluarkan, yang membuat Fielding geram... perintah itu justru tidak bisa dijalankan!
Beberapa pemimpin suku bahkan terang-terangan menolak perintah!
Di Pasukan Salju Merah, secara hierarkis setiap batalion mewakili kekuatan suku-suku dalam klan. Para pemimpin suku juga memiliki posisi setara dengan tetua adat, sehingga sejajar dengan Fielding dalam hal status.
Kurangnya kharisma Fielding sebelumnya membuatnya kesulitan memerintah suku-suku bawahan saat ini.
Selama dua hari ini Pasukan Salju Merah tetap diam, namun di tenda komando panglima, debat sengit hampir membalikkan langit!
Para pemimpin suku - sebagian berasal dari klan Barshak sendiri, sebagian lagi bekas suku kecil yang ditaklukkan - kini menyimpan agenda masing-masing!
Saat Fielding menyampaikan perintah terakhir Mannings untuk mundur, lebih dari separuh pemimpin langsung menentang secara terbuka!!
Alasan mereka pun beragam!
Sebagian mendesak segera menyerbu Kota Baru dengan alasan kuat: membalas dendam untuk Kepala Suku Mannings dan Morka.
Sebagian menganggap rencana pulang ke utara bodoh: "Kita masih punya puluhan ribu prajurit di sini! Seluas kerajaan ini, mana yang tak bisa kita tuju? County Syltan sudah seperti daging berlemak di mulut! Masak mau dimuntahkan? Meski logistik kurang, kita bisa mencari daerah lain, mengumpulkan persediaan, merorganisasi pasukan. County Syltan tetap milik kita!"
Ada pula yang mengusulkan segera balikkan pasukan untuk menghabisi pasukan Green, menggunakan momentum kemenangan untuk membangkitkan semangat tempur.
Singkatnya, apapun argumen mereka, semua sepakat bahwa perintah pulang ke utara adalah instruksi paling absurd.
Meski semua orang masih takut pada sisa kewibawaan Mannings di masa lalu, dan belum berani terang-terangan mencela perintah terakhir ini, beberapa orang memberanikan diri menyatakan: Sebelum meninggal, Kepala Suku mungkin sedang tidak waras karena sakit parah, sehingga mengeluarkan perintah absurd seperti ini. Kita tidak boleh ikut tidak waras! Karena tahu ini perintah kacau, kita tidak boleh mengeksekusinya.
Beberapa yang berwatak keras dan menyimpan ambisi bahkan langsung menggulung lengan baju sambil berteriak-teriak: "Meski Kepala Suku sudah mati, aku masih ada...!" dan kata-kata sejenisnya!
Situasi seperti ini membuat Fielding pusing tujuh keliling, sekaligus berdebar-debar dalam hati!
Terlepas dari benar salahnya pendapat para kepala suku ini, hanya dengan melihat keributan di depan matanya, Fielding sudah bisa memastikan: Perintah terakhir Mannings untuk segera kembali ke utara itu benar!
Dalam satu pasukan, muncul lebih dari sepuluh suara berbeda. Di atas tidak ada komandan kuat, di bawah lebih dari sepuluh komandan batalion saling tidak mengakui—bagaimana mungkin bisa berperang?!!!
Melihat Kepala Suku tewas, para bajingan ini satu per satu muncul. Beberapa bahkan mulai terang-terangan mengincar posisi komandan... Bahkan dua hari terakhir keributan ini memanas. Mengingat watak kasar orang Odin, hampir saja ada yang langsung menghunus pedang dan bertarung!
Dalam situasi seperti ini, mungkin sebelum orang Bizantium bertindak, kita yang berkemah di sini beberapa hari lagi akan saling bunuh karena perselisihan internal!
Terpecah belah!
Benar-benar terpecah belah!
Pasukan seperti ini, masih bicara tentang terus bertahan di County Siltan dan melanjutkan pertempuran... Jika tidak segera kembali ke negara asal, mungkin benar-benar seluruh tim akan musnah di sini!
Dan pada dasarnya, Fielding ini memang bukan material pemimpin pasukan. Semasa hidupnya, Mannings terlalu dominan dan tidak membina asisten dengan baik. Sebagai bos yang terlalu berkuasa, anak buah langsung di sekitarnya juga terbiasa menjadi pengecut.
Alasan Mannings memilih Fielding untuk penitipan yatim adalah karena Fielding memiliki sifat matang dan hati-hati yang lebih baik dari orang Odin lainnya. Selain itu, ada alasan lain bahwa Mannings sebelum meninggal, dalam situasi darurat, memang tidak menemukan kandidat yang lebih baik - memilih jenderal dari si pendek, terpaksa memilih Fielding.
Fielding ini terlalu berhati-hati namun kurang nyali dan kekuatan momentum. Tidak bisa menekan para hadirin, juga tidak punya strategi bagus. Hanya menunda selama dua hari, awalnya berencana membujuk para pemimpin lain, namun semua usaha persuasinya sia-sia.
Bahkan beberapa orang melihat kelemahannya dan merendahkannya - orang Odin selalu menghormati pahlawan perkasa yang berani mengambil risiko. Tipe orang hati-hati seperti ini justru bukan pilihan mereka.
Lebih parah lagi, melihat kekuatan kamp pengawal melemah sementara pemimpin Fielding adalah orang tak berpendirian, beberapa bahkan berencana menelan kamp pengawalnya...
“Menunggu dua hari, setiap hari di dalam tenda besar keributan tak henti-hentinya, akhirnya kesabaran Fielding habis!!”
“Meski tidak berbakat besar, tapi sifatnya yang matang memang nyata. Melihat orang-orang ambisius ini, setelah kematian kepala suku langsung muncul terburu-buru, setiap hari bertengkar, semua ingin merebut posisi panglima, saling menekan tidak mau tunduk, perlahan mulai terjadi perselisihan internal... Adakah yang benar-benar memperhatikan misi leluhur kepala suku?”
“Setiap hari bertengkar, mencabut pedang, saling menghunus tinju... Tapi adakah yang benar-benar peduli kondisi pasukan?”
“Walau gelisah, Fielding tetap setiap kali memantau situasi pasukan. Persediaan makanan yang hampir habis, semua hal seperti ini selalu diingatnya dalam hati!”
“Justru orang-orang ini sudah dibutakan mata dan hatinya oleh posisi kepala suku! Dasar tolol! Kira merebut posisi Panglima Pasukan Salju Merah bisa langsung melesat ke puncak?”
“Kalau mereka memang ingin mati, Fielding tidak akan menemani!”
……
“Saat ini, Fielding duduk di tenda besar. Kursi panglima masih kosong. Ia duduk di kursi kiri bawah sebelah kursi panglima, menyaksikan teriakan dan umpatan di dalam tenda. Beberapa orang berwatak panas bahkan sudah menggulung lengan baju dan mencabut pisau, menunjukkan sikap siap bertarung habis-habisan...”
“Cukup!!”
“Fielding tiba-tiba mengaum keras!”
“Aumannya penuh energi! Dengan suara 'swoosh', Fielding sudah mencabut pedangnya, memotong dengan deras meja di depannya, lalu melompat bangkit!”
“Dia selama ini adalah orang yang jujur dan tenang, namun ketika orang jujur meluapkan amarah, wajar jika memiliki kekuatan momentum yang cukup.”
“Fielding tiba-tiba meledak seperti ini, tenda besar yang riuh tiba-tiba menjadi sunyi seketika, para hadirin memandangi penuh keheranan pada sosok yang selama ini dianggap lemah ini...”
“Auman Fielding mengguncang semua orang, namun hanya bertahan sekejap. Setelah tenang, mana ada yang benar-benar takut padanya?”
“Fielding! Teriak-teriak apa? Hmph, berani menghunus pisau! Apa kau ingin jadi provokator? Laozi tidak takut padamu!”
“Fielding, kau sungguh menganggap diri sebagai panglima! Kalau ingin memberi perintah di sini, tunggu sampai kau jadi kepala suku dulu!”
“Aha! Berani mengacungkan pisau! Kalau berani, tebas Laozi sekali! Aku berdiri di sini! Jika alisku berkerut sedikit, bukan pria sejati Odin!”
Fielding memandangi tatapan dingin dan ejekan di sekelilingnya, menunggu mereka selesai bicara baru menarik napas dalam-dalam. Dengan wajah muram, ia berkata dingin: “Aku Fielding jelas bukan kepala suku! Tapi kalian pikir diri kalian kepala suku? Tuan Mannings tidak ada, maka posisi kepala suku seharusnya digantikan putra kedua beliau! Bukan giliranku memberi perintah, juga bukan giliran kalian!”
Dua kalimat ini tidak ada yang berani membantah terang-terangan.
Posisi kepala suku, menurut tradisi memang seharusnya diwariskan ke putra Mannings.
"Tapi... setiap orang punya ambisi. Pada titik ini, Mannings dan Morka sudah mati, Pasukan Pengawal juga sudah sangat dilemahkan! Anak kedua Mannings yang masih kecil yang tinggal di suku dalam negeri, tidak punya kewibawaan sama sekali! Inilah saatnya 'penguasa muda negara rentan'! Pasukan elit Salju Merah semua ada di sini! Jika sekarang ada yang bisa mengontrol seluruh pasukan... maka posisi kepala suku ini, Hmph, memang sulit dipastikan!"
Hanya saja, meski semua menyimpan pikiran seperti ini, tapi pikiran semacam ini tak bisa diutarakan terang-terangan di meja perundingan. Jadi ketika Fielding mengucapkan kata-kata ini, tak ada yang berani membantah terang-terangan, paling-paling hanya mengeluarkan suara dengusan dingin.
"Aku tahu kalian menolak pulang ke negeri." Fielding tersenyum dingin: "Aku juga tak mau terus berdebat dengan kalian para tolol ini! Kalian ingin jadi komandan, berebut hak komando, silahkan! Fielding tidak akan menemani lagi!"
Saat dia menyebut "tolol", beberapa sudah melotot ingin marah. Tapi mendengar dia justru mengundurkan diri dari perebutan kekuasaan, kemarahan mereka langsung mereda.
Dalam persaingan, berkurangnya satu lawan tentu hal yang baik.
Meski meremehkan Fielding, tapi dia masih memegang 5-6 ribu pasukan elit Pengawal.
Mereka saling pandang, tiba-tiba seseorang tak tahan bertanya: "Fielding, apa maksudmu sebenarnya?"
“Gimana？” Fielding berseru keras: “Kalian tidak menaati wasiat kepala suku, tapi aku akan menaatinya! Kalian berebut di sini, aku sendiri akan bawa pasukan pulang ke negara. Perebutan kalian, aku tidak ikut campur.”
Perkataan ini membuat wajah semua orang berubah.
Ada yang menunjukkan rasa malu di wajah, ada yang diam-diam lega, ada pula yang tampak bingung...
Tapi tak ada yang menyampaikan keberatan.
Bagaimanapun... Fielding juga merupakan faksi yang kuat. Karena dia sudah jelas-jelas tidak ikut berebut... Pergi ya sudah! Setidaknya membuat orang tenang!
Melihat tak ada yang bicara, Fielding menarik napas dalam-dalam: “Aku akan bawa pasukan pengawal pribadi mengawal tulang belulang kepala suku pulang untuk dikuburkan. Konflik internal kalian, aku tidak peduli! Tapi kalian juga jangan ikut campur urusanku! Jika tidak, sampai mengganggu peristirahatan kepala suku, meski darahku mengalir habis, aku akan bertarung habis-habisan dengan orang itu!”
Sampai di sini, Fielding melotot dan berteriak tegas.
Orang lain terdiam sejenak, lalu ada yang berseru: “Baik! Fielding, kami juga tidak berani mengganggu peristirahatan kepala suku! Kau bawa saja pasukanmu pulang, kami tidak ikut campur, kau juga jangan ikut campur urusan kami!”
Fielding mengangguk, wajahnya suram: “Aku hanya punya satu permintaan! Jika kalian memenuhinya, siang ini juga aku berangkat! Jika tidak... Hmph... Kita semua akan saling menghancurkan!”
Satu kalimatnya langsung mengembalikan ketegangan suasana. Seketika ada yang ribut: “Fielding, kau ini makhluk apa?! Berani-berancam kami!!”
Ada yang sedikit lebih lihai: "Fielding, katakanlah, syarat apa yang kau mau?"
"Aku mau logistik!" Fielding berkata datar: "Separuh persediaan makanan pasukan akan kubawa! Perjalananku ke utara pulang ke negara melewati County Moore, juga harus mengawal tulang-tulang kepala suku! Untuk urusan sebesar ini, prajurit di kemahku tak pantas berjalan dengan perut kosong!"
Permintaan ini membuat para hadirin terdiam.
Fielding dengan dingin melanjutkan: "Hanya separuh persediaan yang kubawa. Kalian yang tetap di sini, mau terus menyerang kota baru atau pergi ke tempat lain untuk mengatur pasukan, itu urusan kalian! County Syltan seluas ini, pasti ada cara lain untuk mengumpulkan logistik. Dengan sedikit makanan ini sebagai tebusan untuk keluarku dari sini, transaksi ini untung atau rugi, silakan pertimbangkan sendiri!!"
Usai bicara, Fielding menegakkan kepala dan membusungkan dada, tombak masih di genggaman, berjalan gagah keluar dari tenda besar. Sampai di ambang pintu, tiba-tiba berhenti lalu menoleh dingin: "Aku segera mengerahkan anak buah. Logistik pasukan akan kusiapkan sendiri. Jika tak ada yang protes, aku akan pergi setelah ambil barang. Jika ada yang menghalangi, mari bertarung sampai mati! Sebagai pria sejati Odin, keberanian untuk bertempur habis-habisan masih kumiliki."
Ucapan ini menggema penuh wibawa, kemudian ia pergi tanpa menoleh!
Fielding akhirnya menunjukkan sikap tegas. Setelah kembali, langsung memerintahkan pengumpulan pasukan, menyiapkan perlengkapan, dan mengirim orang untuk mengambil logistik.
Persediaan makanan di pasukan sudah tidak banyak, dia tiba-tiba meminta separuh. Semula dikira akan ada yang keberatan, tapi saat genting justru berjalan mulus tanpa satu suku pun yang berani menghalangi.
Hanya dengan sedikit berpikir, Fielding langsung mengerti maksud orang-orang ini.
Pertama, meski rombongan ini ribut mengancam, tak ada yang benar-benar berani memulai pertarungan sengit dengannya. Bagaimanapun, dia masih punya 5-6 ribu prajurit terkuat dari kamp pribadi. Jika benar-benar bertempur, hasilnya belum pasti! Saat ini semua ingin merebut posisi pemimpin, tapi justru semakin demikian, mereka semakin takut merusak kekuatan sendiri! Siapa yang berani bertarung habis-habisan dengannya, pasti akan kehabisan tenaga dan tersingkir duluan!
Kedua...di mata para tolol ini, menukar "sedikit" makanan dengan keluarnya secara sukarela seorang pesaing kuat seperti dirinya mungkin dianggap menguntungkan...Tunggu saja dua hari lagi, mereka pasti akan menyadari betapa berharganya "sedikit" makanan ini!
Fielding bergerak cepat. Sore itu, dia sudah mengumpulkan pasukan, membawa persediaan makanan, dan memimpin seluruh pasukan 5.000 lebih orang meninggalkan kamp utama menuju utara.
Mayat Mannings telah dikremasi, sisa tulangnya disimpan dalam guci yang diletakkan di kereta kuda yang biasa ditumpanginya semasa hidup.
Pasukan elit klan semuanya adalah pasukan pilihan terbaik suku, paling setia kepada Mannings, dan menjalankan perintah almarhum kepala suku tanpa keraguan. Setelah kematian Mannings, seluruh pasukan telah bersiap untuk bergerak ke utara. Menunggu dua hari tambahan ini telah membuat mereka sangat tidak sabar. Jadi begitu Fielding mengambil keputusan, persiapan sebenarnya sudah lama selesai, langsung berangkat saat diperintahkan.
Ribuan prajurit elit klan bergerak ke utara, dengan Fielding memimpin langsung dari tengah pasukan. Kecepatan pergerakan pasukan terbilang cukup cepat.
Namun baru saja bergerak ke utara tidak jauh, hari bahkan belum gelap, seluruh pasukan telah dihadang!
Medan County Siltan yang datar, sekitar kota baru dikelilingi dataran. Saat pasukan besar bergerak, sekelilingnya adalah tanah lapang tanpa bahaya penyergapan.
Tepat sebelum senja, terdengar derap kaki kuda dari kejauhan. Dari kejauhan terlihat debu salju beterbangan, sepasukan kavaleri menerjang seperti angin dari arah depan kiri, lalu langsung memotong ke depan formasi pasukan, menghadang jalan utara dari kejauhan!
Ribuan Pasukan Salju Merah segera mengambil posisi siaga!
Jumlah kavaleri yang datang ini tidak terlalu banyak. Dari kejauhan terlihat hanya sekitar ratusan pasukan berkuda, bahkan diperkirakan tak sampai seribu personel!
Tapi di dataran tanpa markas pertahanan, tanpa penghalang, dengan infanteri melawan kavaleri - meski musuh hanya ratusan pasukan berkuda - tetap cukup menjadi ancaman bagi ribuan infanteri kita.
Pasukan berkuda itu tidak terburu-buru menyerang, hanya menghalangi di depan sambil mengawasi ribuan pasukan kami dari kejauhan...
Baru setengah hari memimpin pasukan, Fielding sudah dihadang! Hatinya berdebar-debar. Rupanya prediksi kepala suku benar-benar akurat - orang Bizantium ini memang punya konspirasi!
Fielding menarik napas dalam-dalam. Berbagai pikiran berkelebat di benaknya. Ia berbalik menghadapi prajuritnya dan berteriak lantang: "Musuh menghadang di depan! Perjalanan pulang kita penuh risiko! Tapi ingatlah kebaikan kepala suku selama ini! Tugas kita sekarang adalah mengawal tulang-tulang beliau pulang! Meski harus bertarung sampai orang terakhir, jangan biarkan orang Bizantium mengganggu peristirahatan terakhir beliau!!"
Ucapan ini sungguh tepat sasaran!
Semangat pasukan pengawal sebenarnya sudah melemah. Jika Fielding mencoba membangkitkan moral dengan cara biasa, pasti tidak akan mempan. Tapi alasan "melindungi tulang-tulang kepala suku" langsung menyulut semangat seluruh pasukan!!
Selama hidup, Mannings sangat memperhatikan pasukan pengawalnya. Pasukan elit ini mendapat peralatan terbaik dan hadiah berlimpah. Ditambah kewibawaan beliau yang luar biasa, di mata pasukan, kepala suku bagaikan dewa yang turun ke bumi!
Kini sang pemimpin telah tiada. Mustahil membangkitkan semangat bertarung pasukan yang sudah kehilangan motivasi.
Tapi justru kalimat "Lindungi tulang-tulang kepala suku" ini memicu sifat liar dalam diri pasukan elit Odin!
Moral pasukan langsung melonjak! Prajurit Odin mulai mengaum: "Biar kami mati saja! Jika domba-domba Bizantium kotor ini mengganggu tulang kepala suku, meski pulang selamat, takkan berani menatap keluarga!"
"Pria Odin mana mau dipermalukan begini oleh orang Bizantium!!"
"Bersumpah melindungi sampai mati!!!!"
Melihat moral pulih, Fielding menarik napas lega. Ia segera memerintahkan pasukan tetap siaga, sementara sendiri menunggang rusa dengan gagah maju ke formasi!!
Fielding memang bukan terkenal akan keberanian dalam pertarungan. Tapi saat ini, dengan sendirian maju, sorot mata pasukan di belakangnya mulai dipenuhi rasa hormat.
Setelah beberapa langkah, Fielding berteriak lantang: "Pasukan terhormat di depan! Tolong panglima utamanya maju untuk berunding!"
Suaranya penuh energi, tanpa setitik ketakutan!
※※※
Pasukan berkuda penghalang jalan ini tak lain adalah bagian dari Char.
Char memandangi ribuan pasukan Odin di seberang dengan keraguan. Melihat seorang penunggang kuda maju perlahan dan memanggilnya untuk berdialog, ia tersenyum tipis.
Beberapa hari lalu saat menghabisi prajurit berkuda Odin, ia memakai trik serupa: memancing panglima musuh keluar lalu membunuhnya tiba-tiba, membuat pasukan Odin kehilangan pemimpin.
“Masak panglima utama pasukan Odin di hadapan ini juga ingin main akal-akalan seperti itu?!”
Tapi Tuan Besar Xia Ya, kapan pernah takut akan hal-hal begini?
Tersenyum penuh kebanggaan, dia perlahan mengendarai kuda keluar, melepaskan diri dari pasukan utama, bahkan langsung berlari puluhan langkah! Bahkan sudah memasuki jangkauan panah musuh!
Wajah Xia Ya penuh keperkasaan, dengan nada bangga berteriak dalam bahasa Odin: “Akulah panglima utamanya! Orang barbar Odin di seberang, mau ngomong apa sama Laozi! Kalau mau menyerah cepatlah, jangan buang-buang waktu!”
Fielding memandang Xia Ya dari kejauhan, menarik napas dalam-dalam: “Bolehkah saya tahu nama Tuan?”
“Xia Ya Leiming!”
Suara yang sarat dengan kesombongan.
Hati Fielding berdesir! Nama itu... sepertinya persis komandan pasukan Bizantium... masak orang di depan mata ini adalah...
Fielding bergumam sejenak, lalu bergumam berat: “Jadi Tuan Xia Ya, saya punya satu perkataan, beranikah Tuan mendengarnya!”
Sambil berkata, dia menuding ke arah jauh di pinggir jalan: “Berani bertemu muka?!”
Fielding sendiri perlahan mulai bergerak ke arah itu.
Xia Ya heran dalam hati, masak orang ini otaknya rusak? Atau mau ajak duel panglima satu lawan satu?
Dia bukan tipe yang bermain menurut aturan biasa. Pikiran pertamanya adalah: Mau apalagi kau, panglimamu sendiri lepas dari pasukan, Laozi akan serbu habis-habisan!
Tapi setelah diamati dengan seksama, ribuan pasukan Odin di seberang itu dalam kondisi siaga yang ketat, aura mengerikan mereka menembus langit! Momentum seperti ini justru membuat Char agak ragu-ragu.
Orang-orang Odin ini masih punya semangat sekuat itu?! Ini sungguh aneh.
Char yang dikenal berani itu tersenyum dingin, lalu menunggang kuda mendekat.
Kedua panglima utama itu akhirnya bertemu di salah satu sisi area tengah medan perang.
"Tuan Char." Fielding memandangi sosok jenderal muda di hadapannya. Melihat postur Char yang perkasa dan aura ksatria yang memancar kuat, ia pun menghela napas: Ternyata benar-benar sosok pahlawan sejati.
Char berseru dingin: "Tuan memanggilku untuk bicara, apakah ingin menyampaikan surat tantangan atau bertarung langsung di garis depan?"
Fielding berpikir sejenak, tiba-tiba mengangkat tangannya memberi hormat kepada Char.
Gerakan ini membuat Char terpaku.
"Aku telah mendengar nama Tuan. Hari ini bertemu langsung, memang pantas disebut pria sejati. Saya Fielding, wakil dari almarhum Kepala Suku Mannings dari klan Barshak. Saat ini seluruh pasukan pengawal pribadiku berada di sini untuk mengawal tulang-belulang almarhum Mannings-sama kembali ke utara! Dengan berani kumohon, sudilah Tuan Char membuka jalan agar kami bisa memulangkan jenazah pemimpin kami! Meski posisi kita berseberangan, tapi menurutku dengan semangat kepahlawanan Tuan, tentu takkan merusak jenazah lawan sekalipun! Jika Tuan berkenan memberi jalan, klan Barshak akan selalu mengingat budi ini di masa depan!"
Ucapan-ucapan ini sudah menunjukkan kelemahan, namun setelah mengeluarkan kata-kata lembut, wajah Fielding tiba-tiba berubah mengerikan. Setiap katanya diucapkan sambil mengepal gigi: "Jika Tuan tetap menolak, bahkan tidak mau membiarkan tulang-tulang kepala suku kami, maka ribuan pasukan elit kami yang telah menerima kebaikan turun-temurun akan melindungi sisa jasadnya sampai tetes darah terakhir!!"
Char terbelalak sepenuhnya!!
Yang membuatnya terpaku bukanlah "permohonan" Fielding, juga bukan sikap lemah yang ditunjukkannya.
Melainkan...
Mannings?! Dia, dia benar-benar mati?!！
Si tua itu benar-benar mati?!！
Kabar ini seperti pukulan palu berat di hati Char, beribu pikiran melintas seketika dalam benaknya!!
Reaksi pertamanya adalah: Mungkinkah ini rencana licik Mannings? Untuk menjebaknya?
Tapi setelah diamati, meski ekspresi Fielding dingin, sedih tipis di raut wajahnya tak bisa disembunyikan.
Di kejauhan, pasukan Odin ribuan ini dalam kondisi siaga ketat, aura mengerikan menyelimuti, namun juga terasa aroma kepedihan...
Seorang mungkin bisa berakting dengan mahir, menyembunyikan perasaannya.
Tapi kesedihan ribuan prajurit mustahil dipalsukan.
Mannings... benar-benar... mati？？！！
“……”
……
※※※
Di depan formasi kedua pasukan, kedua panglima berkumpul, mengobrol pelan. Jarak yang jauh membuat prajurit di kedua pihak tak bisa mendengar isi pembicaraan.
Setelah berbincang sebentar, Char dan Fielding tiba-tiba naik ke kendaraan masing-masing dan saling menepuk tangan.
Fielding dengan dingin menghunus pisau, melukai telapak tangannya sendiri lalu menepukkannya ke dadanya. Sementara Char menggores ibu jarinya, mengoleskan bekas darah di dahinya.
Ini jelas-jelas pose sumpah yang berbeda antara adat orang Odin dan Orang Bizantium!
Entah perjanjian aneh apa lagi yang dibuat oleh dua panglima musuh ini.
Char dan Fielding sama-sama berbalik ke pasukan masing-masing. Pasukan berkuda Char tiba-tiba bersiul nyaring, bergerak perlahan ke sisi jalan dan menjauh, mengosongkan jalan besar sambil mundur hingga sepanjang anak panah!
Pasukan Fielding bergerak bertahap di jalan besar ke utara, dalam kondisi siaga ketat di bawah pengamatan ratusan prajurit berkuda Char.
Perintah Char membuat pasukan berkuda elit di sekitarnya penuh keraguan.
Seluruh pasukan berkuda berhenti di pinggir jalan. Seorang prajurit hampir tak tahan: "Dewasa... Kami..."
Char tiba-tiba tersenyum tipis: "Kabar baik, Mannings sudah mati."
Seketika ratusan prajurit berubah pucat, lalu bergelora semangat.
Char menuding ke arah pasukan Odin yang menjauh: "Saat ini tulang-tulang Mannings ada di pasukan ini. Mereka mengawalnya ke utara pulang ke negaranya... Hehe!"
"Tuan! Mengapa tidak serang! Mereka kehilangan pemimpin, kita bisa memangsa pasukan Odin ini sekaligus..."
“Benar! Meski jumlah mereka banyak, tapi semua adalah pasukan infanteri! Beberapa hari lalu, ribuan pasukan berkuda saja bisa kita kucar-kabirkan! Apalagi ribuan infanteri ini!”
“Tuan!! Bawa kami untuk memburu mereka!!”
Orang-orang di sekeliling bersemangat, namun Char berbalik dengan raut wajah serius: “Diam semua.”
Char mengerutkan kening, menuding ke kejauhan, berkata dingin; “Meski hanya ribuan orang, tapi perhatikan baik-baik! Situasi siaga yang ketat, seluruh pasukan terdiam, tak ada gerakan mencurigakan. Lihat sorot mata orang-orang Odin ini - mana ada setengah langkah kepanikan? Dingin penuh kebencian, bahkan aura mengerikan yang mencekam!! Rombongan ini berbeda dengan orang Odin yang pernah kita temui sebelumnya! Mereka semua memiliki tekad mati, menyimpan keinginan untuk gugur! Bertarung habis-habisan dengan lawan seperti ini... hanya akan menguras kekuatan kita, tidak bijaksana!”
Sebenarnya, masak Char tidak ingin memangsa ribuan pasukan ini?
Tentu saja dia ingin!
Dia bukanlah sosok yang bajik, benar-benar berniat melepas tulang-tulang Mannings pulang ke negaranya! Pikiran saling mengagumi antar pahlawan? Si kampungan ini sama sekali tidak punya pikiran seperti itu! Di hatinya, penjajah tetaplah penjajah! Darah dibalas darah, gigi diganti gigi - itu baru keadilan sejati!
Tapi dia toh tidak ceroboh!
Jika benar-benar bertarung, dia juga yakin bisa mengalahkan pasukan Odin ini! Tapi moral lawan begitu luar biasa kuat... Bisa dibayangkan, dalam pertarungan hewan terkurung, lawan memiliki tekad mati-matian, bertempur habis-habisan... Musuh seperti ini pasti akan melepaskan kekuatan tempur yang mengejutkan!
Bahkan jika menang, kerusakan pada dirinya sendiri mungkin tidak akan terlalu sedikit!
Saat ini mengetahui Mannings sudah mati! Mengapa Xia Ya mau membuang-buang kekuatannya di sini dengan sia-sia?!
Ditambah lagi, konten percakapan antara Fielding dan dirinya tadi...
Haha! Menarik! Menarik!! Setelah kematian Mannings, Pasukan Salju Merah ini ternyata mengalami perselisihan internal!
Ha ha ha ha! Hao de hen!! Hao de hen!!
Meski Fielding tidak menyatakan secara gamblang, tapi beberapa implikasi dalam ucapannya telah dipahami Xia Ya!
Xia Ya juga tidak meragukan keaslian ucapan Fielding, dia percaya!
Karena alasan yang diimplikasikan Fielding sangat jelas!
Fielding membawa pasukan kampung halaman ini kembali ke negara untuk mendukung pewaris muda mengambil posisi kepala suku! Sementara Pasukan Salju Merah telah berkhianat! Tidak mendengarkan misi leluhur pemimpin, para pengkhianat ini menyimpan ambisi, bagi suku Basak, mereka adalah pengkhianat!
Karena sudah dianggap pengkhianat, Fielding dengan tegas membuang mereka! Dalam pemikiran Fielding: Orang-orang ini, tetap di sini berarti jalan menuju kematian! Mati di tangan Char, pertama, bisa dianggap membersihkan pemberontak dari suku, kedua, juga untuk menarik pasukan Char agar dirinya bisa melewati wilayah dengan kewibawaan.
Semua pihak, bisa dibilang masing-masing mendapatkan apa yang diinginkan.
Bahkan, lebih dalam lagi, setelah melihat ekspresi menyebalkan para pemimpin kamp, Fielding justru tidak mau membawa orang-orang ini kembali ke negaranya!
Orang-orang ini satu per satu telah menunjukkan ambisi mereka. Setelah kembali ke negara, ke dalam klan, mereka memiliki pasukan dan keberanian, sementara pasukan elit klan saat ini sudah banyak mengalami kerusakan, penguasa muda juga masih belia... Bisa jadi malah berisiko!
Rombongan sialan ini, lebih baik mati semua di luar sana!
Tadi berdua telah mengucapkan sumpah darah, yaitu perjanjian: Fielding akan memberitahu seluruh situasi terkini Pasukan Salju Merah, sementara Char menjamin tidak akan memblokade ribuan pasukan Fielding yang bergerak ke utara untuk pulang!
Bahkan Char juga menyatakan bisa mengirim tim kecil prajurit berkuda untuk mengawal sepanjang perjalanan, sampai masuk wilayah County Moore pun dijamin tidak ada pasukan penjaga yang menghalangi, membiarkan mereka melewati wilayah dengan aman.
Dalam situasi sekarang, daripada mengambil risiko kehilangan pasukan untuk bertarung habis-habisan dengan pasukan elit klan Pasukan Salju Merah ini, lebih baik menyimpan tenaga untuk menghancurkan pasukan induk Salju Merah!
Situasi besar yang utama! Beberapa ribu orang ini, apakah dihancurkan atau tidak, benar-benar sudah tidak penting lagi.
Bukan Char tidak punya pikiran lain, tapi memang pasukan di tangannya saat ini benar-benar kekurangan.
"Seandainya dia juga membawa ribuan pasukan elit tangguh, mana mungkin akan membuang waktu membuat sumpah darah dengan Fielding ini, langsung saja menyerang dan menghabisi lawan!"
"Tapi sekarang... nyatanya jumlah pasukan Char benar-benar tidak mencukupi!"
"Kali ini bisa membawa situasi ke kondisi sekarang, sudah merupakan hasil dari serangkaian risiko yang diambil dengan menguras seluruh tenaga!"
Memandangi rombongan Odin yang bergerak ke utara, Char menghela napas pelan.
"Pasukan yang terdesak tak boleh diremehkan... Sudahlah!"
