Baiklah, mengenai cerita musim semi yang cerah bersinar itu... faktanya hasilnya tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Paling tidak, tidak seperti yang dibayangkan si kampungan dalam hatinya.
Dalam bayangan si kampungan, seharusnya adegannya seperti ini: setelah membanting tutup pintu pelataran dengan tendangan, menggendong si manis dalam pelukannya, berlari masuk ke ruangan, melemparkan perempuan muda yang sudah lemas bagai air musim semi itu ke tempat tidur, lalu menerjang seperti harimau kelaparan! Persis seperti kucing besar yang sedang birahi, macam macan tutul atau kucing gunung.
Faktanya, si kampungan benar-benar melakukan itu - sayangnya dia hanya menyelesaikan separuh.
Apa gerangan yang bisa menghentikan pria normal yang telah lama menahan nafsu, dengan otak penuh stimulasi maskulin, di ambang ledakan emosi bagai gunung berapi, untuk memadamkan api nafsu yang membara?
Percayalah, di dunia ini sangat sedikit yang bisa melakukan hal seperti itu - atau orang seperti itu.
Kebetulan, di Kota Danzeer saat ini ada satu orang yang mampu.
"Dan yang satu ini, dengan nasib sial, muncul di kamar tidur Char."
Baiklah, situasi saat itu adalah seperti ini: Si kampungan yang sudah dipenuhi pikiran mesum dan tubuh membara ini, sedang berlari masuk ke kamar tidurnya, bersiap melempar gadis dalam pelukannya ke tempat tidur lalu menerjang ketika...
Sayangnya, di tepi tempat tidurnya... sudah ada perempuan lain yang duduk di sana!
※※※
"Eh... Tuan Merlin?!"
Char memeluk Adeline dengan canggung di kamar tidurnya, wajahnya memerah seperti pantat monyet.
Char benar-benar terpaku, begitu pula Adeline dalam pelukannya. Gadis pemalu itu menyembunyikan kepalanya di dada Char, bahkan tak berani menatap Merlin.
Adakah situasi yang lebih memalukan dari ini? Sepasang kekasih yang tenggelam dalam cinta, sedang bersiap memainkan "Guntur Surgawi menyulut Api" tiba-tiba melihat "Ibu" duduk di tepi tempat tidur mereka.
Faktanya, ekspresi Merlin saat ini sangat tenang, tenang seolah dia bukanlah orang yang mengganggu momen mesum Char - baiklah, kata "mengganggu" tidak tepat, karena perempuan sialan ini jelas-jelas sengaja.
Berbeda dengan ekspresi canggung pasangan burung cinta Char dan Adeline, Merlin menunjukkan kewibawaan yang tenang. Bahkan dia menghela napas lembut sambil mengangkat bahu dengan sikap elegan, nada suaranya mengandung aroma penyesalan: "Tampaknya kalian sedang bersiap untuk permainan gulat yang menarik? Putraku tercinta..."
Jika sebelumnya wajah Char memerah seperti pantat monyet, kini wajahnya benar-benar mulai merembes darah.
Syukurlah, si kampungan ini setelah mengalami momen canggung dan terdiam sejenak, semangat lajangnya muncul. Setelah memeluk gadis dalam dekapan erat, dengan hati membulat dia menatap langsung ke Merlin: "Kalau begitu, Ibu angkat tercinta, apa maksudmu duduk di kamar tidurku saat ini?"
"Ibu sangat terluka." Merlin sengaja tersenyum sinis: "Putraku yang berbakti, setelah kembali hidup-hidup dari ekspedisi berbulan-bulan, bahkan tidak sedikitpun teringat pada keluarga yang cemas menanti... Jangan lihat gadis dalam pelukanmu, yang Iku maksud adalah diriku, ibu angkatmu! Sungguh menyedihkan, putraku yang berbakti ini pulang tanpa memberi hormat terlebih dahulu, malah... Ah, Char, apa otakmu hanya berisi jerami?"
Baiklah, ini bisa dianggap sebagai alasan muluk-muluk.
Bagaimana pun, Merlin adalah ibu angkat Xia Ya—paling tidak identitas ini sudah diakui. Dan... ibu angkat ini juga telah menyelamatkan Xia Ya lebih dari tiga kali, tentu saja, juga membawa banyak masalah bagi Xia Ya, membuat si kampungan ini babak belur.
Tapi, alasan yang diajukan Merlin, Xia Ya sama sekali tidak bisa membantah.
Pulang dari ekspedisi militer, belum sempat memberi hormat pada senior, langsung menggendong perempuan miliknya sambil terburu-buru masuk ke kamar tidur—hmph, kalau sampai tersiar kabar memang agak memalukan.
Tian bersaksi, Xia Ya Leiming adalah golongan terpelajar yang langsung memperbaiki kesalahan, maka dia segera menegakkan pinggangnya, memandangi Merlin dengan penampilan sok benar: "Baiklah, memberi hormat pada ibu angkat Tuan, ibu angkat Tuan dalam keadaan baik, aku yang bertugas di luar selama berbulan-bulan telah membuat ibu angkat Tuan menderita di rumah, selama berperang di luar, hatiku selalu merindukan Ibu Tuan, sekarang aku sudah kembali, pasti akan berbakti dengan baik pada ibu angkat Tuan..."
Setelah "memuntahkan" dua patah kata ini dengan gesit, Xia Ya langsung tak coba menyembunyikan tatapan matanya yang melirik ke pintu kamar tidur, maksudnya: Sudah, sekarang kamu bisa pergi kan?
Merlin tidak menunjukkan niat untuk pergi, malah sengaja menghela napas panjang: "Oh, benarkah? Kau pergi berperang selama berbulan-bulan, tapi masih terus merindukan Ibu? Tapi tadi sepertinya kudengar seseorang berkata 'Di hatiku, semua perempuan di dunia ini jika digabung pun tak bisa menandingi seujung jarimu!' Dan juga 'Perempuan lain bagiku hanya seperti udara'... Hmm, ucapan seperti itu, sepertinya tidak salah ingat kan? Ah, semakin tua usia, ingatan ini memang kalah dengan anak muda."
（Pasti wanita gila ini tadi bersembunyi di gerbang kota dan mendengar semua omonganku!）
Char bergumam dalam hati.
Tapi di wajahnya hanya bisa menyunggingkan senyuman: "Mana mungkin? Di hati putramu, meski Ibu angkat Tuan bukan ibu kandung, tapi jasa Ibu bagaikan memberi kehidupan kedua. Rasa hormatku pada Ibu angkat Tuan selalu tak terhingga..."
"Oh, benarkah? Tapi tadi sepertinya kudengar seseorang berkata 'Siapa yang berani mengganggu, langsung seret keluar dan penggal!'... Ah..."
Merlin terus menggelengkan kepala sambil menghela napas.
"Sudahlah!" Char akhirnya menjatuhkan Adeline, menarik gadis itu ke belakangnya, lalu melototi Merlin: "Sebenarnya apa maumu?"
“Sangat sederhana, aku datang untuk menyelamatkan nyawamu, nak bodoh yang otaknya penuh api nafsu.” Merlin menunjukkan ekspresi penghinaan, lalu menghela napas, sorot matanya melewati Char dan mendarat di Adeline yang berada di belakang Char: "Adeline, apakah kamu benar-benar mengira urusan ini akan sesederhana ini? Atau... kapan kamu berencana memberitahukan masalah ini ke tunanganmu?"
Sejujurnya, dari beberapa kalimat yang diucapkan Merlin, Char hampir tidak memahami maksudnya. Tapi setidaknya ada satu kata yang dia mengerti.
Masalah!
Ya, benar, "masalah"!
Setelah mengalami masalah tak terhitung, Char menjadi sangat sensitif terhadap kata ini.
Terutama saat kata ini keluar dari mulut Merlin!
Jika suatu urusan dianggap "masalah" oleh orang seperti Merlin, maka urusan itu benar-benar... sangat bermasalah!
Char menatap Merlin, menyadari Merlin tidak berniat melanjutkan. Kemudian dia berbalik melihat Adeline yang menunjukkan ekspresi polos dengan sedikit kepanikan: "Char, aku benar tidak tahu... mungkin ini tidak separah itu, kurasa..."
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Char memeluk Adeline sambil berkata lembut.
Adeline menarik napas dalam-dalam: "Tepat... tak lama setelah kamu berangkat, ada tamu datang ke rumah, orang yang kamu kenal. Lalu aku dan Dafeny, melihatnya begitu menyedihkan, jadi kami berjanji padanya untuk menemani mengerjakan suatu pekerjaan..."
……
※※※
Baiklah, mari kita mundurkan waktu sejenak ke beberapa bulan sebelumnya.
Padang Api Liar, Wildfire Town.
Adeline dan Dafeny berdua menemani seorang pria tua bernama Yaslan datang ke sini. Namun Yaslan telah lenyap sebelum masuk ke Wildfire Town, hanya sempat berpesan pada kedua gadis sebelum menghilang: "Aku akan berada di sekitar tempat yang tak bisa kalian lihat. Kalian cukup temui Sofia, pancing dia keluar, lalu biarkan aku mengintipnya diam-diam. Dengan itu aku sudah puas." Kemudian menambahkan syarat: "Asal kalian mau membantuku menyelesaikan urusan ini, aku akan segera ke Selatan mencari Char, lalu diam-diam melindungi dan membantunya memenangkan pertempuran ini. Masalah Mannings? Bagi beliau seperti ini saja sudah bisa dihilangkan..."
Perlu dicatat, dialog ini terjadi saat Adeline dan Dafeny pertama kali menemani Yaslan ke Wildfire Town, ketika Char masih bersiap untuk pertempuran terakhir melawan Mannings di County Syltan sebelah selatan.
Lalu...
Kejadian selanjutnya mulai menjadi kompleks.
Menurut penuturan Adeline, operasi "pengintaian" pertama terhadap Bibi Sofia ini berhasil.
“Dia dan Dafeny berdua datang ke kedai minum kecil itu untuk menemui Bibi Sofia. Kunjungan dua gadis muda cantik ini membuat Bibi Sofia yang penyayang terlihat sangat senang, bahkan beliau sendiri memasak dua hidangan spesial untuk menjamu mereka, serta menemani mereka minum sebotol kecil anggur manis hasil racikan kedainya sendiri.”
“Setelah makan malam yang menyenangkan, Bibi Sofia mengantar kedua gadis itu keluar kota. Mereka semua melambaikan tangan berpamitan.”
“Setelah berpisah dengan Bibi Sofia, Adeline dan Dafeny sama-sama merasa lega di hati. Mereka mengerti, pekerjaan kali ini akhirnya berhasil diselesaikan dengan sempurna. Saat Bibi Sofia mengantar mereka keluar kota, di daerah liar, pastilah si kakek tua Yaslan diam-diam melihat kehadiran Bibi Sofia.”
“Semuanya berjalan lancar, tanpa kesalahan sedikit pun.”
……
※※※
“Saat pertama kali pergi juga seperti ini, semua terlihat beres. Kami pikir pekerjaan ini sudah selesai.”
“Adeline menatap mata Char dengan nada bicara yang dipaksakan.”
“Tunggu.” Char mengerutkan kening: “Kau bilang 'pertama kali', hmm? Pertama kali? Jangan-jangan kalian pergi ke Wildfire Town lebih dari sekali? Kalian kembali lagi untuk kedua kalinya?”
“Tepatnya, 26 kali.”
“Tiba-tiba suara dari samping terdengar tanpa tanda peringatan, membuat Char kaget!”
“Char langsung menoleh, dan melihat si orang tua Yaslan!”
“Dibandingkan saat kita bertemu sebelumnya, penampilan Yaslan sekarang terlihat berantakan.”
Rambut dan jenggotnya yang semula rapi kini kusut, bajunya kotor dan robek, wajahnya terdapat beberapa memar, satu lengannya tergantung di dada, lengan tersebut dibalut perban tebal dengan noda darah merembes di bawahnya.
Orang tua ini terlihat seperti baru saja dipukuli habis-habisan!
Bahkan suaranya terdengar serak - Char mengamati lebih teliti dan menemukan tenggorokannya bengkak, seolah mendapat pukulan keras di leher.
“Yaslan?! Sial! Kenapa kau juga di sini?! Ini kamarku! Astaga, apa hari ini semua orang menginvasi kamarku?!”
Char melompat marah.
Setelah meluapkan amukannya, tiba-tiba ia menatap Yaslan: “Barusan kau bilang apa? Dua puluh enam kali? Kalian pergi sampai 26 kali?!”
“...Ya, dua puluh enam kali.” Suara Yaslan terdengar patah seperti ayam jago yang kalah bertarung.
……
※※※
Bagi seseorang seperti Yaslan yang selama puluhan tahun berada di barisan petarung top benua, hampir tidak ada lawan sepadan di dunia ini. Orang tua tanpa ambisi ini yang pernah berkuasa di kerajaan dan hidup bebas, nyaris tidak ada lagi yang bisa membuatnya takut.
Namun... saat benar-benar pergi menemui Bibi Sofia, Santo Pedang Aura Perang ini tetap merasakan ketakutan yang mendalam dari lubuk hatinya!
Fakta membuktikan, dalam menghadapi masalah perasaan seperti ini, baik Santo Pedang maupun anak muda yang belum berpengalaman, sebenarnya performa mereka tidak jauh berbeda.
Pertama kali menyusup diam-diam di luar Kota Wildfire, tepatnya bersembunyi di sebuah pohon besar, melihat Bibi Sofia yang mengantar dua gadis keluar gerbang kota, Yaslan akhirnya bisa dikatakan telah mewujudkan impian lamanya.
Selanjutnya, sepertinya dia bisa melepaskan borgol dalam hatinya, lalu...
……
Saat itu, si orang tua ini memandangi dua gadis muda di depannya dengan nada suara yang tulus dan penuh kesungguhan: "Terima kasih... sungguh terima kasih! Aku pasti akan membantu Char menghabisi Mannings... Tapi sebelum itu, bisakah kalian membantuku sekali lagi?"
Santo Pedang Aura Perang ini dengan malu-malu mengajukan permintaan: "Aku... ingin bertemu dengannya lagi. Kalian harus membantuku!"
Fakta membuktikan, Adeline dan Dafeny sama-sama salah menilai. Mereka yang awalnya mengasihani orang tua ini karena cintanya yang mendalam, mengira dengan membawanya melihat diam-diam Bibi Sofia, membuat impian puluhan tahunnya terwujud, maka penyesalan dan emosi yang terpendam selama puluhan tahun di hatinya akan tersalurkan, perlahan-lahan lenyap...
Tapi yang terjadi justru sebaliknya!
“Emosi yang terpendam selama puluhan tahun, setelah akhirnya mendapatkan celah kecil untuk meluap, bukannya perlahan terurai malah menghancurkan benteng pertahanan hati yang dibangun si tua selama puluhan tahun dengan cara yang tak terbendung, benar-benar tak terkendali lagi!”
“Sementara itu, Adeline dan Dafeny tetaplah dua gadis muda - dua perempuan belia yang masih polos dan memiliki hati yang baik.”
“Dan kebanyakan gadis seusia mereka memang mudah terharu, apalagi oleh kisah cinta legendaris yang katanya 'lautan mengering dan batuan hancur' sampai membuat mereka menangis tersedu-sedu.”
“Ditambah lagi, Yaslan menawarkan syarat yang lebih menggoda untuk memikat kedua gadis itu.”
“Temui sekali lagi! Cuma sekali! Kali ini kalian harus membantuku. Setelah ini, aku akan segera ke Selatan membantu Char, kurebut semua county di selatan untuknya. Siapa yang berani menghalanginya, akan kuhancurkan!”
“Terakhir kali, sumpah terakhir! Bantu aku, maka aku akan memimpin pasukan membantu Char memadamkan pemberontakan. Gubernur Distrik Militer? Laozi cuma perlu melambaikan tangan untuk melenyapkan mereka!”
“Benar-benar terakhir kali! Ya Tuhan, aku hampir gila! Melihat penampilannya, nafsu makanku hilang. Lihat, tubuh tua ini sudah kelaparan sampai kurus...”
“Aku bersumpah demi ketenaranku, kali ini benar-benar yang terakhir... Aku berjanji, bahkan jika Char si nak itu ingin jadi kaisar, aku jamin akan mengangkatnya ke tahta! Kalau kaisar sekarang menolak turun tahta, aku akan memelintir kepalanya——Ah? Kaisar sekarang adalah kakakmu, suamimu? Kalau begitu... pukul saja sampai pingsan. Hehe...”
“Kumohon! Kumohon! Kalian kan anak-anak baik yang penyayang, masak tega melihat orang tua sepertiku menderita begini? Aku janji setelah ini, aku akan bantu Char si nak itu menaklukkan kerajaan! Kekaisaran Odin maupun Kerajaan Landis, akan kuhancurkan untuknya!”
Hasilnya, sumpah demi sumpah, permohonan demi permohonan, hati kedua gadis pun melunak berkali-kali.
Sementara sumpah Yaslan semakin berat, janjinya semakin banyak... Jika benar si kakek tua ini harus menepati janjinya, dia harus mengangkat Char jadi Raja Dunia!
Sedangkan urusan "menghadap Bibi Sofia", mereka lakukan total 26 kali.
Bolak-balik ke Wildfire Town untuk menemui Bibi Sofia selama berbulan-bulan, aktivitas seperti ini sebenarnya sangat membosankan.
Selain itu, yang paling membuat kedua gadis frustrasi adalah yang pertama bosan dengan permainan ini bukanlah mereka, juga bukan Yaslan.
Melainkan...
……
※※※
“Jadi aku sudah bilang dari dulu, Yaslan, kamu memang seorang tolol. Puluhan tahun lalu aku bilang begitu, sekarang pun tetap akan kukatakan.” Merlin memandang Yaslan dengan ekspresi penghinaan.
Char merasa jantungnya berdesir: “Masak...”
“Tentu saja, seperti yang kamu duga.” Merlin berkata dingin: “Perempuan itu meski kemampuannya sedikit di bawahku, nasibnya juga lebih buruk, pencapaiannya lebih memalukan, bahkan keberuntungannya selalu lebih sial dariku... Tapi harus kukatakan, sebenarnya dia cukup pintar. Dua gadis tiba-tiba datang mengunjungiku lebih dari dua puluh kali, padahal jarak dari Kota Danzeer ke Wildfire Town tidak dekat, mereka bolak-balik menempuh perjalanan jauh... Bahkan idiot pun tahu pasti ada yang tidak beres! Yang lebih penting, Yaslan si tolol ini, kemampuan pedangnya biasa-biasa saja, tapi teknik menyembunyikan aliran energinya benar-benar peringkat terendah di antara para kuat saat ini! Dia sembunyi di samping dengan bodohnya, pikir dirinya punya ilmu menghilang? Bahkan orang idiot akan menemukannya tertusuk di situ!”
Char: “...Aku memang tidak sadar dia bersembunyi di sini tadi.”
Merlin tetap tidak menghiraukan Char, menatap Yaslan: “Hanya kamu si tolol yang masih naif mengira sembunyimu bagus, pikir tidak ada yang menemukan... Faktanya, saat kalian pertama kali datang, perempuan itu sudah menemukanmu bersembunyi di pohon terkutuk itu!”
"Yaslan tampak lesu, namun hanya bisa mengangguk: 'Benar... dia, memang sudah lama menemukanku.'"
……
※※※
Akhirnya, setelah kunjungan ke-26 ke "Bibi Sofia", sang bibi mengantar dua gadis keluar. Baru saja melangkah dari ambang pintu kedainya, tiba-tiba Bibi Sofia menarik napas dalam-dalam lalu mulai marah-marah.
"Brengsek tua! Pengecut! Pecundang! Tiga puluh tahun lalu kau pengecut! Sekarang pun kau tetap pengecut! Tahukah kau siapa yang paling kuhina? Dengar baik-baik, pengecut sepertimu! Kalau sudah berani datang, mengapa takut menampakkan diri? Sudah 26 kali! Astaga! 26 kali! Kutunggu 26 kali, kau tetap tak muncul! Tolonglah, berlakulah seperti pria sejati! Pengecut pengecut pengecut! Kau juara dunia pecundang tak bergaris keturunan, Yaslan! Meski kau mati, dikubur dalam peti mati di makam, nisanmu akan bertuliskan 'Yaslan Si Pengecut'!"
Menyaksikan kemarahan meledak Bibi Sofia, kedua gadis itu terdiam kaku!
Kemudian Bibi Sofia memarahi udara malam tanpa henti selama seperempat jam, lalu memalingkan pandangan dan tersenyum manis pada dua gadis yang terkejut, berkata dengan lembut: "Oh, sayangku, kalian pasti kaget, jangan takut. Kalian anak-anak baik. Ayo kita masuk lagi minum sesuatu. Biarkan si pengecut itu terus minum angin di luar sampai kenyang."
Adeline menatap Bibi Sofia dengan terbata-bata: "Anda... anda sudah sejak lama..."
"Sayangku, kau benar-benar naif..."
Bibi Sofia memeluk bahu kedua gadis itu dan membawa mereka kembali masuk ke kedai, menyuruh mereka duduk lalu memberikan masing-masing segelas kecil anggur manis.
Benar saja, setelah sekitar setengah jam, pintu kedai akhirnya terbuka.
Yaslan masuk dengan wajah lesu seperti anjing kampung yang dikebiri, seluruh tubuhnya berdebu.
Bibi Sofia menatap Yaslan, wajahnya menunjukkan ekspresi aneh. Ia berbalik dan menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan nada yang tiba-tiba berubah lembut.
"Lama tak berjumpa, teman lama. Mau minum segelas?"
Pada detik itu, sosok gemuk paruh baya itu seakan berubah. Matanya berkilau seperti bintang dingin di musim salju.
……
“Pada malam hari, tidak ada orang lain di dalam kedai minum. Edeline dan Dafeny, dua gadis, duduk di satu meja, sementara Bibi Sofia dan Yaslan duduk di meja yang paling dekat dengan bagian dalam kedai.”
“Apa sebenarnya yang mereka bicarakan, tidak ada yang tahu. Edeline dan Dafeny hanya melihat Yaslan terus-menerus minum gelas demi gelas dengan kecepatan luar biasa, satu tegukan per gelas, hingga menghabiskan setengah tong minuman. Mata si tua itu semakin berkilat.”
“Bibi Sofia tampaknya juga tidak banyak bicara. Dia hanya duduk berhadapan dengan Yaslan, memandanginya minum tanpa berkata-kata. Keduanya tampak nyaman dengan situasi ini.”
“Pada saat ini, masih ada satu orang lain di dalam kedai, berdiri di belakang konter.”
“Orang ini bermata satu, bos kedai sekaligus...”
“Inikah suamimu?”
“Setelah meminum tak terhitung gelas minuman keras, Yaslan akhirnya berbicara.”
“Dia melirik si bermata satu yang berdiri di belakang konter. Si bermata satu tersenyum ramah padanya, tanpa ekspresi aneh. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan istri yang sering dikunjungi teman-teman aneh.”
“Ya, inilah suamiku,” Bibi Sofia akhirnya membuka mulut.
“……seorang orang normal.” Yaslan bergumam pelan: “Bahkan jika aku meminum seluruh isi gudang anggur, lalu mengikat kedua tangan dan kakiku, orang seperti dia bisa kubunuh sepuluh ribu hanya dengan berkedip. Kenapa kau memilih seorang manusia biasa sebagai suami?”
“Alasannya? Sederhana, karena dia mencintaiku dengan tulus.” Bibi Sofia tersenyum tipis, menatap Yaslan: “Ngomong-ngomong, lebih baik kau tidak mengulangi perkataanmu tadi. Jika ada yang berani berniat menyakitinya, bahkan sekadar mengucapkannya, itu akan memprovokasiku. Yaslan, kau tahu akibat buruk apa yang terjadi jika membuat orang sepertiku marah.”
“……Maaf.” Yaslan kembali menenggak segelas penuh dengan deras.
……
※※※
“Permisi, aku menyela sebentar.” Char menyipitkan mata memandangi Yaslan: “Luka di tubuhmu... darimana? Menurutku, orang yang bisa melukaimu sampai separah ini di Gunung Dunia bisa dihitung jari. Biar kutebak, apakah Bibi Sofia yang menghajarmu? Ataukah Merlin yang murka karena perilaku kejimu menipu tunanganku, lalu memberimu hukuman setimpal?”
Menghadapi pertanyaan Char ini, wajah Yaslan tiba-tiba memerah, lalu berubah cepat menjadi keunguan, persis seperti warna sayuran yang disebut ‘terong’.
Kemudian, si kakek tua itu terlihat ingin sekali mencari lubang untuk segera menghilang dari pandangan.
“Ada... ada si bermata satu itu.” Yaslan menggeretak gigi: “Yang menghajar saya sampai begini, itu si bermata satu!”
？？！！！
Kali ini giliran Char yang terkejut!
Si bermata satu?!
Pak Bermata Satu? Bajak laut pensiunan sekaligus pemabuk itu? Suami Bibi Sofia?
Meski Char juga mengakui, si bermata satu memang jagoan yang haus darah. Tapi... Yaslan?! Dia kan Sang Kuat! Santo Pedang!
Mengutip ucapan Yaslan sendiri: “Bahkan jika saya minum seluruh isi gudang anggur, lalu mengikat tangan-kaki saya, orang seperti dia bisa saya bunuh sepuluh ribu kali hanya dengan kedipan mata.”
Lihatlah kondisi mengenaskan Yaslan sekarang, jelas-jelas habis dipukuli!!
“...Jangan-jangan...” Char terdiam lama, lalu tertawa pahit dengan susah payah: “Jangan-jangan kita semua meleset? Sebenarnya Pak Bermata Satu itu ahli bela diri terhebat yang menyembunyikan identitas?”
“Bukan, dia cuma pemabuk biasa.”
Yang menjawab pertanyaan Char adalah Merlin. Merlin memandangi Yaslan dengan ekspresi schadenfreude: “Hei Yaslan, bagaimana rasanya dihajar orang normal?”
Yaslan mendengus kesal.
Char membuka tangan: “Baiklah, sebenarnya apa yang terjadi? Sejujurnya, kalian benar-benar membakar rasa penasaranku sekarang.”
Merlin menghela napas: “Barusan semua itu adalah penuturan Adeline padamu tentang kasus ini. Sekarang, biarkan aku yang menceritakan sisi lain dari cerita ini... Hmm, dalam penjelasan sebelumnya ada satu hal yang terlewat, tidakkah kamu menyadarinya?”
“Hmm?” Char terdiam sejenak.
……
※※※
“Bagaimana kabarmu sekarang?”
Saat jarum jam telah menunjukkan tengah malam, setelah dua orang tua itu duduk berhadapan selama waktu yang tak terkira, Yaslan akhirnya melontarkan pertanyaan klise.
“Sangat baik,” jawab Bibi Sofia sambil tersenyum: “Di kota kecil ini tak ada yang mengenaliku. Aku dan suamiku mengelola kedai minum kecil ini, kami punya anak sendiri, suamiku juga punya seorang keponakan perempuan. Kami bersama-sama mengelola kedai ini, hidup dengan tenang. Mungkin tahun depan, setelah menabung cukup uang, kami akan membeli rumah sebelah dan memperluas area kedai menjadi dua kali lipat.”
“Hidup di kota kecil yang tak ada yang mengenalimu, mengelola kedai minum untuk menghabiskan sisa usia...” Yaslan menghela napas dengan nada aneh: “Benar-benar kehidupan yang menyenangkan! Tapi, kapan kau menjadi begitu puas dengan kesederhanaan seperti ini?”
Bibi Sofia tersenyum manis: “Sebagai informasi tambahan... Selain menjadi pemilik kedai, belakangan ini aku juga mengambil pekerjaan sampingan sebagai guru privat, membantu seorang teman lama melatih anaknya. Oh, teman lama ini juga kamu kenal, dia termasuk dalam lingkaran kenalan kita dulu.”
“Guru?” Yaslan terdiam sejenak, tetapi segera setelah beberapa ucapan Bibi Sofia itu melintas dengan gesit dalam hatinya, Yaslan langsung siaga!
“Melatih putra orang lain... teman lama kita bersama...” Tiba-tiba wajah Yaslan berubah pucat: “Apakah itu nak dari keluarga Hannigan? Kau... siluman itu, membuat putranya datang untuk menjalani ujian darimu?!”
“Ini sudah menjadi sebuah tradisi, bukan?” Bibi Sofia tersenyum tipis: “Dulu dia diuji di bawah tangan ayahku, sekarang putranya datang untuk diuji olehku. Takdir mengatur dengan begitu sempurna.”
“Siluman itu!” Yaslan tiba-tiba murka: “Bukankah dia sudah cukup menyakitimu?!”
“Sudah terlalu lama berlalu.” Bibi Sofia memandang Yaslan dengan tenang: “Aku bahkan sudah tidak mendendam lagi, kumohon lupakanlah kebencian ini. Yaslan, sebenarnya jika dipikir-pikir, tidak ada dendam sejati antara kalian berdua, semuanya hanya karena aku. Sekarang aku sudah melepaskan, kuharap kau juga bisa merelakan.”
“Lepaskan?! Lepaskan?!！” Yaslan tiba-tiba dilanda kemarahan luar biasa. Dia bangkit berdiri dengan kasar, berteriak: "Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan?! Karena kau, aku mendendam pada siluman itu selama puluhan tahun! Selama puluhan tahun, selain harapan untuk bertemu wajahmu sekali lagi, satu-satunya impianku adalah suatu hari nanti mengalahkannya dengan tanganku sendiri!!! Selama puluhan tahun emosiku terkumpul, apakah semua ini bisa kau hapus hanya dengan satu kata 'lepaskan'? Kukatakan padamu, setelah menemuimu di sini hari ini, aku akan langsung bergerak ke utara! Ke Odin, ke istana suci dewa itu, untuk menantangnya! Aku, Santo Pedang Aura Perang Yaslan, akan melayangkan tantangan jantan padanya! Akan kuperlihatkan pada dunia bagaimana dia dikalahkan oleh tanganku!!"
Kemarahan mendadak Yaslan yang berteriak-teriak membuat si bermata satu di belakang konter terkejut, melirik ke arah sini dengan khawatir, namun Bibi Sofia memberikannya tatapan penenang.
"Kau sudah mabuk, Yaslan." Bibi Sofia tersenyum datar: "Menginap saja di tokoku malam ini, ada kamar tamu kosong di lantai atas."
“Mendengar perkataan istrinya, Si Bermata Satu segera keluar dari belakang konter. Tentu saja, saat itu sorot mata yang dilemparkannya ke Yaslan terasa kurang bersahabat - Melalui dialog mereka yang duduk di sudut tadi, Si Bermata Satu seolah mulai mencurigai bahwa orang tua yang datang ini ternyata adalah teman lama istrinya, dan hubungan 'teman lama' ini terasa agak kompleks.”
“Tapi Si Bermata Satu tidak berkata apa-apa. Dia berjalan ke pintu, bersiap menutup pintu toko dan mengakhiri hari.”
……
“Harus diakui, takdir memang memiliki kebetulan-kebetulannya.”
“Seandainya Yaslan hanya mengintip Bibi Sofia dua puluh lima kali, atau dua puluh tujuh kali, bukan dua puluh enam kali, mungkin kejadian malam itu takkan terjadi. Mungkin mereka akan melewatkan malam itu...”
“Tapi, persis dua puluh enam kali!”
“Persis di malam itu! Keduanya benar-benar bertemu, bercengkerama di kedai minum hingga tengah malam!”
……
“‘Eh, maaf Tuan, kami sudah tutup.’ Suara Si Bermata Satu terdengar dari pintu.”
“Si Bermata Satu memeluk papan pintu, memandangi orang yang berdiri di ambang pintu.”
“Cahaya lampu di pintu memang redup, tapi tidak menghalangi orang-orang di kedai untuk melihat rupa pendatang ini.”
“Postur tubuhnya tinggi, tapi tidak gagah, bahkan terlihat agak terlalu kurus.”
“Usianya mungkin tiga puluh tahun, bisa juga empat puluh, bahkan jika dikatakan lima puluh pun tidak ada yang aneh.”
“Usia sepertinya telah kehilangan makna pada diri orang ini.”
“Dia tidak memelihara jenggot, wajahnya bahkan terlihat anggun, memancarkan aura kedamaian dan kearifan yang tak tergambarkan.”
“Tapi justru pada sosok yang terlihat seperti sarjana paruh baya berilmu tinggi ini — pakaian yang dikenakannya jelas-jelas menunjukkan ciri khas orang Odin!”
“Sepatu bot kulit binatang, jubah panjang dari bahan serupa.”
“Tidak apa, aku bukan datang untuk minum alkohol, tapi mencari seseorang.”
“Suara pria di ambang pintu itu tenang. Bahasa Bizantium yang diucapkannya terdengar jelas, dengan artikulasi sempurna dan nada yang lembut.”
“Tapi persis ketika sosok ini muncul di pintu...”
“Bibi Sofia tiba-tiba bangkit berdiri! Sementara Yaslan yang tadi masih berdiri di sana, wajahnya berubah drastis! Di tangannya, entah sejak kapan dan dari mana, tiba-tiba muncul sebilah pedang!”
““Kau?!””
““Kau?! Bagaimana kau...””
“Bibi Sofia dan Yaslan hampir berseru berbarengan.”
“Sarjana paruh baya di ambang pintu itu tersenyum tipis, memandangi mereka berdua: “Kebetulan, kupikir hanya akan menemuimu di sini, ternyata Yaslan juga ada. Lama kita tak berjumpa.””
“Dengan langkah tenang, dia masuk seolah sedang berjalan-jalan di taman sendiri, sikapnya santai dan penuh kewibawaan.”
“Dan dalam waktu yang ia perlukan untuk berjalan dari pintu ke meja mereka, terasa seperti waktu yang sangat lama, namun juga sekejap mata. Bibi Sofia dan Yaslan sama sekali tidak mengubah posisi mereka sedikitpun.”
“Orang ini mendekati mereka, matanya menyapu kedua orang itu, seolah menunjukkan secercah kekecewaan samar, bahkan sedikit teguran yang nyaris tak terlihat: "Kalian... semuanya mengalami kemunduran. Terutama kau, Yaslan."”
““Kau...””
““Kau berani keluar!””
“Bibi Sofia dan Yaslan hampir bersamaan berbicara.”
““Kalian terkejut?” Orang ini duduk perlahan, tepat di hadapan mereka, nada suaranya terdapat kesedihan yang tertahan: “Sebenarnya, kalian sudah lama menduga hari ini akan tiba, bukan? Hari ini pasti akan datang. Hanya saja, bahkan aku sendiri tak menyangka butuh waktu begitu lama.””
“Bibi Sofia menarik napas dalam-dalam, fokus bertanya: "Kau keluar kali ini... untuk..."”
““Untuk menyelesaikan beberapa urusan.” Orang ini tersenyum, tiba-tiba menoleh ke dua gadis di meja lain. Pandangannya dengan cepat tertuju pada Adeline, seolah berlama-lama sesaat.”
“Lalu ia seolah menghela napas lagi: "Waktu... berlalu begitu cepat."”
……
“Di meja lainnya, Adeline tampak membeku seperti patung. Ia duduk gemetar ketakutan, menatap paruh baya yang masuk tadi dengan ekspresi tak percaya!”
“Dan Dafeni di sampingnya, setelah melihat ekspresi aneh Adeline, menariknya pelan: 'Adeline, kamu... kenal orang ini?'”
Gigi Adeline berbunyi "kreek-kreek".
Di wajahnya terpancar ketakutan yang asli.
Dafeni berpikir sejenak, memandang pakaian khas Odin yang dikenakan pria paruh baya itu, postur tubuhnya yang tinggi, lalu melihat kembali ketakutan di wajah Adeline.
Tiba-tiba, Dafeni seperti tersadar! Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi ketakutan!!
"Dia, jangan-jangan dia adalah... adalah..."
"Ya." Ekspresi Adeline seperti hendak menangis ketakutan, menarik napas dalam-dalam, dengan suara gemetar dipaksakan: "Dia... adalah ayahku... ayah kandung."
……
Di musim dingin tahun itu, di malam hari, di kedai kecil di Wildfire Town.
Prajurit terkuat yang diakui dunia, Kaisar Suci Odin, Yang Mulia Thor Hannigan, kembali menginjakkan kaki di Benua!
Hari ini, tiga puluh tahun telah berlalu sejak para jagoan benua berkumpul di Istana Odin bertarung sengit melawan Kaisar Suci, memaksanya bersumpah 'tidak akan bersaing dengan dunia'.
Dan Sang Dewa Pembunuh yang menggantung di atas kepala umat manusia ini, akhirnya kembali menginjakkan kaki di Benua!
Kehadirannya juga menandai pecahnya sumpah 'tidak bersaing dengan dunia'!
……
※※※
Xia Ya pun tidak bisa tertawa lagi.
Ekspresinya menjadi luar biasa serius!
Kaisar Suci Odin, telah kembali ke dunia!
Kabar ini sungguh mengejutkan! Perubahan besar apa yang akan dibawa ke dunia ini!!
Dia sangat menyadari, tiga puluh tahun lalu, termasuk ayah angkatnya si kakek tua mati itu, serta Merlin, Yaslan, Bibi Sofia dll, para petarung top benua, dan sosok legendaris "Saint Roland Garros" dari Kota Suci Babilonia yang merupakan satu-satunya yang bisa saling berhadapan setara dengan Kaisar Suci Odin – semua petarung puncak benua berkumpul di Kota Suci Odin, mengadakan pertempuran epik melawan Kaisar Suci Odin!
Proses pertempuran epik itu hingga kini masih belum diketahui detailnya oleh Char. Yang diketahui hanyalah hasil akhirnya: selain Saint Roland Garros yang akhirnya bermain seri dengan Kaisar Suci Odin, semua petarung lain tak mampu mengalahkan sang Kaisar!
Akhirnya, dalam situasi seperti ini, para petarung benua berhasil memaksa Kaisar Suci Odin – legenda tak tertandingi ini – untuk mengucapkan sumpah "takan ikut campur dalam urusan duniawi"!
Sejak itu ditetapkanlah hukum: para petarung sejati dilarang mencampuri urusan dunia.
Jika tidak, dengan kharisma Kaisar Suci Odin generasi ini, dengan kekuatan tak tertandingi Thor Hannigan yang melampaui zamannya – jika dia sendiri yang memimpin pasukan menyerang ke selatan... Dengan pembunuh dewa tak terbendung seperti ini di garis depan, Char sangat meragukan Kekaisaran Bizantium punya kemampuan apa untuk melawan!
"Bukan hanya Bizantium, bahkan dengan ditambah Landis sekalipun, pasti tidak bisa menahan!"
"Jika Kaisar Suci turun ke dunia, maka struktur dunia ini akan diubah selamanya!"
"Karena selain Saint Roland Garros, tidak ada satu pun petarung kontemporer yang bisa menahan serangan sakti Kaisar Suci!"
"Dulu memaksa Kaisar Suci mengucapkan sumpah itu, mengandalkan kekuatan gabungan semua petarung terkuat zaman itu, termasuk bantuan petarung legendaris seperti Saint Roland Garros. Fungsi utama sumpah itu adalah membelenggu Kaisar Suci Odin - seorang petarung legendaris - agar tidak menggunakan kekuatan duniawi yang seharusnya bukan miliknya untuk mengintervensi dunia ini demi kepentingan pribadi."
"Berdasarkan sumpah itu, Kaisar Suci akan tetap tinggal di Kota Suci Odin, tidak akan menginjakkan kaki satu langkah pun ke dunia ini!"
"Namun tiga puluh tahun telah berlalu, Kaisar Suci akhirnya meninggalkan Odin dan muncul di Padang Api Liar!"
"Ini menandakan... dia akhirnya menghancurkan sumpahnya sendiri! Secara resmi ikut campur dalam dunia ini!"
"Juga menunjukkan..."
……
"Kamu... Apakah sudah..." Bibi Sofia menarik napas dalam-dalam.
"Kalian sangat paham, sumpah itu tidak mungkin selamanya membelengguku, tidak ada yang bisa selamanya membelengguku di dunia ini." Nada suara Kaisar Suci Odin tenang, namun setiap kata seperti palu godam menghunjam jantung Bibi Sofia: "Jika tidak percaya, kalian bisa kumpulkan semua orang, kita bertarung lagi. Bahkan jika kalian mengundang Saint·Roland Garros kembali, aku yakin bisa memenggal kepalanya dengan sekali tebas pedang."
“Kehormatan Besar”
Suasana dalam ruangan tiba-tiba mengeras, sebutan nama "Thor Hannigan" bahkan membuat orang gila seperti Merlin terlihat tertekan.
"Kaisar Suci Odin... Sialan, dia benar-benar kabur." Suara Char terdengar seperti erangan.
Yaslan diam seribu bahasa, sementara Merlin menggerakkan bibirnya dengan dipaksakan, mencoba menampilkan senyuman pahit: "Nak, ada kabar buruk dan kabar baik... Kau mau dengar yang mana dulu?"
"... Kabar baik dulu." Senyuman Char juga terpaksa.
"Kabar baiknya..." Merlin menunjuk Yaslan, "Aku tahu kau pasti sangat membenci si tua ini, ingin menghajarnya habis-habisan. Kabar baiknya: kau tak perlu turun tangan karena sudah ada yang memukulinya sampai babak belur. Lihat saja keadaan menyedihkannya sekarang. Aku jamin, sepanjang hidupnya, belum pernah dia dipukuli seburuk ini."
……
※※※
Di kedai minum, suara tenang Kaisar Suci Odin menggantung di udara, membuat Bibi Sofia dan Yaslan terpaku.
Keduanya memandang Kaisar Suci Odin yang berdiri di hadapan mereka - tak seorang pun mengira ini lelucon!
Faktanya, semua orang termasuk Bibi Sofia dan Yaslan sendiri, dalam hati mereka selalu percaya: di dunia ini tak ada yang bisa membelenggu manusia menakutkan ini selamanya!
Bahkan, mereka mulai meragukan: Apakah makhluk ini masih pantas disebut "manusia"!
Kedua petarung merasakan medan energi yang semakin mengental. Bibi Sofia perlahan mundur selangkah, menarik napas dalam-dalam hendak berbicara, namun Yaslan tiba-tiba melangkah maju. Dia menghadap Kaisar Suci dengan dada tegak.
Wajah Santo Pedang Aura Perang ini pucat lesi. Dia menyadari aura perangnya sebenarnya sudah sepenuhnya tertekan sejak lawan ini memasuki kedai. Bahkan saat mengenali sosok dihadapannya, hatinya dipenuhi——rasa takut yang membuatnya merasa terhina!
Ya, rasa takut!
Aku! Yaslan! Santo Pedang sejati! Petarung top Benua! Bagaimana mungkin aku langsung merasa takut pada lawan baru kulihat?!
Terlebih lagi, sosok di depan mata ini adalah musuh bebuyutanku! Orang yang paling kubenci seumur hidup! Aku boleh membencinya, menjijikinya, menganggapnya musuh!
Tapi, tapi, tapi!! Tapi bagaimana mungkin aku takut padanya?! Bagaimana mungkin aku gentar?!
Setelah rasa takut berlalu, aib ini segera memicu amarah membara di dada Yaslan!
Sasaran kemarahannya bukan orang lain——melainkan dirinya sendiri!
“Bagus! Thor Hannigan!” Yaslan menarik napas dalam-dalam: “Kau benar-benar keluar! Kalau begitu tak perlu banyak bicara! Karena kau memilih menghancurkan sumpah, ini yang terbaik bagiku! Sebab bahkan jika hari ini kau tidak muncul di sini, aku akan mencarimu ke Kerajaan Odin untuk bertarung! Karena kau sudah datang, mari kita berdua bertanding dulu! Biarkan aku melihat, apa terobosan yang kau dapatkan selama tiga puluh tahun di kota dewamu itu!”
Yaslan saat berbicara sampai di sini, aura perangnya berkobar. Seluruh tubuhnya telah memasuki kondisi semangat ekstrem, rambut abu-abu keputihannya seolah-olah berdiri tegak, sekujur tubuhnya langsung dipenuhi aliran energi tajam, seluruh dirinya seolah berubah menjadi mata pedang yang mengkilap!
Kaisar Suci Odin memandangi Yaslan di hadapannya. Ekspresinya masih tetap tenang, tenang yang bahkan terkesan aneh, tenang yang tak masuk akal, seolah yang menantangnya di depan mata bukanlah petarung Top-Tier dari benua, bukanlah lawan level Santo Pedang.
“Oh, Yaslan, kau yang pertama?” Sang Kaisar seakan tersenyum: “Lalu siapa berikutnya? Sofia, apakah kau akan menjadi yang kedua? Lalu giliran Merlin?”
Merlin?!
Bibi Sofia dan Yaslan secara bersamaan mengubah ekspresi mereka.
“Ya, Merlin adalah yang ketiga, benar?” Kaisar Suci menghela napas: “Tampaknya aku benar-benar melebih-lebihkan kalian, Sofia, Yaslan. Kedua kalian sudah terlalu lama hidup nyaman. Jelas terlihat, si paranoid Merlin itu kemajuannya sangat pesat selama ini, sudah melampaui kalian. Kalian berdiri di sini, tapi tidak menyadari bahwa dia sudah bersembunyi di dekat sini sejak lama?”
……
※※※
“Kau juga ada di sana selama ini?” Char menatap Merlin.
“Tentu saja.” Merlin menghela napas: “Tolonglah, aku juga bukan orang bodoh. Sebagai ibu angkatmu, sudah kewajibanku untuk menjaga rumah ini... Hmm, saat itu situasimu di County Siltan sudah stabil, jadi tidak perlu lagi mengikutimu diam-diam. Tapi kebetulan aku menemukan rahasia tunangan kecilmu dan si kakek tua ini. Mereka diam-diam pergi ke Wildfire Town, tentu saja aku juga mengikuti secara diam-diam. Sebagai ibu angkatmu, wajar jika aku melindungi tunangan kecilmu, nak polos.”
……
※※※
Di kedai minum, perlahan muncul bayangan manusia di sudut. Merlin mengenakan jubah hitam panjang, lalu dengan perlahan melepas jubahnya, menampakkan rambut perak yang berkilau.
Merlin menatap dalam-dalam ke Kaisar Suci Odin: “Lama tidak bertemu, Thor.”
“Ya, sudah lama sekali.” Kaisar Suci Odin tersenyum: “Ilmu silumanmu sudah jauh berkembang. Setidaknya kedua makhluk ini tidak menyadari kehadiranmu.”
"Kemunculan tak terduga Merlin membuat Bibi Sofia dan Yaslan terkejut, terutama Yaslan yang keyakinannya langsung mulai goyah!"
"Merlin yang bersembunyi di sekelilingnya sama sekali tidak ia sadari! Sementara Kaisar Suci Odin dengan mudah melihat jejak Merlin, dari sini saja lawan sudah jauh melampaui dirinya!"
Tapi bagi Yaslan yang merupakan Santo Pedang sejati, kegoyahan ini segera ia tekan paksa. Dengan menghilangkan pikiran liar dalam hati, ia berkata dingin: "Baiklah! Sekarang bukan waktunya untuk omong kosong! Merlin, urusan lamamu bicarakan nanti. Untuk sekarang, biarkan aku dan Thor bertarung dulu!"
Sambil berkata demikian, Yaslan telah mengangkat pedangnya secara horizontal, menunjuk ke arah Kaisar Suci Odin.
Ini adalah gestur tantangan yang standar.
"Baik, kuterima tantanganmu... dan juga tantangan siapapun setelah ini." Kaisar Suci Odin tersenyum dengan tenang yang sama seperti biasanya.
Semua yang hadir bisa melihat jelas bahwa dalam senyum prajurit terkuat sepanjang masa ini, tidak ada secuil pun kehangatan di sorot matanya.
Seolah kedua bola matanya yang sedingin lapisan es purba... Bahkan, lapisan es masih memiliki sensasi dingin, tapi mata sang Kaisar sama sekali hampa dari emosi maupun temperatur!
Kedua matanya bagaikan kekosongan tak berujung!
Lalu, Yaslan bertindak!
……
Aksi Santo Pedang ini tak memiliki dinamika menggelegar seperti yang dibayangkan, apalagi aura dahsyat bagai halilintar dari sebilah pedang.
Ia hanya menggerakkan pedang di tangannya dengan lembut.
Saat ujung pedang menyentuh udara, seberkas cahaya bagai bintang pun tercipta.
Seketika, ruang di sekitar mereka berdua seolah langsung terkoyak, terdistorsi, dan merambat...
Mereka jelas berdiri di dalam kedai kecil ini, namun ruang di sekelilingnya seperti membentang tak terbatas! Meski hanya terpisah lima langkah, jarak mereka seolah ratusan meter.
Dekat dalam genggaman, jauh bagai ujung bumi!
Ini adalah sensasi metafisik yang sulit dijelaskan.
Di meja lain, Adeline dan Dafeny terpaku menyaksikan. Kedua gadis itu mulai merasa pusing.
Distorsi ruang mendadak ini menciptakan gelombang kesadaran. Sebagai manusia biasa, kesadaran mereka tak mampu menahan efek duel para petarung sejati. Keduanya merasakan sakit menusuk bagai jarum, disertai pusing hebat di kedalaman pikiran.
Syukurlah, pada saat ini, sepasang tangan hangat yang besar dengan lembut memegang bahu kedua gadis itu. Seketika, sebuah kekuatan lembut yang aneh menghilangkan rasa pusing dan sakit kepala itu. Bibi Sofia sudah berdiri di antara kedua gadis itu, memeluk mereka berdua sambil berkata lembut: "Jika kalian tidak tahan, lebih baik tutup mata kalian."
Ruang menjadi semakin aneh.
Yaslan dikelilingi aura perang yang menjulang tinggi, aura kuatnya semakin intens. Bahkan seolah-olah aliran energi di sekujur tubuhnya telah berubah menjadi wujud fisik!
Kekuatan yang mampu memadatkan aura mengerikan menjadi wujud nyata ini benar-benar menggentarkan dunia!
Jika saat ini Char juga ada di sana, pasti dia akan terkejut menemukan bahwa teknik Yaslan dalam mengkonsentrasikan aura perang menjadi kekuatan nyata ini memiliki kemiripan tertentu dengan aura mengerikan merah miliknya.
Namun yang aneh, di sekitar "ruang" tempat mereka berdua berada, aura di sekitar Yaslan semakin menjadi "nyata", sementara bagian lain dari ruangan ini tiba-tiba terasa "hampa"!
Dengan cepat, di dalam ruang ini seolah-olah hanya area tempat Yaslan berdiri yang nyata, sementara segala sesuatu lainnya berubah menjadi kehampaan!
Perasaan ini semakin tidak wajar!
Jelas-jelas masih ada meja, bangku, dan segala sesuatu di sekeliling... Namun semua benda itu, meski terlihat jelas di sana, memberi kesan seolah sama sekali tidak ada!
Tak ada wujud fisik, tak ada titik referensi, sekaligus tak ada... titik tahanan!
Di dalam ruang ini, seolah-olah ada semacam perasaan: meskipun kamu memiliki kekuatan sepuluh ribu gantang, namun di ruang hampa ini, semuanya hanya akan menjadi tidak bisa dikeluarkan.
"Ini adalah jurus rahasia yang kukultivasi selama bertahun-tahun ini." Yaslan berkata dingin: "Domain Pedang! Domain Pedang yang hanya milikku seorang!"
Kaisar Suci Odin tidak berbicara, dia hanya mengangkat jarinya, ujung jari seolah memancarkan secercah cahaya tajam. Ini adalah kekuatan yang mirip energi pedang atau aura tempur, namun cahaya tajam ini menusuk keluar, dengan cepat ditelan oleh "kehampaan" di sekelilingnya.
Yaslan menyeringai sinis, tangan kirinya mencengkeram udara, cahaya tajam itu seolah dengan mudah "tertarik" ke arahnya, tergenggam di tangannya.
"Lihat, Thor! Inilah Domain Pedangku!" Sorot mata Yaslan seolah membara: "Dalam Domain Pedang ini, semua aura mengerikan yang bukan milikku akan ditelan oleh Domain Pedangku, lalu menjadi kekuatanku! Domain Pedang ini adalah milikku! Kau sama sekali tidak mungkin menyerangku! Karena semua kekuatan yang kau gunakan akan tertarik padaku, berubah menjadi senjataku!"
"Oh... Benarkah?" Kaisar Suci Odin mengangguk, wajahnya akhirnya tidak lagi tenang, digantikan oleh ekspresi aneh: "Tak kusangka... Tak kusangka, dalam tiga puluh tahun, kau berhasil menguasai teknik seperti ini..."
……
※※※
"Teknik rahasia sampah yang tidak berguna." Char menghela napas, lalu menoleh memandang Yaslan: "Sekarang aku mengerti kenapa kau kalah begitu menyedihkan."
Wajah Yaslan memerah：“Kamu, bagaimana kamu tahu aku kalah？！”
“Omong kosong! Kalau kamu bisa mengalahkan Kaisar Suci Odin, apakah kamu akan terlihat seperti ini sekarang?” Char menggelengkan kepala.
“Teknik rahasia sampah. Ha ha ha ha!” Merlin tertawa terbahak-bahak beberapa kali, lalu menatap Char dalam-dalam：“Tak terduga, kamu langsung bisa melihat intinya... Tampaknya pemahamanmu benar-benar bagus. Penilaianmu hampir sama dengan perkataan Thor dulu.”
……
※※※
“Tak kusangka, dalam tiga puluh tahun, kamu malah menguasai jurus tidak berguna seperti ini.” Ekspresi kecewa yang mendalam terpancar dari wajah Kaisar Suci Odin：“Kukira kamu akan memberiku kejutan, Yaslan. Tapi sekarang aku harus mengakui, kamu sangat mengecewakanku... Tiga puluh tahun hanya menghasilkan level seperti ini...”
“Tidak berguna？！Kamu berani bilang tidak berguna? Hah!” Yaslan membentak keras：“Keras kepala tidak ada gunanya, Thor!”
Kaisar Suci sama sekali tidak memiliki maksud kehidupan, malah dengan santai menundukkan kedua tangannya, memandangi Yaslan dengan tenang: "Ranah Pedang... Hmph, semua kekuatan akan menjadi milikmu... Baiklah, teman lama, tampaknya kau benar-benar mengikuti jalan yang sesat. Kau sama sekali tidak memahami esensi sejati dari kekuatan. Hmm, kurasa selanjutnya kau pasti akan mengatakan padaku omong kosong basi seperti 'Ini adalah ruang yang kau ciptakan, aturan kekuatan yang kau buat, hukum ruang yang kau kuasai'. Menurutku, omongan tentang 'segala kekuatan harus digunakan untukmu' itu hanyalah gertakan mengancam yang tak berarti. Aturan ruang... Pada dasarnya, tidak lebih dari 'memanfaatkan tenaga lawan' tingkat tinggi, yang secara esensial tidak berbeda dengan trik mengecoh lawan dalam jurus pedang dasar para prajurit biasa yang penuh kesan spektakuler, lalu menggunakan energi lawan dengan teknik halus - hanya lebih megah dan lebih mengintimidasi saja."
Nada suara Kaisar Suci Odin tiba-tiba berubah serius, bahkan terasa aneh "tulus": "Percayalah, teman lama, pikiran seperti ini sudah kualami dua puluh tahun silam. Syukurlah aku telah melewati jalan sesat itu dan kembali ke esensi kekuatan sejati! Hmph, aturan ruang apa? Menarik kekuatan musuh untuk digunakan sendiri... Pada dasarnya, tidak ada bedanya dengan trik bela diri konyol seperti Empat Liang Pantul Seribu Jun! Sekarang, akan kuajarkan arti kebenaran sejati! Kekuatan! Tak ada aturan, tak ada teknik memanfaatkan tenaga lawan! Tak ada trik, tak ada sensasi, tak ada omong kosong tentang aturan yang menakut-nakuti—hanya kekuatan! Kekuatan itu sendiri! Inilah kebenaran sejati."
Saat ini, nada bicara Kaisar Suci Odin bagaikan guru yang sedang menasihati muridnya yang bandel. Perlahan ia mengangkat sebelah tangannya—tangan kiri. Dengan gerakan mantap, ia mengepalkan tangan: "Empat Liang Pantul Seribu Jun? Menggelikan! Kau masih terbelenggu dalam tingkat pemahaman konyol ini? Masih bangga dengan trik Empat Liang Pantul Seribu Jun? Kalau begitu jawab: jika kekuatan lawanmu bukan seribu kati, tapi puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan kati... Masih bisakah kau pantulkan?"
Setelah mengucapkan kata terakhir dengan tempo lambat, tangan kiri Kaisar Suci Odin bergerak.
Tanpa embel-embel, tanpa trik, bahkan tanpa sedikitpun kamuflase!
Hanya satu pukulan!!
Pukulan yang tampak biasa, langsung mengarah lurus!
Tapi satu pukulan ini, justru tidak bisa dihindari, tidak bisa ditahan, tidak bisa dikendalikan, tidak bisa... dimanipulasi!
Pada saat ini, semua aturan ruang yang disebut-sebut, semua "kekuatan untuk memanfaatkan energi musuh" tiba-tiba berubah menjadi lelucon yang menggelikan!
Hanya karena, dalam pukulan ini terkandung kebenaran sejati.
KEKUATAN!
……
Bang!
Yaslan tiba-tiba melayang terbang ke belakang!
Semua orang menyaksikan dengan jelas bagaimana Kaisar Suci Odin dengan santai meninju pipi kanan Yaslan! Semua melihat otot wajah Yaslan berkerut saat tinju menghantam, bibirnya terkoyak, dua gigi terlempar keluar, tubuhnya terpelanting ke belakang, pedangnya terlepas dari genggaman, lalu seluruh tubuhnya terjungkal ke belakang!
Yaslan sama sekali tidak bisa menahan, bahkan menghindar dari pukulan ini!
Dia bahkan tidak sempat bereaksi!
Saat Yaslan terlempar, distorsi ruang ilusif tiba-tiba lenyap bagai kabut.
Kedai minum tetap sama seperti semula.
Yaslan terhempas, menghancurkan dua meja, menabrak dinding hingga membuat lubang besar. Tubuhnya terkunci dalam posisi "" di dinding, darah memancar dari hidung dan mulutnya, pipi kanannya membengkak parah!
……
Semua yang hadir terdiam membeku!
Bibi Sofia dan Merlin hampir tidak lagi melihat ke arah Yaslan, melainkan sama-sama menatap tajam ke Kaisar Suci Odin!
Serangan prajurit terkuat sepanjang masa ini sama sekali tidak megah, tidak menciptakan ruang khusus, tidak memiliki efek visual spektakuler, tidak disertai cahaya aura tempur, atau adegan ledakan dramatis - hanya satu pukulan sederhana yang nyaris terlihat buruk rupa...
Tapi dengan satu pukulan ringan itu, Santo Pedang yang baru saja menciptakan distorsi ruang, membangun wilayah pedang, dan memiliki aura perang menggelegar itu langsung terlempar. Pedang panjangnya terlepas dari genggaman, seluruh tubuhnya melayang seperti anjing mati!
Satu pukulan!
Mengalahkan seorang petarung tangguh hanya dengan pukulan yang terlihat begitu biasa!
……
Keheningan yang panjang menyelimuti, atau mungkin mereka sudah terpaku oleh keterkejutan.
Lama kemudian, Bibi Sofia akhirnya mengeluarkan suara serak dari tenggorokannya: "Cukup... Aku akui, aku bukan lawanmu, sama sekali tidak sebanding..."
Tak ada yang menganggap perkataan Bibi Sofia sebagai aib.
Faktanya, kekalahan Yaslan terjadi terlalu cepat!
Bagaimanapun Yaslan adalah seorang Santo Pedang. Sebelumnya, meski Sofia dan Merlin mengira Yaslan takkan bisa menang melawan Kaisar Suci Odin, setidaknya mereka memperkirakan akan terjadi pertarungan sengit, bukan kekalahan yang begitu menyedihkan.
Tapi tak disangka, hasilnya justru begitu mengejutkan!
"Aku... juga bukan lawanmu." Suara Merlin justru tidak tenang, bahkan nadanya terdengar bersemangat, bahkan sorot matanya membawa rasa fanatik: "Tapi Thor, kau menunjukkan arah baru padaku! Akhirnya aku mengerti belenggu yang membatasiku selama bertahun-tahun ini! Kekuatan! Haha! Aku paham!! Aku memang bukan lawanmu, tapi mungkin sepuluh tahun lagi, aku akan menantangmu!"
"Merlin!" Bibi Sofia menggigit giginya: "Sekarang bukan waktumu untuk gila!" Kemudian ia menatap Kaisar Suci Odin: "Aku akui, kemajuanmu... tidak, metamorfosismu benar-benar mengejutkan kami, melampaui semua bayangan kami. Mungkin sekarang, kami para 'pemegang gelar kuat' ini sudah tidak selevel lagi denganmu. Untuk mengalahkanmu, mungkin hanya dengan mencari Yang Mulia Saint Roland Garros! Jika bahkan dia pun tak bisa mengalahkanmu, maka..."
"Maka ke depannya, takkan ada yang bisa membatasi keinginanku. Takkan ada lagi belenggu di tubuhku." Kaisar Suci Odin tersenyum tipis.
"Benar! Setelah kami semua mengakui kekalahan, sesuai sumpah sebelumnya, takkan ada yang menghalangi apapun yang ingin kau lakukan..." Bibi Sofia menarik napas dalam-dalam: "Tapi sebelum kau mengalahkan semua orang... sumpah ini belum berakhir! Thor! Sesuai perjanjian, kau masih harus mengalahkan tujuh orang kuat lainnya! Jadi, sebelum menyelesaikan perjanjian ini, kau belum bisa..."
"Aku akan menepati sumpahku."
"Kaisar Suci Odin tersenyum, lalu perlahan mengeluarkan sesuatu dari pelukannya. Saat mengulurkan tangan, benda di telapak tangannya membuat wajah Sofia langsung memucat."
"Di tangan Kaisar Suci Odin terlihat dua lencana sihir dan sebuah gagang senjata - tampak seperti hulu pedang."
"'Lencana sihir Grand Magister Dinarel dan Enke, serta pedang Magavin... Oh maaf, hanya tersisa gagangnya.' Nada bicara Kaisar Suci Odin terdengar santai: 'Aku sudah mengunjungi ketiga teman lama ini satu per satu. Dinarel dan Enke kalah dariku, sebagai pihak yang kalah mereka menyerahkan lencana sihirnya. Sedangkan Magavin, pedangnya kuhancurkan. Lucu dia masih menyebut diri Santo Pedang, tapi harus kuakui dia lebih maju dari Yaslan - butuh enam jurus untuk mengalahkannya.' Kaisar Suci Odin melanjutkan datar: 'Dari teman-teman tiga puluh tahun lalu, dua lainnya telah meninggal beberapa tahun silam. Satu lagi sudah terlalu tua, kekuatannya merosot hingga tak layak jadi lawanku.'"
"Setiap nama yang disebut Kaisar Suci Odin membuat wajah Bibi Sofia dan Merlin semakin pucat."
"'Nah, ditambah kalian yang sudah menyerah di sini... Yang tersisa tinggal...'"
"Santo Roland Garros!"
……
"'Santo Roland Garros!'"
"Char menarik napas dalam-dalam."
“……Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa terpana hatinya pada saat ini!
Dari sepuluh petarung Top-Tier di Benua, sembilan telah ditaklukkan oleh Kaisar Suci Odin itu!
Satu-satunya harapan terakhir yang bisa diandalkan untuk menghentikan siluman itu hanyalah Saint Roland Garros!
Tapi, bahkan Char sendiri diam-diam merasa, mungkin sang Penjaga Kota Suci pun belum tentu bisa menjadi lawan Kaisar Suci Odin ini!
Tiga puluh tahun lalu, Saint Roland Garros hanya bisa bermain seri dengan Kaisar Suci Odin.
Hari ini, setelah tiga puluh tahun, kekuatan Kaisar Suci Odin telah berkembang ke tingkat yang mengerikan! Apakah Saint Roland Garros... juga mencapai kemajuan seperti ini?
“...Dll, tadi kamu bilang ini kabar baik! Melihat hantu! Kamu justru menyebut ini kabar baik?!” Char melototi Merlin: “Kalian semua kalah dari monster itu, tapi kamu masih menganggap ini kabar baik?!”
Merlin menatap Char, berkata datar: “Dia memang menjadi luar biasa kuat. Meski aku sangat bangga, tapi harus akuakui aku tidak sebanding. Tidak perlu malu mengakuinya. Soal kabar baik... Bukankah kamu sangat membenci Yaslan? Dia dihajar habis-habisan oleh Thor, bukankah itu kabar baik?”
“Astaga! Perempuan Gila.” Erangan Char: “Lalu... Apa kabar buruknya?”
“Kabar buruk……” Wajah Merlin juga berubah pucat: “Kabar buruknya adalah……Sang Kaisar Suci Odin ini, dia telah bertemu putri kandungnya, lalu tiba-tiba membuat keputusan. Sebelum berangkat ke Kota Suci untuk menantang Saint Roland Garros, dia memutuskan untuk terlebih dahulu...”
Adeline berkata dengan suara lemah lembut: “Char, ayahku... dia, ingin bertemu denganmu.” Gulp!
Char menelan ludah dengan deras.
“Men... menemui aku?”
“Ya.” Merlin menghela napas, menatap Adeline, lalu menggeleng pada Char: “Di sinilah masalahnya, kau dan Adeline belum menikah! Kau menunda pernikahan kalian terlalu lama, kesalahan ini akan membawakanmu banyak masalah. Kau tahu, Thor adalah orang Odin... Baiklah, dia adalah Kaisar orang Odin. Lalu apakah kau tidak tahu bahwa orang Odin memiliki tradisi? Orang Odin murni sangat menghargai keperawanan perempuan! Menurut tradisi orang Odin, gadis tidak boleh kehilangan keperawanan sebelum menikah! Dan begitu seorang gadis kehilangan keperawanannya sebelum pernikahan, maka ayah dan saudara laki-lakinya akan dianggap telah membawa aib bagi keluarganya. Untuk membersihkan aib ini, ayah dan saudara gadis tersebut akan menantang pria yang telah merebut keperawanan putri atau saudara perempuan mereka! Hanya dengan darah pria yang telah merusak keperawanan gadis keluarga mereka, aib ini bisa terhapus.”
Wajah Char membiru: “... Maksudmu...”
Merlin: “Ya.”
Tenggorokan Char terasa kering: “Kau bilang...”
Merlin: “Benar.”
Napas Char menjadi mendesak: “Dia akan mencariku...”
Merlin mengangguk: “Tepat begitu.”
"……" Char tiba-tiba melompat bangkit, berteriak kencang: "Melihat hantu! Maksudmu, Kaisar Suci Odin yang dengan satu pukulan saja membuat Yaslan babak belur! Sosok yang bahkan kalian semua para penguasa terkuat zaman ini dikeroyok pun tak sanggup mengalahkannya, justru... justru sialan mau mengajakku duel?! Aku? Aku?! Apakah aku harus menyiapkan upacara pemakamanku sendiri dulu? Atau mungkin Ibu angkat Tuan yang terhormat, bisakah Anda mengajarku seni menyamar ajaib atau kemampuan menghilang?"
"Sebenarnya... situasinya mungkin tidak separah itu." Merlin menghela napas: "Mungkin dia tidak akan membunuhmu, mungkin demi harga diri kami dan putrinya dia hanya akan memukulmu sekali, atau mungkin sekadar ingin bertemu pria yang akan menikahi putrinya secara normal."
Char sedikit lega, tapi Yaslan yang sialan itu menyela dengan ucapan: "Nak, jangan kira ini akan mudah. Sepengetahuanku, orang Odin sangat menjunjung tradisi, mereka kolot dan keras kepala! Bagi mereka tradisi sama sakralnya dengan agama! Bahkan... tradisi adalah bagian dari agama mereka! Hehe... carilah berkahmu sendiri! Lagi pula... yang lebih buruk, dia adalah Kaisar orang Odin! Sepertinya baru-baru ini kau baru mengalahkan salah satu pasukannya, Mannings adalah pemimpin suku yang paling dipercayanya, dan bisa dibilang mati di tanganmu. Yang lebih penting, beberapa bulan lalu kau baru saja membuat putranya babak belur..."
“Matilah kau orang tua ini!” Char melototi Yaslan dengan penuh amarah, lalu memalingkan pandangan sambil mengerutkan kening ke arah Merlin, berkata dengan garang: “Sejujurnya, bagaimana mungkin orang tua ini bisa dipukul sampai seperti ini? Menurut penjelasanmu, Kaisar Suci Odin hanya memberinya satu pukulan saja.”
Merlin membentangkan kedua tangan: “Sederhana saja, sesuai tradisi duel antar yang kuat, pihak yang kalah harus menerima hukuman apapun dari pemenang. Jadi Thor si siluman itu memblokir seluruh kekuatan Yaslan, lalu melemparkannya ke Si Bermata Satu, sambil bilang kalau Yaslan ini sudah bertahun-tahun memaksa-naksir istri Si Bermata Satu... Lalu, siluman bermata satu itu pun meledak amarahnya...”
Bagi pria manapun, melibas guci cuka pasti akan memicu murka tak terbatas! Apalagi setelah tahu ada siluman tak tahu malu yang sudah memaksa-naksir istrinya selama puluhan tahun, pria normal manapun akan membuat pilihan tepat: menggulung lengan baju dan memberikan pelajaran berdarah kepada si brengsek ini.
Apalagi, Si Bermata Satu adalah bajak laut pensiunan yang haus darah?
Sebagai bagian dari tradisi duel antar yang kuat, bahkan Bibi Sofia pun tak bisa mencegah "hukuman" ini, karena jika dia menghalangi, itu berarti melanggar Aturan.
Apalagi maksud Kaisar Suci Odin sudah jelas: Jika Sofia berusaha menghentikan Si Bermata Satu bertindak, maka dia sendiri yang akan turun tangan.
Jadi, Santo Pedang Benua yang termasyhur itu, di kedai minum kecil Wildfire Town, dipukuli babak belur oleh seorang bajak laut pensiunan menggunakan Pukulan Kura-kura deras.
……
"Selamat, nak." Merlin tertawa pahit: "Kau mungkin mendapat kehormatan besar: Thor diakui sebagai manusia terkuat di benua, selama puluhan tahun hanya petarung top-tier yang layak masuk Daftar Kandidat duel-nya, dan kau beruntung bisa bergabung dalam barisan ini."
"Aku tak mau kehormatan begini!" Xia Ya naik darah.
"Sebenarnya... Xia Ya, tak perlu tegang begitu." Adeline memeluk Xia Ya lembut: "Mungkin ayah benar-benar hanya ingin bertemu denganmu... Walau aku tak terlalu dekat dengannya, tapi sorot matanya padaku terasa hangat. Kurasa dia tak akan terlalu tegas padamu... Jika dia tetap ingin menghukummu, aku akan minta dihukum bersamamu... Xia Ya..."
"Baiklah..." Xia Ya tersenyum getir: "Sialan... Apakah ini termasuk... bentuk khusus... pertemuan dengan orangtua?"
