Saat fajar, matahari pagi perlahan terbit, merah seperti api dan darah.
Pesta di istana tadi malam konon baru berakhir tengah malam. Para tamu pulang dengan puas, menjadikan pesta megah yang sudah lama tidak diadakan sejak perang meletus ini sebagai topik fokus utama perbincangan para bangsawan.
Gaun istana mana yang paling indah, perhiasan termahal yang dikenakan seorang nyonya, Marquis mana yang sedang naik daun, menteri mana yang mulai terpinggirkan...
Semua ini menjadi bahan gunjingan. Namun masalah percobaan pembunuhan yang paling diperhatikan Char dan Ruhr, akhirnya tidak ada kabar yang muncul.
Jelas Dafeny menyembunyikan berita percobaan pembunuhan. Pria misterius di istana itu juga tampaknya tidak menyebarkan kisah Char menyusup ke istana. Mungkin di satu sisi karena pertimbangan atas kekuatan Char: bagaimanapun, mengumumkan pencarian terhadap seorang yang kuat hanya akan jadi bahan tertawaan, memprovokasi mereka hanya akan membawa konsekuensi yang menyulitkan keluarga kerajaan. Di sisi lain, mungkin juga karena salah mengenali identitas Char.
Keluarga kerajaan Odin datang ke Osgilia? Jika kabar ini tersebar, pasti akan menimbulkan kekacauan besar.
Jadi, di siang hari, Kota Kekaisaran tetap berjalan seperti biasa, bahkan shift pengawal di istana tidak ditambah, patroli tim keamanan di kota juga tetap, semuanya seolah tidak mengalami perubahan apapun.
Seolah-olah, satu-satunya kabar perubahan yang terdengar adalah pada pagi tadi, Adipati Minas akhirnya memasuki istana untuk menghadap Yang Mulia Kaisar Garcia, berdiskusi dengan Sang Kaisar mengenai urusan kenegaraan.
Ini merupakan pertama kalinya dalam bertahun-tahun adipati tua ini berunding dengan Kaisar Imperium tentang masalah negara. Percakapan ini dikabarkan berlangsung dari pagi hingga siang hari, bahkan Sang Kaisar mengundang Adipati Minas untuk makan siang bersama - tanpa keraguan, ini jelas merupakan sinyal keramahan. Efek pembicaraan mereka terlihat sangat baik.
Makan siang bersama menjadi cara terbaik untuk menunjukkan keharmonisan hubungan antara penguasa dan bawahan.
Persis ketika kabar tentang Adipati Minas yang diundang makan siang oleh Kaisar beredar di istana, menampilkan sandiwara keharmonisan antara raja dan menteri layaknya ikan dengan air.
Sementara itu, bos besar militer lainnya, Jenderal Adrik, justru menghabiskan siang itu di markas luar kota. Ia menginspeksi barak, makan siang sederhana ala tentara bersama pasukan: semangkuk sup mi, sepiring kacang rebus, dua potong daging asap, sekadar mengisi perut.
Sedangkan pejabat penting lainnya dari Kekaisaran, Perdana Menteri Salemboniri, pada siang hari justru mengunjungi utusan Kerajaan Landis yang masih berada di Ibukota. Kedua pihak berdiskusi dalam suasana persahabatan yang hangat, setelah makan siang bersama, utusan Landis secara pribadi mengantarkan sang Perdana Menteri keluar dari kedutaan.
Segalanya tampak berjalan harmonis.
Namun ketika sore tiba, Adipati Minas akhirnya tiba di markas besar militer. Segera setelah itu, dia mengeluarkan perintah yang telah disahkan oleh Sang Kaisar.
Penugasan langsungnya untuk mengambil alih Departemen Inspektur Polisi Militer Kekaisaran.
Departemen Inspektur Polisi Militer sejak dulu merupakan unit khusus dalam tubuh militer. Dalam pandangan umum, tugas mereka adalah mengawasi pelanggaran hukum dan disiplin di kalangan tentara, atau yang biasa disebut Departemen Hukum Militer.
Faktanya, tidak jauh berbeda dari anggapan tersebut.
Mengangkat Adipati Minas untuk memimpin Departemen Hukum Militer sama saja dengan mengikatkan borgol di leher Adrik - dan borgol ini sah secara hukum.
Berkat kewibawaan sang Adipati Tua, proses pengambilalihan Departemen Hukum Militer berjalan mulus. Pejabat hukum militer yang sebelumnya ditunjuk Adrik menyerahkan kekuasaan tanpa perlawanan.
Bersamaan dengan itu, diserahkan pula pasukan inspektur polisi militer berjumlah seribu orang yang bermarkas di Ibukota.
Di sore hari, sang Adipati Tua bertugas di markas besar militer, tepatnya di kantor khusus Wakil Menteri Urusan Militer.
Sepanjang sore hingga malam, para perwira dan serdadu penjaga dari pasukan yang pergi memberi hormat pada mantan atasannya tak pernah berhenti mengalir. Konon Adipati Tua dari sore hingga malam tak sedetik pun beristirahat, terus menerima anak buah lamanya yang datang menghadap.
Kabar ini segera disebarkan oleh orang-orang yang punya niat terselubung ke markas pasukan di luar Kota Kekaisaran, sampai ke telinga Jenderal Adrik yang sedang melakukan patroli.
Mendengar hal itu, Adrik mengerutkan kening dan berkata dingin pada orang yang membawa kabar: "Kerjakan tugasmu dengan baik! Buat apa menyebar-nyebar gosip ini! Adipati yang kembali memegang komando markas besar tentu perlu memanggil semua staf. Buat apa kau sengaja menyampaikan omongan ini di hadapanku!"
Segera setelah itu, Adrik mengakhiri patroli di markas lebih cepat dan langsung bergegas kembali ke Kota Kekaisaran.
Namun ketika tiba di markas besar, dia tidak menemui Adipati Minas. Konon Adipati Tua telah menyelesaikan pekerjaan hari pertamanya dan pulang ke kediamannya.
Tindakan ini, meski raut wajah Adrik tetap biasa tanpa ekspresi berlebihan, membuat beberapa anak buah setianya yang paling loyal tampak murka.
Baik dalam dunia politik maupun tradisi militer, sudah menjadi kelaziman bahwa ajudan baru yang baru dilantik harus bertemu dengan komandan pada hari pertama jabatannya. Meski hanya sekadar formalitas, ini adalah alur prosedur yang wajib. Selain itu, biasanya pelaksanaan tugas dan pemberian perintah baru boleh dimulai setelah dilakukan pertemuan dengan komandan.
Adipati Minas meskipun memiliki kewibawaan besar, tapi jabatan yang diembannya kali ini adalah Wakil Menteri Urusan Militer! Meski mendapat tambahan gelar Marsekal, tapi status wakil tetap "wakil"! Adrik tetap menjadi komandan utama secara nominal.
Di hari pertama menjabat, Adipati Minas seolah langsung mengabaikan semua tradisi ini. Ia mulai memberi perintah tanpa berunding lebih dulu dengan Adrik selaku Menteri Urusan Militer yang sah, langsung merebut Departemen Hukum Militer, lalu memanggil pasukannya secara besar-besaran.
Akhirnya Adrik terpaksa datang lebih dulu ke markas untuk menemui sang adipati. Secara protokol, atasan yang datang menemui bawahan sudah melanggar kebiasaan. Adrik jelas telah memberi muka yang cukup pada adipati tua itu. Tapi tak disangka, Adipati Tua Minas ini bahkan menghancurkan sisa-sisa martabat terakhir! Tidak mau menemui sama sekali, langsung pergi begitu saja!
Di hari pertama menjabat, langsung mengabaikan Menteri Urusan Militer Adrik di tempat ini.
Adrik berdiri di tempat, wajahnya tidak menunjukkan perubahan besar. Tiba-tiba ia tersenyum tipis, berkata halus pada orang di sekelilingnya: "Siapkan kereta ke kediaman adipati."
Begitu ucapan ini keluar, beberapa andalannya langsung berubah pucat. Salah seorang langsung berteriak: "Baginda!!"
Melihat Adrik diam saja, seseorang segera menghibur: "Baginda, ini tidak pantas! Anda adalah komandan markas! Adipati tua itu bawahanmu! Sebagai bawahan yang tidak menghormati atasan sudah salah! Jika Anda malah datang ke kediamannya, bukankah..."
“Cukup, jangan bicara lagi.” Adrik menarik napas dalam-dalam: “Aku sudah punya perhitungan.”
Kemudian ia menoleh melihat beberapa ajudan di sekelilingnya, tersenyum manis: “Urusan militer seribu benang kusut, saat ini persatuan adalah yang utama. Adipati Minas sangat dihormati di pasukan, jika bisa mendapatkan dukungannya, maka rencana pembangunan militer kita akan... Ah, sekarang bukan saatnya memikirkan keuntungan pribadi. Lagipula, beliau adalah guruku, murid mengunjungi guru tidak bisa dianggap merendahkan martabat.”
Para hadirin hendak berbicara lagi, namun melihat sorot mata tegas yang melintas di mata Adrik, terpaksa diam.
Adrik bersama staf dan anak buahnya meninggalkan markas besar menuju kediaman Adipati Minas. Sesampai di luar gerbang kediaman adipati, ia mengirim utusan untuk memberitahu kedatangannya.
Pengurus kediaman Adipati Minas yang melihat kedatangan Menteri Urusan Militer segera mempersilakan Adrik dan rombongan menunggu dengan sopan, lalu masuk untuk melapor.
Beberapa saat kemudian, ketika pengurus itu keluar dan menyampaikan pesan, hampir membuat paru-paru para pengikut Adrik meledak karena marah!
“Paduka Jenderal, Adipati kami berpesan: Beliau dan Paduka memiliki hubungan guru-murid, kini juga sama-sama di markas besar. Sebagai atasan dan bawahan dalam divisi yang sama, tidak pantas bertemu secara pribadi agar tidak menimbulkan kesan tidak adil. Oleh karena itu, pertemuan informal tidak dimungkinkan. Jika ada urusan resmi, silakan dibahas besok di markas besar.”
Seketika itu juga, meski Adrik terkenal tegas dalam memimpin bawahan, para pengikutnya langsung ribut dan meluapkan kemarahan!
“Ada yang langsung ribut berteriak-teriak, kalau bukan karena kewibawaan Adipati Minas yang sudah dikenal luas, mungkin sudah melontarkan sumpah serapah di tempat!”
Bagaimanapun juga Adrik adalah Menteri Urusan Militer, komandan markas besar militer! Di hari pertama pelantikanmu sebagai wakil menteri, tidak memberi hormat ke atasan, mengeluarkan perintah tanpa koordinasi, sampai atasan harus buru-buru kembali untuk menemuimu, malah sengaja berlagak pulang ke rumah! Sekarang Adrik secara aktif datang memberi hormat, seorang komandan datang ke rumah bawahan, ini sudah jadi hal aneh! Si tua bangka ini, berani sekali bersikap somong, menutup pintu dan menolak bertemu?!
Pasukan penuh kemarahan, teriakan bergemuruh. Wajah Adrik pucat, lalu ia menarik napas dalam-dalam.
“Diam semua!”
Suara dingin sang Jenderal masuk ke telinga para pengikutnya. Semua tubuh mereka gemetar. Dari tenggorokan keras bagai besi Adrik, jelas betapa murka sang Jenderal di titik ini.
Seketika, ruangan sunyi senyap.
Adrik menarik napas, sorot mata dinginnya menyapu si pengurus kediaman Adipati Minas. Tatapan tajamnya langsung membuat seluruh tubuh pengurus itu gemetar.
Lalu Adrik menghela napas panjang, ekspresinya melunak, berkata dengan datar: “Kalau begitu, aku takkan mengganggu Sang Adipati lagi.”
Seolah tersenyum, ia melambaikan tangan, berbalik lalu naik kuda dan pergi bersama rombongan.
Hanya saja dalam perjalanan pulang, terjadi lagi insiden kecil.
Keluar dari kediaman Adipati Minas dan berjalan satu blok, tiba-tiba berpapasan dengan rombongan pasukan pengawal kerajaan yang baru dilantik, Pangeran Muda Rody, yang sedang pulang ke kediamannya di malam hari setelah hari pertama menjabat sebagai Jenderal Pengawal Kekaisaran.
Bertemu dengan putra Adipati Minas ini, para pengikut Adrik yang baru saja ditolak di depan gerbang kediaman adipati langsung menunjukkan ekspresi penuh kebencian. Tak ada upaya untuk menyembunyikan permusuhan mereka terhadap adipati muda ini.
Namun Adrik sendiri justru menghentikan rombongannya dengan sopan, mengajak Rody mengobrol ringan di pinggir jalan. Ucapan-ucapannya tetap terkendali, hanya memberi salam basa-basi dan menyarankan Rody bekerja keras di pasukan pengawal.
Setelah pertukaran kata-kata formal singkat, ia segera memimpin rombongannya pergi.
Rody terlihat canggung, wajahnya memerah karena malu. Sepanjang hari ini ia telah mendengar kabar tentang kejadian di markas militer. Mengetahui tindakan ayahnya di hari pertama menjabat, ia bergegas pulang untuk menasihati sang adipati - tak menyangka justru bertemu Adrik di jalan.
Meski Adrik tak menyebutkan penolakan dari Adipati Minas, namun dari ekspresi marah para pengikutnya, bagaimana mungkin Rody tak bisa menebak?
Perbuatan ayahnya yang sudah keterlaluan ini membuat Rody merasa hancur. Di hadapan Adrik, ia bahkan tak sanggup mengangkat kepalanya.
Adrik adalah murid Adipati Minas, sebenarnya sejajar dengan Rody meski usianya jauh lebih tua. Selama ini memperlakukan Rody layaknya kakak, bahkan ketika bertemu hari ini pun sikapnya tetap seperti biasa tanpa sedikit pun keberatan, tutur kata dan perilakunya tak berubah.
Rody bahkan tidak tahu bagaimana harus menghadapi Adrik. Setelah Adrik pergi, barulah ia menghela napas panjang.
Tindakan ayah kali ini benar-benar keterlaluan.
※※※
Hari pertama pelantikan Adipati Minas tentu menyedot perhatian seluruh Kota Kekaisaran. Peristiwa yang terjadi di hari itu langsung membuat ibukota terjerumus dalam suasana yang ganjil.
Meski semua tahu kebangkitan kembali Adipati Minas adalah cara keluarga kerajaan untuk menyeimbangkan kekuasaan Adrik - secara gamblang, masuknya Adipati Minas ke markas besar adalah untuk bertarung di arena yang sama dengan Adrik.
Namun tak seorang pun menyangka sang Adipati Tua bertindak se-radikal dan se-tegas ini! Di hari pertama menjabat, langsung merobek topeng persahabatan, terang-terangan memutus semua hubungan dengan Adrik!
Sama sekali tak menyisakan ruang untuk negosiasi!
Nampaknya, ini akan memicu gelombang pemilihan kubu di kemudian hari.
Malam ini, entah berapa banyak orang di Kota Kekaisaran yang akan terjaga semalaman.
※※※
Cahaya senja menyala bagai api dan darah.
Berdiri di balkon, memandang mentari sore yang mencorakkan pipinya dengan kilau kemerahan, Dafeny menghela napas dalam. Desahannya larut terbawa angin malam.
“Char, lihatlah cahaya matahari terbenam ini, betapa miripnya dengan matahari pagi. Sayangnya... satu melambangkan harapan, sementara yang lain melambangkan...”
Di belakang, sepasang lengan kuat dengan lembut memeluk tubuh lemah Dafeny. Char menundukkan kepala mengendus rambut perempuan dalam pelukannya, berkata lembut: "Pikiranmu terlalu negatif. Selama aku ada, tidak akan terjadi apa-apa."
Dafeny dalam pelukan Char, hatinya diliputi kebingungan. Tiba-tiba sorot matanya menjadi jernih, berbalik badan lalu menatap mata Char.
“Kamu... pergilah.”
“Hmph?” Char menyipitkan matanya.
“Pergilah, pulang ke Utara.” Dafeny menggigit bibirnya, berbisik pelan: “Kau adalah orang besar, bagaimana bisa terus terperosok di sini menemaniku menghabiskan waktu. Kau punya tanggung jawabmu, jika terus terikat di sini karenaku, itu sama saja dengan aku membunuhmu!”
Char mengamati mata Dafeny dengan sorot mata yang kompleks.
Saat Char seakan hendak berbicara, Dafeny tiba-tiba mengangkat tangan lembutnya menutupi mulut Char, berbisik: “Tak perlu kau jelaskan, aku paham, aku benar-benar paham. Aku mengerti niat baikmu, semuanya aku mengerti.”
Char menghela napas perlahan, menggenggam erat tangan kecil yang menutupi mulutnya lalu perlahan menggesernya.
"Sorot matanya perlahan menjadi serius: "Orang yang mencoba membunuhmu tadi malam adalah Ruhr. Dia terpaksa melakukannya, jangan kau marahi dia. Percayalah, dia tidak akan melakukan apa-apa lagi. Dia sudah berjanji padaku untuk berusaha sebisanya melindungimu di Kota Kekaisaran. Jika kau menghadapi masalah serius di ibu kota, kau bisa mempercayai si gemuk ini.""
"Hmph."
"Janji padaku, jangan lagi bersikap pasif seperti itu! Aku tidak ingin lagi melihat tatapan putus asa di matamu. Janji, hiduplah dengan baik, berusahalah keras untuk bertahan!"
"Hmph."
"Ayahmu hari ini sudah memutuskan hubungan dengan Adrik. Meskipun terburu-buru, tapi ini menguntungkanmu. Dengan tindakan orang tua itu, Garcia akan semakin mengandalkannya, sehingga untuk sementara mereka tidak akan menyakitimu."
"Hmph."
Setiap kali Char berkata-kata, perempuan dalam pelukannya menjawab dengan patuh, kerapuhan sikapnya membuat hati Char bergetar halus.
Kedua tangan menggenggam tangan Dafeny, Char menarik napas dalam-dalam lalu menatap cahaya matahari terbenam yang perlahan menghilang.
"Berikan aku waktu... Tidak lama! Aku janji tidak akan lama! Aku akan datang dengan ribuan pasukan, mengepung Kota Kekaisaran! Lalu, aku akan menyelamatkanmu dari sangkar ini! Percayalah, hari itu takkan lama lagi!"
※※※
Di malam yang sama.
Jauh di Utara, di perbatasan utara Kekaisaran, County Norse.
Dalam balutan malam, markas besar yang luas terbenam dalam keheningan.
Hanya bendera-bendera hitam yang berkibar-kibar diterpa angin.
"Di dalam dan luar markas besar Pasukan Bendera Hitam terasa penuh ketegangan, hanya prajurit elit yang sedang patroli malam hari yang menyapu pandangan tajam mereka ke segala penjuru dalam kegelapan."
"Di jalan menuju pintu gerbang markas, tanpa diketahui kapan, muncul sosok bayangan yang perlahan mendekat."
"Dalam kegelapan malam, sosok ini terus melangkah dengan santai, langkahnya penuh kewibawaan, bahkan terkesan seperti sedang duduk santai."
"Tapi di luar markas militer yang penuh ketegangan ini, kehadiran sosok manusia tunggal seperti ini terasa sangat aneh!"
"Dengan cepat, pasukan patroli elit segera menghampiri, kilatan dingin pedang mereka berkedip di kegelapan malam."
"Apa ini manusia!!"
"Prajurit Pasukan Bendera Hitam dengan siaga mengepung orang di jalan ini! Yang membuat semua terkejut, jarak ke markas sudah sangat dekat! Bagaimana mungkin orang aneh ini bisa sampai sejauh ini?"
"Masak pos pemeriksaan patroli di depan tidak bisa menghentikan makhluk ini?"
"Dari balik jubah panjangnya, sosok ini akhirnya menurunkan tudung kepala dengan kedua tangannya, memandangi prajurit-prajurit Odin elit berpostur gagah di hadapannya."
"Dia tersenyum."
"Dia tidak memandangi para penjaga yang sedang bersiap siaga itu, tatapannya justru menembus mereka, memandangi jauh ke arah markas besar."
"'Obsesi adalah borgol, Hasting...' Suaranya begitu lembut, tapi nadanya sedingin es: 'Kau tak mengerti, sama sekali tak pernah mengerti.'"
Seolah berbicara sendiri, sambil berkata, dia terus melangkah menuju markas militer.
Para prajurit Odin yang mengelilinginya tiba-tiba roboh tanpa suara seketika.
Dalam kegelapan malam, bayangan manusia ini berjalan perlahan. Di belakangnya, prajurit-prajurit yang tergeletak di jalan membentuk latar belakang yang mengerikan...
※※※
Malam itu, di utara Kekaisaran terjadi peristiwa menggemparkan Benua. Ketika kabar ini tersebar, dampaknya akan lebih dahsyat dari pengangkatan Adipati Minas di ibu kota!
Pada malam itu, di County Norse perbatasan utara Bizantium, markas besar Pasukan Bendera Hitam.
Hasting yang dijuluki "Dewa Perang Odin", terluka di dalam tenda komandannya yang dijaga ketat, di jantung markas Pasukan Bendera Hitam-nya yang tak terkalahkan, oleh seorang jago misterius!!
Konon, malam itu seorang ahli misterius menyusup ke markas untuk membunuh Hasting. 300 pasukan elit dari Batalion Pengawal tewas di tempat. Hasting sang Dewa Perang Odin pun tak mampu menahan serangan sang penyerang misterius! Di dalam dan luar tenda komandan, tak ada satupun yang selamat kecuali Hasting!
Ketika pasukan datang, si pembunuh telah menghilang dengan lincah. Hasting ditemukan tergeletak di genangan darah, nyaris tewas.
