“Aku akan membunuhnya... membunuhnya... Aku ingin dia mati, merebut nyawanya, aku ingin dia mati...”
Di kamar dalam istana, Kaisar Garcia yang masih muda terus menggigil ketakutan. Bajunya sudah basah kuyup oleh air hujan, rambutnya lepek menempel di dahi.
Penampilannya saat ini sungguh menyedihkan, bagai burung kecil yang gemetar dalam terpaan badai.
Seluruh pelayan sudah diperintahkan keluar, hanya tersisa perdana menteri tua Salemboniri yang berdiri memandangi sang Kaisar yang terus bergumam ketakutan. Dengan tenang, si tua mengambil selimut dari dipan di sampingnya dan menyampirkannya ke bahu sang penguasa.
Sang tua sangat paham, pukulan yang diterima sang Kaisar hari ini hampir bersifat mematikan!
Rasa tertekan dan ketakutan ini bahkan jauh melampaui saat kota mereka diserbu oleh para pemberontak!
Sebuah pemberontakan seperti ini telah merobek habis lapisan "wibawa" dan "kekuasaan kekaisaran" yang sudah rapuh dari tubuh Kaisar! Secara total mengekspos kelemahan, ketidakmampuan Sang Kaisar, serta kemerosotan kekuasaan kekaisaran di siang bolong!
Reputasi keluarga kerajaan tercabik-cabik, hampir terjerumus ke Situasi Genting oleh tekanan seorang Jenderal!
Di bawah stimulasi seperti ini, sang kaisar muda mungkin benar-benar akan histeris.
Kekacauan telah mundur dari istana——Yang agak melegakan Salemboniri, Adrik tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengajukan permintaan lebih lanjut. Semula dikira Adrik akan meminta mengambil alih pertahanan kota istana. Tapi syukurlah, Adrik tidak melakukannya. Pasukan pemberontak telah sepenuhnya mundur dari istana kekaisaran, dan istana kembali di bawah kendali pengawal.
Tapi...
Yang membuat perdana menteri tua menggeleng pelan, bisakah pengawal sekarang masih layak dipercaya?
Saat pemberontak menekan, pengawal sendirilah yang membuka pintu istana untuk memasukkan pasukan pemberontak. Ketika pemberontak menerobos alun-alun aula besar dan menekan Sang Kaisar, dari seluruh pasukan pengawal yang besar hanya 200-300 orang yang masih setia berdiri di bawah Sang Kaisar.
Pengawal seperti ini...tidak mungkin lagi dipercayai oleh keluarga kerajaan.
Sungguh menggelikan ahh!
Kekaisaran kini, jika dilihat sekeliling, yang bersedia Mengabdi Hingga Mati untuk Sang Kaisar hanya tersisa sekitar 200-300 orang saja.
“Mengenai Adrik——menjadi 'Marsekal Pelindung Negara', perlu diketahui bahwa julukan seperti ini belum pernah didapatkan siapa pun sejak berdirinya Kekaisaran! Marsekal Pelindung Negara, memimpin semua urusan militer dalam dan luar negeri Kekaisaran, berwenang mengatur seluruh pasukan di wilayah Kekaisaran, mengangkat dan memberhentikan jabatan di ketentaraan! Kekuasaan seperti ini sama sekali bukan tanggung jawab yang layak bagi seorang bawahan!”
Tapi Adrik benar-benar melakukannya.
Setelah aksi protes bersenjata berakhir, Adrik juga tidak berpura-pura bersikap menyesal di hadapan Kaisar seperti yang semula dia duga——orang jujur ini, bahkan enggan sekadar berpura-pura bersikap sopan?
Dia hanya dengan tegas meminta Sang Kaisar mengeluarkan perintah rahasia tambahan.
Dan perintah rahasia inilah yang sekarang paling dikhawatirkan oleh perdana menteri tua!
“Panggil Adipati Minas kembali ke Kota Kekaisaran!”
※※※
Kurir yang mengejar pasukan pemadam pemberontakan di Selatan telah berangkat, membawa perintah paling ketat dan mendesak tingkat pertama dari Markas Besar Militer Kekaisaran: Perintah Emas.
Perintah Emas yang ditandatangani langsung oleh Sang Kaisar, Menteri Urusan Militer, dan Perdana Menteri Kekaisaran ini mewakili otoritas tertinggi Kekaisaran!
Dengan dikirimkannya Perintah Emas ini ke pasukan pemadam pemberontakan di Selatan, kecuali Adipati Minas langsung memberontak saat itu juga, tidak akan ada alasan atau ruang baginya untuk menolak perintah tertinggi ini.
Mengenai pemberontakan...
Adrik percaya, bahkan jika Adipati Minas benar-benar memiliki ambisi, sekarang juga belum sampai pada tahap itu. Baru beberapa hari sejak dia ke Selatan, meskipun telah memberhentikan enam belas komandan di pasukan dan mengambil alih kekuasaan militer, untuk benar-benar membuat seluruh pasukan tunduk, waktu sesingkat ini masih belum cukup. Jika benar-benar ingin memberontak, bahkan jika orang kepercayaannya mau mengikuti, dari seluruh pasukan yang bersedia mengikutinya melakukan kejahatan besar penyitaan rumah dan pembantaian seluruh keluarga, berapa orang yang ada?
Dalam perintah tertinggi yang dikirim, ucapan yang sangat tegas mencela tindakan Adipati Minas yang memberhentikan enam belas komandan berturut-turut sebelumnya - ini memang merupakan tindakan di luar kewenangan, sekalipun sebagai komandan pasukan, tidak memiliki hak untuk memberhentikan begitu banyak komandan tingkat satu tanpa otorisasi dari markas besar terlebih dahulu!! Praktik seperti ini, baik dari segi logika maupun hukum, sangat sulit dipertahankan.
Perintah tertinggi telah menyatakan dengan jelas, memerintahkan pasukan pemadam pemberontakan di Selatan untuk segera berkemah di tempat, tidak boleh maju ke Selatan satu langkah pun! Komandan Adipati Minas harus segera melepas jabatan militer dan kembali ke Kota Kekaisaran untuk menghadap Yang Mulia Kaisar guna memberikan laporan dan pembelaan!
Secara bersamaan, memerintahkan Jenderal Ruhl dari Korps Rodria asal Kekaisaran untuk segera ke Selatan mengambil alih posisi komandan pasukan pemadam pemberontakan.
Utusan perintah dikirimkan lebih dari sepuluh orang sekaligus, dengan lebih dari sepuluh perintah tertinggi yang dikirimkan, sementara Ruhr beserta staf pendampingnya juga telah bersiap untuk berangkat dari Kota Kekaisaran ke Selatan menjalani pengangkatan.
Ruhr ditemani oleh sekitar dua puluh lebih staf bawahan, semuanya perwira yang direkrut dari Pasukan Penjaga Kota dan Pasukan Pusat. Mereka dipersiapkan untuk mengambil alih komando seluruh pasukan pemadam pemberontakan ke selatan begitu proses pengambilalihan selesai.
Selain itu, ada satu tim kavaleri yang direkrut dari dalam kota sebagai pengawal.
※※※
Meski segala persiapan telah dilakukan, hati Ruhr tetap dag-dig-dug saat meninggalkan kota.
Entah mengapa, firasat buruk terus menghantuinya. Para perwira pengawalnya adalah orang-orang setia Adrik dari Pasukan Pusat, sedangkan pasukan kavaleri pengawal merupakan anak buah langsung tepercaya dari dalam kota.
Namun...
※※※
Keluar dari Osgilia ke selatan, rombongan Ruhr mengambil jalan utama. Satu tim berisi 50 prajurit berkuda lengkap persenjataan, ditambah Ruhr dan sekitar 20 perwira pendamping, total 76 penunggang kuda melesat ke selatan membawa perintah tertulis Kaisar.
Setelah sehari perjalanan tanpa henti di bawah komando ketat Ruhr, seluruh tim tetap waspada. Ruhr sendiri siaga penuh. Sebagai orang teliti, ia mengirim lebih dari sepuluh pengintai untuk memata-matai jalan di depan. Namun baru sehari perjalanan, bahkan belum keluar dari Wilayah Ibu Kota Kekaisaran Osgilia, mereka benar-benar menghadapi skenario terburuk yang ditakuti Ruhr!
"Pasukan kavaleri penjelajah menemukan kejadian tak terduga di tepi jalan. Di bawah pohon besar di pinggir jalan, ditemukan prajurit berkuda Kekaisaran yang sudah mati mengenakan seragam pasukan pusat. Mayat itu sudah lama kaku dengan beberapa anak panah menancap di tubuhnya, tergeletak di bawah pohon. Pembunuhnya bahkan tak berminat menguburkan atau menyembunyikan jasad, seolah sengaja membiarkannya terpapar di tepi jalan!"
Ruhr yang menerima kabar langsung bergerak cepat ke TKP. Begitu tiba di lokasi, wajahnya langsung berubah suram sampai ke puncaknya!
Ia mengenali bahwa prajurit pasukan pusat yang tewas ini adalah anggota tim kurir yang dikirim ke selatan dari ibu kota tepat sebelum keberangkatan mereka!
Saat itu lebih dari sepuluh kurir dikirim sekaligus, tapi ternyata ada yang tewas di tempat ini!
Padahal lokasi ini masih dalam wilayah administratif Osgilia Ibukota Kekaisaran! Jaraknya hanya satu hari perjalanan berkuda dari ibu kota! Membunuh kurir militer di tempat yang begitu dekat dengan pusat kekuasaan - tindakan ini benar-benar berani melawan langit!
"Adipati... Kali ini kau benar-benar kejam tanpa ampun..."
Ruhr bergumam pelan dengan raut wajah yang semakin kejam. Setelah menarik napas dalam-dalam dan melirik sekeliling, ia segera memerintahkan seluruh tim untuk melanjutkan perjalanan.
Insiden pembunuhan kurir di tengah jalan ini membuat seluruh tim waspada akan risiko perjalanan. Para prajurit pengawal khususnya meningkatkan kewaspadaan maksimal.
“Baru berjalan beberapa jam lagi, di jalan kembali ditemukan dua mayat. Ruhr melihat, ternyata lagi-lagi utusan militer yang sebelumnya dikirim!”
“Baru sehari keluar dari Osgilia, sudah melihat tiga utusan militer tewas. Kini terpikir, meski utusan sebelumnya dikirim lebih dari sepuluh orang, tapi... yang bisa sampai ke selatan, mungkin...”
“Sampaikan perintah, Berhenti seluruh tim!”
Ruhr tiba-tiba memberi perintah aneh seperti ini.
Perwira di sekelilingnya semua berekspresi serius, tak ada yang bicara. Mereka hanya memandangi Ruhr.
Para perwira ini berasal dari pasukan pusat yang dikerahkan, lama di kemiliteran. Beberapa yang berpikiran cermat, setelah melihat tiga utusan militer dibunuh di jalan, mulai menebak situasi buruk.
Ada yang sengaja membunuh utusan di jalan, jelas ingin mencegah perintah Kota Kekaisaran sampai ke pasukan ekspedisi selatan...
Siapa sebenarnya yang tega melakukan cara kejam seperti ini untuk memutus hubungan ibu kota dengan pasukan selatan? Jawabannya... mungkin banyak yang sebenarnya tahu, tapi tak berani mengaku!
“Seluruh tim berbalik arah, kami kembali ke ibu kota!”
Ruhr menghela napas, wajahnya pucat.
Hanya bisa kembali ke ibu kota!
Bahkan Ruhr tak menyangka Adipati Minas bisa bertindak sekejam dan setegas ini!
Harus diketahui, Adipati Minas sudah membawa pasukan besar ke selatan, dan mereka yang bersembunyi di jalan menuju selatan untuk menghadang utusan tentu adalah andalan Adipati Minas - yang paling penting, pasukan elit kepercayaan ini pasti adalah kekuatan yang sudah dipersiapkan Adipati Minas sebelum berangkat ke selatan!
Harus diingat... Saat itu, sebelum Adipati Minas pergi ke selatan, pemberontakan di ibu kota bahkan belum terjadi!
Pada masa itu, Adipati Minas ternyata sudah menyiapkan taktik kejam seperti ini, langsung mengirim orang untuk mulai menghadang utusan militer di jalan. Maka hanya ada satu penjelasan!
Sejak awal, Adipati Tua sudah memiliki tekad baja seperti menghancurkan perahu setelah menyeberang, bertekad untuk merebut pasukan ekspedisi selatan dengan segala konsekuensi! Dia begitu teguh, sama sekali tidak menyisakan ruang kompromi atau jalan mundur bagi dirinya sendiri!
Dengan kata lain, pada saat Adipati Minas membawa pasukan keluar dari Osgilia menuju selatan - sebenarnya dia sudah memberontak!
Awalnya, Ruhr dan Adrik berencana setelah kudeta, segera mengirim orang ke selatan untuk mengambil alih pasukan dan memanggil Adipati Minas kembali ke ibu kota, mengira selama tindakan mereka cepat, memanfaatkan jeda waktu sebelum Adipati Minas mengetahui kudeta di ibu kota...
Tapi sekarang jelas, keduanya meremehkan tekad Adipati Minas! Si kakek tua itu sama sekali tidak berniat menunda-nunda atau berharap sesuatu yang lain. Sejak langkah pertama memimpin pasukan ke selatan, dia sudah siap untuk memberontak!
"Apapun situasi di Kota Kekaisaranmu, apakah ada pemberontakan pasukan atau tidak, yang jelas dia sudah memberontak sejak awal!"
Dalam situasi seperti ini, Ruhr menyadari bahwa bermimpi membawa puluhan pasukan berkuda untuk mengambil alih perwira di Selatan!
Orang tua itu sudah terang-terangan melakukan pemberontakan, bahkan berani menghadang utusan pasukan Kekaisaran. Lalu apa lagi yang tidak berani dilakukannya? Puluhan pasukan berkuda ini... Mungkin tidak akan aman sampai Selatan, di tengah jalan akan dihadang dengan brutal... Sekalipun berhasil sampai Selatan, Adipati Tua pasti tidak akan memberi kesempatan dan langsung membasmi mereka!
Si kakek tua ini terkenal kejam tanpa ampun dengan cara-cara yang efektif, Ruhr sangat paham betul.
"Kembali ke Kota Kekaisaran." Ruhr menarik napas dalam-dalam dengan wajah berubah-ubah.
Merebut kembali kekuasaan pasukan penyerang Selatan sudah mustahil dilakukan secara damai.
Puluhan pasukan berkuda ini tidak perlu nekat ke Selatan mencari mati. Lebih baik kembali ke Kota Kekaisaran untuk mencari akal, idealnya... mengerahkan pasukan elit dari penjaga ibu kota, lalu membawa pasukan besar ke Selatan untuk memaksa Adipati Minas menyerah. Bagaimanapun, Adipati Tua baru membersihkan pasukannya dan belum sepenuhnya menguasai pasukan Selatan. Dengan membawa pasukan besar, sekalipun dia ingin memberontak, tidak semua pasukan di bawahnya akan sepenji.
Hanya ini satu-satunya jalan.
“Pulang saja.” Ruhr menambahkan perintahnya: “Semua tahan sebentar lagi, kita harus tiba di Osgilia sebelum malam.” Sampai di sini, Ruhr menghela napas pelan, bergumam dengan suara rendah: “Laozi kali ini benar-benar salah langkah, tak kusangka si kakek tua bertindak sekejam ini...”
Sambil berkata demikian, Ruhr memerintahkan beberapa prajurit berkuda untuk menguburkan mayat utusan militer yang dihadang di tempat, sementara dirinya bersiap memimpin pasukan utama kembali ke Kota Kekaisaran. Namun tepat saat hendak berangkat, tiba-tiba terdengar suara peringatan dari prajurit pengawas di kejauhan.
Peluit peringatan melengking memecah kesunyian pasukan. Ekspresi Ruhr langsung berubah serius! Apakah ini pasukan elit penghadang yang ditinggalkan Adipati Minas?
Tapi segera ia menyadari tebakannya salah.
Di sebelah selatan jalan, sebuah rombongan kavaleri muncul perlahan. Sekitar seratus prajurit berkuda dengan lambang Pasukan Ekspedisi Selatan, bergerak dengan tempo lambat di jalanan. Rombongan ini sudah terdeteksi dari jauh oleh pengawal kavaleri bawahan Ruhr.
Setelah memastikan rombongan dari selatan ini tak menunjukkan niat jahat dan berjalan terbuka di jalan utama, Ruhr segera mengambil keputusan. Ia mengirim bawahannya untuk menghubungi lawan, sementara pasukannya yang lain bersiap siaga di posisi.
Beberapa saat kemudian, prajurit penghubung kembali dengan kabar yang membuat Ruhr tercengang.
Rupanya rombongan kavaleri yang datang dari selatan ini berasal dari Pasukan Ekspedisi Selatan, diutus untuk melapor ke Kota Kekaisaran Osthia.
Yang lebih mengejutkan Ruhr, misi rombongan kavaleri ini ternyata adalah "mengawal tahanan".
Menurut kabar yang disampaikan utusan Adipati Minas ke ibu kota, sang adipati telah memecat enam belas komandan pasukan elite dengan berbagai dakwaan. Rombongan ini ditugaskan Adipati Minas untuk mengawal enam belas perwira yang "dalam status tahanan" ini kembali ke ibu kota.
Perubahan situasi ini membuat Ruhr terkejut. Meski sudah mendengar kabar tersebut sebelumnya, dia tak menyangka akan bertemu rombongan pengawalan perwira yang dipecat adipati tua ini di tempat ini.
Namun segera dia memanggil mereka——mungkin dari mulut merekalah dia bisa mengetahui perkembangan terbaru Pasukan Ekspedisi Selatan saat ini!
Tapi saat melihat enam belas perwira yang dipecat itu, Ruhr kembali terperanjat!
Sebab, bersama enam belas perwira "tahanan" ini, rombongan juga membawa laporan pertempuran terbaru dari komandan Pasukan Ekspedisi Selatan Adipati Minas untuk diserahkan ke ibu kota!
……
Beberapa hari lalu, tepat di hari yang sama ketika Adipati Minas memecat enam belas perwira, hanya berselang tiga hari setelah pasukan pelopor Rody menyapu bersih sebuah county di selatan dan meraih kemenangan awal.
Berdasarkan laporan pertempuran ini, pasukan utama Adipati Minas telah melakukan pergerakan cepat siang dan malam sejauh seratus li, mengurung pasukan besar pemberontak yang sebelumnya dipaksa berkumpul oleh kavaleri pelopor Rody di dalam sebuah kota besar yang dikuasai pemberontak.
Adipati Minas segera memerintahkan serangan total. Dalam satu malam penyerangan kota, dengan kecepatan tak tertandingi, mereka menghancurkan pemberontak, menembus pertahanan kota. Pasukan pemberontak runtuh, 60.000 pasukan utama mereka dihancurkan - lebih dari 10.000 tewas dipenggal, 40.000 ditawan!
Pertempuran ini nyaris seperti kekuatan momentum yang menghancurkan segalanya, berhasil menumpas habis salah satu dari tiga faksi terbesar pemberontak di Selatan!
Kemenangan sepenting ini, datang begitu cepat! Begitu mendadak!!
Sebuah Kemenangan Besar!
Kemenangan Besar... Hehe!!
Ruhr memandangi laporan pertempuran di tangannya, merasa jantungnya telah membeku seperti es!
Tepat ketika dirinya dan Adrik baru saja melakukan pemberontakan di Kota Kekaisaran, hendak mengirim pasukan ke Selatan untuk merebut kembali kendali pasukan militer Selatan, Adipati Minas malah menciptakan kemenangan besar seperti ini?!
Cepat! Terlalu cepat!
Ruur sangat paham, ini bukanlah cara Adipati Minas merespons setelah mengetahui pemberontakan ibu kota yang dilakukan dirinya dan Adrik. Melainkan... Adipati Minas sudah selangkah demi selangkah mendahului mereka! Dia sudah merencanakan setiap langkah dengan matang, sementara pemberontakan Adrik dan dirinya, maupun upaya merebut kekuasaan di Selatan, setiap langkah selalu tertinggal dari aksi Adipati Tua!
Kemenangan besar di Selatan...
Dengan kemenangan sebesar ini—menghancurkan sepertiga pasukan pemberontak Selatan dan merebut kembali satu county—dengan momentum kemenangan ini, alasan apa lagi yang bisa digunakan ibu kota untuk menarik kembali kekuasaan atas Pasukan Selatan?
Sebuah kemenangan telah membuat semua alasan menjadi tak bermakna. Saat seseorang memenangkan pertempuran besar, menarik kembali kekuasaan militer sekarang akan terlihat tak masuk akal. Kecuali dengan terang-terangan memutus hubungan... Tak ada pilihan lain lagi!
Jika sebelumnya, Adipati Minas mungkin belum sepenuhnya menguasai pasukan atau belum bisa mengendalikan semangat pasukan karena terburu-buru.
Tapi sekarang situasinya berbeda! Ruur adalah veteran militer. Dia sangat paham, bagi seorang komandan baru, cara tercepat untuk mendapatkan loyalitas pasukan hanya dua: membersihkan perwira menengah dan menggantinya dengan orang kepercayaan sendiri! Atau... meraih kemenangan besar!
Aksi pembersihan sudah dilakukan si tua itu. Dan kini dengan kemenangan besar ini...
"Urusan dalam pasukan selalu bersifat langsung. Seorang komandan, jika mampu memimpin pasukan meraih kemenangan, akan mendapatkan kesetiaan sejati dari prajurit. Apalagi Adipati Tua yang memang sudah berwibawa. Setelah kemenangan besar ini, bahkan mereka yang tadinya ragu-ragu di pasukan pasti akan segera tunduk pada si kakek tua."
"Sejak dulu, manusia selalu terbiasa berpihak pada pemenang."
"Sekarang, bahkan jika benar-benar mengirim orang ke pasukan dan menunjukkan perintah dari Kota Kekaisaran di depan umum untuk mencabut jabatan komandan si kakek tua, dia bahkan tidak perlu melawan. Cukup dengan berseru, mungkin banyak pasukan yang akan membela ketidakpuasannya."
"Mencabut jabatan komandan yang baru saja memimpin mereka meraih kemenangan besar, di pihak siapa prajurit akan berpihak? Pantat pun bisa menebaknya!"
Ruhl merasakan dingin di hati, perlahan menyimpan laporan pertempuran itu dengan pikiran kacau.
Situasi sudah mencapai titik kritis!
Tapi justru di saat seperti ini...
"Jenderal Ruhl! Aku harus bertemu Jenderal Ruhl!!"
Dari rombongan "pengawalan" terdengar suara penuh kemarahan.
Ruhl menoleh, enam belas perwira yang telah dicabut jabatannya itu berada di tengah rombongan pengawalan. Meski tidak diikat, senjata mereka telah disita dan hanya mengenakan seragam katun.
Yang mengaum marah itu adalah salah satu perwira "tahanan" tersebut.
"Siapa yang berteriak?" Ruhl menghela napas.
“Cepat, bawahanannya segera membawa perwira yang berteriak tadi ke sisi Ruhr. Ruhr melirik, di hadapannya perwira ini berpostur tubuh perkasa, wajahnya tangguh, tatapannya tajam, dipenuhi kemarahan. Ruhr berpikir sejenak lalu berkata, "Aku mengenalmu. Kau dari Divisi Kesembilan Pasukan Pusat. Namamu... Ned?"
"Benar, Jenderal!" Perwira ini menegakkan kepala, ekspresinya marah: "Tuan, saya Ned dari Divisi Kesembilan. Saya pernah melihat Tuan di markas besar!"
"Aku ingat, kau seorang Juru Bendera, bukan?"
"Wakil, Tuan." Ned ini menggeretak gigi: "Tuan, saya ingin menuntut! Saya ingin menuntut!! Saya ingin menuntut Mina..."
Ruhr tergerak, langsung menyela ucapan lawannya, membentak keras: "Tuan Ned! Harap perhatikan ucapan Anda!"
Sambil berkata demikian, ia melirik ke kiri-kanan, berbisik: "Bawa dia ikut aku."
Ruhr mengendarai kuda ke tempat sepi di tepi jalan. Di belakangnya, pengawal pribadi membawa Ned ini mendekat. Ruhr menatap perwira yang marah ini: "Tuan Ned, apa isi tuntutanmu?"
"Saya menuntut!" Ned berdiri tegak, menegakkan pinggang, bergumam berat: "Saya menuntut Marsekal Kekaisaran Adipati Minas atas tuduhan makar, konspirasi dengan pemberontak, dan... rencana kudeta!"
Ruhr langsung berubah pucat, menatap perwira bernama Ned ini: "Tuan Ned! Apa kau sadar apa yang baru kau ucapkan?"
“Aku sangat menyadari, Yang Mulia Jenderal.” Perwira ini berseru dengan nada kejam: “Aku juga memahami betapa seriusnya tuduhan-tuduhan ini, tapi aku tak akan menarik kembali ucapanku!”
“...Lanjutkan!” Ruhr menyipitkan matanya.
Ned menarik napas dalam-dalam, memandangi Ruhr: “Yang Mulia, aku mengalami secara langsung Kemenangan Besar beberapa hari yang lalu! Aku punya alasan kuat dan bukti untuk menuduh Adipati Minas diam-diam bekerja sama dengan para pemberontak itu!”
Sambil berkata demikian, Ned ini mulai bercerita.
Mengenai "Kemenangan Besar" beberapa hari lalu yang tercantum dalam laporan pertempuran yang baru saja dikirim Adipati Minas, situasi pertempuran klimaks tersebut memang mengandung hal-hal yang menarik untuk dipertanyakan.
“Saat itu pasukan yang saya pimpin berada di garis kedua, awalnya kami ditempatkan sebagai gelombang kedua dalam serangan ke kota. Saya ingat ketika senja hari, serangan total dimulai, di depan mulai dibunyikan genderang perang, teriakan pegang sangat keras. Saya dan pasukan saya di belakang sedang mempersiapkan diri, kami semua menebak berapa lama lagi kami akan diperintahkan maju.” Ned dalam ini berkata perlahan: “Tuan, saya juga veteran perang, meski saya meremehkan para pemberontak itu—jika bertempur di lapangan terbuka, seribu pasukan kita bisa mengalahkan sepuluh ribu mereka! Tapi ini pertempuran pengepungan kota! Pasukan pemberontak berjumlah puluhan ribu, dan mereka menguasai kota besar, memiliki peralatan pertahanan kota yang lengkap. Ketika kami tiba di gerbang kota, hutan di luar kota sudah ditebang habis, jelas mereka di dalam kota telah melakukan persiapan matang. Saya melihat tumpukan bahan batu, kayu besar, dan asap tebal mengepul di atas tembok kota—mereka sudah menyiapkan minyak api yang melimpah! Pertempuran pengepungan seperti ini pasti akan menjadi pertarungan saling beradu kekuatan mentah! Pertahanan kota yang kokoh akan sangat mempersempit kesenjangan kualitas antara kedua pasukan! Meski lawan kita hanya gerombolan pemberontak, meski kita pasukan resmi, tapi dengan keunggulan pertahanan kota, menurut pengalaman militer saya selama bertahun-tahun, kesulitan kita untuk merebut kota besar yang dijaga puluhan ribu pemberontak ini akan berkali-kali lipat lebih besar dibanding pertempuran lapangan! Bahkan jika kita nekat menyerbu mati-matian, menurut penilaian saya, mungkin baru pada gelombang ketiga serangan kita bisa menembus pertahanan kota!”
Ruer dalam hatinya sejenak merencanakan, lalu mengangguk membenarkan perkataan lawannya: "Perhitunganmu tidak salah."
"Tapi, saat aku menunggu di belakang, genderang itu hanya ditabuh kurang dari seperempat jam, lalu kudengar sorak kemenangan dari depan, di mana-mana terdengar teriakan 'kota jatuh'! Pasukanku sebagai pasukan cadangan gelombang kedua bahkan tidak sempat turun ke medan perang, kota sudah direbut—tidak, bahkan menurut fakta yang kuketahui belakangan, serangan gelombang pertama pun belum sepenuhnya dilancarkan. Katanya hanya mengerahkan dua pasukan seribu orang yang bertempur sebentar saja, gerbang kota langsung jebol. Tak lama kemudian, bendera pemberontak di atas tembok kota runtuh, diganti bendera berkepala elang kekaisaran. Pasukan pemberontak yang bertahan di kota mundur seperti air bah, berkelompok-kelompok menyerah di tempat, bahkan setelah kota ditembus, mereka sama sekali tidak berniat melakukan pertempuran jarak dekat di jalan-jalan. Pasukan pelopor kami dengan cepat menembus markas pertahanan di dalam kota. Konon... pemimpin pemberontak sudah bunuh diri saat kami masuk, sementara orang kedua pemberontak langsung memberi perintah menyerah begitu kota jatuh."
"Prajuritku..." Ned menghela napas pahit, "Pisau di tangan mereka bahkan belum sempat terkotori darah. Kami hanya berlarian tak karuan, berteriak-teriak tak jelas, lalu tiba-tiba kota ini direbut, pemberontak pun kolaps tak jelas asalnya. Hampir tak sampai setengah jam waktu yang ditentukan, pasukan cadangan sudah datang mengumpulkan tawanan yang menyerah! Dewasa...Paduka juga veteran perang, pertempuran skala puluhan ribu orang, apalagi penyerbuan kota, selesai kurang dari setengah jam...Hmph, bawahan ini bodoh, seumur hidup berperang, belum pernah menang semudah ini."
"Tapi kau memang anak buah yang teliti." Ruhr mengangguk, "Tapi seperti katamu, pemimpin pemberontak bunuh diri, orang kedua mereka yang perintahkan penyerahan..."
"Paduka, inilah masalahnya. Saat memimpin pasukan masuk kota, dari kejauhan di luar markas pertahanan, aku melihat si orang kedua pemberontak yang menyerah itu. Meski gelap, untungnya aku mengenali siluman itu." Ekspresi Ned sangat serius, "Dia...aku kenal! Bertahun lalu kami pernah satu divisi. Waktu itu hanya segelintir orang yang tahu, dia adalah pengawal pribadi Adipati Minas, karena itu bisa dikirim ke Pasukan Pusat untuk latihan. Tapi setelah reorganisasi pasukan, dia dipindahkan. Tak disangka, bertemu lagi sebagai orang kedua pemberontak!"
Ned sampai di sini, ekspresinya semakin suram: "Paduka, dengan kebijaksanaan Paduka, tentu bisa melihat masalah di balik ini! Orang ini mustahil adalah koneksi internal yang kita tempatkan di pasukan pemberontak setelah memadamkan pemberontakan di selatan! Perlu diketahui, kita baru memadamkan pemberontakan di selatan sekitar sepuluh hari lebih. Bahkan jika ingin menyusupkan mata-mata ke dalam pasukan pemberontak, waktu sepuluh hari ini jelas tidak cukup! Lagipula, bahkan jika benar-benar berhasil menyusupkan orang... Mungkinkah dalam sepuluh hari mata-mata itu bisa menjadi orang kedua di pasukan pemberontak? Ini jelas tidak masuk akal! Satu-satunya penjelasan adalah..."
Satu-satunya penjelasan adalah... "koneksi internal" ini sudah berada di pasukan pemberontak sejak sebelum pemberontakan terjadi.
Ruhr menggeleng pelan dalam hati.
Hampir seketika, sebuah rencana besar yang utuh telah sepenuhnya terbayang dalam pikiran Ruhr!
Kembalinya Adipati Minas - Pemberontakan di Selatan - Adipati Minas merebut komando pasukan penyerang selatan - Memimpin pasukan ke selatan - Kemenangan Besar...
"Orang tua itu selalu selangkah lebih depan, sedangkan aku dan Adrik terus tertinggal..."
Saat itu juga, Ruhr menyadari bahwa yang ada di hadapannya kini telah menjadi jalan buntu mutlak!
Kondisi sekarang tidak memungkinkan untuk benar-benar berkonfrontasi bersenjata dengan Adipati Minas. Satu-satunya cara adalah merebut kembali kekuasaan pasukan di selatan secara damai, memanggil Adipati Minas kembali ke Kota Kekaisaran dan mengendalikannya di sana.
Dan kini rencana ini sudah benar-benar bangkrut. Pemberontakan di selatan, tampaknya sudah lama memiliki hubungan erat dengan Adipati Minas, bahkan... di antaranya ada bayangannya! Adipati tua yang menguasai wewenang memadamkan pemberontakan ke selatan, ditambah dengan adanya koneksi internal, bisa dengan mudah menghancurkan pemberontak, meraih kewibawaan besar dari kemenangan, lalu menggunakan prestasi ini untuk mengendalikan seluruh pasukan, membuat pasukan tunduk, sehingga memiliki dasar untuk berani melawan Kota Kekaisaran!
Pada saat ini, ingin secara damai memaksa Minas menyerahkan kekuasaan pasukan, sudah tidak mungkin lagi. Pasukan pasti akan berada di pihaknya, prajurit lapisan bawah sama sekali tidak mengerti seluk-beluk kotor ini, mereka hanya akan secara insting memberikan dukungan tulus pada komandan berpengaruh yang bisa memimpin mereka meraih kemenangan. Jika Kota Kekaisaran saat ini memaksa mencabut jabatan komandan Adipati Minas, si kakek tua sepenuhnya mampu memprovokasi pemberontakan pasukan yang dipantulkan, sehingga semakin mengukuhkan cengkeramannya pada pasukan. Tapi - jalan ini tidak bisa ditempuh! Adipati Minas bisa pasrah, tapi Kota Kekaisaran sama sekali tidak boleh! Begitu Adipati Minas memprovokasi pasukan selatan untuk memberontak, bagi pemberontak utara terutama Hughes... ini benar-benar rezeki nomplok dari langit!
Adapun langsung membawa pasukan pusat dari ibu kota ke selatan untuk berperang langsung dengan Minas, lebih tidak mungkin lagi.
Para pemberontak utara Hughes, bahkan akan tertawa terbahak-bahak dalam tidur mereka!
