Arus pasukan berkuda hitam menyapu turun dari lereng bukit dengan kekuatan seperti halilintar, menerjang keras ke arah gelombang tak berujung pasukan pemberontak yang kalah di padang terbuka.
Lereng bukit ini sebenarnya tidak terlalu tinggi. Tapi lebih dari dua ribu pasukan berkuda Char yang meluncur turun terasa seperti jatuh dari langit. Di malam yang sudah redup ini, mereka bagaikan senjata suci turun dari surga. Gelombang kekalahan pemberontak yang kacau tak lagi punya setengah kekuatan untuk menghalangi.
Char memimpin paling depan dengan tombak berkuda terentang horizontal di tangannya. Ribuan pasukan besi di belakangnya mengikuti rapat, lalu menghantam keras masuk ke dalam gelombang kekalahan pemberontak!
Macan masuk ke kawanan domba! Bahkan kondisi pemberontak sekarang ini tak layak disebut kawanan domba. Mereka lebih seperti anjing kehilangan rumah, sekumpulan kelinci panik yang tak karuan.
Pasukan berkuda Char menerjang dengan dahsyat dari depan sebelah kiri tempat pemberontak kalah, bagaikan senjata tajam yang langsung menerobos masuk dari samping! Saat menerobos kerumunan, tombak berkuda di tangan Char menyapu horizontal, seketika memancarkan cahaya merah di mana pun mata tombak itu melintas—daging dan darah beterbangan! Pasukan berkuda pilihan di belakangnya bagaikan dewa pembunuh, tapak besi mereka hampir tak terbendung saat menerobos masuk!
Pembantaian! Ini benar-benar sebuah pemusnahan total!
Pemberontak seolah tak punya sedikit pun niat melawan. Mereka yang terus melarikan diri sudah kehilangan moral. Ketika tiba-tiba pasukan berkuda penuh aura mengerikan ini menerobos barisan mereka yang kacau, arus hitam pasukan berkuda bagai menggerogoti gelombang kekalahan pemberontak. Di mana tapak besi itu menginjak, pemberontak yang menghalangi langsung hancur berkeping!
Di saat seperti ini, siapa lagi yang sempat melawan? Mereka hanya menjerit ketakutan sambil berlari sekuat tenaga.
Char dan pasukan berkudanya menerjang masuk ke barisan pemberontak yang kacau tanpa hambatan. Dalam sekejap, tombak panjangnya telah merenggut nyawa tak terhitung. Di bawah tapak besi, tak terhitung pemberontak malang yang terinjak-injak menjadi bubur daging.
Di tengah kegelapan malam, Char bersama pasukan kavalerinya melesat cepat di padang terbuka. Dengan cepat mereka membuka luka menganga di sisi gelombang pasukan pemberontak yang sedang kalah. Seluruh tubuh Char berlumuran darah segar. Dengan sekali gebrak, pasukan kavalerinya berhasil menerobos sampai ke ujung padang. Saat menoleh, ia sadar sudah jauh melampaui barisan pemberontak yang kocar-kacir. Para prajurit berkuda di belakangnya pun sama mengerikan - wajah dan badan mereka penuh darah, bagaikan hantu jahat dari neraka. Serangan tadi dengan mudah menembus barisan pemberontak dari samping. Tanpa perlawanan berarti, pasukan pemberontak bagai domba yang disembelih. Sisanya masih berlari kencang tak karuan ke arah selatan.
Char menarik napas dalam-dalam. Pembantaian seperti ini sama sekali tidak membangkitkan setitik pun aura perang dalam dirinya. Dengan kening berkerut, ia memalingkan wajah dan berseru: "Bubar! Bagi tim kecil-kecil dan tumpas mereka sampai habis!"
Pasukan kavaleri bawahannya, meski bukan 500 prajurit elit, tetap berasal dari kavaleri Rodria yang berpengalaman tempur. Siapa yang bukan veteran ratusan pertempuran? Untuk taktik pengejaran dan pemusnahan terpisah seperti ini, bahkan dengan mata tertutup pun bisa mereka lakukan dengan mudah.
Begitu perintah Char diberikan, para prajurit berkuda langsung bersiul panjang. Sesuai tim kecil, mereka otomatis berpencar ke segala penjuru. Dengan formasi tim kecil 50 prajurit berkuda, mereka menyebar cepat ke empat penjuru padang terbuka, memecah-mecah gelombang pasukan pemberontak yang kocar-kacir ini sedikit demi sedikit.
Dalam sekejap, mereka berubah menjadi ribuan bilah pedang tajam nan mematikan! Pasukan pemberontak yang babak belur itu—bagaikan daging berlemak raksasa—langsung terpotong-potong menjadi bagian-bagian kecil!
Dalam sejarah perang, pasukan yang kalah biasanya jadi bulan-bulanan pembantaian saat dikejar kavaleri. Apalagi oleh pasukan elit kelas satu bawahan Char ini?
Mayoritas pasukan pemberontak adalah infanteri. Di padang terbuka, mana mungkin kaki manusia menyaingi kecepatan kuda? Kavaleri Rodrian dengan taktik tempur yang terasah sempurna memainkan strategi pemecahan dan pemusnahan ini dengan luar biasa. Segera, jerit kesakitan dan rintihan memenuhi medan perang. Banyak pemberontak yang terkepung dan dikepung pasukan berkuda. Yang masih punya nyali mencoba melawan mati-matian dengan senjata, tapi langsung diinjak-injak sampai remuk oleh derap kuda. Sementara yang sudah ciut nyalinya, melemparkan senjata dan bersimpuh menyerah sambil memeluk kepala.
Di sekitar Char hanya tersisa 500 prajurit berkuda terkuatnya. Dengan pasukan elit ini, dia tetap berlarian di padang terbuka. Setiap kali melihat kelompok kecil pemberontak yang kalah mulai berkumpul dan menunjukkan tren perlawanan, dia segera memimpin 500 penunggang kuda tersebut untuk menghancurkan formasi lawan, tidak memberi kesempatan bagi pemberontak untuk bernapas atau mengorganisir perlawanan.
Char fokus mencari target spesifik. Meski sebagian besar gelombang pasukan yang kalah adalah infanteri, ada beberapa penunggang kuda di antaranya yang kemungkinan adalah perwira atau jenderal pemberontak yang melarikan diri dengan pengawal berkuda.
Nasib malang menimpa mereka. Char yang telah menyerahkan target kecil kepada bawahan, kini berkonsentrasi mencari "ikan besar" di tengah gelombang ini. Setiap melihat sekelompok kecil kavaleri pemberontak, dia langsung membawa pasukannya menerjang. Tanpa peduli identitas lawan, tombaknya menusuk tubuh musuh atau garpu apinya memenggal kepala - baik itu jenderal maupun gubernur - sebelum bergegas ke target berikutnya.
Dalam pertempuran sengit ini, Char sendiri tak sempat menghitung hasil. Baru saat membersihkan medan perang, ditemukan empat jenderal dan dua gubernur tingkat tinggi pemberontak yang tewas di tangannya - sebuah pencapaian tak terduga.
Di sini Char bertempur sekitar waktu makan satu jam. Sebagian besar pemberontak di gunung dan hutan ini sudah menyerah, separuh lebih menyerah di tempat, hanya sebagian kecil melarikan diri ke utara - mengingat jumlah kavaleri Char memang terbatas, tak mungkin mengepung seluruh gelombang pasukan yang tercerai-berai ini. Tapi Char tak khawatir, dia tahu di kota sebelah utara ada ribuan kavaleri dari Kesatuan Militer Bestar. Meski kavaleri Bestar tak seelit pasukannya, tapi dengan waktu selama ini, pasti mereka sudah siap berbaris rapi. Sisa pemberontak yang lolos itu biarlah ditangani pasukan Bestar.
Char sepanjang perjalanan membawa 500 prajurit elit, langsung bergerak ke selatan. Di jalan mereka bertemu pasukan pemberontak yang kalah, tapi Char sama sekali tidak menghiraukan dan terus mendorong maju di sepanjang padang terbuka, membuat pasukan pemberontak yang kocar-kacir itu tercerai-berai.
Setelah berlari kira-kira satu menit dalam charge ini, tiba-tiba terdengar suara terompet militer dan derap kuda dari selatan. Char langsung mengenali itu adalah terompet pasukan Kekaisaran Bizantium. Dengan 500 prajurit berkuda, mereka menghadang dan melihat satu tim kavaleri sedang menggiring massa pasukan pemberontak yang kalah sambil mengejar, persis seperti menggiring domba.
Prajurit berkuda Kekaisaran yang mengejar pemberontak itu jumlahnya tidak banyak, terlihat hanya ratusan saja, rombongan mereka pun agak kacau. Sementara pemberontak yang digiring meski kocar-kacir dan kalah total, berkerumun bagai hamparan di padang terbuka dengan jumlah sekitar sepuluh ribu. Komandan pasukan Kekaisaran pengejar itu tampak sangat berpengalaman. Ia memimpin pasukan berkuda tanpa mendekat berlebihan, hanya terus-menerus meniup terompet dan berteriak dari belakang untuk memaksimalkan aura intimidasi, menggiring pemberontak berlari kencang. Begitu langkah pemberontak sedikit melambat atau ada tanda ingin berhenti mengatur resistensi, segera ia pimpin pasukan berkuda mempercepat langkah untuk menyerbu dan mengobrak-abrik perlawanan. Setelah perlawanan hancur, kecepatan justru dikurangi sambil berteriak keras-keras. Jelas-jelas sengaja meneror pemberontak agar mereka berlari sekuat tenaga – taktik pengejaran semacam ini sungguh licik dan penuh kelihaian. Alih-alih bertarung langsung, cukup dengan memaksa pemberontak berlari sampai stamina mereka habis, baru kemudian menangkap dengan mudah, menghemat banyak tenaga.
Char memimpin 500 prajurit berkuda elite ke selatan, namun justru bertemu langsung dengan kelompok pemberontak ini. Tanpa basa-basi, Char langsung memimpin pasukannya menyerbu, menyapu bersih sepanjang jalan dengan darah dan daging beterbangan. Pemberontak yang telah lari semalaman itu sudah kelelahan. Menyadari serbuan kavaleri dari depan, sebagian besar langsung bubar ke kedua sisi, beberapa bahkan langsung terjatuh sambil berteriak minta ampun.
Dengan siulan nyaring, Char tiba-tiba mengubah arah ke sisi kiri bersama pasukan berkudanya, membuat lingkaran luas di padang terbuka sebelum akhirnya memperlambat laju dan berhenti. Dari kejauhan, pasukan kavaleri Kekaisaran yang mengejar pemberontak itu juga telah berhenti. Kedua pihak saling mengawasi dari jarak jauh. Pasukan Kekaisaran terlihat gelisah, seolah tak bisa membaca asal-usul pasukan Char, ragu untuk maju.
Dua pasukan kavaleri saling mengamati dari jarak jauh. Di tengah padang, sebagian besar pemberontak sudah bersimpuh di tanah menyerah. Namun kedua belah pihak tak ada yang gegabah melanjutkan gerakan.
Setelah berpikir sejenak, Char berbisik: "Tiuplah terompet militer, tunjukkan identitas kita."
Prajurit berkuda di belakang mengambil terompet——Sebagian besar resimen kavaleri di bawah komando Char ini berasal dari Kavaleri Rodria. Setelah pembentukan pasukan, ritme terompet militer kavaleri tetap mewarisi tradisi ritme terompet tradisional Kavaleri Rodria. Ketika terompet khas Kavaleri Rodria ditiup dengan nada melengking pendek itu, pasukan kavaleri di seberang seolah langsung terguncang.
Char segera memimpin, diikuti prajurit berkuda di belakangnya. Rombongan bergerak maju perlahan dalam formasi berbaris rapi menuju seberang. Sepanjang perjalanan di padang terbuka, para pemberontak yang bersimpuh menyerah itu semua menundukkan kepala dan membungkuk, tidak berani melakukan gerakan sedikit pun karena takut disalahpahami lawan yang bisa berujung pada tindakan membunuh.
Saat Char langsung memimpin pasukan berlari hingga jarak sekitar ratusan meter dari pasukan berkuda itu, barulah mereka berhenti perlahan. Dari kejauhan, yang membuat Char mengerutkan kening adalah pasukan berkuda Kekaisaran yang mengejar pemberontak ini tidak hanya jumlahnya sedikit—hanya sekitar 300-500 prajurit berkuda—bahkan formasi mereka tampak kacau. Di antara pasukan berkuda itu, kendaraan yang digunakan campur aduk; beberapa bahkan jelas-jelas bukan kuda perang, melainkan bagal atau kuda pekerja yang dipaksakan untuk memenuhi kuota. Soal pakaian "pasukan berkuda" ini, hanya sedikit yang mengenakan zirah standar pasukan berkuda Kekaisaran. Sebagian besar justru memakai armor ringan infanteri Kekaisaran. Senjata mereka pun berantakan: sebagian kecil menggunakan tombak berkuda, sementara yang memakai armor infanteri kebanyakan membawa pedang panjang atau pisau tempur khas infanteri. Beberapa bahkan asal menggunakan tongkat kayu dengan pisau pendek diikatkan di ujungnya sebagai pengganti senjata panjang kavaleri.
Pasukan berkuda seperti ini, sekilas terlihat seperti kumpulan orang sembrono. Tapi tak disangka mereka bisa memburu sisa-sisa pasukan pemberontak yang berjumlah puluhan ribu itu sepanjang perjalanan.
Namun tak lama, Char melihat sosok tinggi besar perkasa yang familiar di antara rombongan "orang sembrono" ini. Hatinya langsung tenang. Dengan tertawa lebar, ia segera mengendarai kudanya mendekat.
Di kejauhan, sosok perkasa yang duduk di atas kuda perang tepat di barisan terdepan pasukan kavaleri itu segera mengeluarkan teriakan serak namun penuh energi saat melihat Char mendekat dengan kudanya: "Siapa di depan? Segera laporkan jabatan dan nomor resmi pasukanmu!"
Mendengar suara ini, Char semakin yakin. Dengan suara keras ia tertawa: "Jenderal Burter, ini aku! Aku Char, Char Leiming!"
Sosok perkasa di seberang itu terkejut, lalu disusul tawa berani yang penuh kejutan dan kelegaan: "Char? Char kecil? Haha! Ternyata kau makhluk kecil ini!"
※※※
Sang pemimpin ratusan orang sembrono yang mengejar pemberontak ini tak lain adalah Burter! Saat Char masih mengabdi di Resimen Kavaleri Rodria, ia sudah mengenal Burter. Pria berambut perak paruh baya yang garang ini saat itu menjabat sebagai Juru Bendera Regu Bendera Keempat Resimen Kavaleri Rodria. Belakangan setelah perang terakhir melawan orang Odin, karena beberapa korps pusat Kekaisaran menderita kerusakan parah dalam perang, untuk membangun kembali, sejumlah perwira inti dari Resimen Kavaleri Rodria dipindahkan. Pria berambut perak Burter ini dipromosikan menjadi Jenderal Divisi Kesembilan Kekaisaran, secara resmi memasuki jajaran perwira tinggi elite Kekaisaran.
Saat itu yang juga dipindahkan adalah mantan Juru Bendera Bendera Pertama dari Resimen Kavaleri Rodria, Soxia, yang ditugaskan sebagai Jenderal Divisi Kedua.
Pengaturan seperti ini oleh Kekaisaran, pertama-tama bertujuan untuk menarik tulang punggung dari pasukan elit terkuat Kekaisaran guna membangun kembali korps lainnya. Di sisi lain, memindahkan perwira paling senior dari kavaleri Rodria juga dimaksudkan untuk membuka ruang bagi komandan baru Korps Rodria, Ruhr, untuk mengambil alih. Terutama Sosok Soxia yang semula adalah penerus yang dipersiapkan oleh Adrik selama di Korps Rodria. Namun setelah Adrik dipindahkan, Kekaisaran justru mengirim Ruhr sebagai penggantinya. Untuk menghindari kejanggalan, Soxia akhirnya dipromosikan sebagai jenderal di korps lain, sekaligus sebagai bentuk penghiburan simbolis.
Kekaisaran selalu menjaga kendali ketat atas kekuasaan militer di kesatuan pusat, terutama terhadap para komandan dan perwira. Untuk mencegah akumulasi kekuatan militer yang berlebihan dan menghindari terulangnya kasus separatisme seperti Gubernur Distrik Militer Thema, biasanya seorang jenderal tidak diperbolehkan memimpin satu pasukan terlalu lama. Penyesuaian dan rotasi jabatan rutin dilakukan sebagai bentuk mekanisme penyeimbang kekuasaan.
Pada titik ini, Burter yang berdiri di hadapan Char merupakan salah satu tulang punggung mantan pasukan Kavaleri Rodria.
Dalam Pertempuran Osgilia kali ini, sejak awal perang, dia telah memimpin pasukannya untuk datang membantu membela Raja di Osgilia. Bersamaan tiba, ada juga Divisi Kedua yang dipimpin oleh Soxia.
Saat itu dua juru bendera yang sama-sama dipindahkan, pada awal perang telah masing-masing memimpin korps mereka untuk membantu Ibu Kota Kekaisaran, dan juga bertarung habis-habisan melawan pemberontak dalam beberapa pertempuran.
Namun situasi di awal peperangan sama sekali tidak optimis.
Meskipun kedua jenderal tersebut adalah perwira veteran dari Korps Rodria yang pemberani dan ahli perang, sayangnya pasukan yang mereka pimpin - satu Divisi Kedua dan satu Divisi Kesembilan - kekuatannya memang tidak memadai.
Terutama Divisi Kedua, dalam perang sebelumnya melawan Odin, disergap oleh Pasukan Bendera Hitam Hasting hingga hampir seluruh tim musnah, nyaris nomor resminya dibatalkan. Pasca perang, pembangunan kembali hanya bisa menarik inti pasukan dari unit lain, sebagian besar adalah rekrutan baru atau personel yang ditarik dari pasukan penjaga daerah.
Namun ketika perang saudara meletus, pekerjaan rekonstruksi kedua divisi hanya selesai kurang dari separuh. Personil tidak lengkap, formasi tidak sempurna, bahkan pelatihan pun belum rampung. Sebagian besar rekrutan dan personil yang ditarik dari pasukan penjaga daerah benar-benar memiliki kualitas yang memprihatinkan. Yang paling parah adalah kekurangan personil. Kedua divisi seharusnya merupakan pasukan pusat tingkat satu standar Kekaisaran dengan formasi 20.000 orang per divisi. Namun kenyataannya saat perang saudara pecah, Divisi Kedua hanya memiliki 8.000 orang, sedangkan Divisi Kesembilan sedikit lebih baik dengan kurang dari 13.000 personil.
Kedua jenderal yang sangat protektif terhadap negara ini tidak punya pilihan selain nekat membawa pasukan mereka datang membantu Kota Kekaisaran, dengan tekad mengorbankan nyawa untuk membela negara. Ketika tiba di ibu kota, kota tersebut sudah dikepung ketat oleh pemberontak. Dengan pasukan yang lemah dan tidak bisa masuk ke dalam kota, mereka akhirnya menggabungkan pasukan dan berkemah di luar kota, terlibat beberapa kali pertempuran sengit dengan pemberontak selama masa penyanderaan.
Meskipun kedua jenderal ini ahli dalam bertempur, kualitas pasukan bawahan mereka benar-benar tidak memenuhi standar. Setelah berjuang mati-matian melawan pemberontak selama beberapa waktu, akhirnya mereka mengalami kekurangan logistik dan persediaan yang menipis. Di bawah tekanan semakin besar dari pemberontak, dengan frustrasi mereka terpaksa menarik pasukan keluar dari wilayah operasi sementara. Mereka mendirikan kemah di sebuah kota kecil di barat laut Osgilia untuk menjaga intimidasi lemah terhadap wilayah tersebut, meskipun sebenarnya hampir tidak berpengaruh sama sekali.
Pasukan pemberontak memisahkan sebagian pasukan mereka, menghadang di depan mereka, memutus hubungan dengan Osgilia, dan mempertahankan momentum ancaman. Meski kedua jenderal saat itu berniat membunuh musuh, namun pasukan mereka sedikit, staf bawahan pun orang-orang sembrono, bahkan persediaan makanan terbatas, terpaksa terus menyusut.
Hingga kabar jatuhnya Kota Osgilia tiba, keduanya pun putus asa total, merasa momentum besar telah hilang. Ketika hendak mengerahkan pasukan untuk bertarung habis-habisan melawan pasukan pemberontak yang menghadang di depan, situasi tiba-tiba berubah lagi...
※※※
Saat ini Burter baru mengenali Char, kewaspadaan dalam hatinya akhirnya sirna. Pertemuan dengan kenalan lama di pasukan membuat veteran militer ini langsung bersemangat. Ia melompat turun dari kuda, tertawa terbahak sambil berjalan ke arah Char. Char juga turun dari kuda. Keduanya bertemu, saling mengamati sejenak, lalu Burter memeluk Char erat-erat, menepuk-nepuk punggung Char dengan deras, nada suara penuh keberanian: "Bagus! Ternyata benar kau makhluk kecil ini! Dulu sudah kukira kau orang penting, sekarang terbukti sudah dewasa!"
Baru ketika Burter melepaskan pelukannya, Char bisa melihat jelas sosok veteran kavaleri Rodrian yang dulu dikenalinya ini.
Rambut perak khas yang semula menjadi ciri khas, kini telah ternoda oleh cahaya merah darah. Wajahnya dipenuhi noda darah, rupa gagahnya kini terlihat jauh lebih kurus dan pucat dibanding dulu. Namun postur tubuhnya yang tegak masih memancarkan semangat khas kavaleri Rodria yang gagah perkasa.
Dari segi pengalaman, dahulu di pasukan Rodria, Char hanyalah mantan pengawal pribadi Jenderal Adrik. Sedangkan lawannya adalah Juru Bendera regu bendera - perbedaan yang sangat jauh. Char pun tidak berani bersikap sombong di hadapan perwira loyal Kekaisaran ini, dengan hormat ia memberikan penghormatan militer layaknya bawahan.
Burter yang bersemangat tinggi melirik ke arah ratusan prajurit berkuda yang diam di belakang Char. Meski tak bergerak, formasi mereka rapi dan penuh aura mengerikan. Dari kejauhan, tekanan energi mereka begitu kuat hingga hampir menyakiti mata! "Pasukan perkasa!" gumamnya.
Sebagai mantan prajurit Rodria, Burter langsung menyadari keunikan pasukan ini. Wajahnya berubah pucat: "Keren! Pasukan sehebat ini! Char, apakah semua kavaleri ini milikmu?"
Char tersenyum: "Jenderal, sebagian besar adalah veteran kavaleri Rodria kita!"
Setelah berhenti sejenak, Char menatap Burter: "Saat ini bukan waktu untuk bernostalgia, Jenderal. Mari kita bersihkan medan perang terlebih dahulu, baru perlahan-lahan berbincang."
Burter menyetujui dengan senang hati. Kedua pasukan segera bergabung. Prajurit berkuda mulai membersihkan medan perang, mengumpulkan para pemberontak yang bersimpuh di tanah, menyita senjata, dan mengatur mereka dalam formasi terkendali.
Burter sudah menarik Char ke area yang lebih tinggi. Dengan gugup ia menyentak lengan Char: "Char kecil! Aku tahu kau seharusnya bertugas di County Moore! Kenapa kau datang jauh-jauh ke sini?! Kudengar orang Odin sudah menyusup ke selatan! County-mu yang paling depan terkena serangan mereka! Bahkan County Syltan kabarnya sudah jatuh! Tapi kau malah ke sini... Apakah wilayah utara sudah jatuh..."
Char tersenyum tipis: "Jangan khawatir tentang urusan utara, Jenderal Burter. Aku Char juga lulusan Rodria. Jika utara benar-benar dikuasai Odin, mana mungkin aku ada di sini! Orang Rodria tidak punya tradisi jadi desersi!"
Makna tersirat: Keberadaanku di sini membuktikan masalah utara sudah kuselesaikan.
Burter terheran-heran, tapi Char tidak memberinya kesempatan bertanya: "Yang Mulia, kedatanganku ke selatan ini untuk membela Raja di Kota Kekaisaran... Aneh sekali situasi malam ini. Dalam perjalanan aku dengar pemberontak masih menguasai luar kota, kok tiba-tiba bisa hancur lebur begini?"
Mendengar ini, mata Burter langsung berkilat penuh semangat. Dengan tawa besar penuh kepuasan: "Pertempuran malam ini sungguh Luar Biasa! Semua rasa frustrasi selama setengah tahun terakhir akhirnya meledak! Hahaha!!"
Sang Jenderal yang berani ini kemudian menjelaskan secara detail asal-usul kekalahan pemberontak malam itu...
