Meski menghitung semua masa lalu yang tak berguna di paruh awal hidupnya, ditambah sisa waktu sekarat di paruh berikutnya - baiklah, maafkan ungkapan ini, tapi bagi siapapun yang mengenal dan memahami Penyihir Besar Duoduo Luo, deskripsi ini pasti tepat - bahkan jika menghitung seluruh hidupnya, ini adalah krisis terbesar yang pernah dihadapi Duoduo Luo!
Benar-benar demikian.
Bisa dikatakan, jika Dewa Goblin itu benar-benar bertekad bulat ingin menjadikan penyihir kita sebagai hidangan pembuka pertama setelah terbangun dari tidur puluhan ribu tahun.
Maka tidak berlebihan untuk mengatakan, di dunia ini benar-benar tidak ada seorang pun yang punya kemampuan untuk menghentikannya!
Namun, beruntungnya, ketika Tuan Duoduo Luo yang menggemaskan menghadapi krisis hidup-mati kali ini, dirinya sama sekali tidak merasakan sedikit pun penderitaan atau kepanikan akibat bahaya.
Alasannya sederhana: Saat itu dia sudah berada dalam kondisi koma total yang sangat dalam.
Jadi, Duoduo Luo dengan beruntung tidak menyaksikan situasi mengerikan ini: nyaris dilempar ke api untuk dipanggang seperti makanan...
Karenanya, Duoduo Luo juga tidak tahu bagaimana dirinya bisa berhasil lolos dari bahaya ini dan bertahan hidup.
Maka, dalam perjalanan karir selanjutnya - karir menjadi bajingan paling setia milik Tuan Xia Ya - Duoduo Luo terkadang merenungkan teka-teki penyelamatan ini: sebenarnya bagaimana Tuan Char-nya berhasil mencegah dewa goblin itu memakannya seperti domba panggang?
Tapi... sayangnya, mengenai bagian krusial ini, penyihir kita tidak pernah mendapat jawaban yang akurat.
Tentu saja, ini adalah fakta tak terbantahkan bahwa Tuan Char-lah yang berani maju menyelamatkan si penyihir malang.
Tapi... tentang metode penyelamatannya, sepertinya ada beberapa versi jawaban yang beredar.
Salah satu versinya, berdasarkan penuturan Tuan Xia Ya Leiming sendiri:
Saat itu, tepat ketika dewa goblin yang mengerikan itu hendak melemparkan penyihir malang yang dianggapnya sebagai makanan lezat ke dalam api unggun, Tuan Char kita yang agung, pemberani, jujur, dan berhati mulia dengan penuh keteguhan—bahkan dengan tekad baja—maju ke depan. Dengan kecaman keras yang penuh kesetiaan ksatria, beliau mengutuk perbuatan keji dewa goblin tersebut. Uraiannya yang menyentuh jiwa membuat merenung, langsung menusuk hati manusia, hingga akhirnya berhasil membuat dewa goblin yang kejam dan liar itu tunduk. Seketika itu juga dewa goblin merasa sangat malu, dan akhirnya tersadar...
Baiklah, ini adalah versi yang paling banyak beredar.
Mengenai tingkat kredibilitas versi ini, Jenderal Terhebat Lord Ruhr juga menyatakan pandangannya dengan penuh kesetiaan ksatria setelah mendengarnya:
"Ini adalah fakta yang nyata dan dapat dipercaya. Percaya tidak percaya, yang jelas aku sudah percaya."
……
Dalam versi ini, satu-satunya kejanggalan kecil yang hampir bisa diabaikan adalah...
Duoduo Luo ingat betul, saat bangun dari kondisi koma, dirinya sudah dijarah habis-habisan seperti babi guling yang dicabuti bulunya, terbaring licin di samping api unggun. Sedangkan Tuan Char Leiming yang ramah dan menggemaskan itu berdiri persis di sampingnya, dengan sebotol saus tomat atau semacamnya di tangannya.
Oh ya, benar! Itu memang sebotol saus tomat!
Tentu saja, kita sama sekali tidak boleh meragukan karakter Tuan Char yang terhormat, menggemaskan, konsisten dalam perkataan dan perbuatan, serta berbudi luhur!! Kita mutlak harus mempercayai segala penjelasan Tuan Char tentang mengapa dia memegang sebotol bumbu tambahan sambil berdiri di sebeling Duoduo Luo yang licin!!
……
Kebenaran sebenarnya seperti apa, tidak ada yang bisa mendapatkan jawaban yang akurat. Termasuk salah satu pihak terkait yaitu Duoduo Luo sendiri.
Namun, setelah bertahun-tahun kemudian, dalam suatu jamuan makan malam megah yang sangat bermakna, Tuan Char yang telah menenggak hampir satu tong penuh minuman keras, dalam kondisi mabuk berat... Oh ya, pesta itu diadakan khusus untuk merayakan kelulusan Ujian Penyihir Tingkat Tinggi Tuan Duoduo Luo.
Saat itu, Tuan Char yang sudah mabuk sampai hampir tidak bisa berdiri tegak, menuding Penyihir Besar Duoduo Luo yang juga sudah mabuk berat, mengucapkan kalimat ini: "Hah, kalau bukan karena kue merah bean tahun itu, mana mungkin ada Penyihir Besar seperti sekarang... Sekarang kau pasti sudah menjadi kotoran serangga... Jika memang ada serangga di tambang kristal itu."
Tidak ada yang mengerti maksud sebenarnya dari ucapan Tuan Char dalam kondisi mabuk itu.
Tapi mungkin ada tokoh penting lain yang bisa memberikan petunjuk kunci.
Tokoh tersebut adalah: Lanslow.
Ya, Lanslow. Dialah Tuan Besar Xia Ya yang melewati restoran itu di perjalanan. Pemilik restoran itu membunuh anjingnya sendiri untuk dijadikan makanan Xia Ya demi satu koin perak, kemudian tewas dirampok dan dibunuh oleh preman desa karena satu koin perak lagi, akhirnya menjadi yatim piatu dan diambil oleh Xia Ya. Belakangan dia menjadi anak angkat Xia Ya, nama resminya berubah menjadi "Lanslow Xia Ya" — anak kecil itu, Lanslow.
Petunjuk yang diberikan Lanslow adalah:
"Saat itu ketiga orang itu pergi, meninggalkanku sendirian di tambang batu terbengkalai itu menunggu. Aku menunggu seharian semalam, sampai akhirnya mereka kembali. Saat itu Tuan Besar seperti orang gila berlari masuk lewat pintu, wajahnya penuh semangat dan kegirangan ketika melihatku. Dia langsung mencengkeram kerah bajuku dan berteriak, 'Kue kacang merah buatanmu mana? Masih ada? Cepat keluarkan, keluarkan semua! Bikin lagi lebih banyak! Jangan tanya berapa, bikin sebanyak yang kau bisa!!' Saat itu aku langsung bengong. Kau tahu, saat itu Tuan Besar berubah menjadi goblin. Aku hanya melihat goblin mencengkeramku sambil mengaum, kakiku sampai gemetaran.... Baiklah, cuma itu yang kuingat."
……
Kue kacang merah — ini adalah petunjuk yang sangat penting.
Sementara itu, perlu juga disebutkan bahwa "Lanslow Xia Ya" tersebut — anak laki-laki yang diadopsi Xia Ya Leiming — belakangan tidak menjadi orang berkuasa meski memiliki ayah angkat berpengaruh. Dia tidak masuk militer, tidak terjun ke politik.
Melainkan setelah ia dewasa, kembali ke pekerjaan lamanya, mengelola restoran terkenal di Kota Kekaisaran, menjadi koki ternama. Keahlian utamanya adalah kue kacang merah lezat yang konon dipadukan dengan saus tomat nikmat, menjadi camilan termasyhur di ibu kota. Sepanjang hidupnya penuh warna, menjadi koki terkemuka Kekaisaran, pedagang terkaya, menciptakan berbagai hidangan spektakuler, bahkan menikahi tiga istri cantik jelita——tentu itu cerita lain yang tak perlu kita bahas di sini.
……
Mari singkapkan kabut tebal ini dan coba rekonstruksikan kejadian sebenarnya dengan metode menebak.
……
※※※
Dewa goblin telah mengulurkan cakar hijau mencengkeram paha Duoduo Luo——postur itu bagaikan anak kecil rakus memeluk kaki babi gemuk.
Saat itu, bulu kuduk berdiri. Tanpa pikir panjang, ia meneriakkan "Aaaargh!" lalu menerjang, menindih tubuh Duoduo Luo, kedua tangan erat memeluknya.
“？？？”
Dewa goblin melepaskan genggaman, memandang dengan tatapan bingung.
Tenggorokan terasa kering. Menatap bola mata hijau yang mengawasinya, ia bingung harus berkata apa——pengetahuan bahasanya sangat terbatas, apalagi bahasa goblin masa kini mungkin jauh berbeda dengan versi kuno.
“Cepat, Char sudah melihat sesuatu yang buruk dari mata lawannya: sorot mata itu mulai menunjukkan kegelisahan dan ketidaksabaran. Demikian pula, dewa goblin yang terus-menerus menelan ludah membuat Char sadar, jika tidak segera mencari akal, mungkin…”
“Tepat pada saat itu, tangan Char yang memeluk Duoduo Luo tiba-tiba meraba suatu benda!”
“Itu adalah kantong kain kecil yang disembunyikan Duoduo Luo di pelukannya, sesuatu yang dibungkus rapi dengan kain putih bersih berlapis-lapis, terasa lembut saat diraba.”
“Dia langsung teringat, ini bekal yang dibuat Lanslow tadi malam, dibawa untuk persediaan makan selama eksplorasi bawah tanah rombongan mereka.”
“Kue kacang merah!!!”
“Mata Char berbinar, dengan gesit mengeluarkan dan membukanya, lalu mengulurkannya ke dewa goblin yang sudah mulai mengeluarkan ludah di hadapannya.”
“Dia menguras tenaga untuk mencoba berkomunikasi dengan lawannya.”
“Menunjuk Duoduo Luo yang terbaring di lantai: “Suo Suo, Siji Siji!” (Makanan ini, tidak enak, buruk.)”
“Mengangkat kue kacang merah di tangannya: “Suo Suo, Ook-Ook!!” (Ini, enak!)”
……
“Peristiwa ini memberikan tiga konklusi:”
“Pertama, jelas bahwa daging manusia memang bukan makanan lezat.”
“Kedua, keterampilan memasak Lanslow benar-benar luar biasa.”
“Adapun konklusi ketiga, kalau diungkapkan benar-benar memiliki bau sarkasme yang sialan.”
"Dewa Goblin, makhluk kuat ciptaan ras Goblin kuno paling bijaksana ini, menghabiskan ratus tahun kerja keras dengan seluruh kekuatan dan kebijaksanaan klan mereka, seharusnya menjadi penguasa tertinggi rantai makanan."
Makhluk ini... Ternyata vegetarian!
……
Melihat kue merah itu lenyap dalam sekejap di mulut hijau itu, langsung ditelan bulat-bulat tanpa dikunyah.
Sorot mata hijau itu berkilat sesaat, lalu memandang penuh harap ke Char.
Char tahu taruhannya tepat.
Anak haram terkutuk ini (maafkan ucapan ini, tapi secara biologis makhluk campuran berbagai ras ini memang benar-benar anjing), ternyata vegetarian!
"Ook-Ook!!" Dewa Goblin bersorak gembira menerjang Char, terus menggedor-gedor sambil berteriak tak henti.
Char menyeka keringat dingin, menunjuk ke pintu keluar gua di atas: "Suo Suo..."
Artinya sederhana: Makanan ada di luar.
Dewa Goblin langsung diam, melepaskan Char dengan tangan terkulip, tampak patuh meski sorot matanya yang memelas membuat merinding.
"Char hampir-hampir menahan rasa terkejut dan terpana di hatinya, mengangkat Duoduo Luo ke atas bahunya, lalu membawa dewa goblin ini bersiap untuk pergi."
"Tapi, Char tidak melupakan 'teman baiknya' Ada."
"Naga emas yang sudah cacat itu juga diangkat oleh Char."
"Demikianlah, kombinasi aneh ini meninggalkan tambang kristal bawah tanah."
"Saat keluar dari celah tanah, udara segar menyambut, sinar matahari yang berkilau membuat Char menarik napas dalam-dalam, sementara sorak gembira sudah terdengar dari belakang."
"“Ook-Ook! Ook-Ook!!”"
"Bayangan hijau itu melompat-lompat di belakang, mengangkat kedua tangannya ke matahari sambil berteriak sesuatu yang tak jelas maksudnya."
"Jelas terlihat makhluk ini sangat gembira."
"Lalu, makhluk ini mulai berteriak lagi pada Char."
"“Suo Suo!!”"
……
"Dia berlari kencang kembali ke tambang batu. Lanslow yang menunggu di sini langsung dicabut dari mimpi oleh Char yang berteriak seperti hantu kelaparan: "Kue kacang merah! Mana kue kacang merah buatanmu!! Cepat keluarkan semuanya! Kalau kurang buat lagi, buat sebanyak mungkin!""
"Lanslow menjerit, memandangi goblin yang mengeluarkan suara Tuan Char ini di depannya."
“Ini aku! Char!!” Char menggeretak gigi: “Tidak ada waktu menjelaskan, lakukan menurut perintahku!”
Yang membuat Lanslow bingung adalah kalimat terakhir Tuan Char: “Perdamaian dunia bergantung padamu!!!”
Syukurlah, Lanslow adalah anak yang rajin. Ia sudah menyiapkan makanan, bahkan cukup untuk tiga orang.
Memandangi dewa goblin bersorak gembira merampas semua kue kacang merah, lalu melemparkan satu per satu langsung ke mulut dan menelannya. Char menghela napas lega.
Kemudian ia mulai pencarian makanan dengan tegang.
Memuaskan selera anak haram hijau kecil ini bukanlah hal mudah.
Char adalah pemburu ulung. Ia segera berlari keluar, dan dalam sekejap, berhasil menangkap dua domba gunung - bagi yang kuat, hal seperti ini paling mudah.
Saat ia menguliti domba, membersihkannya, dan memanggangnya di api unggun, aroma daging panggang dan lemak domba menyatu melayang keluar. Yang mengejutkan Char, si anak haram hijau itu bahkan tidak melirik ke arah sini!
Oh, awalnya mungkin ia penasaran melirik sebentar. Tapi terhadap aroma daging panggang yang melayang, ia hanya mengerutkan hidung, menunjukkan ekspresi sangat kesal di wajah.
Saat Char mencoba mengulurkan sepotong daging domba panggang yang kuning keemasan, si anak haram hijau ini menerimanya, mengendusnya, lalu langsung melemparkannya ke samping: "Siji!" (Tidak enak.)
Char menghela napas panjang.
Baiklah, tampaknya kita butuh tepung terigu, dalam jumlah besar. Juga kacang merah, banyak sekali kacang merah.
Dalam setengah hari, di sebuah kota kecil sekitar ratusan li dari sini, muncul seekor goblin hijau aneh yang menyapu bersih semua tepung dan kacang merah di kota itu, lalu meninggalkan beberapa potong emas.
※※※
"Kapan makhluk ini bisa kenyang?"
Memandangi si anak haram hijau yang duduk di tengah tumpukan kue kacang merah, Char dipenuhi kewaspadaan dalam hatinya.
Yang sedikit menenangkan Char, makhluk ini saat menikmati makanan justru tak lupa mengulurkan sepotong ke tangannya, sorot matanya penuh sukacita: "Suo Suo! Suo Suo!"
Char terus khawatir tentang satu hal: pengetahuannya tentang bahasa Jin hanya terbatas pada beberapa kata sederhana. Jika dewa goblin asli ini mulai berpidato panjang lebar, pasti kebohongannya sebagai penipu akan langsung terbongkar.
Tapi yang aneh, si anak haram hijau ini sama sekali tidak melakukan hal seperti itu. Cara bicaranya persis seperti keturunan goblin kuno yang kini hidup di Padang Api Liar - mengeluarkan kata demi kata terpisah tanpa satu kalimat utuh pun.
Seolah-olah... seolah-olah anak kecil yang sedang belajar bicara...
Hmph？？！！
Belajar bicara！！！
Pikiran yang tiba-tiba melintas di benak Xia Ye ini segera digenggamnya!
Ini adalah tebakan yang luar biasa kuat!
Anak kecil... anak kecil...
Anak kecil！！！！
Benar!! Begini caranya!
Anak kecil！！！
Xia Ye memelintir pahanya sendiri dengan keras, rasa sakit itu membuatnya sedikit lebih tenang.
Ia berdiri dan berjalan bolak-balik beberapa langkah di sekitar makhluk hijau kecil itu, mengamati gerakan dan sorot matanya dengan seksama, lalu semakin yakin dengan tebakannya yang absurd ini.
Anak kecil! Benar!!
※※※
Bagaimana dewa goblin diciptakan? Pertanyaan ini sebenarnya tidak sulit dijawab.
Goblin kuno mengerahkan seluruh elit bijak klan mereka, menghabiskan ratusan tahun mengumpulkan spesimen berbagai ras, mengumpulkan kelebihan tiap ras, akhirnya menciptakan makhluk yang diklaim sempurna tanpa cacat - yang mereka anggap sebagai "dewa", makhluk kuat yang hampir tak memiliki kelemahan.
Tapi... faktanya?
Bahkan makhluk terkuat dan tersempurna pun memiliki satu kesamaan.
Kekuatan bisa diwariskan, bakat bisa diberikan... Tapi baik manusia maupun makhluk paling kuat sekalipun, saat pertama lahir ke dunia ini, pasti tak langsung memiliki satu hal.
Pola pikir!
Pola pikir, bukan kebijaksanaan, bukan kecerdasan.
Mungkin ada orang yang secara alami sangat pintar, baik reaksi, kemampuan observasi, kemampuan analisis, maupun kemampuan belajarnya luar biasa. Tapi satu-satunya hal yang tidak mungkin didapatkan seketika saat kelahiran adalah pola pikir.
Para bijak terpintar sekalipun, saat baru lahir tetap membutuhkan seseorang yang mengajarinya cara makan, cara bicara... mengajarinya segalanya.
Mungkin semua bakat Dewa Goblin ini sangat kuat dan sempurna tanpa cacat, tapi setidaknya saat baru lahir, pola pikirnya sebenarnya masih seperti kertas putih!
Lalu, apakah Dewa Goblin ini benar-benar sehelai kertas putih?
Ingat kembali isi buku harian goblin itu. Jenderal dari Zona Penciptaan Dewa Goblin itu baru membebaskan dan membangunkan "Dewa Goblin" yang baru selesai diciptakan di saat-saat terakhir sebelum seluruh klan mereka hancur.
Ya, saat-saat terakhir!
Setelah melepaskan Dewa Goblin ini, sisa-sisa terakhir goblin yang masih bertahan cepat mengalami kehancuran total. Mereka tidak punya waktu untuk memberikan pendidikan yang layak pada kehidupan baru ini.
Dan Dewa Goblin yang baru lahir ini sama sekali tidak ada yang mengajarinya apapun! Ia benar-benar sehelai kertas putih!
Dan bisa diprediksi, berbagai ras saat itu, bahkan ras spirit yang pintar sekalipun, tampaknya melupakan logika dasar yang sangat jelas ini!
Mereka hanya melihat seekor Dewa Goblin kuat yang telah dibebaskan, tapi tidak menyadari bahwa makhluk mengerikan ini sebenarnya adalah kertas putih.
Mereka hanya panik dan terburu-buru mengambil senjata, menunjukkan sikap permusuhan. Tak sabar ingin membunuh makhluk baru ini.
Hasilnya...
Meski baru lahir, Dewa Goblin pada dasarnya memiliki insting bawaan dan bakat kuat. Berbagai ras yang terburu-buru mencoba membunuhnya justru memicu respons balasan dan kebencian alaminya.
Makhluk baru yang perkasa ini akan menganggapmu teman jika diperlakukan sebagai teman. Tapi jika dianggap musuh, ia pun akan membalas dengan permusuhan.
Jadi...
Pantas saja saat baru bangun di bawah tanah, ia langsung menunjukkan permusuhan pada Naga Suci hingga melukainya parah. Pada Duoduo Luo, manusia itu langsung dianggap musuh bahkan makanan. Tapi justru pada Char yang berubah menjadi goblin, ia menunjukkan sikap bersahabat.
Mungkin memang sangat kuat - pasukan sekutu puluhan ribu ras kuno dan petarung top pun tak bisa membunuhnya. Mampu mengalahkan seratus petarung dengan mudah, tapi pola pikirnya... sepertitu memang tak jauh lebih baik dari anak tiga tahun.
Soal bahasa Jin yang diucapkannya...
Mungkin sedikit kata yang didengarnya dari para Goblin Kuno di Zona Penciptaan Dewa saat menciptakannya, lalu diingat dan ditirunya.
"……" Kemungkinan ia tahu harus menyalakan api untuk memanggang Duoduo Luo... mungkin juga karena saat menghadapi pengepungan pasukan sekutu berbagai ras, ia melihat tentara ras-ras lain memasak dan meninggalkan kesan.
Kemungkinan adalah Tak Terbatas.
Jadi, Char memutuskan untuk bertaruh sekali.
Ini juga taruhan yang tak terhindarkan.
Karena, dia sangat menyadari bahwa sihir transformasi yang terakhir digunakan Duoduo Luo memiliki efek waktu. Sekali waktu habis, sihir sirna, dirinya akan kembali ke wujud manusia. Saat itu...
Dengan perasaan keraguan, Char berjalan mendekati dewa goblin dan duduk di sebelahnya.
Makhluk kecil Hijau ini segera antusias memberikan kue kacang merah, lalu memandangi Char dengan penuh harap.
Char menghela napas dalam hati.
Kemudian dia mengulurkan jari, menggambar beberapa pola di tanah. Meski kasar, tapi jelas dan sederhana.
Dia menggambar dua orang picik, terlihat seperti goblin sekaligus manusia. Dua figur ini ada yang sedang berpelukan, bergandengan tangan, dan duduk berdampingan.
Lalu, Char menuding pola-pola ini dengan artikulasi jelas, menggunakan bahasa manusia perlahan berkata: "Teman."
"……" Makhluk hijau kecil ini langsung tercengang. Ia memandangi Char, lalu melihat kembali gambar orang picik di tanah, akhirnya matanya tertuju pada pola dua figur yang duduk berdampingan.
Di wajahnya, tersenyum tipis.
"Teman... Teman."
Memandangi mulut goblin kecil hijau yang mengeluarkan kata ini, Char menarik napas lega, lalu membacakan sekali lagi: "Teman."
Setelah terdiam sejenak, menambahkan: "Teman! Ook-Ook!"
Dewa Goblin sedang tersenyum, senyumnya ramah. Menunjuk dua orang picik yang duduk berdampingan di tanah, lalu menunjuk diri sendiri dan Char yang duduk di sampingnya: "Teman! Ook-Ook!!"
Mungkin, saat ini ia masih belum benar-benar memahami arti kata "Teman", namun dengan erat memeluk Char, suara hangat dan sorot mata yang tulus itu membuat Char tiba-tiba merasakan keharuan tak terduga.
Kehidupan, seharusnya selalu seperti ini.
Bukankah begitu?
……
※※※
Di area sejarah, tanah telah dipenuhi tak terhitung pola kecil.
Beberapa pola menggambarkan orang-orang picik sedang berkelahi dengan pedang dan pisau, saling membunuh. Char menunjuk pola-pola ini: "Musuh, Siji Siji!"
Jelas pola seperti ini membangkitkan kenangan buruk makhluk hijau kecil ini, langsung menunjukkan ekspresi benci dan jijik sambil menggeretak gigi: "Musuh, musuh! Siji Siji!"
Char menunjuk kue kacang merah: "Makanan! Santap! Suo Suo! Ook-Ook!"
Char menunjuk matahari merah di langit: "Matahari! Ook-Ook!"
Char mengangkat kantong air berisi cairan jernih: "Air, Ook-Ook!"
Char menunjuk...
Char mengeluarkan...
Char...
“Akhirnya, saat matahari terbenam, Char yang duduk di sebelah makhluk kecil hijau ini tiba-tiba diselimuti cahaya. Setelah aura itu menghilang, kulit hijaunya mulai pulih secara bertahap, wajah manusiawinya muncul sedikit demi sedikit...”
“Menyaksikan seluruh proses perubahan Char, makhluk kecil hijau ini mulai menunjukkan ekspresi waspada. Ia langsung melompat bangkit, sorot matanya memancarkan kebencian dan kemarahan yang tak coba disembunyikan, bahkan tangannya sudah mengarah ke Char! Dari ujung jarinya, semburan cahaya hitam menyala.”
“Tepat ketika ujung jarinya hampir menyentuh dada Char.”
“Teman!”
“Char mengucapkan kata itu dengan sangat jelas.”
“Seketika, jari itu terhenti di depan dadanya.”
“Di balik mata hijau itu, sorot kebencian dan kemarahan perlahan memudar. Keraguan dan kekosongan muncul, lalu berubah perlahan menjadi tatapan ramah.”
“Akhirnya, makhluk itu menurunkan tangannya. Memandangi Char sambil mengedip-ngedipkan mata.”
“Teman?”
“Char menarik napas lega. Ia tahu tebakannya ternyata tepat.”
……
“Saat Duoduo Luo terbangun, ia merasakan hawa dingin di tubuhnya. Melihat ke bawah, seluruh tubuhnya telanjang bulat seperti bayi baru lahir.”
“Tak jauh darinya terlihat api unggun dengan rak panggang sudah terpasang. Deretan botol bumbu - garam, cabai, kecap - tertata rapi di sampingnya.”
Dan kemudian, Tuan Char yang tersenyum terlalu ramah berdiri di hadapannya, memegang botol saus tomat di tangan.
Duoduo Luo langsung merinding, bulu kuduk di seluruh tubuhnya berdiri.
Mimpi Buruk! Ini pasti Mimpi Buruk!!!
"T-Tuan, m-mengapa ada rak api di sebelah?"
"Oh, karena aku mau mempersiapkan barbekyu."
"T-Tuan, l-lalu mengapa ada bumbu-bumbu ini?"
"Oh, karena aku mau membuat daging panggang yang lezat."
"T-Tuan, m-mengapa aku telanjang bulat?"
"Oh, karena aku pakai bajumu untuk bahan bakar api."
"T-Tuan, m-mengapa Bapak membawa saus tomat?"
Begitu selesai bicara, tangan Char sedikit miring, menumpahkan saus tomat ke tubuh Duoduo Luo. Penyihir malang itu menjerit "Auu!" sambil memutar matanya, lalu pingsan lagi ketakutan.
"Aneh... Aku baik hati memberinya kue kacang merah, kok pingsan lagi? Tapi ngomong-ngomong, kue kacang merah dengan saus tomat ini rasanya memang enak..."
