Xia Ya langsung menyadari betapa seriusnya masalah ini.
Sudah jelas, dia telah membuat masalah besar!
Rambut ungu mata ungu, aura misterius, teknik bela dirinya tangguh, sikap dingin dan angkuh——itulah keseluruhan kesan Vya terhadap Xia Ya.
Saat pertama kali bertemu perempuan ini, dia berani menantang Hasting bahkan sejajar dengannya, aura pertarungannya tak kalah sedikit pun.
Perempuan dengan pesona aneh seperti ini, jelas memiliki watak sekeras baja dan seberani api!
Meski Vya juga cantik sampai membuat orang terpana, tapi setidaknya dalam hati Xia Ya, tak ada sedikit pun pikiran nakal pada perempuan jenis ini. Perempuan garang macam ini sama sekali tidak memicu khayalan erotis, satu-satunya perasaan saat mengingatnya adalah: Bahaya! Kuat dan mengancam!
Tapi dia justru putri Adrik.
Ini cukup membuat Xia Ya menggaruk-garuk ubun-ubun kepalanya.
Ingatan Xia Ya cukup bagus. Setidaknya dia ingat betul, setelah diselamatkan Vya dulu, perempuan itu pernah berkata: Hutangnya pada Adrik sudah lunas.
Nada bicaranya penuh kekecewaan dan kebencian...
Dari nada seperti ini, hubungan Vya dan Adrik jelas jauh dari kata "harmonis"!
Sebenarnya, hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Xia Ya. Hubungan Vya dengan Adrik seburuk apa pun, Vya adalah putri Adrik... Sial, tidak peduli dia putri Adrik, bahkan jika dia selir kaisar atau putri Kaisar Suci Odin sekalipun, tetap tidak ada hubungannya dengan Tuan Besar Xia Ya!
Tapi justru... sekarang dirinya malah...
（Sial, si gendut terkutuk, benar-benar merusak!!）
Xia Ya meneriakkan kemarahannya dengan pedih di dalam hati.
Pantas saja, sebelumnya si gendut sialan itu membicarakan putri Adrik dengan sikap sembunyi-sembunyi, tapi tak pernah menjelaskan siapa sebenarnya putri Adrik itu!
Rupanya... ujung-ujungnya di sini!
Kurasa si gendut sialan itu sengaja menyembunyikan fakta karena tahu ini masalah yang terlalu pelik!
Yang lebih penting, melihat Vya yang sedang marah sampai ingin membunuh ini, bahkan jika dipikir dengan pantat pun seharusnya sadar—Nona Besar Vya jelas sangat tidak puas dengan pernikahan ini.
Sebenarnya, Xia Ya tidak terlalu peduli apakah putri Adrik mau menikah atau tidak—Lebih baik kau tidak mau! Aku juga tidak ingin menikah.
Tapi masalah ini menjadi persoalan besar ketika menyangkut Vya!
“Eh... Nona Vya, bisakah kau mendengarkanku sebentar.”
Wajah Xia Ya dipenuhi penderitaan.
"Bertarung dan membunuh, Char tentu saja tidak takut. Kalau orang lain berani mencoba membunuh Char, pasti sudah kena tusuk garpu api sejak lama!"
Tapi yang di hadapannya justru Vya! Selain statusnya sebagai putri Jenderal Adrik, dulu dia pernah menyelamatkan nyawanya!
Meski karakter Char jauh dari standar "orang terhormat", bahkan terpaut jarak seratus ribu li. Tapi Char punya prinsip: Takkan pernah membalas budi dengan kejahatan! Nyawanya dulu diselamatkan, mustahil dia melakukan hal keji seperti itu.
"Berseru!?" Wajah Vya kehijauan, bilah pisau tipis di tangannya masih menghadap Char: "Aku ingin dengar penjelasanmu."
Gulp.
Char menelan ludah susah payah, menggerakkan lehernya, berkedip-kedip dengan ekspresi yang menyedihkan: "Kalau... kukatakan ini semua salah paham, percaya?"
Vya diam membisu.
Melihat lawannya tak bersuara, Char buru-buru menjelaskan: "Waktu aku melamar Jenderal Adrik, aku tak tahu kau putrinya, ini..."
Kilau pisau di tangan Vya masih bergetar, aura mengerikan di wajahnya tak berkurang.
"...Bagaimana kalau urusan ini kita hentikan?" Char tersenyum pahit.
Pada saat ini, entah itu soal jalan mundur atau perkembangan faksi, semua ucapan bijak yang diutarakan si Gemuk kepada Char sudah langsung dibuangnya ke belakang kepala——Vya sama sekali tidak mau menikah, bagaimana pun tidak becusnya dirinya, dia tidak mungkin melakukan pelanggaran rendah seperti memaksa nikah. Urusan pernikahan ini, lebih baik dihentikan saja.
“Haha!” Vya menyeringai sinis: “Dihentikan?! Char, kau dengan santai berkata 'hentikan', apakah pekerjaan ini bisa selesai semudah itu?!”
“Kalau begitu, aku yang akan membatalkan pertunangan! Aku sama sekali tidak berani menikahimu, ini boleh kan?”
Wajah Vya semakin merah padam: “Batal tunangan! Hmph! Kau mau membuat seluruh dunia tahu bahwa Char yang duluan melamar, lalu tidak mau menikahiku, baru membatalkan tunangan! Mau membuatku Vya menjadi bahan tertawaan di mulut orang?!”
Ubun-ubun Char terasa gatal: “Tidak boleh batal... kalau begitu... masak harus benar-benar menikahimu...”
Belum selesai bicara, aura jahat di wajah Vya sudah menyala-nyala, tiba-tiba menerjang ke depan, mengayunkan pedang horizontal untuk menebas!
Vya menerjang dengan gerakan yang cepat dan ganas. Gadis yang menghalangi di depannya berhasil dilewati hanya dengan satu langkah Vya. Bilah pisau sudah menyentuh leher Char secara horizontal! Char buru-buru mundur, tapi gerakan Vya seperti hantu yang terus menempel, pisau tak lepas dari tenggorokan Char! Char mundur tiga langkah tapi tak bisa menghindar, akhirnya terpaksa menyentil lembut bilah pisau Vya dengan jarinya.
Bung! Ujung jari Char menyentuh bilah pisau. Bilah tipis itu tiba-tiba melengkung, seluruh badan pisau bergetar halus tapi cepat!
Vya merasakan panas di tangannya, pisau pendek tipis itu hampir terlepas hingga ia mendengus! Dengan refleks kilat, Vya mengangkat kaki kiri dan menekuk lutut untuk menyerang perut Char dengan keras. "Aduh!" seru Char sambil menangkis dengan telapak tangan di lutut Vya.
Serangan lutut Vya tertahan. Ia langsung merasakan panas membara di lutut yang ditekan Char, sedikit nyeri membuatnya refleks mundur. Saat Char hendak berbicara melihat Vya mundur, tiba-tiba ia menangkap kilatan aura membunuh di sorot mata Vya. Dadanya berdesir mencium angin kencang yang tiba-tiba menerpa.
“Dor!” Semburan cahaya api tiba-tiba menyembur dari pinggang Vya!
Cahaya api itu merobek pakaian, di tengah kobaran api terlihat beberapa bilah pisau tajam beterbangan - senjata misterius yang melesat dahsyat!
Jarak antara mereka hanya dua tiga langkah. Dari jarak sedekat sejengkal tangan, semburan pisau berapi ini memiliki kekuatan setara panah busur silang. Seorang biasa, sekalipun lincah, pasti takkan bisa menghindar!
Serangan Vya ini benar-benar jurus pamungkas!
Saat semburan api hendak menyambar tubuh Char, tiba-tiba ia menarik napas dalam-dalam hingga dadanya mengembang. Menghadapi kobaran api yang menyergap, ia menghembuskan nafas kuat-kuat!
“Hancur!”
Dentingan logam beradu bergema. Ratusan serpihan pisau berhamburan di tanah. Semburan api itu pun padam seketika dihembus nafas Char!
Wajah Vya suram. Melihat jurus andalannya dipatahkan, sorot matanya makin penuh amarah. Tiba-tiba ia merunduk, mengeluarkan anak panah pendek hitam dari pinggang, lalu menerjang Char dengan tusukan ganas!
“Seketika, bayangan kedua orang itu kembali saling bersilangan. Gerakan Vya yang cepat dan ganas diiringi dentuman PING PANG bertubi-tubi. Kecepatan keduanya mencapai puncak, dalam sekejap sudah bertarung 7-8 jurus. Sambil terus menyerang, Char berteriak: "Membatalkan pertunangan juga tidak boleh, sebenarnya kamu mau aku bagaimana?!”
Vya tetap membisu sambil terus menggempur habis-habisan. Namun yang mengejutkan hatinya, meski sudah mengeluarkan seluruh jurus pamungkasnya yang paling mematikan, lawannya tetap dengan santai menangkis semuanya – Kapan kekuatan si Char ini bisa meningkat sampai level sehebat ini?!
Hanya setahun lebih yang lalu, pria ini pernah jatuh ke tangan Hasting dan harus diselamatkan olehku! Saat itu kekuatan Char jelas-jelas jauh di bawahku! Tapi sekarang, meski sudah kuserang habis-habisan, pertahanannya tetap tak tertembus. Bahkan masih sempat-sempatnya mengajakku mengobrol, jelas dia belum mengeluarkan kemampuan sejatinya.
Jantung Vya berdebar kencang, gerakan tangannya tanpa sadar melambat beberapa detik. Char menyambut beberapa jurus lagi, menemukan celah lalu mundur beberapa langkah cepat hingga sampai di ambang pintu. Setelah menjaga jarak, Char berseru keras: "Sudah! Berhenti bertarung! Aku sudah bilang mau membatalkan pertunangan, masih mau apa lagi?!”
"Pembatalan pertunanganmu akan menjadikanku bahan tertawaan semua orang!"
"Kalau aku menikahimu kamu juga tidak mau!" Kali ini kemarahan mulai menggelora di hati Char.
“Cih! Brengsek, siapa yang mau menikahimu!” Vya murka.
“Tidak diizinkan membatalkan pertunangan, juga tak boleh menikahimu, harus bagaimana Laozi bertindak, cepat katakan!” Char menjulurkan leher.
“Kecuali kau mati!” Vya menggeretak gigi: “Jika kau mati, pernikahan ini otomatis batal!”
Char hampir menggigit lidahnya sendiri karena marah!
Sial, benar-benar hubungan api dengan air?!
“Ah! Maaf sekali, tapi permintaanmu sama sekali tak bisa kuterima! Aku masih menikmati hidup ini, belum mau mati muda.”
Char tertawa getir, melihat situasi sudah buntu, langsung berbalik keluar kamar sambil berseru: “Aku tak mau berdebat lagi, aku mengalah, menghindar darimu boleh kan?!”
Vya justru berdiri tegak, wajah suram menatap Char: “Hmph, aku tahu kau pasti menolak mati. Char, perkara ini sudah jelas - salah satu dari kita harus mati!”
Char menggeleng: “Kau tak bisa mengalahkanku, lebih baik urusan ini kita lupakan saja.”
Vya wajah pucat, memandangi Char, tiba-tiba mengangkat anak panah pendek di tangannya sambil membentak keras: "Tidak salah! Kekuatanmu melesat cepat, aku sudah bukan lawanmu lagi! Tapi ingat Char, keahlian terbaikku adalah pembunuhan terselubung! Selama aku hidup, aku takkan pernah membiarkanmu lolos! Dalam pertarungan terbuka aku kalah, tapi aku akan mencari kesempatan membunuhmu diam-diam! Mulai sekarang kau harus selalu waspada terhadapku! Baik saat makan maupun tidur, tetaplah berhati-hati! Bahkan saat kau terlelap, mungkin aku akan menusukmu dari samping! Jika takut, lebih baik bunuh aku sekarang! Kalau tidak, aku takkan pernah berhenti mengejarmu!"
Bulu kuduk Char merinding, tapi membunuh Vya adalah hal yang sama sekali tidak bisa dilakukannya. Hatinya dipenuhi amarah, ia mendengus keras lalu berbalik dan pergi dengan langkah gagah.
Char yang kebingungan menerima kemarahan itu merasa sesak di dada. Dengan kepala tertunduk ia berjalan cepat menuju pintu keluar rumah. Setelah beberapa langkah, terdengar suara langkah kaki tergesa dari belakang. Saat menoleh, gadis berbintik itu sedang berlari kecil mengejarnya.
"Mengejar untuk apa?!" Wajah Char pucat kehijauan: "Apa kalian berniat menahanku di sini?"
Sambil berkata demikian, tangan Char sudah menekan huocha di pinggangnya.
“Dia segan karena hutang budi masa lalu sehingga tak tega berbuat kasar pada Vya, tapi gadis di hadapannya ini sama sekali tak punya keraguan! Benar-benar membuat Char murka, tak peduli kau murid Kavhill sekalipun, satu hujaman garpu api pasti tanpa setengah langkah ragu!”
“Soal alasan lawannya perempuan… Cih, Tuan Besar Xia Ya memang bukan tipe yang memperlakukan wanita dengan lembut!”
Gadis ini justru tampak harmonis, menyusul Char, ekspresinya malah tenang. Melihat Char menekan garpu api, dia hanya tersenyum tipis: “Jenderal Char, mengapa marah padaku? Yang ingin mencelakaimu adalah Vya, bukan aku.”
“Cih! Kupikir kalian satu geng.” Char berseru marah: “Kau membawaku ke sini hari ini… Hmph, mungkin semua ini rekayasamu.”
Gadis itu tetap sabar, berkata datar: “Urusanmu dengan Vya bukan wewenangku… Tapi kurasa ini bukan masalah besar. Lagipula Vya tak bisa mengalahkanmu, ke depannya kau hanya perlu lebih waspada.”
“Sial, mana mungkin menjaga dari pencuri selama seribu hari.” Char menggeleng: “Laozi paling baik menjauh saja.”
Gadis itu menutupi bibirnya sambil tertawa: “Sudahlah, aku menyusul hanya ingin bertanya, Jenderal Char rencana berangkat kembali ke Utara tanggal berapa?”
“Masih harus menunggu Kaisar memanggil…” Char menjawab sambil lalu, tiba-tiba jantungnya berdesir, siaga memandangi gadis ini: “Untuk apa kau bertanya ini?”
Gadis itu berkata perlahan: "Jenderal Char, kapan rencana keberangkatanmu? Tolong beri tahu agar aku bisa mempersiapkan diri lebih awal, jangan sampai buru-buru berangkat dan tak sempat membereskan barang. Banyak koleksi buku peninggalan guru yang harus dikemas dan diatur, pengangkutan sepanjang perjalanan juga perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika sampai merusak barang peninggalan guru, pasti akan membuat sakit hati."
Sorot mata Char semakin waspada: "Berangkat? Berangkat ke mana? Apa hubungannya jadwal kepergianku denganmu?"
Gadis itu tersenyum dengan kepala dingin: "Jenderal Char bercanda. Kapanpun Anda kembali ke Utara, tentu aku juga akan ikut bersama Anda."
"……" Char melototi gadis ini.
"Apa begitu mengejutkan?" Gadis itu mengerutkan kening sambil menggeleng: "Guru memilihmu, melemparkanmu ke Utara untuk latihan dan ujian. Sekarang hasilnya luar biasa, bahkan melebihi ekspektasi awal guru. Ini membuktikan ketepatan guru dalam menilai orang! Karena Anda adalah orang pilihan guru, kami murid-murid peninggalannya tentu akan mengikuti Anda ke mana pun, memberikan pengabdian sepenuhnya. Mengapa Tuan sampai terlihat begitu terkejut?"
"Meng...mengikuti aku……" Kali ini mulut Char benar-benar menganga.
Gadis itu memandangi Char sambil mengangguk perlahan: "Tentu saja demikian."
"Char menarik napas dalam-dalam, kepalanya bergoyang-goyang keras: 'Lebih baik tidak! Situasi di Utara kacau, saat ini juga belum bisa disebut tenang. Kamu seorang gadis lemah lembut seperti ini, ikut aku ke Utara buat apa? Bahu tak bisa mengangkat, tangan tak bisa membawa. Kondisi di Utara keras, kalau tiba-tiba perang lagi, aku tak punya tenaga untuk menjagamu dengan baik.'"
Setelah jeda, Char menunjuk ke rumah ini dan berkata: "Rumah ini kuberikan untukmu, tinggallah dengan tenang di sini. Anggap saja sebagai tanda persaudaraan seperguruan kita."
Sambil berkata demikian, Char berbalik untuk pergi. Baru melangkah dua langkah, tiba-tiba terdengar suara gadis itu berbicara dengan nada datar dari belakang.
"Apakah Tuan meremehkanku, menganggapku tak berguna?"
Char merasa agak malu karena maksudnya terbongkar. Ia terpaksa berhenti dan menoleh sambil tertawa pahit: "Jangan diungkapkan sekeras itu. Utara masih dunia pertempuran. Untuk apa gadis sepertimu ikut-ikutan? Ibu Kota baru saja stabil. Tinggallah dengan baik di sini. Bukankah kau dapatkan semua koleksi buku si tua itu? Lebih baik tinggal di sini dengan tenang dan mendalami ilmu."
Usai berkata demikian, Char hendak pergi lagi ketika gadis itu berbisik pelan.
"Jenderal Char, jangan sampai menyesal nanti."
Nada bicaranya datar, tapi saat kata-kata itu masuk ke telinga Char, si kampungan ini tiba-tiba merasakan getaran di hatinya!
Tiba-tiba terlintas di pikirannya: Gadis ini selama perjalanan menunjukkan sikap yang berbeda dari orang biasa, penuh teka-teki... Meski terlihat seperti perempuan lemah, tapi dia murid Kavhill! Siapa tahu dia punya kelebihan khusus!
Dia menarik napas dalam-dalam: "Oh? Coba jelaskan?"
Gadis itu tersenyum tipis: "Murid-murid guru semuanya dipilih dengan teliti sejak dulu. Meski guru menguasai berbagai ilmu metafisika, sayangnya kami murid-muridnya tak mampu menyerap bahkan 1/10.000 ilmunya. Setiap murid diajari bidang berbeda. Contohnya Kakak Vya, belajar intelijen dan pembunuhan diam-diam. Di bidang itu saja, Kakak Vya sudah yang terbaik di dunia saat ini. Selain itu, Jenderal Junker belajar strategi perang. Meski tak lama berguru, kemampuan melatih Pasukan Pengawal Senja membuktikan kehebatannya."
Char benar-benar mulai goyah.
Vya itu... lupakan saja. Sekarang dia ingin sekali menusukku dengan pisau. Char tak berharap bisa merekrutnya.
Junker justru berguna! Kemampuannya melatih Pasukan Pengawal Senja bisa digunakan untuk membentuk pasukan elit di militer. Orang berbakat seperti ini pasti sangat berharga di mana saja.
“Kalau begitu……bagaimana denganmu?” Char menatap gadis ini, meski dalam hati agak tidak setuju, tapi sudah menyiapkan rencana. Bahkan sekadar mempertimbangkan nilai Junker, membawa gadis ini pun tidak merugi. Sekalipun gadis ini tidak berguna, memiliki orang berguna seperti Junker, dianggap membesarkan satu pengangguran pun tak masalah. Seorang perempuan, meski tiap hari hanya makan nasi putih tanpa bekerja, takkan membuat Char jatuh miskin.
“Aku jauh lebih buruk.” Gadis itu tersenyum malu dengan santai, “Secara alami konstitusi fisikku agak lemah, berlatih seni bela diri tak mungkin. Jadi tak bisa menguasai kemampuan seperti Kakak Vya, untuk urusan intelijen atau pembunuhan diam-diam, tentu juga tidak ahli. Tubuhku juga terlalu dimanja, mengincar kenyamanan, jadi tak tahan menderita di pasukan, juga tak bisa menjadi jenderal berbakat seperti Tuan Junker. Tapi syukurlah ingatanku selalu cukup baik, sejak kecil mengikuti guru, buku yang kubaca cukup banyak, juga mau melakukan kerja keras bodoh. Astronomi-geografi, strategi negara, semuanya kupelajari sedikit. Tentang situasi Benua di dunia ini, bisa dibilang mengerti satu dua persen, masih bisa memaksakan analisis dangkal.”
Char mendengar, dalam hatinya merasa lucu.
Apa-apa tentang astronomi geografi semua tahu……gadis seusianya ini, jika dikatakan menguasai ilmu kuno dan modern, tentu terlalu berlebihan.
Dari ucapannya, sepertinya sudah banyak membaca buku, mungkin tipe kutu buku. Adapun klaimnya seolah tahu segalanya……
“Char just tahu, orang macam ini, dari seratus orang, sembilan puluh sembilan di antaranya hanyalah tukang omong kosong belaka.”
“Sudahlah… Mengingat hubungan seperguruan, ditambah si Junker itu masih punya guna, bawa saja gadis ini. Anggap saja memelihara pengangguran, tidak apa-apa.”
“Baik, kalau begitu, sebelum aku kembali ke Utara, tentu akan kukirim orang untuk memberitahumu. Tapi kita bicara dulu: kau dan Junker yang ikut aku pulang tidak masalah… Tapi soal Vya itu…”
Gadis itu tersenyum kecut, sama sekali tidak tersinggung dengan sikap Char yang terang-terangan meremehkannya: “Tenang saja, Kakak Vya mungkin sudah pergi hari ini. Saat kita berangkat, dia pasti tidak akan bersama kita.”
Char mengangguk, merasa lega, lalu berpamit sekali lagi.
Setelah keluar dari kediaman itu, di ambang pintu terlihat kereta kuda masih parkir di sana. Di kursi sais duduk sosok Rody, Adipati Muda.
“Naiklah, akan kuantar kau kembali ke kota.”
Rody tetap duduk dengan pandangan menghindari Char, nada suaranya masih dingin: “Tanpa aku mengantarmu, kau tidak bisa masuk kota saat ini.”
Char tahu orang ini punya prasangka terhadapnya, tertawa pahit: “Kalau begitu terima kasih, Saudara.”
Ia naik ke kereta, tapi tidak masuk ke gerbong. Malah melompat ke samping kursi sais, duduk persis di sebelah Rody. Rody melirik Char dengan cemberut, keningnya berkerut.
Char tertawa: “Di dalam gerbong sendirian terlalu pengap. Lebih baik duduk di sini ngobrol sepanjang perjalanan, sekalian menghabiskan waktu.”
Rody enggan berdebat dengan Char, mengangkat cambuk kuda dan berteriak, lalu mengendarai kereta kuda perlahan turun gunung.
Kereta kuda turun gunung sepanjang jalan besar menuju Kota Osgilia.
Di perjalanan, Char beberapa kali sengaja memancing Rody bicara namun diabaikan. Akhirnya Char frustasi dan berkata: "Dengar, Tuan Muda, aku tahu kau membela Adeline. Tapi hari ini kuucapkan sumpah: Aku takkan melakukan hal yang merugikannya setitik pun! Bila ada dusta, biarlah aku tewas di bawah pedang-pisau!"
Rody baru mengangkat wajah, menatap Char: "Lalu masalah pernikahanmu dengan putri Jenderal Adrik..."
"Jangan diungkit." Char tertawa pahit: "Laozi terjebak dalam perangkap. Coba pikir - perempuan seperti Vya, beranikah kau menikahinya meski kudiberi empedu tambahan?!"
Rody teringat karakter Vya, mengangguk pelan: "Kalau begitu, kenapa kau..."
Char menggeleng: "Ini terlalu kompleks. Hubunganku dengan Jenderal Adrik tak bisa dijelaskan dalam dua patah kata. Singkatnya: situasimu berbeda dari yang kaubayangkan."
Rody mendengar, hanya menatap Char dalam-dalam lalu berkata datar: "Semoga yang kau katakan benar! Char, sebagai pria sejati di dunia ini, perbuatan tak tahu balas budi adalah yang paling hina! Dulu ketika kau masih seorang tak dikenal, Adeline sudah jatuh hati padamu. Kini kau berkuasa, jika kau mengkhianatinya, pantaskah disebut lelaki?!"
Char mengangguk: "Aku juga berpikir demikian. Hal ini tak perlu dibahas lagi."
Rody masih setengah percaya, namun sikapnya pada Char membaik. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol santai. Rody menanyakan situasi perang di Utara yang dijelaskan Char satu per satu. Keduanya adalah pria sejati. Rody mendengarkan deskripsi pertempuran Utara dari Char hingga semangatnya membara, tak henti berkata: "Begitu urusan Kota Kekaisaran selesai, aku akan memohon ayah agar melepasku dari rumah. Aku juga ingin ke Utara untuk berjuang! Di Era Besar ini, sungguh sia-sia hidup jika tak terjun dalam pergolakan!"
Char tertawa: "Jika kau datang, bergabunglah denganku. Secara teknikal kita masih seperguruan sebagai murid Kavhill. Jika kau datang, tentu aku akan membantumu!"
Setelah tertawa, mata Char berkilat: "Bicara soal murid guru, gadis itu sebenarnya siapa? Di usia muda sudah bersikap penuh teka-teki seperti meniru 80% penampilan orang tua itu. Saat bersamanya, aku seperti kembali menghadapi si tua dulu."
“Kau bilang Sofie?” Ekspresi Rody berubah serius, dengan wajah serius ia berkata: “Murid-murid guru, baik yang tercatat maupun yang sudah resmi masuk, jumlahnya cukup banyak. Tapi Sofie adalah yang paling dipercaya dan disayangi guru. Dia juga yang paling lama menemani guru, sehingga wajar ilmu yang didapatnya paling banyak. Dia selalu cerdik luar biasa, kami semua sangat menghormatinya.”
“Oh?” Suara Char penasaran: “Nona itu usianya masih di bawah kita, tangan tak bisa mengangkat, bahu tak bisa menanggung. Meski sudah baca beberapa buku... Apakah dia sehebat yang kau katakan?”
Rody memandang Char penuh keheranan, ragu sejenak sebelum menjawab: “Dulu guru pernah menilai murid-muridnya. Saat membahas Sofie, beliau menudingnya sambil berujar: ‘Jika bicara strategi militer, kau kalah dari murid pria. Dalam hal teknik bela diri, kau yang terendah. Tapi soal masa depan, mungkin semua murid tak akan bisa menyaingimu! Sayang statusmu sebagai putri membuat bakatmu sulit berkembang.’”
“Oh? Penilaian setinggi itu?” Char terkejut.
“Belum semuanya.” Senyum tipis mengembang di bibir Rody, lalu wajahnya kembali serius: “Saat itu guru juga menatap langsung Sofie di hadapan kami, dan bersabda: ‘Jika bicara merencanakan kebijakan negara, aku tak sebandingmu! Andai kau lahir sebagai pria sejati, mungkin daftar Sepuluh Menteri Terbesar dalam sejarah Kekaisaran ini harus ditulis ulang.’”
Char: “……”
