Beberapa waktu lalu, orang Landis mendarat secara paksa di Osgilia. Salvador dan Hughes melihat situasi memburuk, lalu memilih mundur secara proaktif dari Kota Kekaisaran. Pasukan Landis kemudian berhasil bersatu dengan sisa pasukan penjaga di kota yang dipimpin Adrik.
Saat itu di Kota Osgilia masih dikuasai berbagai faksi pemberontak yang saling berebut wilayah kekuasaan tanpa koordinasi. Ketika orang Landis tiba-tiba mendarat dan menerobos masuk, Salvador dan Hughes cepat-cepat menarik diri. Namun faksi pemberontak lainnya tidak secepat kedua orang itu dalam bertindak.
Setelah Adrik dan orang Landis bersatu, mereka segera melancarkan serangan. Pertempuran jarak dekat di jalan-jalan kota terjadi selama beberapa hari. Pasukan pemberontak yang masih bertahan di kota mengalami kekalahan telak. Pertama, moral pemberontak sudah jatuh akibat pendaratan paksa pasukan Landis. Kedua, setelah berhari-hari menduduki Osgilia, seluruh pasukan pemberontak telah mengumpulkan harta rampasan sampai kenyang! Ketiga, penjarahan selama berhari-hari membuat disiplin pasukan kacau balau, tidak lagi menyerupai pasukan militer, malah berubah menjadi gerombolan perampok yang tercerai-berai. Begitu Adrik melancarkan serangan balik, masing-masing faksi pemberontak bertempur sendiri-sendiri. Saku prajurit mereka sudah penuh harta jarahan, mana ada yang mau bertaruh nyawa?
Hasilnya sudah bisa ditebak.
Dalam beberapa hari, Kekaisaran berhasil merebut kembali pertahanan kota Osgilia. Banyak pemberontak di kota dihabisi, bahkan ada contoh kelompok kecil pemberontak yang langsung menyerah setelah dikepung. Sisanya terpaksa mundur dan melarikan diri dari Osgilia, menyerahkan kota yang sudah mereka kuasai.
Moral pasukan penjaga melambung tinggi, sementara semangat pemberontak jatuh terpuruk.
Situasi pertempuran kemudian seolah kembali ke kondisi sebelum Osgilia jatuh: pasukan penjaga di dalam kota berhadapan dengan pemberontak di luar tembok.
Hanya saja kali ini, meski tampak serupa, situasi sebenarnya sudah berubah drastis.
Orang Landis dari lautan kemudian mendapat bala bantuan, dengan penambahan pasukan sebelumnya dan yang mendarat di kota, total pasukan darat Landis telah mencapai sekitar empat puluh ribu. Dengan bergabungnya pasukan segar ini, para pemberontak yang sempat merebut Osgilia harus kehilangannya kembali. Bahkan dua pemimpin utama seperti Salvador dan Hughes sudah kehilangan semangat, sementara pemimpin pemberontak lainnya juga tak punya niat untuk terus bertempur.
Hanya tiga hari setelah keluar kota, Salvador dan Hughes secara bergantian langsung memimpin pasukan mereka mundur dari markas besar pasukan sekutu. Mereka kembali ke wilayah kekuasaan masing-masing.
Sebelum pergi, Salvador tidak berkata apa-apa. Namun Hughes masih menyimpan dendam dalam hati, menuding para pemimpin pemberontak lain dan memfitnah: "Tak lama lagi kalian babi-babi bodoh ini akan membayar mahal untuk keserakahan dan pandangan sempit kalian!!" Hughes kemudian langsung membawa pasukannya kembali ke Distrik Militer Armenia.
(Baru di titik inilah Char akhirnya mengerti mengapa perjalanannya ke selatan begitu mudah, tapi tiba-tiba mendapat resistensi saat masuk Distrik Militer Armenia - ternyata Hughes sendiri sudah pulang ke sarangnya untuk mengawasi langsung.)
Setelah dua kelompok pemberontak terbesar pergi, markas besar pasukan sekutu pemberontak kehilangan pemimpin. Selama beberapa hari berikutnya justru terjadi pertengkaran internal, gagasan mereka tak bisa disatukan - ada yang ingin terus berperang, ada juga yang merasa sudah mendapat cukup keuntungan dan ingin menarik pasukan pulang ke rumah.
Di kota sudah ada bala bantuan pasukan segar Landis, perbandingan kekuatan kedua pihak juga mengalami perubahan. Meskipun di atas kertas jumlah pasukan pemberontak masih unggul besar, sebenarnya moral, aura perang, dan tekad kedua belah pihak sudah tidak bisa dibandingkan lagi.
Sementara pemberontak tidak punya keinginan bertarung, Adrik semakin berani. Selama beberapa hari ini dia bersama pasukan sekutu Landis keluar kota untuk menghadapi pemberontak, beberapa kali bertempur di gerbang kota. Pemberontak selalu kalah berdebu-debu. Meski jumlah pemberontak banyak, hati mereka tidak kompak. Para pemimpinnya masing-masing menyimpan maksud tersembunyi untuk menjaga kekuatan, mana mungkin bisa mengalahkan Adrik?
Adrik memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas kekuatannya. Dia mengirim unit kecil keluar kota untuk menghubungi Burter dan Soxia yang menguasai wilayah barat laut Osgilia dengan pasukan pengalih perhatian yang membela Raja. Burter dan Soxia awalnya mengira Kota Kekaisaran sudah jatuh, sudah memutuskan untuk mati membela negara. Mereka sedang mempersiapkan pasukan untuk segera menyerbu ibu kota dan bertarung habis-habisan dengan pemberontak, hanya bermaksud mati dengan tenang. Tak disangka situasi tiba-tiba berbalik. Dengan gembira, mereka langsung mengerahkan pasukan mendekati Osgilia.
Pasukan pemberontak yang sebelumnya menghadang mereka sudah lama mundur. Kali ini kedua orang itu dengan mudah membawa pasukan sampai ke gerbang Kota Kekaisaran. Pasukan besar masuk kota tanpa mendapat perlawanan sama sekali dari pemberontak.
Namun sebenarnya bagi Adrik, bisa menyambut pasukan Burter dan Soxia masuk ke kota, barulah benar-benar membuatnya lega dalam hati!
Alasannya sederhana: perbandingan kekuatan di dalam kota benar-benar mengkhawatirkan!
40.000 pasukan darat Landis di dalam kota, meski disebut "sekutu", tapi pasukan penjaga di tangan Adrik, dengan perhitungan penuh ditambah sisa pasukan di istana, hanya berjumlah ribuan! Tamu Kuat Tuan Lemah, nasib sepenuhnya berada di tangan orang Landis, bagaimana mungkin merasa tenang? Bahkan dalam aliansi tempur sekalipun, kekuatan sendiri yang terlalu lemah mungkin tak punya modal bicara.
Kedatangan pasukan pengalih Burter dan Soxia ini langsung menyelesaikan krisis darurat Adrik! Meski jumlah pasukan mereka tak banyak, tapi setidaknya ada lebih dari sepuluh ribu orang. Begitu bergabung dalam pertahanan kota, tawaran Adrik meningkat drastis. Dengan 20.000 pasukan penjaga, sudah cukup modal untuk bernegosiasi dengan orang Landis.
Tepat sehari sebelum Char tiba di sini, sore itu Adrik tiba-tiba melancarkan serangan! Pasukan sekutu penjaga dan Landis keluar kota menghadapi pertempuran. Pemberontak yang tak siap, mengira Adrik masih akan bertarung kecil-kecilan seperti sebelumnya, tapi hasilnya tak disangka - kali ini Adrik mengerahkan semua pasukan, menunjukkan sikap siap bertempur habis-habisan!
Adrik, jenderal terhebat sejati dengan cara memandang yang tajam dan berpengalaman, memiliki kemampuan luar biasa dalam membaca situasi pertempuran. Beliau telah mengidentifikasi kelemahan pasukan pemberontak. Meski telah bergabung dengan orang Landis, total pasukannya tetap inferior. Dengan strategi memusatkan kekuatan pada satu titik, beliau melancarkan serangan dahsyat ke area markas besar pasukan sekutu pemberontak!
Internal pasukan pemberontak memang tidak solid, saling bertengkar dan tidak ada yang mau mengakui kekalahan. Adrik memanfaatkan satu celah ini untuk menyerang habis-habisan. Awalnya, kelompok pemberontak lain enggan menanggung risiko merusak pasukan sendiri untuk membantu. Mereka juga tidak menyangka Adrik berani mengambil langkah nekat ini - langsung menghadapi pertempuran habis-habisan meski jumlah pasukannya inferior.
Saat menyadari momentum berubah di tengah pertempuran, Adrik sudah berhasil menembus salah satu kamp pasukan sekutu pemberontak. Pasukan besar berhasil membuka titik terobosan dan menerobos masuk. Saat itu, upaya pemberontak untuk balik membantu sudah terlambat.
Dari sore hingga malam, pertempuran sengit selama setengah hari terjadi. Pasukan pemberontak terpecah belah: masing-masing kelompok berharap pihak lain yang bertarung mati-matian sambil menyimpan kekuatan sendiri. Ada yang ingin bertarung habis-habisan, namun pasukan bawahan mereka sudah kehilangan semangat juang. Hasilnya, pasukan Adrik semakin garang, sementara pemberontak semakin lemah. Saat malam tiba, akhirnya pasukan pemberontak mengalami kehancuran total!
Entah dari kelompok pemberontak mana yang pertama melepaskan diri dari medan perang, langsung menarik rombongan mereka ke utara — Begitu ada yang memulai, sisanya pun meniru: Kalau kau tidak mau bertaruh nyawa, masak gue jadi orang bodoh yang tetap bertahan dan mengorbankan kekuatan?
Begitulah, hasil akhir situasi pertempuran ini akhirnya TERTENTUKAN!
Adrik yang membaca peluang langsung berlari kencang, membantai pemberontak hingga tercerai-berai. Ia memimpin pasukannya tanpa ampun mengejar para pengkhianat. Awalnya pemberontak hanya mundur teratur, belakangan berubah menjadi kekacauan besar bagai bola salju. Gelombang prajurit yang kalah semakin membesar, akhirnya benar-benar TAK TERKENDALI!
Akhirnya, terciptalah arus kekalahan berskala raksasa ini!
※※※
Burter menceritakan kemenangan besar ini, meski wajahnya penuh noda darah, semangatnya tak terbendung. Dengan lantang ia berkata: "Jenderal memerintahkan kita untuk memburu pemberontak, Xia Tha. Kau tahu, Divisi Kesembilanku adalah infanteri. Mengejar dengan dua kaki, mana mungkin menyusul? Bahkan jika berhasil, mana bisa sepuas mengejar dengan kavaleri? Tiba-tiba aku teringat kejadian di Dataran Alabaster dulu saat menghadapi Pasukan Bendera Hitam. Waktu itu kau mengumpulkan pasukan rendahan, nekat membentuk 200 kavaleri untuk charge. Aku pun terinspirasi, mengambil pengawal berkuda pribadi sebagai inti, mengumpulkan semua bagal dan kuda pengangkut logistik. Siapa pun yang bisa naik kuda, kuhitung satu per satu, kuperintahkan naik kuda. Jadilah ratusan orang ini yang kukejar sepanjang jalan. Sebenarnya aku tahu, kalau pemberontak benar-benar balik bertarung habis-habisan, sebagian besar pasukan kacau ini yang berlari asal-asalan di atas kuda pasti takkan mampu bertempur. Tapi pemberontak sudah kehilangan nyali. Kuperhitungkan mereka tak berani melawan. Pokoknya kubicara saja seperti menggiring domba, dari belakang hanya berteriak-teriak mengancam. Mereka lari terbirit-birit sampai muntah darah sendiri! Ha ha ha ha..."
Mendengar ini, Xia Tha menghela napas panjang.
Benar-benar layak dijuluki perwira berpengalaman dari Kavaleri Rodria. Keputusan dan kelihaian saat bertempur seperti ini bukanlah hal yang bisa disamai oleh orang biasa. Seandainya diganti dengan jenderal biasa yang kurang nyali, pasti tidak berani mengambil risiko membawa ratusan pasukan kavaleri dadakan untuk mengejar puluhan ribu pemberontak.
Setelah Burter selesai berbicara, kegembiraannya sedikit mereda. Baru kemudian ia menatap Char lagi. Begitu emosinya tenang, keraguan dalam hatinya muncul kembali. Ia memandangi Char: "Char kecil, kau belum menjelaskan. Kenapa kau membawa pasukan ke sini? Di County Moore..."
Belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar derap kuda yang rapat dari kejauhan! Suara kuku kuda menghentak tanah bagaikan gemuruh rendah!
Burter berubah pucat, langsung melompat bangkit! Sebagai perwira berpengalaman, ia langsung mengenali suara ribuan pasukan kavaleri besar yang sedang berlari kencang!
Pemberontak di sekitar sini sudah tercerai-berai, dari mana datangnya pasukan kavaleri besar sebanyak ini?!
Melihat reaksi Burter, Char tertawa pahit sambil menahan pria berambut perak yang hendak berteriak memerintahkan pasukannya siaga: "Jenderal... Tidak perlu tegang. Ini... pasukanku."
"Pasukanku?!" Burter melotot.
Dari arah utara, di padang terbuka yang dipenuhi debu beterbangan, pasukan kavaleri besar datang dengan formasi rapi dan armor mengkilap! Meskipun berlari kencang, formasi mereka tetap rapi tanpa sedikit pun kekacauan!
Di sisi Char, pasukan berkuda segera menyambut. Hanya dalam beberapa saat, pasukan berkuda dari utara itu sudah sampai di hadapan. Mereka tiba-tiba berhenti tak jauh, formasi pasukan besar yang berhenti seketika itu teratur rapi—tak ada teriakan prajurit atau ringkikan kuda—memancarkan aura militer yang menggetarkan! Burter, veteran di pasukan, dengan mata tajamnya langsung mengenali: pasukan berkuda sehebat ini pasti pasukan elit yang telah melalui ratusan pertempuran!
Tak lama kemudian, beberapa perwira kavaleri keluar dari formasi, perlahan mendekati Char. Pemimpin pasukan berkuda itu turun dari kudanya. Meski jelas melihat dan mengenali Burter—jenderal legendaris Rodrian Army—ia sama sekali tidak melirik. Langsung mendatangi Char dengan tegap, memberi hormat lalu berseru lantang: "Lapor Jenderal! Pasukan kami telah selesai membersihkan medan perang. Pemberontak yang menyerah sudah dikumpulkan dan diserahkan ke pasukan sekutu untuk dijaga, menunggu perintah Anda!"
Perwira ini juga veteran di Rodrian Army. Burter yang berdiri di samping Char tampak gelisah. Char diam-diam membalas hormat perwira tersebut, lalu berkata datar: "Seluruh pasukan tetap di posisi. Sampaikan ke pasukan sekutu di belakang untuk mengirim tawanan perang ke sini, serahkan ke pasukan Jenderal Burter untuk diurus."
Wajah perwira itu berubah serius. Dengan keras ia mengiyakan perintah, lalu segera berbalik pergi.
Burter menyipitkan matanya memperhatikan sesaat, tiba-tiba mengerutkan kening: "Orang tadi... wajahnya sangat familiar. Sepertinya..."
Char sengaja tersenyum tipis: "Hmph, pandangan Jenderal tepat. Dia juga orang tua di pasukan Rodrian."
Setelah jeda, dia berpura-pura tenang sambil menuding ke arah dua ribu pasukan berkuda yang berbaris rapi di padang terbuka: "Terus terang, Jenderal, semua pasukan ini kubawa ke Kota Kekaisaran untuk membela Raja."
Baru saat itu Burter benar-benar berubah pucat!!
Pasukan berkuda!!
Lebih dari dua ribu pasukan berkuda!!
Sebagai mantan komandan kavaleri, mana mungkin dia tak tahu kesulitan membangun pasukan berkuda!
Menurutnya, Char hanyalah Komandan Perlengkapan Militer County Moore. Daerah Moore cuma penghasil pangan. Dengan sumber daya satu county, memelihara ribuan infanteri saja sudah Ma Mahu, apalagi memelihara ribuan pasukan berkuda - itu jelas obrolan kosong!
Apalagi pasukan berkuda di depannya ini beraura mengintimidasi, persis seperti pasukan elit berpengalaman tempur! Benar-benar menyerupai kavaleri Rodrian kelas tinggi!!
Dari mana kemampuan Char, komandan kecil County Moore, membangun pasukan elit mahal seperti ini?!
Char menghela napas, membaca keraguan Burter. Ia menatapnya: "Komandan, soal ini... sungguh sulit kujelaskan dalam dua tiga patah kata..."
"Dia segera menjulurkan tangannya ke dalam pelukannya, lalu mengeluarkan surat yang disegel dengan lilin api, menyerahkannya dengan serius kepada Burter: "Tolong Bapak membantu saya. Semua hal telah saya tulis dalam surat ini. Mohon segera memimpin pasukan kembali untuk menghadap Bapak Adrik! Pastikan surat ini disampaikan terlebih dahulu kepada Bapak Adrik!""
"Char kecil, kamu... sulap apa ini..." Burter merasa dirinya mulai tidak waras.
Char menggelengkan kepala dengan ekspresi serius; "Tolong sampaikan kepada Bapak Adrik, saya dengan pasukan markas besar akan menunggu perintahnya di sini! Tanpa perintah Bapak Adrik, saya tidak akan melangkah maju setapak pun!"
