County Syltan, Kota Baru, bekas Kantor Komandan County.
Bangunan ini pernah menjadi pusat pemerintahan county di era Kekaisaran, kemudian diduduki orang Odin dan diubah menjadi markas Pasukan Salju Merah. Setelah direbut kembali, kini menjadi basis sentral baru Pasukan Utara.
Faktanya, kantor komandan county ini baru-baru ini telah mengalami perluasan dan renovasi. Nama resmi barunya bukan lagi Kantor Komandan County. Di kalangan militer Pasukan Utara, sebutan untuk tempat ini telah berubah menjadi Kediaman Jenderal. Dapat dikatakan bahwa secara internal Pasukan Utara telah mencapai konsensus bahwa tempat ini akan menjadi markas besar baru bagi seluruh Kelompok Militer Utara di masa depan.
Demikian pula, perubahan sebutan ini menunjukkan bahwa Pasukan Utara telah menyatukan kesadaran. Fakta bahwa pusat kelompok telah berpindah dari Kota Danzeer di County Moore ke Kota Baru County Syltan tidak akan diubah lagi.
Di masa depan, tempat ini akan menjadi pimpinan tertinggi baru untuk Garnisun Utara.
Proses perluasan terus berjalan secara terorganisir. Sejak Char dan Green mencapai konsensus, Green langsung bergerak. Bahkan saat ketegangan fiskal terjadi akibat hadiah untuk seluruh pasukan di awal, perluasan markas besar masa depan ini tidak pernah berhenti.
Sebagai markas besar kelompok militer, bangunan ini tentu tidak dibangun hanya sesuai standar pusat pemerintahan. Lebih banyak aspek yang mencerminkan fungsi militernya. Dapat dikatakan bahwa markas ini dibangun dengan standar kastil semi-militer.
Sebagai komandan Pasukan Utara, ketika Char tidak berada di Kota Baru, tugas untuk bertugas di sana dan mengendalikan situasi dengan tegas jatuh ke pundak Green.
Dari segi pengalaman, Green memiliki kualifikasi yang jauh lebih kaya dibandingkan Jenderal Xia Ya Leiming yang masih muda, dengan senioritas yang lebih tinggi. Memiliki pengalaman bertugas di pasukan pusat, lulusan resmi Akademi Militer Kekaisaran, pernah mengajar di Akademi Militer Kekaisaran, serta status sebagai murid Adipati Minas yang merupakan veteran pasukan Kekaisaran. Dulunya memiliki riwayat prestasi gemilang, meski sempat terpinggirkan selama gejolak politik, namun jenderal berpengalaman dengan latar belakang militer murni seperti ini dianggap lebih memenuhi kriteria "tentara tradisional" dibandingkan Jenderal Xia yang beralih profesi di tengah jalan dan meroket cepat seperti terbang.
Meski Jenderal Xia itu terkenal dengan reputasi gemilang, di mata para perwira senior militer, dirinya dianggap memiliki aroma "jalanan" dalam latar belakangnya.
Green yang dijuluki "Anjing Gila", kini secara resmi dipromosikan ke pangkat Jenderal Kekaisaran dan ditetapkan sebagai orang kedua di Garnisun Utara.
Dengan latar belakang sebagai jenderal-jenderal Faksi Elang yang ortodoks dan pengalaman panjang di militer, Green secara alami menguasai strategi perang. Dalam keseluruhan Kelompok Militer Utara, faktanya dialah yang selalu menjadi eksekutor utama. Dapat dikatakan bahwa kontribusinya sangat besar dalam membangun skala dan reputasi Pasukan Utara hingga seperti sekarang. Pada masa awal pembentukan Pasukan Utara, karena terlalu banyak menyerap kekuatan pasukan pusat sebelumnya, muncul berbagai suara berbeda di internal.
Bagaimanapun, modal awal Char terlalu sedikit. Pembentukan Pasukan Utara adalah contoh klasik ular menelan gajah. Seorang pemimpin pasukan penjaga daerah berhasil menelan sisa dua korps pasukan pusat. Di mata orang luar, ini hampir merupakan tindakan tak terbantahkan.
Di hati para tentara tradisional yang berasal dari pasukan pusat, pada awalnya mereka benar-benar meremehkan Jenderal Char ini.
Pada saat seperti ini, keberadaan Green menjadi sangat penting dalam keseluruhan Pasukan Utara.
Asal-usulnya sebagai tentara ortodox lebih mudah mendapatkan pengakuan dari para perwira pasukan pusat. Dia juga menguasai strategi militer, memahami semua urusan administrasi pasukan, membantu Char sepenuhnya dalam reorganisasi pasukan. Sekaligus bertanggung jawab atas komunikasi dan penanganan berbagai suara berbeda di internal.
Bisa dikatakan, pada masa awal ketika Char belum membangun otoritasnya, Green lebih sering berperan sebagai komandan kedua. Keberadaannya membuat para prajurit arogan dari pasukan pusat yang angkuh itu bisa dipaksa tunduk.
Yang lebih berharga lagi, sebenarnya menurut situasi awal pembentukan Pasukan Utara, Green sepenuhnya mungkin membangun kekuatannya sendiri. Nyatanya cukup banyak pemimpin pasukan berlatarbelakang pasukan pusat di internal yang lebih mau mematuhi komandonya. Bahkan jika Green menggunakan ini untuk membangun faksinya sendiri, berdiri setara dengan Char, atau menjadikan Char sebagai boneka, semuanya bukan tidak mungkin.
Namun Jenderal Green ini, dari awal hingga akhir, tetap memegang peran sebagai "wakil". Di bawah prinsip menjaga persatuan internal, dia menolak berbagai bentuk dukungan baik terang-terangan maupun diam-diam. Dalam hati Green sangat menyadari, Pasukan Utara harus hanya memiliki satu komandan, satu inti mutlak, dan hanya boleh memiliki satu suara!
Jika karena kepentingan pribadinya sendiri menyebabkan perpecahan dalam kelompok baru ini, maka dirinya akan menjadi penjahat terbesar.
Pada waktu normal, Green juga sangat memperhatikan pemeliharaan otoritas Char dan posisi kepemimpinan. Di semua acara, dia selalu menjaga keselarasan kehendak dengan Char. Bahkan jika ada perbedaan pendapat, dia berusaha menyelesaikannya melalui komunikasi pribadi, sementara di tempat umum sama sekali menunjukkan sikap mendukung Char.
Komandan nomor dua ini menunjukkan sikap "wakil" yang sempurna. Keharmonisan antara komandan pertama dan kedua memaksa para pemimpin pasukan yang masih menyimpan harapan rahasia di dalam pasukan untuk perlahan mengesampingkan rencana licik mereka. Beberapa yang semula ingin bermain dua kaki sambil mengamati arah angin, akhirnya terpaksa menghentikan aktivitas dan memihak Char.
Setelah pertempuran besar di County Siltan dan operasi militer ke selatan untuk membela Raja, beberapa kali reorganisasi pasukan di dalam Pasukan Utara akhirnya menyelesaikan penyatuan pasukan, benar-benar mencapai kesatuan tekad dari atas ke bawah.
Dapat dikatakan, Green adalah "tentara" yang standar. Bahkan dibandingkan dengan para jenderal top yang masih aktif di militer Kekaisaran saat ini, Green bahkan lebih memenuhi kriteria peran tentara murni daripada Adrik.
Tapi Green juga punya keberatan terhadap Char. Ketidakpuasan terbesarnya adalah komandan tertinggi Pasukan Utara ini sering tiba-tiba menghilang tanpa alasan yang jelas, membuatnya pusing tujuh keliling.
Pasukan Utara baru berdiri. Integrasi wilayah beberapa county, reorganisasi pasukan, pembentukan pasukan cadangan... Segalanya masih seperti lahan kosong yang menunggu dibangun. Banyak pekerjaan harus diselesaikan, tapi Char malah sering menghilang dan melempar beban berat ini ke pundak Green.
Terkadang, Green hampir tak tahan berpikir: "Apakah Char benar-benar percaya buta padaku? Tidakkah dia khawatir aku akan merebut warisannya?"
Lebih sering, meski kerap bertengkar dengan Char, Green terpaksa menganggap fenomena ini sebagai bentuk "kepercayaan mutlak" Char padanya.
Dalam kelompok Pasukan Utara, jika harus dibuat perumpamaan, kehadiran Char bagai Kaisar yang berwibawa mutlak. Tapi lebih sering, dia hanya berperan sebagai pemimpin spiritual.
Sedangkan Green berubah menjadi sosok "perdana menteri" yang mengurus sebagian besar urusan militer dan pemerintahan sehari-hari.
Apakah peran ini benar-benar sesuai dengan harapan terdalam Green? Hanya langit yang tahu.
Setidaknya, dari situasi sebelumnya, Green masih melakukan pekerjaannya dengan baik. Pasukan pada dasarnya mempertahankan situasi, semua rencana urusan militer juga berjalan terorganisir. Sejak kehadiran gadis bernama Sofie yang dibawa Char dari Kota Kekaisaran, dengan penetapan jabatan kepala staf yang jelas, Green pada dasarnya bisa menarik diri dari urusan pemerintahan dan lebih fokus pada urusan militer.
Terkadang, Green hampir tak tahan bertanya dalam hati: Mungkin Sofie itu sengaja diangkat Char untuk membagi sebagian kekuasaan di tanganku? Apakah ini disengaja atau tidak? Sebagai seorang pemimpin, memiliki cara menyeimbangkan pembatasan seperti ini seharusnya dianggap sebagai hal yang baik.
Meskipun Char saat ini tidak berada di Kota Baru, kalangan militer seolah sudah terbiasa dengan fenomena ini. Sebagian besar urusan militer yang diajukan ke kediaman komandan selalu ditangani oleh Jenderal Green ini, lalu perintah-perintah dikeluarkan untuk dijalankan.
Reorganisasi pasukan, pembagian perbekalan, pengelolaan logistik dll. Semua ditangani dengan sangat baik oleh Jenderal Green ini.
Green memiliki karakter tegas dan berani, berwatak pendiam tidak pamer, namun bertindak dengan penuh tekad - mencerminkan gaya khas tentara sejati.
Di kalangan militer, integritasnya sangat dihormati. Bahkan bisa dikatakan, jika Char tidak ada, Pasukan Utara masih bisa beroperasi. Tapi jika Green menghilang, mungkin Pasukan Utara akan lumpuh dalam waktu singkat.
……
Pada malam ini, Green masih bertugas di kediaman komandan untuk mengurus urusan militer. Perluasan kota baru, renovasi pertahanan kota, serta rencana pertahanan pasukan semuanya terbentang di hadapannya. Sebagai markas besar baru Pasukan Utara di masa depan, penempatan pasukan Pasukan Utara tentu akan mengalami perubahan. Sistem pertahanan sebelumnya yang berpusat di Kota Danzeer perlu dimodifikasi sepenuhnya, lebih banyak pasukan akan ditempatkan dengan kota baru sebagai inti pertahanan.
Green hampir setiap malam sibuk hingga malam tiba baru bisa istirahat. Setiap pagi, dia juga harus melakukan patroli rutin untuk mengawasi latihan pasukan.
Bahkan para pengawal pribadinya merasa panglima utama ini terlalu giat. Usia Green sebenarnya tidak terlalu tua, masih sekitar tiga puluh tahun lebih, namun dalam dua tahun terakhir, dia tampak menua dengan sangat cepat. Penampilannya kini hampir seperti orang berusia empat puluhan.
Berbeda dengan Jenderal Char yang masih dalam puncak kejayaan, penampilannya justru membuat Green terlihat seperti juniornya.
Perlu diketahui, dulu ketika Jenderal Green pertama kali ditugaskan ke utara dari Kota Kekaisaran, dia juga adalah jenderal muda berbakat berusia sekitar tiga puluh tahun!
Di malam hari, di luar ruang perpustakaan Green, beberapa pengawal pribadi dan ajudan berjaga sesuai prosedur. Green yang terkenal ketat dalam bekerja, jika membutuhkan sesuatu selama menangani urusan militer, akan segera mengirim orang untuk memanggil perwira pengurus pasukan guna dimintai keterangan.
Karena itu seluruh basis kekuatannya juga tidak bisa istirahat.
Namun malam ini, suasana terasa agak aneh.
Pada sore hari, Green telah mengurung diri di ruang perpustakaan. Hingga malam tiba, dia tidak memerintahkan untuk memanggil perwira pengurus pasukan mana pun, juga tidak mengirim utusan untuk memberikan perintah apa pun, hanya terus mengurung diri di ruang perpustakaan.
Staf di sekitarnya tidak tahu apa yang terjadi. Ketika beberapa pengawal memasuki ruangan untuk mengantarkan makan malam, mereka melihat Sang Jenderal duduk termenung di depan meja dengan kening berkerut, ekspresinya penuh kecemasan dan kemuraman.
Apakah... Pasukan Utara kita menghadapi krisis besar yang tak teratasi?
Pertanyaan ini menggantung di benak para pengawal dan ajudan Jenderal Green.
※※※
Saat ini Green memang sedang dihadapkan pada persoalan besar.
Dia duduk di ruang perpustakaan. Makan malam di atas meja telah dingin membeku, tak tersentuh sama sekali. Pada mangkuk sup daging, mengapung lapisan minyak yang telah memadat.
Green menyipitkan mata, sorot matanya gelap kelabu, namun tatapannya tetap tertancap pada suatu benda di depannya - postur ini telah dipertahankannya selama beberapa jam.
Di hadapannya, tergeletak di atas meja selembar surat yang disegel rapat dengan kulit sapi.
Hingga detik ini, surat tersebut belum pernah dibuka oleh Green!
Yang membuatnya cemas bukanlah isi surat itu, melainkan asal-usulnya!
Surat ini tiba diam-diam pada sore hari, terselip di antara dokumen rencana pelatihan militer biasa.
Saat Green sedang memeriksa rencana tersebut, secara tak sengaja menemukan surat ini, ekspresinya langsung berubah sangat memalukan!
Karena meskipun amplop ini tidak bertanda tangan, tulisan tangan di dalamnya sangat familiar baginya!
Tulisan yang meliuk-liuk dengan goresan keras seperti besi itu sudah sangat dikenalnya sejak bertahun-tahun lalu! Jelas-jelas ini tulisan tangan sang guru sendiri, veteran pasukan Kekaisaran, Adipati Minas!
"Guru... Apa sebenarnya yang ingin kau lakukan..." Akhirnya Green menghela napas panjang, setelah lama ragu-ragu, mengulurkan tangan untuk membuka amplop.
※※※
Kabar mengejutkan tentang kebangkitan kembali Adipati Minas ini nyaris langsung tersebar ke Pasukan Utara melalui Lingkaran sihir pada hari yang sama ketika adipati tua itu resmi menjabat kembali.
Bagi para perwira menengah-bawah di pasukan yang tidak terlalu memahami dinamika elit Kekaisaran, kabar ini justru disambut dengan sukacita dan antusiasme polos.
Mengingat Kekaisaran sedang berada dalam krisis nasional, kehadiran adipati tua berpengalaman seperti Minas yang turun gunung untuk memimpin situasi, tentu akan memberi pengaruh positif. Nama besar Adipati Minas yang memiliki banyak koneksi di pasukan, jelas menunjukkan tekad membangun kembali kejayaan Kekaisaran.
Namun bagi perwira tinggi seperti Green, tentu tidak memandang hal ini sesederhana pandangan bawahan mereka.
Alasan-nya sederhana... Situasi Kekaisaran saat ini, kemunculan kembali Adipati Minas, benar-benar melibatkan terlalu banyak konflik kepentingan yang rumit!
Green memang murid Adipati Minas, tapi dia lebih memahami situasi Osgilia saat ini! Bahkan bisa dikatakan, sebelumnya saat bertugas di militer sebagai serdadu penjaga berjasa, akhirnya dia dipecat, dicabut kekuasaan militernya, terpinggirkan, lalu ditugaskan di Akademi Militer Kekaisaran untuk posisi administratif. Bisa dibilang dia mengalami langsung pergulatan politik, dan benar-benar punya pengalaman mendalam tentang permainan strategis dan pertikaian di jajaran pimpinan!
Situasi Osgilia sangat jelas. Dengan Adrik yang menjadi pemimpin inti militer di pasukan, sebagai anggota jajaran pimpinan inti yang tak terbantahkan, seharusnya semuanya berjalan pada jalur yang benar. Green juga sangat paham, tak ada Kaisar mana pun yang akan mentolerir pasukan Kekaisaran mendominasi sendirian, agar tidak membahayakan dasar kekuasaan kekaisaran.
Di saat seperti ini, kemunculan kembali Adipati Minas jelas hanya memiliki satu kemungkinan: Sang Kaisar ingin memanfaatkan Adipati untuk mengendalikan Adrik!
Jika orang lain yang dipilih, tentu tidak bisa setara dengan Adrik yang sedang di puncak kejayaan. Tapi Adipati Minas adalah kandidat paling cocok! Secara resmi, dia adalah veteran pasukan Kekaisaran dengan kewibawaan besar. Secara pribadi, dia adalah mantan guru Adrik, memiliki status resmi guru-murid. Dengan mantap mengungguli Adrik dalam hal ini.
Tapi...
Bahkan Green sendiri tidak terlalu setuju dengan keputusan Adipati untuk kembali aktif kali ini.
Alasan sederhana, sebagai seorang tentara murni, Green tidak punya banyak pemikiran lain, dia hanya berpikir polos bahwa pada tahap sekarang ini, menjaga persatuan dalam pasukan dan menjaga satu suara adalah yang benar! Kekaisaran sudah mengalami terlalu banyak konflik internal! Untuk menghadapi situasi saat ini yang penuh masalah dalam dan luar, memiliki pemimpin kuat di pasukan adalah sesuai dengan kondisi saat ini. Dan Adrik sangat cocok untuk peran ini! Green sangat setuju dengan karakter Adrik, dia percaya bahwa Adrik tidak punya ambisi pribadi, integritas dan moral Adrik tidak akan menimbulkan ancaman terhadap kekuasaan kekaisaran. Itu adalah serdadu penjaga golongan terpelajar yang sepenuhnya mengabdi untuk publik, punya kemampuan dan integritas, sangat cocok menjadi karakter yang menyelamatkan seluruh kosmos.
Pada momen ini, kembalinya Adipati memberi kesan "berebut kekuasaan".
Adipati Tua yang seumur hidup berkecimpung di militer, masak tidak mengerti bahwa pasukan kekaisaran sekarang tidak bisa lagi menahan pembelahan diri lagi?
Jika Adipati Minas turun gunung hanya menjabat posisi nominal, sekadar sebagai pemimpin spiritual, tentu Green tak bisa protes dan sangat percaya.
Tapi dari jabatan Adipati Tua... Pangkat marsekal kekaisaran, itu secara resmi punya kewenangan mengendalikan seluruh pasukan!
Bersamaan dengan kembalinya Adipati Tua, Pangeran Muda Rody langsung diangkat sebagai Jenderal pengawal ibu kota, ini langsung mengambil alih sebagian besar kekuasaan pasukan dari bawahannya Adrik!
Bicara tanpa ampun, kembalinya Adipati Minas bukan untuk membantu, tapi untuk Perebutan kekuasaan!
Namun, Green bukanlah seorang newbie. Dia sangat menyadari bahwa Adipati Minas harus mengerahkan awak lamanya jika ingin menjadi Bos sejati, bukan hanya Marsekal kosong belaka.
Di saat seperti ini, dia tiba-tiba menerima surat tulisan tangan Adipati Minas... Maksud yang tersirat di dalamnya sangatlah dalam!
Green sangat memahami situasinya saat ini. Sebagai komandan kedua Pasukan Utara, dia tahu betul hubungan dekat antara Adrik dan Char. Adrik adalah mantan atasan Char. Dalam tradisi militer, hubungan atasan-bawahan yang sudah lama seperti ini adalah ikatan paling solid dalam faksi. Tentu saja Char berada di kubu Adrik.
Selain itu, Char yang berkuasa di Utara memiliki wilayah, kekuatan, dan pasukan sendiri, bisa menjadi sekutu kuat bagi Adrik. Saat diperlukan, dia bisa menyuarakan dukungan untuk Adrik! Seorang Jenderal Garnisun Utara yang menguasai beberapa County, suaranya tak boleh diremehkan siapa pun!
Di saat krusial ini, Adipati Tua tiba-tiba mengirimkan surat rahasia kepadanya...
Apa maksudnya?!
Benar, surat rahasia!
Ini juga poin kunci!
Surat ini tidak dikirim melalui saluran normal.
Sebenarnya, jika guru ingin menghubungiku, dia bisa menulis surat resmi dan mengirimkannya melalui utusan!
Tapi surat ini justru dikirim secara tidak resmi!
Diselipkan diam-diam dalam file militer internal Pasukan Utara dan sampai di tanganku tanpa diketahui siapa pun...
Jika dalam hati tidak ada hantu, lalu apa yang perlu ditakuti untuk diketahui orang?!
Yang membuat Green semakin muram adalah, surat ini justru dikirimkan melalui dokumen internal pasukan Utara... Artinya, Adipati Tua telah memiliki saluran komunikasi sendiri di dalam tubuh Pasukan Utara!
Ini sebenarnya tidak sulit dibayangkan. Sebagai mantan jenderal yang seumur hidupnya berkecimpung di militer, Adipati Tua pasti memiliki jaringan mantan bawahan yang tersebar di seluruh pasukan. Banyak anggota Pasukan Utara sebelumnya berasal dari pasukan pusat yang direorganisasi, sehingga keberadaan mantan anak buahnya di sana bukan hal aneh.
Tapi yang mengejutkan, Guru bisa bertindak secepat ini! Baru saja kembali aktif, sudah berhasil menjalin hubungan dengan mantan anak buah di internal Pasukan Utara!!
Green bukan orang bodoh!
Meski tidak punya ambisi pribadi maupun minat berebut kekuasaan, bukan berarti dia buta dengan liku-liku perjuangan politik.
Jelas terlihat, Guru telah diam-diam mulai melakukan aksi terhadap Pasukan Utara! Tujuannya jelas: Pasukan Utara adalah sekutu terbesar Adrik. Untuk melawan Adrik, kita harus bermain taktik tidak hanya di Kota Kaisar, tapi juga di tubuh Pasukan Utara!
Minimal, kita harus mengurangi dukungan Pasukan Utara terhadap Adrik. Karena Char tidak bisa didekati, cara terbaik adalah mencari suara berbeda di internal Pasukan Utara!
Tak diragukan lagi, dirinyalah kandidat yang paling cocok.
Jika harus memilih seseorang dari Pasukan Utara untuk menahan Char, selain dirinya, memang tidak ada orang kedua yang memenuhi syarat.
Dengan perasaan khawatir, Green membuka surat itu, matanya cepat menyapu isi tulisan.
Tulisan guru masih seperti dulu, goresannya keras bagai besi, benar-benar mencerminkan gaya prajurit sejati. Isi surat itu pun membuat Green agak terkejut.
Sepanjang surat tersebut, tidak ada satu pun kalimat yang menyentuh situasi terkini. Seluruh isinya hanyalah kata-kata perhatian layaknya senior kepada murid, diawali dengan kilas balik kenangan masa lalu, lalu menanyakan kabar kesehatan Green dan sebagainya.
Selain itu, sama sekali tidak ada konten sensitif meski satu baris pun.
Sekilas terlihat seperti surat biasa yang ditulis santai tanpa beban.
Tapi tentu saja Green tidak benar-benar naif menganggap gurunya mengobrol tanpa tujuan.
Fakta bahwa surat ini dikirim melalui saluran rahasia dengan diam-diam, sudah cukup menunjukkan sikap sang guru!
Meski tidak menyebut hal sensitif, namun diksi yang digunakan jelas-jelas menunjukkan perhatian atasan ke bawahan, perhatian senior kepada junior...
"Guru... Kau sedang memaksaku untuk bersikap." Green tertawa pahit sambil mengusap dahinya kuat-kuat.
Benar, inilah saatnya mengambil sikap!
Apakah kau masih mengakuiku sebagai mantan atasanmu? Masihkah kau anggap aku gurumu? Silakan kau tentukan sendiri.
Kurang lebih seperti itulah maksud tersiratnya.
Keringat dingin membasahi dahi Green. Dengan hati yang rumit, dia menutup matanya.
Tak diragukan lagi, Green memiliki rasa terima kasih yang mendalam kepada gurunya ini.
Dulu, aku yang dulunya merupakan perwira muda berbakat di pasukan, kehilangan posisi karena kekalahan dalam perjuangan politik. Gurulah yang tampil menyelamatkanku! Saat itu, faksi warlord yang ingin menghabisi diriku mungkin ingin membunuhku! Namun guru menyelamatkanku dengan memindahkanku ke Akademi Militer Kekaisaran. Meski kehilangan jabatan militer dan kekuasaan pasukan, nyawaku tetap terselamatkan.
Yang lebih penting, harapan untuk bangkit kembali masih tersimpan!
Tanpa perlindungan guru, mungkin aku sudah tewas. Paling banter, hanya mendapat jabatan sampingan di pasukan lalu menua perlahan tanpa kesempatan berkembang seumur hidup.
Penempatanku di akademi militer membuktikan perhatian guru. Semua tahu Akademi Militer Kekaisaran adalah kawah tempaan Faksi Elang. Di sana, aku bisa memperluas jaringan rekan sejawat sekaligus tetap berada dalam jajaran "kekuatan cadangan".
Bisa dikatakan, kebaikan guru bagaikan kehidupan kedua!
Tapi kini, guru yang berjasa setinggi gunung ini memintaku bersikap...
Jika menolak, berarti aku tak tahu balas budi...
Jika menerima... aku harus jadi musuh Char, bersaing dengannya di Pasukan Utara, memecah belah pasukan bahkan merebut posisinya. Juga harus berhadapan dengan Adrik...
Tindakan terbalik nan tak bermoral!
“Guru, benar-benar menganggap saya hebat ya.”
Green membuka mata, mendekatkan surat ini ke nyala lilin di sebelahnya, lalu membakarnya dengan tenang. Setelah berdiri, dia perlahan keluar dari ruangan.
Pengawal dan ajudan yang berjaga di luar pintu langsung menyambut ketika melihat jenderal keluar. Green sedikit melambaikan tangan: "Aku lelah duduk, mau jalan-jalan sebentar. Kalian tidak perlu ikut."
Begitu berkata, dia menyilangkan tangan di belakang dan berjalan keluar.
Mengingat ini di dalam kediaman pimpinan tertinggi, tentu tidak perlu khawatir soal keamanan. Setelah Green memberi perintah, bawahannya pun tidak berani mengikuti.
Dengan tangan terkembang di belakang, Green berjalan di sekitar kediaman komandan. Setelah perluasan, halaman yang semula kini diperluas dua kali lipat dengan beberapa baris pohon besar yang ditanam. Langkahnya perlahan, akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon.
Tiba-tiba, sebuah pikiran yang sangat aneh dan absurd muncul di hatinya.
Seandainya dia benar-benar bermusuhan dengan Char... Apakah dia bisa menjadi lawan yang sepadan?
Dan... Jika Char tahu dia tidak sejalan, ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan si anak angkuh itu?
Tak ada yang tahu, di malam yang tampak tenang ini, Kelompok Militer Utara - kekuatan baru di benua ini - menghadapi ancaman serius pertama sejak berdiri!
Bahkan bisa dikatakan, tingkat ancaman ini jauh lebih besar dan berdampak lebih dalam daripada Pasukan Salju Merah Odin!
“Ke mana harus pergi, semuanya ada di genggamanku! Hehe... Xia Ya, Xia Ya... Di saat seperti ini, ke mana lagi kau kabur?” Green menghela napas.
※※※
Tentu saja Xia Ya tidak tahu tentang keluhan Green pada saat ini.
Karena, saat ini, situasi yang dihadapi Xia Ya jauh lebih genting!
※※※
Suara teriakan yang luar biasa kuat itu mengguncang seluruh gua bawah tanah seolah-olah bergetar! Gelombang suara menusuk telinga sampai terasa sakit! Bahkan di dinding kristal, terdengar suara kriiik seolah-olah hampir retak!
Pada saat ini, Darwin dan Duoduo Luo telah melompat dengan gesit. Darwin dengan wajah serius, tidak sempat berbicara dengan Xia Ya, menatap ke arah sumber suara di kedalaman retakan.
Duoduo Luo sudah terjatuh berlutut di tanah, wajah pucat dipenuhi ekspresi kesakitan, kedua tangannya menutupi telinga erat-erat, seluruh tubuhnya gemetaran. Dari mulutnya keluar jeritan mengerikan.
Xia Ya berusaha menarik Duoduo Luo, tapi Darwin sudah mendahului beberapa langkah menghalangi tangan Xia Ya dengan ekspresi khidmat: "Jangan sentuh dia! Jika kau ganggu sekarang dengan kekuatan luar, dia mungkin tidak bisa bertahan dan langsung menjadi gila!"
Xia Ya melototi: "Suara... suara hantu apa ini..."
“Darwin menarik napas dalam-dalam, perlahan bersimpuh di depan Duoduo Luo, mendekat ke telinganya, tiba-tiba menggunakan nada yang unik, membisikkan beberapa kata tak jelas. Suaranya seolah sedang membaca mantra bahasa aneh, dengan irama yang dalam dan panjang...”
Seiring Darwin membacakan mantra di telinga Duoduo Luo, tubuh gemetar Duoduo Luo akhirnya perlahan mereda. Meski wajahnya masih dipenuhi rasa sakit, kondisi sedikit membaik. Sorot mata yang sempat kosong itu perlahan kembali berbinar.
“Ini adalah raungan naga...” Darwin mengangkat kepala memandangi Char, ekspresinya serius: “Sebentuk magic bahasa Long... Menurut pemahamanmu, ini adalah... Wibawa Naga!!”
